Вы находитесь на странице: 1из 10

11

BAB IV
PEMBAHASAN

Pada praktikum Makropaleontologi acara ini dilakukan pengamatan fosil-
fosil Coelenterata. Coelenterata memiliki struktur yang lebih kompleks dari pada
porifera. Namun, ia tetap digolongkan ke dalam makhluk hidup tingkat rendah.
Namanya diambil dari rongga yang berfungsi sebagai usus yakni solenteron. Jadi
hewan ini tidak memiliki usus yang sebenarnya. Coelentearata mempunyai rongga
besar di tengah-tengah tubuhnya yang berfungsi seperti Usus pada hewan-hewan
tingkat tinggi. Rongga itu disebut rongga gastrovaskuler. Simetri tubuhnya radial
dan terdapat tentakel disekitar mulutnya yang berfungsi untuk menangkap dan
memasukkan makanan ke dalam tubuhnya. Tentakel vang dilengkapi sel
Knidoblas yang mengandung racun sengat disebut Nematokis (ciri khas dari
hewan berongga).
Pada praktikum kali ini, pada acara Coelentearata mengamati 3 jenis fosil,
dan didapatkan hasil sebagai berikut :

4.1 Fosil Peraga Nomor F-93
Fosil ini memiliki warna putih kecoklatan, warna putih ini
mencerminkan kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan, warna coklat
ini bisa terjadi akibat adanya proses kimiawi yang terjadi. Selain itu karena
adanya pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil
ini terbentuk.
Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika ditemukan
bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral sekunder dan
juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan. Pengawetannya
termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme yang tersusun
oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia,
sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil. Dilihat dari
komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat karbonatan karena
12

cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan dalam bentuk
aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan mengandung
karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang dimungkinkan cahaya
matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di dalam zona CCD.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui
bagian-bagian dari fosil yakni major septum yang merupakan septa yang
menembus ke dalam tubuh coelenterata, septa yang merupakan dinding
vertikal di dalam coralite, coralite yang merupakan rangka luar gampingan
pada coelenterata, calyx yang merupakan tempat bagian lunak dari
coelenterata, corallum merupakan kumpulan dari coralite, septum merupakan
kumpulan dari septa atau bentuk jamak dari septa.
Fosil ini memiliki septa berjumlah 6 sehingga digolongkan dalam
hexacoral. Septa dari fosil ini tidak terlalu besar berukuran sekitar 5mm saja.
Hewan ini memiliki septa yang berkumpul (septum) dan juga terdapat rangka
luar gampingan yang disebut corallum dimana hewan ini hidup secara
berkoloni sehingga coralite akan berkumpul membenttuk corallum ini.
Binatang lunak yang sudah lepas pada fosil ini, ketika hidupnya tinggal di
dalam calyx, berupa lekukan berbentuk cawan pada bagian atas coralite.
Dilihat dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam phylum
coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya rhizangiidae.
Dilihat dari morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini dinamakan
Septastrea sp.
Bentuk dasar dari hewan Septastrea sp ini dinamakan polyp. Sebuah
polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah satu ujungnya menempel
pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada terumbu karang. Struktur
utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan sel, dinding luar atau kulit
dinamakan epidermis dan dinding dalam dinamakan endodermis atau
gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan perekat yang berasal
dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau coenechyme.
Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal,
Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang
13

dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan
sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya
hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang
seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah. Cara hidup spesies ini
adalah secara benthos sesil dengan tertambat di dasar laut dangkal sehingga
hewan ini menunggu makanan yang terbawa oleh arus laut yang kemudian
masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini banyak ditemukan pada kala
Miocene pliocene. Peranan hewan ini bagi manusia merupakan komponen
utama pembentuk ekosistem terumbu karang. Banyak ikan yang dikonsumsi
untuk manusia hidup di ekosistem ini, selain itu karang pantai juga sangat
bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.

4.2 Fosil Peraga Nomor F-10A
Fosil ini memiliki warna putih, warna putih ini mencerminkan
kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan. Selain itu karena adanya
pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil ini
terbentuk.
Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika ditemukan
bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral sekunder dan
juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan. Pengawetannya
termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme yang tersusun
oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia,
sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil. Dilihat dari
komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat karbonatan karena
cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan dalam bentuk
aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan mengandung
karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang dimungkinkan cahaya
matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di dalam zona CCD.
Pada fosil ini memiliki bagian tubuh berupa calix adalah tempat
dimana dulu tempat hidup bagian lunak hewan tersebut. Selain hewan ini
tidak ditemukan terdapatnya septa yaitu dinding yang membatasi coralite.
14

Tetapi pada fosil ini masih terdapat corallum yaitu kumpulan coralite yang
menjadi satu. Bagian percabangan yang utamanya memiliki diameter yang
lebih besar. Pada fosil ini nampak arah calyx menuju diameter tabung coral.
Hewan ini hidup secara polip yang berarti hidupnya secara berkoloni dengan
membentuk suatu kelompok secara bersama-sama di komunitasnya. Dilihat
dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam phylum coelenterata,
kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya stylinidae. Dilihat dari
morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini dinamakan
Heimesiastraea.
Bentuk dasar dari hewan Heimesiastraea ini dinamakan polyp.
Sebuah polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah satu ujungnya
menempel pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada terumbu karang.
Struktur utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan sel, dinding luar
atau kulit dinamakan epidermis dan dinding dalam dinamakan endodermis
atau gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan perekat yang
berasal dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau coenechyme.
Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal,
Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang
dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan
sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya
hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang
seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah. Cara hidup spesies ini
adalah secara benthos sesil dengan tertambat di dasar laut dangkal sehingga
hewan ini menunggu makanan yang terbawa oleh arus laut yang kemudian
masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini banyak ditemukan pada zaman
Ordocivician - Permian.
Peranan hewan ini bagi manusia merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang. Banyak ikan yang dikonsumsi untuk
manusia hidup di ekosistem ini, selain itu karang pantai juga sangat
bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.

15

4.3 Fosil Peraga Nomor MK-10
Fosil ini memiliki warna putih kecoklatan, warna putih ini
mencerminkan kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan, warna coklat
ini bisa terjadi akibat adanya proses kimiawi yang terjadi. Selain itu karena
adanya pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil
ini terbentuk.
Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika ditemukan
bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral sekunder dan
juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan. Pengawetannya
termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme yang tersusun
oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan reaksi kimia,
sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil.
Dilihat dari komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat
karbonatan karena cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan
dalam bentuk aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan
mengandung karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang
dimungkinkan cahaya matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di
dalam zona CCD.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui
bagian-bagian dari fosil yakni major septum yang merupakan septa yang
menembus ke dalam tubuh coelenterata, septa yang merupakan dinding
vertikal di dalam coralite, coralite yang merupakan rangka luar gampingan
pada coelenterata, calyx yang merupakan tempat bagian lunak dari
coelenterata, corallum merupakan kumpulan dari coralite, septum merupakan
kumpulan dari septa atau bentuk jamak dari septa. Fosil ini memiliki septa
berjumlah 6 sehingga digolongkan dalam hexacoral.
Septa dari fosil ini tidak terlalu besar berukuran sekitar 3mm saja.
Hewan ini memiliki septa yang berkumpul (septum) dan juga terdapat rangka
luar gampingan yang disebut corallum dimana hewan ini hidup secara
berkoloni sehingga coralite akan berkumpul membenttuk corallum ini.
Binatang lunak yang sudah lepas pada fosil ini, ketika hidupnya tinggal di
16

dalam calyx, berupa lekukan berbentuk cawan pada bagian atas coralite.
Dilihat dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam phylum
coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya rhizangiidae.
Dilihat dari morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini
dinamakan Septastrea sp. Bentuk dasar dari hewan Septastrea sp ini
dinamakan polyp. Sebuah polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah
satu ujungnya menempel pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada
terumbu karang. Struktur utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan
sel, dinding luar atau kulit dinamakan epidermis dan dinding dalam
dinamakan endodermis atau gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan perekat yang berasal dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau
coenechyme.
Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal,
Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang
dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan
sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya
hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang
seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah. Cara hidup spesies ini
adalah secara benthos sesil dengan tertambat di dasar laut dangkal sehingga
hewan ini menunggu makanan yang terbawa oleh arus laut yang kemudian
masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini banyak ditemukan pada kala
Miocene pliocene.
Peranan hewan ini bagi manusia merupakan komponen utama
pembentuk ekosistem terumbu karang. Banyak ikan yang dikonsumsi untuk
manusia hidup di ekosistem ini, selain itu karang pantai juga sangat
bermanfaat sebagai penahan ombak untuk mencegah pengikisan pantai.

4.4 Fosil Peraga Nomor PF-61
Fosil ini memiliki warna putih kecoklatan, warna putih ini
mencerminkan kondisi fosil saat terjadinya proses pemfosilan, warna coklat
ini bisa terjadi akibat adanya proses kimiawi yang terjadi. Selain itu karena
17

adanya pengaruh senyawa karbonatan yang banyak terdapat pada lokasi fosil
ini terbentuk. Fosil ini merupakan jenis dari fosil utuh karena ketika
ditemukan bagian - bagian dari cangkang belum tergantikan oleh mineral
sekunder dan juga bukan dalam bentuk pecahan ataupun jejak dari hewan.
Pengawetannya termasuk ke dalam pengawetan bagian keras dari organisme
yang tersusun oleh mineral yang tahan/resisten terhadap proses pelapukan dan
reaksi kimia, sehingga memungkinkan untuk terbentuknya fossil.
Dilihat dari komposisinya termasuk ke dalam fosil yang bersifat
karbonatan karena cangkang tersusun atas kalsium karbonat dan terawetkan
dalam bentuk aslinya meskipun organisme lunak sudah lepas. Diindikasikan
mengandung karbonat terlihat dari warnanya yang masih cerah yang
dimungkinkan cahaya matahari masih bisa mengenai hewan ini dan ada di
dalam zona CCD.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan maka dapat diketahui
bagian-bagian dari fosil yakni major septum yang merupakan septa yang
menembus ke dalam tubuh coelenterata, septa yang merupakan dinding
vertikal di dalam coralite, coralite yang merupakan rangka luar gampingan
pada coelenterata, calyx yang merupakan tempat bagian lunak dari
coelenterata, corallum merupakan kumpulan dari coralite, septum merupakan
kumpulan dari septa atau bentuk jamak dari septa. Hewan ini memiliki calyx
berbentuk bulat yang merupakan modifikasi dari hexacoral, terdapat calyx
dengan diameter lebih besar. Calyx ini memiliki arah ke pusat sehingga koral
ini terlihat membulat di luar. Hewan ini memiliki septa yang berkumpul
(septum) dan juga terdapat rangka luar gampingan yang disebut corallum
dimana hewan ini hidup secara berkoloni sehingga coralite akan berkumpul
membenttuk corallum ini.
Binatang lunak yang sudah lepas pada fosil ini, ketika hidupnya
tinggal di dalam calyx, berupa lekukan berbentuk cawan pada bagian atas
coralite. Dilihat dari urutan taksonominya hewan ini termasuk ke dalam
phylum coelenterata, kelas anthozoa, ordo scleractinia dan familynya
pocilloporidae.
18

Dilihat dari morfologi tubuh dan urutan taksonominya hewan ini
dinamakan Astroccenia. Bentuk dasar dari hewan Astroccenia ini dinamakan
polyp. Sebuah polyp punya tubuh berbentuk tabung dengan salah satu
ujungnya menempel pada dasar laut, atau dapat juga menempel pada terumbu
karang. Struktur utama dari tubuh koral hanya terdiri dari 2 lapisan sel,
dinding luar atau kulit dinamakan epidermis dan dinding dalam dinamakan
endodermis atau gastrodermis. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan
perekat yang berasal dari bahan yang dikenal sebagai mesogloea atau
coenechyme.
Lingkungan hidup spesies ini terdapat di daerah laut dangkal,
Dibuktikan dengan fosil yang mengandung banyak senyawa karbonatan yang
dicirikan dari pengamatan megaskopis berwarna putih, senyawa karbonatan
sendiri merupakan zat jenuh di laut dangkal. Maka lingkungan sekitarnya
hangat, terang, energi arus yang tidak terlalu tinggi,dan pada lingkungan yang
seperti ini terdapat jumlah makanan yang melimpah.
Cara hidup spesies ini adalah secara benthos sesil dengan tertambat
di dasar laut dangkal sehingga hewan ini menunggu makanan yang terbawa
oleh arus laut yang kemudian masuk ke pori-pori tubuhnya. Hewan jenis ini
banyak ditemukan pada zaman Mesozoik - Kenozoik. Peranan hewan ini bagi
manusia merupakan komponen utama pembentuk ekosistem terumbu karang.
Banyak ikan yang dikonsumsi untuk manusia hidup di ekosistem ini, selain
itu karang pantai juga sangat bermanfaat sebagai penahan ombak untuk
mencegah pengikisan pantai.








19

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada peraga nomor F-93 termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas
anthozoa, ordo scleractinia dan family rhizangiidae. Memiliki septa simetri
enam yang disebut hexacoral. Hewan ini dinamakan Septastrea sp, hidup
di laut dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Miocene
Pliocene.
Pada peraga nomor F-10A termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas
anthozoa, ordo scleractinia dan family stylinidae. Memiliki septa yang
bulat disebut tabulata. Hewan ini dinamakan Heimesiastraea, hidup di laut
dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Ordovician Permian
Pada peraga nomor MK-10 termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas
anthozoa, ordo scleractinia dan rhizangiidae. Memiliki septa simetri enam
yang disebut hexacoral. Hewan ini dinamakan Septastrea sp, hidup di laut
dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Miocene Pliocene.
Pada peraga nomor PF-61 termasuk ke dalam phylum coelenterata, kelas
anthozoa, ordo scleractinia dan pocilloporidae. Memiliki morfologi tubuh
berupa septa, calyx dan corallum. Hewan ini dinamakan Astroccenia,
hidup di laut dangkal secara benthos sesil dan memiliki umur Mesozoik
Kenozoik.

5.2 Saran
Agar peraga di lab diperbanyak lagi untuk menambah variasi dan
pengetahuan
Agar asisten mendampingi ketika praktikum
Agar format laporan diberikan lebih cepat dan jelas


20

DAFTAR PUSTAKA

http://www.marinespecies.org/aphia.php?p=taxdetails&id=511333 (Diakses pada
hari Selasa, 4 Desember 2012 pukul 23.53 WIB)
http://connect.umpi.maine.edu/~kevin.mccartney/paleolb5.htm (Diakses pada hari
Rabu, 5 Desember 2012 pukul 00.07 WIB)
http://www.mineralexpo.hr/fosili%202.htm (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember
2012 pukul 00.20 WIB)
http://www.ucmp.berkeley.edu/cnidaria/anthozoamm.html (Diakses pada hari
Rabu, 5 Desember 2012 pukul 00.53 WIB)
http://biologigonz.blogspot.com/2010/05/hcfkufukgilhokj.html (Diakses pada hari
Rabu, 5 Desember 2012 pukul 03.40 WIB)
http://en.wikipedia.org/wiki/Anthozoa (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember 2012
pukul 14.58 WIB)
http://en.wikipedia.org/wiki/Scleractinia (Diakses pada hari Rabu, 5 Desember
2012 pukul 15.28 WIB)

Вам также может понравиться