Вы находитесь на странице: 1из 15

Anak adalah tunas bangsa, potensi dan generasi muda penerus cita-cita perjuangan

bangsa. Anak juga memiliki peran strategis dan mempunyai ciri dan sifat khusus
yang menjamin kelangsungan eksistensi bangsa dan negara pada masa mendatang.
Oleh karena itu anak perlu mendapat kesempatan yang seluas- luasnya untuk
tumbuh dan berkembang secara optimal, baik fisik, mental maupun sosial, dan
berakhlak mulia, serta perlindungan untuk mewujudkan kesejahteraan anak
(Undang-Undang Perlindungan Anak, !!". #esejahteraan anak dapat terganggu
oleh proses hospitalisasi yang dijalani oleh anak. $ospitalisasi didefinisikan
sebagai masuknya indi%idu ke rumah sakit sebagai seorang pasien. &erbagai alasan
pasien masuk ke rumah sakit seperti' jadwal tes diagnostik, prosedur tindakan,
pembedahan, perawatan medis di unit kegawatdaruratan, pemberian medikasi, dan
stabilisasi ((ostello, !!)". *i berbagai negara, jumlah dan alasan anak menjalani
hospitalisasi sangat ber%ariasi. *i Amerika +erikat, diperkirakan jumlah anak yang
dirawat setiap tahunnya berkisar , - dan belum termasuk kasus bedah elektif yang
dialami oleh anak (Perrin, .//0, dalam (latworthy, +imon 1 2iedeman, .///".
+etiap
A. Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
.

dilaporkan ,!- anak mengalami perubahan perilaku yang signifikan dan
kecemasan sebelum pembedahan (#ain, et al., .//3, dalam #ain, et al., !!3". Pass
dan Pass (dalam (latworthy, +imon 1 2iedeman, .///" menambahkan lebih dari
sepertiga anak pernah dirawat di rumah sakit sebelum mencapai usia remaja. *i
4ndonesia, jumlah anak usia sekolah (, sampai .5 tahun" berdasarkan hasil +ur%ei
+osial 6konomi 7asional (+U+67A+" tahun !!. sebesar !,8- dari jumlah
total penduduk 4ndonesia (&adan Perencanaan 7asional, !!5 " dan diperkirakan
0, per .!!! anak menjalani hospitalisasi (+umaryoko, !!)". &erbeda dengan
negara maju seperti Amerika, kasus-kasus infeksi pada anak di 4ndonesia
menduduki peringkat teratas (+oedjatmiko, !!8". 2iga penyakit terbesar yang
menyerang anak usia sekolah berdasarkan hasil +ur%ei 9umah 2angga tahun .//,
adalah penyakit anemia, periodontal dan infeksi saluran nafas atas (&APP67A+,
!!5". :ustarin (!!8" menambahkan, infeksi saluran kemih menduduki peringkat
kedua penyebab morbiditas pada anak setelah gangguan sistim pernafasan,
sementara $adinegoro (!!)" menyatakan anak usia sekolah juga rentan terkena
penyakit demam tifoid. $ospitalisasi pada anak dapat menimbulkan trauma
psikologis. $asil riset menunjukkan kunjungan ke rumah sakit berhubungan
dengan pengalaman traumatik pada anak (6iser, .//!, dalam +tuble, !!)" dan
gejala post traumatic stress ditemukan pada anak usia sekolah yang dirawat di
P4(U (9ennick, et al., !!5". Anak usia sekolah juga dilaporkan mengalami
berbagai tingkat kecemasan
tahunnya lebih dari , juta anak di Amerika mengalami pembedahan dan

!!)". Penyebab kecemasan yang dialami oleh anak berhubungan dengan
berbagai faktor, diantaranya berkaitan dengan petugas kesehatan dan prosedur
yang dilakukan (7ursalam, +usilaningrum 1 Utami, !!,". $asil riset
menunjukkan anak bertindak agresif, membentak, konfrontasi dengan petugas dan
bersikap tidak kooperatif pada saat dilakukan prosedur in%asif (;ewis, .//,, dalam
Alifatin 1 +uswati, !!.". Anak usia sekolah yang dilakukan tindakan operasi juga
dilaporkan mengalami peningkatan kecemasan setelah pembedahan ((ant<, et al.,
!!)". =aktor lain yang berhubungan dengan kecemasan pada anak adalah
perasaan terpisah dari keluarga, lingkungan yang baru dan keluarga yang
mendampingi. #ecemasan >merasa jauh dari keluarga> menempati urutan teratas
dibandingkan dengan kecemasan terhadap kondisi lain yang terkait dengan
hospitalisasi (?ilson 1 @oker, .//8, dalam $ockenbery 1 ?ilson, !!8".
;ingkungan yang tidak dikenali oleh anak usia sekolah, dilaporkan sebagai salah
satu penyebab ketakutan pada anak ((oyne, !!3". #etidakhadiran orangtua dan
kecemasan orangtua, dilaporkan oleh ?right (.//,, dalam +hields, !!."
meningkatkan trauma emosional pada anak. Pendapat ?right didukung oleh
#ashani, et al. (.//!" yang menemukan kecemasan orangtua berhubungan dengan
kecemasan anak usia sekolah.
0 selama hospitalisasi (AAuilera-PereB 1 ?hetsell, !!8C #hatalae, !!8C +tuble,

hospitalisasi masih menjadi perbedaan pendapat diantara para peneliti. 9iset
menunjukkan tidak terdapat perbedaan usia, jenis kelamin dan pengalaman
hospitalisasi dengan kecemasan dan depresi pada anak usia sekolah (&lair, !!)". $asil
riset ini didukung oleh riset yang dilakukan &loch dan 2ocker (!!)", yang
menemukan tidak ada perbedaan jenis kelamin dengan kecemasan pada anak pra
sekolah. Paparan anak usia sekolah dengan hospitalisasi sebelumnya tidak menurunkan
kecemasan hospitalisasi ((oyne, !!3". #ontradiksi dengan hasil penelitian
sebelumnya, 0 peneliti lainnya menemukan adanya hubungan usia, jenis kelamin, lama
dirawat dan pengalaman hospitalisasi dengan kecemasan pada anak usia sekolah
(+tuble, !!)C Aguilera-PereB 1 ?hetsell, !!8C 2iedeman 1 (latworthy, .//!".
Perbedaan hasil penelitian tentang faktor-faktor yang diprediksi berhubungan dengan
kecemasan dianalisa berhubungan dengan respon anak terhadap pengalaman
hospitalisasi. Anak yang mampu beradaptasi dengan proses hospitalisasi akan memiliki
koping yang positif, sehingga faktor usia dan jenis kelamin tidak memberikan dampak
terhadap tingkat kecemasan yang dialami oleh anak (&lair, !!)". Pengalaman
hospitalisasi sebelumnya belum tentu menurunkan kecemasan anak selama
hospitalisasi di masa mendatang. Anak yang memiliki pengalaman hospitalisasi
sebelumnya akan memiliki ingatan tentang rasa nyeri berkaitan dengan prosedur
medik. 4ngatan tentang rasa nyeri terkait prosedur medik akan muncul kembali pada
saat anak menjalani hospitalisasi di masa mendatang (+tuble, !!)". #ecemasan akan
diperberat oleh
5 =aktor-faktor yang diprediksi berhubungan dengan kecemasan selama

ancaman cedera tubuh ((oyne, !!3". ?alaupun faktor usia, jenis kelamin, lama
dirawat dan pengalaman dirawat masih dipertentangkan oleh para pakar, namun ;ittle
(!!3" menyatakan perempuan lebih mudah mengalami kecemasan dibandingkan
dengan laki-laki. +alah satu faktor yang diduga meningkatkan risiko perempuan
mengalami kecemasan adalah hormon estrogen dalam tubuh wanita, apabila
berinteraksi dengan serotonin akan memicu timbulnya kecemasan. $al ini didukung
pendapat +tuart dan ;araia (!!," menyebutkan serotonin yang berlebihan merupakan
faktor predisposisi kecemasan. #ecemasan merupakan kesadaran kognitif terhadap
adanya ancaman, yang memacu respon fisiologis dan psikologis pada anak, sehingga
anak menjadi sejahtera (=reeman, Darcia 1 ;eonard, !!C ;i%ingstone, .//3". $asil
riset melaporkan peningkatan denyut nadi sebagai respon fisiologis kecemasan
terhadap prosedur yang menggunakan jarum pada anak yang menjalani hospitalisasi
((ollippEs, ./3/, dalam +tuble, !!)". Peningkatan kecepatan denyut jantung
dilaporkan berhubungan dengan sifat agresif anak dan riwayat orangtua yang
menderita hipertensi (+chneider, 7icolotti 1 *elamater, !!". &erbeda dengan hasil
penelitian sebelumnya, +tuble (!!)" tidak menemukan hubungan denyut jantung
dengan kecemasan selama hospitalisasi. #ontradiksi hasil penelitian +tuble dengan
penelitian sebelumnya, kemungkinan berhubungan dengan perbedaan kondisi pasien
saat dilakukan penelitian. +tudi
, persepsi tentang jarum, nyeri, operasi dan kematian, ketakutan mutilasi, dan

terjadi pada saat anak dilakukan tindakan menggunakan jarum dan menimbulkan
sensasi nyeri, sedangkan pada penelitian +tuble kondisi anak dalam keadaan tidak
dilakukan tindakan yang menimbulkan rasa nyeri. 9asa nyeri yang terjadi akan
meningkatkan kecemasan pada anak. +alah satu tanda adanya rangsangan terhadap
syaraf simpatis akibat kecemasan adalah peningkatan denyut nadi (+tuart 1 ;araia,
!!,". #ecemasan selain memberikan respon fisiologis, juga memberikan respon
psikologis pada anak. $asil penelitian yang dilakukan #hasani, et al. (.//!"
menemukan anak dengan kecemasan berat memiliki tingkat depresi lebih tinggi
dibandingkan dengan anak yang tidak mengalami kecemasan. +tudi yang dilakukan
:endlowics dan +tein (!!!, dalam +tuart 1 ;araia, !!," menunjukkan masalah
kecemasan berdampak terhadap kualitas hidup dan fungsi psikososial. Ochello
(!!0" menyatakan apabila respon fisik tidak memungkinkan untuk menghadapi
kecemasan, maka akan timbul perilaku seperti tegang, merasa bersalah, membentak
orang lain dan kesulitan konsentrasi, sedangkan +tuart dan ;araia (!!,"
menyatakan kecemasan sangat mudah ditularkan kepada orang lain dan dapat
memberikan dampak positif dan negatif dalam hubungan terapeutik. &erbagai
dampak hospitalisasi dan kecemasan yang dialami oleh anak usia sekolah, akan
berisiko mengganggu kesejahteraan anak, dan berdampak pada proses
penyembuhan. 9iset membuktikan pasien yang mengalami goncangan jiwa akan
lebih mudah terserang penyakit (Arder, dalam 7ursalam,
3 sebelumnya yang dilakukan (ollipEs, menemukan peningkatan denyut nadi

atraumatic care, dan teori keperawatan Caring, yang harus difahami dan dimiliki
oleh seorang perawat anak. Undang-undang Perlindungan Anak nomor 0 tahun
!!, pada pasal ) menyebutkan anak berhak untuk mendapatkan pelayanan
kesehatan sesuai dengan kebutuhan fisik, mental, spiritual dan sosial. 2indakan
perawat anak untuk meminimalkan kecemasan merupakan pemenuhan terhadap
kebutuhan mental anak, sedangkan filosofi atraumatic care menuntut perawat anak
untuk mampu melakukan tindakan dengan meminimalkan dampak psikologis
seperti' kecemasan, takut, marah, malu, kekecewaan dan distress fisik
($ockenberry 1 ?ilson, !!8". #eperawatan terbentuk dari ajaran kasih sayang
untuk membuat sejahtera orang lain (+wanson, .//0". :odel keperawatan Caring
menurut +wanson (./),, dalam 2omey 1 Alligood, !!3" terdiri dari lima proses
dasar yaitu' maintaining
sistim imun (Fengerle-;e%y, !!3". $asil studi yang lain melaporkan, anak yang
cemas merasakan nyeri paska operasi lebih besar selama dirawat di rumah sakit
dan rasa nyeri masih dirasakan lebih dari 0 hari setelah anak di rumah (#ain, et al.,
!!3". &erdasarkan paparan tentang fenomena kecemasan dan dampak
kecemasan pada anak usia sekolah yang dirawat, peneliti menyadari peran perawat
anak untuk meminimalkan dampak kecemasan sangat penting. *asar
pertimbangan peneliti adalah' Undang-Undang Perlindungan Anak nomor 0
tahun !!, filosofi
8 +usiloningrum 1 Astuti, !!,", karena pada kondisi stres akan terjadi penekanan

(Gustus, et al., !!3C Purwandari, :ulyono 1 +ucipto, !!8C #hatalae, !!8C
?right, et al., !!8C +tuble, !!)C &loch 1 2oker, !!)". ?alaupun berbagai
akti%itas dapat dijadikan alternatif untuk menurunkan kecemasan pada anak,
namun tidak semua prosedur dapat dilakukan karena berbagai alasan seperti
perlunya ruangan khusus untuk bermain, perlunya biaya untuk menyediakan
berbagai macam peralatan permainan, dan keterbatasan staf.
Psychological Preoperative Preparation Intervention (PPP4", pre medikasi sedatif,
kehadiran orangtua selama prosedur anestesi, program persiapan perilaku, terapi
musik, akupuntur, a self enganging art, dan penggunaan boneka
belief, knowing, being with, doing for, dan enabling. :odel ini dapat dikaitkan
dengan tindakan keperawatan untuk meminimalkan kecemasan pada anak usia
sekolah. Perawat menyakini anak akan mampu melalui proses kecemasan yang
dialami, menfasilitasi anak untuk melakukan akti%itas dengan tujuan meminimalkan
kecemasan, melibatkan partisipasi anak dalam akti%itas, dan hasil akhirnya dampak
kecemasan dapat diminimalkan. #onsep Caring ini sejalan dengan pandangan dari
(ompton (!!8" yang menyampaikan hospitalisasi dapat menimbulkan dampak
fisik dan psikologis pada anak, sehingga sangat penting bagi perawat untuk
memiliki pengetahuan tentang efek hospitalisasi dan mengajarkan berbagai teknik
yang dapat membantu anak mengurangi kecemasan dan rasa nyeri yang timbul.
&erbagai akti%itas yang dapat dijadikan alternatif untuk menurunkan kecemasan
pada anak seperti' program Meet Me at Mount Sinai (:::+", terapi bermain,
)

2erapi +eni merupakan salah satu alternatif inter%ensi keperawatan untuk
meminimalkan kecemasan pada anak (:c(loskey 1 &ulechek, .//3". 2erapi ini
tidak membutuhkan ruangan secara khusus, biaya yang mahal, dan tindakan dapat
dilakukan oleh perawat anak. 2erapi +eni merupakan salah satu terapi modalitas
dalam bidang keperawatan (=risch, !!.". 2erapi modalitas dalam keperawatan
adalah terapi dimana perawat mendasarkan potensi yang dimiliki pasien sebagai titik
tolak untuk proses penyembuhan. Perawat sebagai tenaga profesional menyadari
bahwa pasien mampu merawat diri dan bertanggungjawab terhadap diri untuk
mencapai proses kesembuhan (#eegan, !!.". 2erapi +eni menurut he !merican
!rt herapy !ssociation atau AA2A (.//3, dalam #eegan, !!." adalah profesi
pelayanan terhadap manusia dengan menggunakan media seni, gambaran, proses
kreatif dan respon pasien atau klien dibuat dalam bentuk produk yang merupakan
refleksi perkembangan indi%idu, kemampuan, kepribadian, ketertarikan, dan konflik.
+harp (!!)" menyebutkan 2erapi +eni menggunakan proses kreatif untuk menolong
pasien mengekspresikan emosi, meningkatkan kesadaran, mengurangi stres, mampu
menghadapi trauma, menguatkan kemampuan kognitif dan meningkatkan
kesenangan dalam kehidupan. 2erapi +eni mampu memberikan efek relaksasi pada
tubuh (:alchiodi, !!0". Pada kondisi tubuh rilek, tubuh akan mengeluarkan
hormon 6ndorphin yang bersifat menenangkan, memberikan pengaruh terhadap
rangsang emosi di sistim limbik, sehingga menimbulkan perasaan senang dan akan
membuat sejahtera
/

terhadap penurunan respon fisiologis kecemasan, diantaranya adalah penurunan
denyut nadi. 2erapi +eni dengan kegiatan menggambar merupakan akti%itas yang
paling sering dilakukan. Akti%itas menggambar ini hampir disukai oleh semua
anak, dan pada saat awal perkembangan seorang anak dimulai dengan kegiatan
mencoret yang tidak bermakna sampai akhirnya kemampuan berkembang sesuai
dengan tahapan usia (:alchiodi, !!.". $asil studi terdahulu menunjukkan 2erapi
+eni digunakan sebagai inter%ensi untuk kasus sickle cell disease, kanker, $4HI
A4*+ dan gangguan jiwa (9ao, et al., !!/C 9uddy 1 :ilnes, !!,C ;uBBatto,
+ereno 1 (apps, !!0C &ordonaro, !!0C Dagnon, .//)", sementara implementasi
2erapi +eni untuk kasus-kasus penyakit infeksi yang terjadi di negara berkembang
sepanjang pengetahuan peneliti masih sangat terbatas, padahal di 4ndonesia
penyakit infeksi menduduki peringkat teratas dan berdampak terhadap
kesejahteraan anak. *i berbagai rumah sakit di 4ndonesia, akti%itas perawat anak
untuk menurunkan kecemasan selama hospitalisasi pada anak usia sekolah masih
sangat terbatas, karena kendala pembiayaan sarana prasarana dan keterbatasan staf.
+ementara fakta di lapangan menunjukkan anak mengalami kecemasan selama
hospitalisasi. $asil penelitian yang dilakukan di 9umah +akit Umum *aerah Prof.
*r. :argono +oekarjo (9+:+" Purwokerto sebagai salah satu rumah sakit
pendidikan di wilayah #abupaten &anyumas pada tahun !!8, menunjukkan
.! (9udiansyah, !!)". 6fek relaksasi juga diharapkan dapat memberikan dampak

,- kecemasan berat dan !- ringan (Purwandari, :ulyono 1 +ucipto, !!8".
#ecemasan selama hospitalisasi tidak hanya terjadi pada anak usia pra sekolah,
namun juga terjadi pada semua tahapan usia anak, tidak terkecuali anak usia
sekolah. Anak usia sekolah adalah anak usia 3-. tahun ($ockenberry 1 ?ilson,
!!8". *i 9+:+, jumlah anak usia sekolah yang dirawat pada bulan Ganuari
sampai =ebruari !!/ tercatat /0 anak dengan sebagian besar anak menderita
penyakit infeksi (9+U* Prof. *r. :argono +oekarjo, !!/". Penyakit infeksi yang
diderita oleh anak rata-rata penyakit infeksi gangguan sistem pernafasan dan
pencernaan. $asil studi terdahulu oleh Purwandari, :ulyono dan +ucipto (!!8"
di 9+:+ menunjukkan .8,, - anak usia 3 tahun mengalami kecemasan tingkat
sedang dan !,, - anak usia 3 tahun mengalami kecemasan berat. Perilaku
kecemasan anak usia sekolah selama hospitalisasi yang diamati oleh peneliti
diantaranya adalah' perilaku menangis, berteriak, menolak dilakukan tindakan,
ekspresi takut, berkata kasar, tidak mau didekati, tidak mau ditinggal oleh
orangtua, dan tidak mau didekati oleh perawat atau petugas kesehatan. $asil
wawancara dengan beberapa anak mengungkapkan bahwa anak khawatir akan
dilakukan prosedur in%asif yang berulang, khawatir ditinggal orangtua, khawatir
tertinggal pelajaran di sekolah, sedangkan orangtua melaporkan anak tidak mau
ditinggal selama sakit, lebih manja dan tergantung pada orangtua. *okumentasi
tentang kecemasan dan standar baku pengukuran kecemasan pada anak belum
peneliti temukan di ruang perawatan. *okumentasi yang sering
.. ,!- anak usia pra sekolah yang dirawat mengalami kecemasan tingkat sedang,

$ospitalisasi pada anak usia sekolah menimbulkan kecemasan, memberikan
respon fisik dan psikologis, dan mengancam kesejahteraan anak. =akta di lapangan
menunjukkan anak usia sekolah mengalami kecemasan selama hospitalisasi,
sedangkan tindakan perawat untuk meminimalkan kecemasan
B. Rumusan Masalah
darah, nadi, respirasi dan suhu, dan catatan yang terbatas tentang perilaku patologik
anak sepertiC anak rewel, dan susah tidur. 2indakan yang dilakukan perawat untuk
meminimalkan kecemasan masih belum optimal, karena beban kerja perawat dirasakan
cukup tinggi. Akti%itas untuk mengisi waktu luang anak dengan terapi bermain lebih
sering dilakukan apabila terdapat siswa praktek, dan anak bermain dengan
menggunakan peralatan milik pasien sendiri. 2erapi +eni dengan akti%itas
menggambar menurut peneliti merupakan salah satu alternatif untuk meminimalkan
kecemasan pada anak, karena kegiatan ini tidak membutuhkan biaya yang mahal,
waktu pelaksanaan fleksibel sesuai dengan kondisi anak, dan akti%itas ini dapat
mengatasi masalah pada saat orangtua tidak sedang menunggu anak. Akti%itas
menggambar, berdasarkan pengamatan peneliti selama melakukan kegiatan praktik
aplikasi di beberapa rumah sakit merupakan akti%itas yang disukai oleh hampir semua
anak pada berbagai tahapan usia, tidak terkecuali anak usia sekolah. &erdasarkan
analisis fenomena, konsep, teori dan penelitian terdahulu, peneliti tertarik mengkaji
lebih jauh pengaruh 2erapi +eni dalam menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah
yang menjalani hospitalisasi.
. ditemukan adalah pengukuran status fisiologik seperti' pengukuran tekanan

a. *iidentifikasinya gambaran karakteristik responden berdasarkan' usia, jenis
kelamin, lama dirawat, dan pengalaman dirawat. b. *iidentifikasinya
gambaran tingkat kecemasan anak usia sekolah sebelum dan setelah diberikan
2erapi +eni. c. *iidentifikasinya gambaran denyut nadi anak usia sekolah
sebelum dan setelah diberikan 2erapi +eni. d. *iidentifikasinya perbedaan
tingkat kecemasan sebelum dan setelah diberikan 2erapi +eni.
2. Khusus
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh 2erapi +eni dalam
menurunkan tingkat kecemasan anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi.
C. Tujuan .
Umum
Undang Perlindungan Anak, filosofi !traumatic Care dan teori Caring yang
menuntut perawat untuk meningkatkan kesejahteraan anak. 2erapi +eni
merupakan salah satu modalitas keperawatan yang memberikan efek relaksasi dan
diharapkan mampu menurunkan kecemasan pada anak. &erdasarkan analisa
kesenjangan antara konsep, teori, fenomena, dan hasil penelitian di tatanan praktek,
peneliti merumuskan masalah penelitian adalah' J&agaimana pengaruh 2erapi +eni
dalam menurunkan kecemasan pada anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi
K>
.0 dirasakan masih belum optimal. #ondisi ini sangat kontradiksi dengan Undang-

$asil penelitian ini memberikan dampak terhadap perkembangan ilmu
keperawatan, khususnya eksplorasi 2erapi +eni sebagai media anak untuk
2. Perkem!angan Ilmu Ke"era#atan
:anfaat penelitian ini memberikan manfaat bagi perawat anak, orangtua, dan anak.
Perawat anak mendapatkan pengalaman nyata dalam menerapkan 2erapi +eni untuk
menurunkan kecemasan dan menambah wawasan tentang cara penilaian kecemasan
pada anak usia sekolah. 2erapi +eni yang diberikan perawat, membantu orangtua untuk
mengatasi perilaku anak yang melengket dan tidak mau berpisah dengan orangtua,
sehingga membantu orangtua pada saat orangtua tidak menunggu anak. Anak
mendapatkan manfaat yaitu mendapatkan akti%itas untuk meminimalkan kecemasan
selama hospitalisasi.
D. Man$aat . Pela%anan Ke"era#atan Anak &an
Mas%arakat
2erapi +eni. f. *iidentifikasinya hubungan usia dengan tingkat kecemasan dan
denyut nadi setelah diberikan 2erapi +eni. g. *iidentifikasinya hubungan jenis
kelamin dengan tingkat kecemasan dan denyut nadi setelah diberikan 2erapi
+eni. h. *iidentifikasinya hubungan lama dirawat dengan tingkat kecemasan
dan denyut nadi setelah diberikan 2erapi +eni i. *iidentifikasinya hubungan
pengalaman dirawat dengan tingkat kecemasan dan denyut nadi setelah
diberikan 2erapi +eni.
.5 e. *iidentifikasinya perbedaan denyut nadi sebelum dan setelah diberikan

toddler, pra sekolah dan remaja masih sangat diperlukan.
$asil penelitian ini dapat dijadikan referensi untuk pengembangan penelitian
tentang 2erapi +eni dan kecemasan pada anak yang menjalani hospitalisasi.
Pengembangan 2erapi +eni untuk menurunkan kecemasan pada anak usia
'. Penel(t(an )elanjutn%a
menambah kajian studi kuantitatif tentang 2erapi +eni yang masih terbatas.
., mengekspresikan perasaan internal anak, menurunkan kecemasan anak, serta

Вам также может понравиться