Вы находитесь на странице: 1из 64

Fakta dan Analisa

Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir


Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


KATA PENGANTAR i

KATA PENGANTAR


Buku Data dan Analisis Pekerjaan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Sulawesi Utara ini disusun berdasarkan Kerangka Acuan
Kerja (Term Of Reference).
Laporan Antara ini secara garis besar memuat Latar Belakang, Tinjauan Kebijakan,
Gambaran Existing Wilayah Perencanaan dan Isu isu Permasalah.
Semoga laporan ini bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan dari berbagai
pihak serta kami sangat mengharapkan adanya masukan dan saran dari pihak terkait yang
akan dijadikan landasan bagi penyusunan laporan selanjutnya.
Kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya Buku Data dan Analisis ini,
kami ucapkan terima kasih.

Manado, 2012


Tim Penyusun


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


DAFTAR ISI ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i
DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................I-1
1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................................... I-1
1.2. Tujuan dan Sasaran ............................................................................................................................. I-3
1.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................... I-3
1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan ....................................................................................... I-3
1.3.2. Lingkup Materi ...................................................................................................................... I-4
1.3.3. Lingkup Waktu Perencanaan ........................................................................................... I-4
1.4. Keluaran ................................................................................................................................................... I-4
1.5. Sistematika Pembahasan .................................................................................................................... I-4
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN ................................................................................ II-1
2.1. Landasan Hukum Penyusunan RZWP3K ................................................................................... II-1
2.2. Kebijakan Daerah ................................................................................................................................ II-1
2.3. Kebijakan Spasial .............................................................................................................................. II-10

BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN .............................. III-1
3.1. Kondisi Geografis dan Administratif ......................................................................................... III-1
3.2. Kondisi Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan ............................................................... III-1
3.2.1. Iklim ........................................................................................................................................ III-1
3.2.2. Topografi/Batimetri ......................................................................................................... III-1
3.2.3. Geologi dan morfologi .................................................................................................... III-13
3.3. Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan ........................................... III-1
3.3.1. Penggunaan Lahan ............................................................................................................ III-1
3.3.3. Kegiatan Penangkapan Ikan .......................................................................................... III-1


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


DAFTAR ISI iii

3.3.4. Kegiatan Perikanan Budidaya ..................................................................................... III-1
3.4. Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir............................................................................ III-1
3.4.1. Sentra Kegiatan Perikanan ............................................................................................ III-1
3.4.2. Sentra Kegiatan Pariwisata ........................................................................................... III-1
3.4.3. Sentra Kegiatan Perhubungan...................................................................................... III-1
3.5. Perekonomian Kelautan dan Perikanan .................................................................................. III-1
3.5.1. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................................... III-1

BAB IV ISU ISU POKOK PERMASALAHAN ....................................................... IV-1


































Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


DAFTAR TABEL iv





DAFTAR TABEL




Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


DAFTAR GAMBAR v

DAFTAR GAMBAR



























Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB IPENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN
PENDAHULUAN


1.1. Latar Belakang
Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah selain dilatarbelakangi oleh berbagai
aspek kehidupan dan perikehidupan penduduknya, seperti perkembangan penduduk,
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan ekonomi yang semakin meningkat,
perkembangan/perluasan jaringan komunikasi, perhubungan/transportasi dapat
dipengaruhi oleh adanya kebijakan politik dalam bentuk terbitnya berbagai peraturan
perundang-undangan. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk
keruangan di wilayah yang bersangkutan melalui kegiatan manusia dan kebijakan
penataan ruang di dalamnya. Kebijakan penataan ruang (skala nasional, regional, dan
lokal) pada umumnya dimaksudkan untuk lebih dapat memberikan pelayanan yang baik
kepada masyarakat, terutama dilihat dari sisi keamanan, kenyamanan, produktivitas,
pembangunan.
Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyusun suatu pedoman kebijakan yang
lebih operasional untuk pelaksanaan pembangunan yang lebih rinci. Sebagai pokok-pokok
pedoman kebijakan ini kemudian dituangkan dalam bentuk Penyusunan Rencana Zonasi
Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dalam konteks ini, penyusunan zonasi wilayah
pesisir didasarkan pada keunggulan yang dimilikinya berupa faktor-faktor lokasi, sumber
daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) serta efisiensi dalam manajemen
pengelolaan.
Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memerlukan perencanaan secara
terpadu. Agar perencanaan tersebut dapat berjalan secara terarah dan sehingga
menghasilkan peta potensi dan arahan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan
yang terintegrasi, akuntabel, terkini dan terkendali pemanfaatannya perlu disusun
rencana pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, yang tertuang dalam
Rencana Zonasi WP3K.
Zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah pengalokasian kawasan pesisir dan
pulau-pulau kecil ke dalam zona-zona yang sesuai dengan maksud dan keinginan
pemanfaatan setiap zona. Rencana ini menerangkan nama zona yang terseleksi dan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB IPENDAHULUAN I-2

kondisi zona yang dapat ditetapkan peruntukkannya bagi setiap kegiatan pembangunan,
yang didasarkan pada persyaratan-persyaratan pembangunan berkelanjutan. Suatu zona
adalah suatu kawasan yang memiliki kesamaan karakteristik fisik, biologi, ekologi, dan
ekonomi dan ditentukan oleh kriteria terpilih. Penyusunan zonasi ini dimaksudkan untuk
menciptakan keharmonisan spasial, yaitu bahwa dalam suatu kawasan pesisir dan pulau-
pulau kecil hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi kawasan pembangunan,
namun juga menyediakan daerah bagi zona preservasi dan konservasi.Di dalam zona
pemanfaatan secara intensif juga dilakukan pengaturan ruang secara bijaksana tanpa
adanya tumpang tindih pembangunan dan konflik antara satu kegiatan dengan kegiatan
lainnya.
Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau
Kecil mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Dokumen Rencana Strategis
dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (WP3K). Rencana ini dapat
digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai panduan pelaksanaan pembangunan kelautan
dan perikanan, serta pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir.
Sejalan dengan pengembangan kawasan pesisir yang merupakan program Kementerian
Kelautan dan Perikanan tahun 2009-2014, Pemerintah Daerah juga berkewajiban
menyusun Rencana Zonasi WP3K, Rencana Pengelolaan WP3K, dan Rencana Aksi
Pengelolaan WP3K. Sementara itu, penyusunan RZR merupakan upaya teknis yang
dilakukan untuk mendetilkan struktur dan pola pemanfaatan ruang pada kawasan
pemanfaatan umum yang ditetapkan sebagai kawasan yang diprioritaskan untuk
dikembangkan oleh RZ-WP3K.
Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi dengan potensi sumberdaya
perikanan yang sangat besar dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat
pertumbuhan ekonomi wilayah di Kawasan Indonesia Bagian Timur. Pengembangan
WP3K Provinsi Sulawesi Utara ini bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, dan
kualitas produk kelautan dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan,
pembudidaya ikan, dan pengolah ikan yang adil dan merata dan mengembangkan
kawasan pesisir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. Pengembangan ini harus
didukung oleh perencanaan yang baik agar dapat mencapai tujuan.
Selain sektor perikanan, sektor pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah
satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya
pemulihan ekonomi yang sedang dilaksanakan. Oleh sebab itu pembangunan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB IPENDAHULUAN I-3

kepariwisataan perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan menggunakan
sumberdaya dan potensi kepariwisataan untuk menjadi kekuatan ekonomi dan non-
ekonomi yang dapat diandalkan dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Selain
itu, pariwisata menjadi sangat penting karena merupakan salah satu andalan
pembangunan bagi Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara kedepan, khususnya dalam
memacu penerimaan devisa negara dan pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor
non-migas, dengan tidak mengabaikan prinsip pembangunan wilayah pesisir yang
berkelanjutan.
Untuk itu penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil perlu
dilakukan agar perencanaan dapat berjalan secara terarah dan sehingga menghasilkan
peta potensi dan arahan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang
terintegrasi.

1.2. Tujuan dan Sasaran
Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun Rencana Zonasi WP3K Provinsi Sulawesi Utara
untuk menghasilkan Dokumen Awal Rencana Zonasi WP3K yang terdiri dari Buku Data
dan Analisa, Buku Rencana Zonasi, dan Album Peta. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai
adalah :
1. Tersedianya data dan informasi tentang sumberdaya wilayah pesisir, tingkat
pemanfaatan dan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan, kondisi fisik wilayah,
hidro-oseanografi, sosial ekonomi dan budaya dan kebijakan wilayah.
2. Terindentifikasikannya isu dan permasalahan pemanfaatan sumberdaya pesisir,
kebijakan pengembangan, dan infrastruktur wilayah.
3. Terumuskannya strategi, kebijakan, tahapan dan skenario pengembangan Zona WP3K
Provinsi Sulawesi Utara.
Terumuskannya Rencana Zonasi WP3K Provinsi Sulawesi Utara yang meliputi konsep dan
strategi pengembangan, pola dan struktur pemanfaatan ruang zona, rencana sub-zona dan
arahan pemanfaatan sub-zona (kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi,
kawasan strategis nasional tertentu, alur laut), rencana prioritas, mekanisme dan sistem
pengelolaan kawasan.

1.3. Ruang Lingkup
1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB IPENDAHULUAN I-4

Wilayah perencanaan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan
Pulau-Pulau Kecil ini terletak di Provinsi Sulawesi Utara.

1.3.2. Lingkup Materi
Ruang Lingkup materi meliputi, strategi, kebijakan, tahapan dan skenario pengembangan
kawasan, konsep dan strategi pengembangan, pola dan struktur pemanfaatan ruang
kawasan, rencana sub-zona dan arahan pemanfaatan sub-zona, rencana prioritas,
mekanisme dan sistem pengelolaan kawasan yang diusulkan untuk dijadikan Dokumen
Awal Rencana Zonasi.
1.3.3. Lingkup Waktu Perencanaan
Ruang Lingkup Waktu Perencanaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil
adalah 6 (enam) bulan.

1.4. Keluaran
Hasil akhir dari pelaksanaan pekerjaan kajian ini pada akhirnya adalah rencana zonasi
wilayah pesisir yang akan mengatur tentang pemanfaatan sumber daya alam, rencana
pengelolaan wilayah pesisir dan rencana strategis wilayah pesisir.

1.5. Sistematika Pembahasan
Laporan Antara ini disusun secara sistematis dan runtun bab per bab sesuai dengan
materi pokoknya yang perlu diuraikan sebagaimana ditentukan dalam KAK. Uraian
diawali dari :
BAB I PENDAHULUANyang di dalamnya menguraikan Latar Belakang, Tujuandan
Sasaran, Lingkup Pekerjaan, Keluaran, Pendekatan dan Metodologi dan Sistematika
Pembahasan.
BAB II TINJAUAN KEBIJAKANberisi tentang Kebijakan pembangunan di wilayah
perencanaan yang terdiri kebijakan sektoral dan spasial.
BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAANdalam bab ini menjelaskan
mengenai gambaran wilayah yang terdiri dari kondisi geografis dan administratif, kondisi
fisik dasar pesisir daratan dan perairan, pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan daratan,
kondisi infrastruktur kelautan dan pesisir, serta perekonomian kelautan dan pesisir.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB IPENDAHULUAN I-5

BAB IV ISU-ISU POKOK PERMASALAHAN Pada bab ini berisi tentang isu-isu pokok
spasial, isu-isu pokok pengembangan kegiatan pesisir, isu-isu pokok pengembangan
infrastruktur wilayah dan isu-isu pokok pemasaran hasil produksi perikanan.
BAB V ANALISIS Pada bab ini berisi tentang analisis kesesuaian peruntukan persisir,
analisis daya dukung kawasan, zona dan subzona, analisis rencana pengembangan pesisir,
analisis ekonomi dan bisnis, analisis kebutuhan infrastruktur pendukung pengembangan
kegiatan pada zona dan subzona, analisis pentahapan pengembangan zona dan sub zona,
analisis kebutuhan investasi pengembangan kegiatan zona dan subzona, analisis
pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dan rencana penataan zona dan subzona.










Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-1

BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN
TINJAUAN KEBIJAKAN

2.1. Kebijakan Sektoral
2.1.1. Kebijakan Kelautan dan Perikanan (dari RPJMD, RKPD)
2.1.2. Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Wilayah
2.2. Kebijakan Spasial
2.2.1. RTRW ProvinsiSulawesi Utara 2011-2031
2.2.1.1. Struktur Wilayah Pengembangan
A. Kawasan Lindung
Rencana Kawasan Lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011-2031,
meliputi:
1. Kawasan Hutan Lindung
Hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu
memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya
sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara
kesuburan tanah.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Keppres No. 32 Tahun 1990, kriteria
Hutan Lindung adalah:
a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah
hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau
b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau
c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000
meter atau lebih.
Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Hutan Lindung didasarkan pada Peta
Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK
Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.




Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-2


Dasar Penentuan/Tujuan:
Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah untuk mencegah terjadinya
erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk
menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan.
Arahan Lokasi:
Kawasan hutan lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara meliputi :
a. Bolaang Mongondow, seluas 95.088,56 ha (sudah termasuk Bolaang
Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara
dan Kota Kotamobagu);
b. Minahasa, seluas 9.173 ha;
c. Minahasa Selatan, seluas 22.551 ha; (sudah termasuk Minahasa Tenggara)
d. Minahasa Utara, seluas 17.428 ha;
e. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) seluas 13.820 ha;
f. Kepulauan Talaud, seluas 10.199 ha
g. Bitung, seluas 6.027 ha;
h. Manado seluas 885,10 ha
i. Tomohon, seluas 585 ha
2. Kawasan Resapan Air
Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk
meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer)
yang berguna sebagai sumber air.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai
kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air
permukaan.Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk
memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu
untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik
untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Resapan Air Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 meliputi
wilayah-wilayah resapan air, terutama yang terdapat di wilayah perbukitan
sampai pegunungan yang memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-3

dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar-
besaran, seperti:
- Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang, Bialangsoa,
Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio
dan Batungbakara di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro.
- Puncak tertinggi P. Karakelang di Kabupaten Talaud, sekitar G. Soputan di
Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa, G. Lokon, G. Tatawiran di Kota
Tomohon, G. Tumpa di Kota Manado dan G. Klabat, G. Dua Saudara di
Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung.
- Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah G. Poniki, G.
Matabulewa, G. Bumbungon di Bolaang Mongondow.
- Daerah yang memiliki kemiringan lahan > 40% ditetapkan sebagai kawasan
resapan air.
3. Kawasan perlindungan setempat
Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai,
kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air.
a. Sempadan Pantai
Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi pantai dari
kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi
daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan
kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah
darat.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah
pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai.
Arahan Lokasi:
Kawasan Sempadan pantai di Provinsi Sulawesi Utara mencakup seluruh garis
pantai terutama yang berpotensi abrasi di daerah perencanaan.
b. Sempadan Sungai
Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai,
termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-4

perlindungan kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari
kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai,
kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan
kriteria:
- Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit
5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar;
- Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi
sungai; dan
- Daratan sepanjang tepian anak sungai tidka bertanggul di luar kawasan
permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi
sungai.
Dalam implementasinya, kriteria penetapan sempadan sungai diatur
berdasarkan Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai,
Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garis
sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang
berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan :
- sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-
kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul.
- Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang-
kurangnya 3 (tiga) meter.
- Sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan
sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas 500 km
2
. Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan
mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang
bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan
sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai
seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50
(lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-5

- Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sebagai
berikut:
Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter,
garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter
dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai
dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-
kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada
waktu ditetapkan.
Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua
puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga
puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
- Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan
ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai
dan berfungsi sebagai jalur hijau.
- Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan,
adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi
dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan
sungai serta bangunan sungai.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Sempadan Sungai Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031
mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di Provinsi
Sulawesi Utara, yaitu Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak
Mongondow, Sungai Sangkup, Sungai Tondano, Sungai Malalayang,
Sungai Ranowangko dan Sungai Talawaan.
c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk
Kawasan sekitar danau adalah kawasan di sekeliling danau yang mempunyai
manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Wilayah tersebut adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya proposional
dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik
pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-6

danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat
mengganggu pelestarian fungsi danau.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Sekitar Danau Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 meliputi
danau-danau sebagai berikut:
- Dua danau besar yaitu : Danau Tondano (Kabupaten Minahasa) dan
Danau Moat (yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan dan
Kabupaten Bolaang Mongondow).
- Danau Iloloi (Kabupaten Bolaang Mongondow), Danau Tampusu
(Kabupaten Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Kabupaten
Minahasa Selatan) ;
- Danau Pangolombian dan Danau Linow (danau yang dikelilingi
solfatara/fumarol) di Kota Tomohon.
- Danau Makalehi dan Danau Kapeta (Kabupaten Kepulauan Siau
Taguladang Biaro)
d. Kawasan Sekitar Mata Air
Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang
mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata
air.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kriteria yang digunakan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32
Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan PP No. 26 tahun 2008
tentang RTRWN, untuk mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua
ratus) meter di sekitar mata air sebagai kawasan lindung. Perlindungan
kawasan sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan
budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan di
sekitarnya.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Sekitar Mata Air Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031
mencakup beberapa mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi
masyarakat, di mana mata-mata air ini akan diindikasikan dalam masing-
masing RTRW Kabupaten/Kota.
4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-7

Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang termasuk dalam
Kawasan Lindung Nasional (Lampiran VIII, PP No. 28 Tahun 2008) yang berada di
Provinsi Sulawesi Utara adalah kawasan Suaka Alam Laut Selat Lembeh-Bitung
dan Suaka Alam Laut Sidat, Suaka Margasatwa Gunung Manembo-nembo dan
Suaka Margasatwa Karakelang Utara-Selatan, Cagar Alam Gunung Ambang, Cagar
Alam Gunung Dua Saudara, dan Cagar Alam Tangkoko Batu Angus, Taman
Nasional Bogani Nani Wartabone, dan Taman Nasional Laut Bunaken. Di samping
itu, terdapat juga kawasan-kawasan yang belum termasuk dalam kawasan lindung
nasional sehingga dengan demikian ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi,
seperti Cagar Alam Gunung Lokon, Taman Wisata Alam Batu Angus dan Taman
Wisata Alam Batu Putih, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan.
a. Cagar Alam Gunung Lokon
Cagar Alam Gunung Lokon ditunjuk sebagai kawasan hutan oleh
Pemerintahan Belanda berdasarkan GB.No. 6 stbl.122 tgl 12 Februari 1919
dengan luas 100 Ha. Kawasan ini telah mengalami perluasan dan telah
ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No.109 /Kpts-II/2003 tanggal
27 Maret 2003 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Lokon sebagai
cagar alam seluas 720 ha yang terletak di wilayah Kota Tomohon dan
Kabupaten Minahasa.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam karena memiliki
ekosistem khas berupa hutan pegunungan dengan gunung berapi yang masih
aktif dan mempunyai dua kepundan yang sangat menarik, memiliki potensi
flora khas seperti Pandan (Pandanus sp), Aren (Arenga pinnata), Cemara
gunung, Pakis-pakisan, anggrek-anggrek pohon, dan tanaman-tanaman hias
lainnya. Di sisi lain kawasan ini terdapat padang alang-alang, keadaan ini
disebabkan oleh kegiatan Gunung lokon yang sewaktu-waktu aktif dan
mengeluarkan debu panas. Jenis fauna yang terdapat di dalam Cagar Alam ini
antara lain: Kera Hitam sulawesi (Macaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum),
Kus-kus (Phalanger celebencis) dan jenis-jenis burung seperti raja udang,
tekukur, pipit.
Arahan Lokasi:


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-8

Selain CA Gunung Ambang, CA Dua Saudara dan CA Tangkoko Batuangus yang
sudah ditetapkan oleh PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, CA
Gunung Lokon yang ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi terletak di
Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan
ini berbatasan langsung dengan 7 (tujuh) kelurahan/desa di Kecamatan
Tomohon Utara, yakni : kelurahan Kinilow, Kinilow I, Kakaskasen I,
Kakaskasen II, Kakaskasen III, wailan, dan desa Kayawu. Dan 5 (lima)
kelurahan/desa di Kecamatan Tomohon Barat , yakni : kelurahan Woloan I, II,
III dan desa Tara-tara I, II.
b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau
Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan
habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada
perkehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau,
tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan
pengikisan air laut.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling
sedikit 130 (seratus tiga puluh) kalinilai rata-rata perbedaan air pasang
tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah
darat. Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Pantai Berhutan Bakau didasarkan
pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 :
250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Pantai Berhutan Bakau Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031
mencakup luas 11.250 Ha yang lokasinya tersebar sebagai berikut:
- di wilayah Bintauna, Kaidipang, sekitar Teluk Boroko (termasuk wilayah
Pulau Lampu) dan sebagian Pulau Damar (Kabupaten Bolaang
Mongondow Utara) yang termasuk dalam Kelompok Hutan Bakau
Kaidipang yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan
dan Perkebunan No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999 dengan
lampiran berupa Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I
Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-9

- di sekitar wilayah Desa Tanamon, Puisan, Boyongpante dan Blongko
(Kabupaten Minahasa Selatan).
- di sekitar Desa Ratatotok Basaan wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara
dan di Pantai Utara Kabupaten Minahasa Utara.
- di sekitar Tamako, Kuma dan Manalu wilayah Kabupaten Sangihe.
c. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut
Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam di darat
maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi
alam. Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Taman Wisata Alam adalah
untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta peningkatan
kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kriteria kawasan lindung untuk taman wisata alam menurut PP No. 26 tahun
2008 adalah:
Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya
yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik dan nyaman;
Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata;
Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya
alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata
alam; dan
Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan
kegiatan wisata alam.
Vegetasi yang menyusun TWA Batu Putih di dominasi oleh vegetasi hutan
pantai dan vegetasi hutan sekunder seperti: Bitung (Barringtonia sp.),
Ketapang (Terminalia catappa), Waru (Hibiscus tiliaceus), Kangkung laut
(Ipomoea pescapree), Pandan (Pandanus tectorius), Gora hutan (Eugenia
spp.), Kayu telor (Alstonia scholaris), Beringin merah (Ficus benyamina) dan
lain-lain. Jenis-jenis fauna yang dapat ditemui antara lain: Anoa (Bubalus
depresicornis), Musang sulawesi (Macrogalidia mushenbrochii), Babi hutan
(Sus vitatus, S. celebensis), Kus-kus (Palanger ursinus, P. celebensis),
Kelelawar (Cynopterus blackyotis), Kera hitam sulawesi (Macaca nigra),
Hantu (Tarsius spectrum), Biawak sungai (Varanus salvator) dan lain
sebagainya. Di pantai TWA Batu Putih dijumpai jenis penyu: Penyu


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-10

Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata),
dan Penyu Hijau (Chelonia mydas).
Vegetasi yang menyusun TWA Batu Angus antara lain: Cemara laut
(Casuarina equisetifolia), Bitung (Baringtonia sp.), Kayu telor (Alstonia
scholaris), Beringin (Ficus sp.), Kayu sirih (Piper aduneum), Alang-alang
(Imperata cylindrica) dan Mengkudu (Morinda citrifolia), Bakau (Rhizopora
stylosa). Jenis-jenis fauna yang terdapat di TWA Batu Angus antara lain:
Burung Elang (Accipiter nanus), Burung Tahun (Scerosleucocephacus) dan
Singapuar/Binatang hantu (Tarsius spectrum).
Pada kawasan perairan di sekitar teluk terdapat juga berbagai jenis
mamalia laut, antara lain Ikan Lumba-lumba (Dolphin sp.), dan Ikan Paus
kecil (Balaenoptera acutoratrata). Jenis-jenis ikan yang dapat dijumpai di
kawasan ini antara lain Andamina sp. dan Alticus sp. Jenis-jenis moluska
laut yang dapat dijumpai antara lain adalah Kima Raksasa (Tridacna gigas),
Kima Sisik (Tridocna Squamosa), Kepala kambing (Cassis cornuta), Lola
(Trochus niloticus).
Unsur-unsur hidupan liar menjadi obyek dan daya tarik wisata alam di
TWA Batu Putih dan TWA Batu Angus di samping panorama/gejala alam
seperti keadaan pemandangan pesisir pantai yang tenang, berpasir dan
berkarang indah dengan ikan-ikan karang yang berwarna-warni, tebing-
tebing karang yang curam, sumber mata air panas di bawah laut serta
pemandangan alam hutan. TWA Batu Putih dan Batu Angus ditetapkan
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
1049/Kpts/Um/12/81 tanggal 24 Desember 1981 dengan luas 615 ha
untuk RWA Batu Putih dan 625 ha untuk TWA Batu Angus.
Arahan Lokasi:
Secara administrasi TWA termasuk ke dalam wilayah Desa Batu Putih,
Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, sedangkan TWA Batu Angus termasuk
ke dalam wilayah Desa Kasuari, Kecamatan Ranowulu Kota Bitung Provinsi
Sulawesi Utara.
d. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan
Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan merupakan kawasan yang di
dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi,


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-11

situs purbakala maupun bentukan geologi alami yang khas, yang mempunyai
manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam
PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan Kriteria sebagai hasil budaya
manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu
pengetahuan.
Tujuan Pemantapan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan adalah
untuk memelihara nilai sejarah, pengembangan pendidikan, rekreasi dan
pariwisata serta perlindungan dari kepunahan.
Arahan Lokasi:
Pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (CBP) di
Bukit Kasih Kanonang dan Batu Pinabetengan di Minahasa.
5. Kawasan rawan bencana alam
a. Kawasan Rawan Tanah Longsor
Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan,
ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari
terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.Secara
umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah
curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat
dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan pola
tanam yang tidak mendukung penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan
berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor), beban tambahan seperti konstruksi
bangunan dan kendaraan angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau erosi,
adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang tidak
segera ditangani, adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan, dan/atau
daerah pembuangan sampah.
Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah
berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya
longsor.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah
kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-12

pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material
campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk
melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah
atau batuan yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh
perbuatan manusia.
Lokasi Potensi:
Kawasan Rawan Tanah Longsor Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 tersebar
di wilayah kabupaten dan kota, seperti di:
- Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro: daerah Manganitu, Tamako dan
Siau Timur
- Kota Manado : Kec. Wanea, Kec. Singkil, Kec. Tuminting, Kec. Tikala, Kec.
Mapanget, Kec. Bunaken, Kec. Malalayang, dan Kec. Wenang.
- Jalur jalan Manado-Amurang,
- Jalur jalan Manado-Tomohon,
- Jalur jalan Noongan-Ratahan-Belang, dan
- Daerah Torosik
b. Kawasan Rawan Gelombang Pasang
Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan
membentuk variasi muka air laut dengan periode gelombang yang panjang.
Yang termasuk dalam kategori gelombang periode panjang, antara lain :
gelombang pasang surut (astronomical tide/tidal wave), gelombang tsunami
dan gelombang badai (storm wave). Gelombang pasang surut (pasut) adalah
gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara
bumi dengan planetplanet lain terutama dengan bulan dan matahari.
Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam.
Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kate
gori, yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) & pasang perbani
(pasang kecil, neap tide). Pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15
(saat bulan mati dan bulan purnama) posisi bulanbumimatahari berada pada
satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling
memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang purnama di
mana tinggi pasang sangat besar dibanding pada harihari yang lain.
Sedangkan pada sekitar tanggal 7 dan 21, di mana bulan dan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-13

matahari membentuk sudut sikusiku terhadap bumi maka gaya
tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini
terjadi pasang perbani, dimana tinggi pasang yang terjadi lebih Kecil
dibanding dengan harihari yang lain.
Gelombang badai (storm wave) adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan
karena efek terjadinya siklon tropis disekitar wilayah Indonesia, dan berpoten
si kuat menimbulkan bencana alam.Indonesia bukan daerah lintasan siklon tro
pis, tetapi keberadaan siklon tropiaakan memberikan pengaruh
kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. Secara
fisis siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang mempunyai angin
berputar (siklonik) yang berasal dari daerah tropis dengan kecepatan ratarata
( 34 64 ) knots di sekitar pusatnya.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan rawan gelombang pasang menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah
kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan
kecepatan antara 10 sampe dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat
angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari.
Lokasi Potensi:
Kawasan rawan gelombang pasang di Provinsi Sulawesi Utara meliputi pesisir
pantai utara dan selatan Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki elevasi rendah.
c. Kawasan Rawan Banjir
Banjir pada umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas
normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiridari sungai dan anak sungai
alamiah serta sistem saluran drainase dan
kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi
air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem
pengaliran air
dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi,
penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sam
pah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan
air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir
karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi
sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-14

pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem
pengaliran air dan wadah air lainnya. Di samping itu berkurangnya daerah
resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah
permukiman di mana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan
air ke dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang
tinggi maka sebagian besar air akan
menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem
pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Berdasarkan sumber airnya, banjir dapat dikategorikan dalam empat kategori:
Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas
penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah
dan sistem drainase buatan manusia.
Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat
pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai.
Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia
seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir.
Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai
akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan /
bendungan tidak
dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang
terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang.
Lokasi Potensi:
Kawasan Rawan Banjir di Provinsi Sulawesi Utara meliputi daerah
muarasungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang Sungai.
6. Kawasan Lindung Geologi
Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan
bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap
airtanah.
1. Kawasan Cagar Alam Geologi
Kawasan cagar alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara berupa kawasan
keunikan proses geologi, yakni dengan kemunculan solfatara dan fumarola.
Air atau uap panas (fluida) yang berada di perut bumi tidak diam di


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-15

tempatnya, tapi justru karena menerima panas dari magma terjadilah
fenomena arus konveksi. Seiring dengan meningkatnya temperatur,
volumenya bertambah dan efeknya tekanan fluida menjadi semakin naik.
Akhirnya fluida mendesak dan mendorong batuan sekitarnya atau berusaha
menerobos celah-celah antar batuan (fracture) untuk melepaskan
tekanannya. Secara umum, tekanan di sekitar permukaan bumi lebih rendah
dari pada tekanan di bawah permukaan bumi.
Fluida yang terperangkap di bawah permukaan bumi akan berupaya mencari
jalan terobosan supaya bisa keluar ke permukaan bumi. Ketika mencapai
permukaan, fluida akan tampak sebagai asap putih yang sesungguhnya adalah
uap panas (fumarole), atau bisa juga fluida ini keluar dalam wujud cairan
membentuk kolam air panas (hot spring), atau bisa juga berupa lumpur
panas.
Semua fenomena ini adalah jenis-jenis manifestasi dari keberadaan sistem
panas bumi (geothermal system). Itu merupakan tanda-tanda alam yang
menunjukkan bahwa di bawah lokasi manifestasi tersebut pasti ada intrusi
magma yang memanaskan batuan sekelilingnya, dan daerah tersebut
menyimpan potensi panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber
energi.
Arahan Lokasi:
Kawasan cagar alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara terletak di Lahendong
dan sekitarnya (kota Tomohon), Leilem dan sekitarnya (kabupaten Minahasa)
dan Bukit Kasih Kanonang (Kawangkoan)
2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi
Kawasan rawan bencana alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas:
kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan
rawan gerakan tanah, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan
rawan tsunami, dan kawasan rawan abrasi.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan rawan letusan gunung berapi ditetapkan dengan kriteria:
a. wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau
b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran
atau guguran batu pijar dan/atau aliran gas beracun.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-16

Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria kawasan yang
berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai
dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI).
Kawasan rawan gerakan tanah ditetapkan dengan kriteria memiliki tingkat
kerentanan gerakan tanah tinggi.
Kawasan yang terletak di zona patahan aktif ditetapkan dengan kriteria
sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari
tepi jalur patahan aktif.
Kawasan rawan tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi
rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami.
Kawasan rawan abrasi ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi
dan/atau pernah mengalami abrasi.
Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Rawan Bencana Geologi adalah untuk
melindungi manusia dan kegiatan dari bencana yang disebabkan oleh letusan
gunung berapi.
Lokasi Potensi:
Rencana Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Provinsi Sulawesi Utara
2011-2031 meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu:
- G. Awu ( 1.320 m dpl) yang berada di bagian utara Kabupaten Sangihe,
- G. Karangetang ( 1.827 m dpl) yang terdapat di bagian utara pulau Siau,
- G. Ruang ( 714 m dpl) dan Gunung Submarin Banua Wuhu yang terletak
di Kabupaten Sitaro,
- G. Soputan terletak di Kabupaten Minahasa Selatan,
- G. Lokon ( 1.580 m dpl) & G. Mahawu ( 1.311 m dpl) yang terletak di
Kota Tomohon, G. Ambang ( 1.689 m dpl) yang ada di Bolaang
Mongondow ; dan
- G. Tangkoko yang ada di Kota Bitung.
Kawasan rawan gempa bumi ada di seluruh wilayah Provinsi Utara di mana
wilayah ini tergolong daerah berpotensi tinggi/rawan gempa bumi.
Kawasan yang terletak di zona patahan aktif meliputi sempadan dengan lebar
paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif.
Menurut Peta Geologi (apandi, 1977), di Provinsi Sulawesi Utara terdapat
beberapa sesar/patahan, yaitu Sesar Amurang Belang, Sesar Ratatotok, Sesar


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-17

Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang
Mongondow, dan sesar Manado Kema.
Kawasan rawan tsunami di Provinsi Sulawesi Utara meliputi daerah pesisir
pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami
tsunami.
B. Kawasan Budidaya,
Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik
dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi
kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman.
Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2011-
2031, penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan
pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang
ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya.
1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Kawasan Hutan produksi adalah kawasan hutan yang terdiri atas Hutan Produksi
Terbatas (HPT), Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Konversi (HPK).
2. Kawasan Hutan Produksi Terbatas
Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukkan bagi
hutan produksi terbatas di mana eksploitasinya hanya dapat dilakukan dengan
tebang pilih.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan Budidaya yang dikategorikan sebagai kawasan Hutan Produksi Terbatas
menurut PP No 26 tahun 2008 kriterianya adalah memiliki factor kemiringan
lereng, jenis tanah dan intensitas hujan dengan nilai skor 125 (seratus dua puluh
lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat). Di Provinsi Sulawesi Utara,
Kawasan Hutan Produksi Terbatas didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No.
452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Provinsi Sulawesi Utara 2011-
2031 mencakup luas 210.124 Ha atau 13,76 % dari luas Provinsi. Sesuai dengan
data dari BPKH Wil VI, 2007, HPT ini meliputi:
HPT Salibabu I & II, HPT Kabaruan di P. Salibabu (Kabupaten Talaud);


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-18

HPT P. Bangka, HPT P. Talise, HPT G. Wiau, HPT Sauan (Kabupaten Minahasa
Utara);
HPT G. Tatawiran dan HPT G. Insarang (Kab. Minahasa & Kota Tomohon);
HPT Kayuwatu (Kab. Minahasa);
HPT S. Togop, HPT Gn. Surat , HPT Gn. Sinonsayang, HPT Gn. Simbalang, dan
HPT Gn. Mintu (Kabupaten Minahasa Selatan);
HPT S. Ayong-Lobong, HPT S. Andagile-S.Gambuta-S.Biau, HPT Molibagu-
Pinolosian-Kombot, HPT S. Tanganga-S.Salongo-S.Molibagu, HPT S.Dumoga,
HPT Mintu, HPT G. Bumbungon (Kabupaten Bolaang Mongondow).
3. Kawasan Hutan Produksi Tetap
Kawasan Hutan Produksi Tetap adalah kawasan yang diperuntukan bagi hutan
produksi tetap di mana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis
dan tanam.

Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan budidaya yang dapat digolongkan sebagai Kawasan Hutan Produksi
Tetap memiliki kriteria sebagai berikut (PP No 26 tahun 2008) : Kawasan hutan
dengan faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas hujan yang
setelah masing-masing dikalikan dengna angka penimbang mempunyai jumlah
nilai skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat). Di Provinsi Sulawesi Utara,
Kawasan Hutan Produksi Tetap didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan
Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No.
452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Hutan Produksi Tetap Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031
mencakup luas 67.424 Ha atau 5, 37 % dari luas Provinsi (BPKH Wil. VI, 2007),
yang meliputi :
HP S. Ranoyapo I (Kabupaten Minahasa Selatan);
HP S. Ilangan I & II, HP S.Pililahunga-S.Milangodaa, HP Mataindo, HP Matabulu,
HP Inobonto-Poigar, HP Ongkak Mongondow (Kabupaten Bolaang
Mongondow).
4. Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-19

Kawasan Hutan Yang Dapat Dikenversi atau HPK ialah kawasan hutan produksi
yang dicadangkan untuk pembangunan lain, seperti pertanian dan perkebunan.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria:
memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah
skor paling besar 124
dan/atau merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan
daya dukung dan daya tampung lingkungan
Arahan Lokasi:
Rencana pengembangan Kawan Hutan Peruntukan Hutan Produksi dapat
dikonversi (HPK) Bintauna (Kabupaten Bolaang Mongondow Utara) dengan luas
14.643 ha.
5. Kawasan Hutan Rakyat
Hutan Rakyat adalah tanaman kayu-kayuan secara murni atau campuran dengan
jenis tanaman pohon lainnya namun dengan tanaman kayu-kayuan sebagai
tanaman utama pada lahan milik atau lahan marga.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Kriteria kawasan budi daya untuk kawasan hutan rakyat menurut PP No. 26 tahun
2008 adalah: kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada
tanah yang dibebani hak milik. Kawasan peruntukan hutan rakyat dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan. Kawasan hutan rakyat berada pada
lahan-lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Hutan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 ialah lahan-
lahan yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang
dapat berfungsi ganda, misalkan: sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain-
lain yang sekaligus juga berfungsi ekologis. Saat ini, kawasan Hutan Rakyat telah
dikembangkan dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan bantuan dari instansi
kehutanan seperti Dinas Kehutanan dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai
(BPDAS).
6. Kawasan Pertanian
Kawasan pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian
yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering,


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-20

kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan air tawar, perikanan
laut, dan peternakan.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Menurut PP No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan
kriteria:
- memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian;
- ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi;
- mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau
- dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air.
Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah,
pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan /perkebunan, perikanan
air tawar, perikanan laut, dan peternakan.
Arahan Lokasi:
Rencana Pengembangan pertanian dapat dilakukan di seluruh kabupaten dan kota
di Provinsi Sulawesi Utara.


7. Kawasan Pertanian Lahan Basah
Pertanian lahan basah adalah usaha budidaya tanaman pangan lahan basah
khususnya Padi Sawah.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Untuk mengembangkan areal persawahan dengan memanfaatkan potensi
berdasarkan kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan prasarana
pengairan/irigasi teknis dan setengah teknis;
Untuk meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah yang berkelanjutan
tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan
hidup
Untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani
Untuk memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya beras
Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat
Untuk menciptakan kesempatan kerja dan berusaha
Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Arahan Lokasi:


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-21

Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031
terutama diarahkan ke:
Daerah Dumoga, Lolayan dan Lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow
Daerah Bintauna/Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara
Beberapa lokasi di Kabupaten dan Kota yang juga memiliki lahan yang
berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman pangan lahan basah (padi
sawah).
8. Kawasan Pertanian Lahan Kering
Pertanian lahan kering yang dimaksud adalah meliputi Komoditas tanaman
pangan dan palawija serta hortikultura yang dibudidayakan masyarakat.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Mengembangkan areal pertanian lahan kering dengan memanfaatkan potensi
berdasarkan kesesuaian lahan;
Meningkatkan produktivitas pertanian lahan kering yang berkelanjutan tanpa
mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani
Memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya beras
Meningkatkan pendapatan masyarakat
Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering Provinsi Sulawesi Utara 2011 - 2031
mencakup luas 47.074 Ha atau 19,44 % dari luas wilayah Provinsi. Dari luas
tersebut, sekitar 32 % terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow, 26 % di
Kabupaten Minahasa dan 24 % di kabupaten Minahasa Selatan.
Pertanian lahan kering yang sudah/akan dikembangkan meliputi:
Tanaman pangan/palawija.
Saat ini budidaya tanaman pangan/palawija seringkali juga diusahakan di
bawah pertanaman tanaman perkebunan terutama kelapa sehingga luas panen
di tahun 2005 mencapai sekitar 132.000 Ha. Lihat Tabel berikut. Jika upaya
penanaman tanaman pangan/palawija dapat lebih diintensifkan lagi,


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-22

diharapkan luas panen tanaman ini di tahun-tahun mendatang dapat lebih
meningkat.
Tanaman semusim (jagung, kacang hijau, dan kacang-kacangan).
pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota
di wilayah Provinsi Sulawesi Utara.
Budidaya tanaman kedelai terutama akan dikembangkan di Kabupaten
Bolaang Mongondow.
Tanaman ubi kayu dan ubi jalar
pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota
di wilayah Provinsi Sulawesi Utara
Tanaman Sukun dan Sagu
pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di wilayah kepulauan:
Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro.
9. Kawasan Hortikultura
Hortikultura adalah komoditas berupa tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan
tanaman hias (Florikultura).
Dasar Penentuan/Tujuan:
Meningkatkan produktifitas tanaman hortikultura yang berkelanjutan tanpa
mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup
Menyediakan infrastruktur pendukung komoditas hortikultura
Menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha bagi
masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
Meningkatkan peluang ekspor
Menetapkan dan mengembangkan komoditas unggulan komersial
hortikultura sesuai kondisi tanah dan agroklimat
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia petani dan pelaku usaha
Membangun industri pariwisata sebagai sektor pendukung berkembangnya
industri tanaman hias
Arahan Lokasi:
Tanaman sayur-sayuran .


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-23

Tanaman sayur-sayuran yang akan dan sudah dikembangkan adalah jenis
sayur-sayuran dataran tinggi dan jenis sayur-sayuran dataran rendah. Untuk
jenis sayur-sayuran dataran tinggi (kubis, wortel, kentang, buncis, bawang
daun) terutama akan dan sudah dikembangkan di wilayah Kabupaten
Minahasa Selatan, kota Tomohon dan dataran tinggi Kabupaten Bolaang
Mongondow. Sedangkan jenis sayur-sayuran dataran rendah pada umumnya
sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota di wilayah
Provinsi Sulawesi Utara.
Tanaman buah-buahan.
Tanaman yang sudah dan akan dikembangkan adalah tanaman rambutan,
salak, mangga, semangka, nenas, duku/langsat, durian dan pisang.
Pengembangan budidaya tanaman rambutan terutama akan dilakukan di
Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Utara; budidaya
tanaman salak di Kabupaten Sitaro dan Kabupaten Minahasa Tenggara;
budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang di Kabupaten
Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara,
dan Kabupaten Bolaang Mongondow; budidaya tanaman semangka di
Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara; budidaya
tanaman nenas di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa
Selatan. Budidaya matoa terutama akan dan sudah dikembangkan di wilayah
Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang
Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Utara.


Tanaman hias.
Sedangkan pengembangan tanaman hias terutama diarahkan ke wilayah Kota
Tomohon.
10. Kawasan Perkebunan
Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada
tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah
dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu
pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan
kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-24

Dasar Penentuan/Tujuan:
Meningkatkan produktifitas tanaman tahunan/perkebunan yang
berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan
lingkungan hidup
Meningkatkan produktivtas perkebunan
Meningkatkan sumber devisa negara
Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam
Meningkatkan pendapatan masyarakat
Meningkatkan peluang ekspor
Menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kesempatan berusaha bagi
masyarakat pedesaan.
Arahan Lokasi:
Rencana Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara 2011-
2031mencakup luas 656.572 Ha atau 19,44 % dari luas wilayah provinsi, di mana
komoditas perkebunan yang akan dikembangkan ini adalah kelapa, cengkeh, pala,
cacao/coklat, vanili dan kopi. Saat ini teknik budidaya yang ada masih sederhana
dan merupakan kebun rakyat yang dikelola secara turun temurun. Sedangkan
perkebunan besar dikelola secara intensif oleh pihak swasta.
Saat ini perkebunan kelapa hampir tersebar merata di seluruh wilayah kabupaten
dan kota di Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan pengembangan perkebunan kelapa
terutama diarahkan di:
Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten
Minahasa, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kota Bitung,
Kawasan sepanjang jalur Jalan Trans Sulawesi.
Kecamatan Bolangitan dan Bolaang Uki di sepanjang Pantai Utara dan Selatan
di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Bolaang Mongondow
Selatan.
Pulau Tagulandang, Biaro, Sangihe, Siau, Karakelang, Salibabu dan Mangarang
di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Sitaro
Di samping itu terdapat perkebunan kakao yang dikelola swasta yang terletak di
Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan.
11. Kawasan Perikanan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-25

Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan
pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi,
produksi,pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu
sistem bisnisperikanan.
Dasar Penentuan/Tujuan:
Menurut PP No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan
kriteria:
wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya,
dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau
tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup
Arahan Lokasi:
Rencana pengembangan Kawasan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031
ini perlu dilakukan melalui beberapa rencana pola pemanfaatan ruang sebagai
berikut :
a. Penetapan daerah penangkapan ikan (fishing ground)
b. Penetapan sentra-sentra pendaratan ikan/pelabuhan perikanan
c. Peningkatan fasilitas armada tangkap, dan fasilitas penunjang lainnya
d. Penetapan sentra-sentra budidaya perikanan
e. Peningkatan fasilitas dan infrastruktur budidaya perikanan
f. Penetapan kawasan industri perikanan
g. Penetapan daerah perlindungan laut (DPL) dan daerah perlindungan
mangrove (DPM)
Menurut UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan, wilayah pengelolaan perikanan
Republik Indonesia untuk penangkapan ikan meliputi :
a. Perairan Indonesia
b. ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia)
c. Sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan
serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di wilayah Republik Indonesia
12. Kawasan Perikanan Tangkap
Kegiatan perikanan tangkap ialah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan
yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk
kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan,
mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-26

Dasar Penentuan/Tujuan:
Menurut UU No. 31 tahun 2004, pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan
tujuan:
a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil;
b. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
c. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
d. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan;
f. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;
g. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan;
h. mencapai pemanfatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan
lingkungan
i. sumber daya ikan secara optimal; dan
j. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata
ruang
Arahan Lokasi:
Kawasan perikanan tangkap diarahkan ke Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten
Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang
Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang
Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan
Talaud.
13. Kawasan Budi Daya Perikanan
Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol,
termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut,
menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/ atau mengawetkannya.
Dasar Penentuan/Tujuan:
a. Mengembangkan areal perikanan budidaya dengan memanfaatkan potensi
berdasarkan kesesuaian lahan
b. Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya yang berkelanjutan tanpa
mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alamdan lingkungan hidup


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-27

c. Memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya ikan sebagai sumber
protein
d. Meningkatkan ekspor
e. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pembudidaya ikan
f. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha
g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat
Arahan Lokasi:
Kawasan budi daya perikanan diarahkan ke Kota Bitung, Kota Tomohon, Kota
Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten
Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten
Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten
Kepulauan Talaud.
14. Kawasan Pengolahan Ikan
Pengolahan ikan adalah penanganan hasil perikanan yang perlakuannya dimulai
sejak ikan ditangkap, penanganan di atas kapal, penanganan saat didaratkan,
penanganan di pasar- pasar, pengecer sampai ke pabrik pengolahan. Penanganan
hasil perikanan meliputi penanganan terhadap bahan mentah (ikan), bahan
tambahan, bahan pembantu, peralatan yang digunakan, teknologi serta
persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pengolah dan pabrik (UPI).
Dasar Penentuan/Tujuan:
a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan;
b. meningkatkan ekspor ;
c. meningkatkan penerimaan dan devisa negara;
d. mendorong perluasan dan kesempatan kerja;
e. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan;
f. mengoptimalkan pengolahan sumber daya ikan;
g. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;

Arahan Lokasi:
Kawasan pengolahan ikan diarahkan ke Kota Bitung, Kabupaten Minahasa Selatan,
Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten
Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-28

Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten
Kepulauan Talaud.
15. Kawasan Pertambangan
Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka
penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi
penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,
pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca
tambang.
Dasar Penentuan/Tujuan:
a. Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha
pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing;
b. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih
mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional;
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan kerja untuk sebesarbesar kesejahteraan rakyat; dan
d. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan
Lokasi Potensi:
Untuk mendapatkan pengelolaan bahan tambang dengan prinsip pembangunan
berkelanjutan dan berwawasan lingkungan maka perlu dilakukan pemetaan
zonasi pertambangan guna membantu di dalam pemanfaatan bahan tambang, di
samping usaha konservasi bahan galian itu sendiri.
Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009, usaha pertambangan dikelompokkan atas:
a. Pertambangan mineral yang dibagi lagi ke dalam:
- Pertambangan mineral radioaktif
- Pertambangan mineral logam
- Pertambangan mineral bukan logam
- Pertambangan batuan
b. Pertambangan batubara
Provinsi Sulawesi Utara tidak memiliki pertambangan mineral radioaktif dan
batubara.
a. Pertambangan Mineral


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-29

Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat
fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang
membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Pertambangan
Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau
batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah.
Dasar Penentuan/Tujuan:
a. Menjamin manfaat pertambangan mineral secara berkelanjutan dan
berwawasan lingkungan hidup;
b. tersedianya mineral sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber
energi untuk kebutuhan dalam negeri;
c. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta
menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat;
dan
d. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha
pertambangan mineral.
Lokasi Potensi pertambangan mineral Provinsi Sulawesi Utara berada di:
a. Andesit di Tomohon.
b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran 373,88 Ha
dengan cadangan diperkirakan sebanyak 44.478.125 M3.
c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran 100 Ha dengan cadangan
diperkirakan sebanyak 1.000.000 M3.
d. Tras di Tomohon.
e. Batu Belah, terdapat di lereng G. Tumpaan.
f. Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan,
dan Ratatotok.
g. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan
gunung api. Terutama di sekitar kaki G. Soputan dengan ketebalan sekitar
30 meter.
h. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan
Blongko
i. Andesit terdapat di Siau dan Manganitu, dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 24.811.925 m3.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-30

j. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu Manganitu, dengan cadangan
diperkirakan sebanyak 10.250.600 m3.
k. Pasir Besi terdapat di bagian Utara P. Sangihe Besar dan p. Tagulandang,
dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.598.783 m3.
l. Bijih Besi terdapat di Siau Barat Selatan, Manganitu Selatan, dengan
cadangan diperkirakan sebanyak 927.280 ton
m. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (P. Ruang)
n. Zeolit terdapat di Lamango (P. Biaro).
o. Tras terdapat di Enemawira.
p. Batu apung terdapat di P. Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 240.000 m3.
q. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang.
r. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 2.200.000 m3.
s. Sirtu terdapat di sekitar G. Awu, G. Karangetang.
t. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 6.240 ton.
b. Pertambangan Mineral Logam
Mineral logam terdiri dari:
- Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan;
- Bauksit, tembaga, timbal, seng;
- Emas, platina, perak, air raksa, intan;
- Yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya;
- Berillium, korundum, zirkon, kristal kuarsa;
- Kriolit, fluospar, barit;
- Nikel, kobalt;
- Timah.
Lokasi Potensi untuk pertambangan mineral logam berada di:
- Emas di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di Lanut, Mintu,
Tobongan, Goropai, dan Munsi di Kecamatan Modayag; Tapabeken di
Kecamatan Kotabunan; Tanoyan, Anggrek di Kecamatan Lolayan; Pusian
dan S. Mauk di Kecamatan Dumoga; S. Duminanga di Kecamatan Bolaang
Uki; di Kabupaten Minahasa Selatan terdapat di Mesel Kecamatan Belang,


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-31

Toyopon Kecamatan Motoling, Kalait Kecamatan Tombatu, Liandok
Kecamatan Tompaso Baru dan Sulu Kecamatan Tumpaan; di Kabupaten
Minahasa terdapat di Agotey Kecamatan Pineleng; di Kabupaten Minahasa
Utara terdapat di Winuri Kecamatan Likupang; di Kabupaten Kepulauan
Sangihe terdapat di Gumahe Kecamatan Tabukan Selatan dan Pintareng
Kecamatan Manganaitu Selatan.
- Bijih besi di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow yang
terdapat di Tg. Buaya Kecamatan Bolang Itang, Kabupaten Minahasa Utara
yang terdapat di Pulau Bangka Kecamatan Likupang dan di Kabupaten
Sitaro yang terdapat di Bukti Sowaeng Kecamatan Siau Barat dan Bahu
Kecamatan Siau Selatan.
- Pasir besi titan di Kabuipaten Bolaang Mongondow terdapat di Pantai
Bintauna Kecamatan Bintauna, Pantai Lolak Kecamatan Lolak, Pantai Lolan
Kecamatan Inobonto, Busisingo Pantai, Busisingo Darat dan B. Laut Dalam
di Kecamatan Sangkup; Kabupaten Kepulauan Sangihe terdapat di Naha
Kecamatan Tabukan Utara; Di Kabupaten Sitaro di Pantai Barat di
Kecamatan Tagulandang; Kabupaten Kepulauan Talaud di Pantai Barat
Kecamatan Karakelang, Pantai Timur P. Salibabu, Pantai Barat Kecamatan
Melonguane dan Pantai Barat Kecamatan Beo; di Kabupaten Minahasa
terdapat di Pantai Poopoh Kecamatan Tombariri.
- Mangan di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di Tg. Buaya
Kecamatan Bolang Itang dan di Kecamatan Minahasa Utara di Tg. Tarabitan
Kecamatan Likupang.
- Nikel di Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud.
- Timah hitam di P. Lipang Kabupaten Kepulauan Sangihe.
c. Mineral Bukan Logam
Mineral bukan logam terdiri dari:
- Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam;
- Bitumen padat, aspal;
- Antrasit, batu bara, batu bara muda;
- Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya.
- Arsin, antimon, bismut;
- Yodium, brom, khlor, belerang.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-32

Lokasi Potensi untuk pertambangan mineral bukan logam terdiri dari:
- Minyak bumi di Cekungan Minahasa
- Barit di Binebas Kecamatan Tabukan Selatan Kabupaten Kepulauan
Sangihe
- Belerang di G. Ambang Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang
Mongondow, G. Soputan Kecamatan Kota Menara Kabupaten Minahasa
Selatan dan G. Mahawu Kecamatan Rurukan Kota Tomohon.
d. Pertambangan Batuan
Bahan galian pertambangan batuan terdiri dari:
- Nitrat nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite);
- Asbes, talk, mika, grafit, magnesit;
- Yarosit, leusit, tawas (alum), orker;
- Batu permata, batu setengah permata;
- Pasir kuarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit;
- Batuapung, tras, obsidian, perlit, tanah diatomea, tanah serap (fullers
earth);
- Marmer, batutulis;
- Batukapur, dolomit, kalsit;
- Ganit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir, sepanjang tidak
mengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B dalam
jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Semua
bahan galian di luar mineral logam dan radioaktif yang mempunyai
kegunaan langsung untuk berbagai industri disebut bahan galian industri.
Sebagian besar bahan galian industri termasuk ke dalam bahan galian
pertambangan batuan.
Lokasi Potensi bahan tambang batuan di Sulawesi Utara yang sudah diketahui :
a. Andesit di Tomohon.
b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran 373,88 Ha
dengan cadangan diperkirakan sebanyak 44.478.125 M3.
c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran 100 Ha dengan cadangan
diperkirakan sebanyak 1.000.000 M3.
d. Tras di Tomohon.
e. Batu Belah, terdapat di lereng G. Tumpaan.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-33

f. Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan,
dan Ratatotok.
g. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan
gunung api. Terutama di sekitar kaki G. Soputan dengan ketebalan sekitar
30 meter.
h. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan
Blongko
i. Andesit terdapat di Siau dan Manganitu, dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 24.811.925 m3.
j. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu Manganitu, dengan cadangan
diperkirakan sebanyak 10.250.600 m3.
k. Pasir Besi terdapat di bagian Utara P. sangihe Besar dan p. Tagulandang,
dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.598.783 m3.
l. Bijih Besi terdapat di Siau Barat Selatan, Manganitu Selatan, dengan
cadangan diperkirakan sebanyak 927.280 ton
m. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (P. Ruang)
n. Zeolit terdapat di Lamango (P. Biaro).
o. Tras terdapat di Enemawira.
p. Batu apung terdapat di P. Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 240.000 m3.
q. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang.
r. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 2.200.000 m3.
s. Sirtu terdapat di sekitar G. Awu, G. Karangetang.
t. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan
sebanyak 6.240 ton.
Pengembangan dan pengelolaan kawasan pertambangan adalah sebagai
berikut :
a. Penetapan suatu kawasan pertambangan mengacu pada peraturan dan
undang-undang yang berlaku secara struktural,
b. Kawasan yang telah dideteksi mempunyai deposit mineral tambang yang
mempunyai nilai dalam skala ekonomis diberi peluang untuk diekploitasi
sebagai kawasan pertambangan.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-34

c. Untuk kawasan-kawasan ini sebelum memasuki tahapan eksplorasi dan
eksploitasi, perlu diadakan studi kelayakan akhir yang melibatkan
instansi/dinas terkait di bawah koordinasi Pemerintah Provinsi Sulawesi
Utara dan Kabupaten Minahasa.
d. Penetapan Kawasan Pertambangan baru perlu mempertimbangkan
investasi yang telah dilaksanakan sektor lain di kawasan tersebut.
e. Kawasan yang mempunyai deposit mineral tambang baru dapat di
eksploitasi setelah memenuhi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan,
serta tidak melanggar peraturan/ perundang-undangan yang berlaku.
f. Pendelineasian kawasan ini perlu dilakukan pada peta dengan skala yang
lebih besar dan pengembangannya diarahkan pada kawasan yang
mempunyai sumber/potensi bahan galian sesuai hasil eksplorasi.
Kebijakan pemanfaatan ruangnya meliputi :
a. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan pertambangan agar
tidak mengganggu fungsi lindung.
b. Pengembalian fungsi lindung pada kawasan bekas kuasa pertambangan.
Rekomendasi :
a. Dibuat/disusun Peta Zonasi Pertambangan Provinsi Sulawesi Utara.

e. Panas Bumi
Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas,
uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara
genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan
untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan.
Dasar Penentuan/Tujuan:
a. Mengendalikan pemanfaatan kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk
menunjang
b. Pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan nilai tambah secara
keseluruhan;
c. Meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat untuk mendorong
pertumbuhan
d. Perekonomian nasional demi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran
rakyat.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-35


Lokasi Potensi panas bumi Provinsi Sulawesi Utara berada di :
- Klaster Lahendong dengan potensi cadangan sebesar 313 MW
- Klaster Tompaso dengan potensi cadangan sebesar 230 MW
- Klaster G. Ambang dengan potensi cadangan sebesar 285 MW
- Klaster G. Dua Saudara dengan potensi cadangan sebesar 125 MW, dan
- Klaster Airmadidi dengan potensi cadangan sebesar 125 MW
16. Kawasan Air Tanah
Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga.
Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air tanah adalah
air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi
dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis.
a. Air Tanah Preatis Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh
dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable.
b. Air Tanah Artesis Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta
berada di antara dua lapisan kedap air.
17. Kawasan Industri
Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,bahan baku,
barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang
lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan
perekayasaan industri.
Rencana Kawasan Industri Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 diarahkan ke:
a. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk zona industri. Ditinjau dari
lokasinya, selain mempunyai akses yang baik ke Pelabuhan Bitung, kawasan
ini mempunyai wilayah belakang kawasan perkebunan yang potensial untuk
mendukung kegiatan agro-industri. Untuk pengembangan kawasan ini lebih
jauh perlu mengacu kepada Keppres No.53 Tahun 1989 dan Keppres No. 33
Tahun 1990, serta SK Menteri Perindustrian No. 291/M/SK/10/1989 tentang
tata Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan Industri, dengan didukung
oleh studi perencanaan Detail Kawasan.
Luas kawasan perindustrian tersebut mencapai 2.750 Ha.
b. Kawasan industri di Kapitu.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-36

c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung
d. Di luar Zona Industri Kabima, kegiatan industri diarahkan pengembangannya
ke wilayah kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah
kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara,
Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Sangihe, Talaud, Sitaro)
dalam bentuk peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil, beserta
pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/
kabupaten tersebut.
Kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan industri meliputi :
a. Penataan ruang untuk zona industri diarahkan di KABIMA.
b. Penyediaan prasarana pendukung
c. Pengembangan kawasan perindustrian di wilayah perkotaan dalam bentuk
peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil.
Dasar Penentuan/Tujuan:
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta
dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi
pertumbuhan industri pada khususnya;
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan dunia usaha nasional;
4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi
lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan
industri;
5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha,
serta meningkatkan peranan koperasi industri;
6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi
nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-37

pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan
kepada luar negeri;
7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang
pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara;
8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional.
Arahan lokasi:
Rencana Kawasan Industri Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 ialah ke:
a. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk zona industri. Ditinjau dari
lokasinya, selain mempunyai akses yang baik ke Pelabuhan Bitung, kawasan
ini mempunyai wilayah belakang kawasan perkebunan yang potensial untuk
mendukung kegiatan agro-industri. Untuk pengembangan kawasan ini lebih
jauh perlu mengacu kepada Keppres No.53 Tahun 1989 dan Keppres No. 33
Tahun 1990, serta SK Menteri Perindustrian No. 291/M/SK/10/1989 tentang
tata Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan Industri, dengan didukung
oleh studi perencanaan Detail Kawasan.
b. Luas kawasan perindustrian tersebut mencapai 2.750 Ha.
c. Kawasan industri di Kapitu.
d. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung
e. Di luar Zona Industri Kabima, kegiatan industri diarahkan pengembangannya
ke wilayah kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah
kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara,
Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Sangihe, Talaud, Sitaro)
dalam bentuk peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil, beserta
pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/
kabupaten tersebut.
Kebijakan pemanfaatan ruang pada kawasan industri, meliputi :
a. Penataan ruang untuk zona industri diarahkan di KABIMA.
b. Penyediaan prasarana pendukung
c. Pengembangan kawasan perindustrian di wilayah perkotaan dalam bentuk
peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil.
18. Kawasan Industri Kecil/Rumah Tangga


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-38

Industri Kecil/Rumah Tangga adalah Industri yang memiliki modal relatif kecil,
teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang dan biasanya dari kalangan
keluarga, produknya masih sederhana dan lokasi pemasarannnya masih terbatas
(berskala lokal). Contohnya adalah industri kerajinan dan industri makanan
ringan.

Dasar Penentuan/Tujuan:
9. Menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan
kesempatan kerja yang produktif dan diversifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi
atau sumber-sumber pendapatan.
10. Meningkatkan kesempatan kerja, khususnya untuk menyerap arus tenaga
kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat.
11. Meningkatkan nilai tambah total dari ekonomi masyarakat. Nilai tambah total
yang tinggi hanya dapat dicapai melalui kombinasi antara pertumbuhan
jumlah orang yang bekerja di semua sektor ekonomi yang ada dan peningkatan
produktivitas pekerja di sektor-sektor tersebut.
Arahan lokasi :
Arahan lokasi pengembangannya adalah wilayah kabupaten dan kota di wilayah
provinsi Sulawesi Utara (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah
kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara,
Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur,
Bolaang Mongondow Selatan, Sangihe, Talaud, Sitaro) dalam bentuk peruntukan
industri kecil/rumah tangga dan sentra-sentra industri kecil, beserta
pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/
kabupaten tersebut.
19. Kawasan Industri Agro
Industi Agro atau Agro industri adalah kegiatan mengolah hasil-hasil komoditi
pertanian dengan menggunakan peralatan, bahan dan teknik tertentu serta
melibatkan sumberdaya manusia.Industri yang menggunakan bahan mentah yang
diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng,
industri kopi, industri buah-buahan, dan lain-lain.
Dasar Penentuan/Tujuan:


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-39

1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, mengoptimalkan sumber daya alam pertanian
yang pada masa lampau pre-industrial agriculture menuju industrialized
agriculture, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan
keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan Agro Industri serta pertumbuhan ekonomi secara umum.
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan dunia usaha nasional.
Arahan lokasi:
a. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA)
di Minahasa Utara dan Bitung serta kawasan industri terpadu Bitung di Bitung;
b. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-Amurang di
Minahasa Selatan; dan
c. kawasan peruntukan industri kecil dan ringan tersebar di seluruh
Kabupaten/Kota wilayah Provinsi.
Di luar Zona Industri KABIMA, kegiatan industri diarahkan pengembangannya ke
wilayah Kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah Kabupaten
(Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang
Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang
Mongondow Selatan, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro) dalam bentuk peruntukan Industri Agro, beserta
pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/
kabupaten tersebut.
20. Kawasan Industri Ringan
Industri Ringan adalah Industri yang menggunakan bahan baku seperti kertas,
kayu, rotan, dan lain-lain.
Dasar Penentuan/Tujuan:


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-40

1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan sumber daya alam dan menjaga keseimbangan dan
kelestarian lingkungan hidup;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan ekonomi secara umum.
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap
kemampuan dunia usaha nasional.
4. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi
nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan
pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan
kepada luar negeri;
5. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional.
Arahan lokasi :
a. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk Zona Industri.
b. Kawasan Industri di Kapitu-Amurang (Minahasa Selatan).
c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung.
d. Kawasan Industri Terpadu Bitung.
e. Di luar Zona Industri KABIMA, kegiatan Industri Ringan diarahkan
pengembangannya ke wilayah Kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu)
atau wilayah Kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara,
Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang
Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Kepulauan Sangihe,
Kepulauan Talaud, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) dalam bentuk
peruntukan Industri Ringan beserta pengembangannya, seperti yang
diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/ kabupaten tersebut.
21. Kawasan Industri Berat
Industri yang seluruhnya menggunakan tenaga mesin berukuran besar.Industri
yang menghasilkan mesin-mesin atau ala-alat produksi lainnya.Misalnya industri
alat-alat berat, industri mesin, seperti pabrik besi, pabrik baja, dan lain-lain.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-41

Dasar Penentuan/Tujuan:
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata
dengan memanfaatkan sumber daya alam dan menjaga keseimbangan dan
kelestarian lingkungan hidup;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan ekonomi secara umum.
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi modern dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan
dunia usaha nasional.
4. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi
nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan
pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan
kepada luar negeri;
5. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka
memperkokoh ketahanan nasional.
Arahan lokasi:
Kawasan peruntukan industri di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara diarahkan
keKauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk Zona Industri.
22. Kawasan Industri Lainnya
Kawasan industri yang belum tercantum pada pembagian kawasan industri
seperti yang telah diuraikan pada pembahasan kawasan industri adalah industri
perikanan. Kawasan Industri perikanan adalah penting di provinsi Sulawesi Utara
karena hampir semua kabupaten/kota memiliki potensi perikanan tangkap dan
perikanan budidaya, kecuali kota Tomohon dan kota Kotamobagu yang tidak
memiliki perikanan tangkap. Akan tetapi memiliki perikanan budidaya.
Industri perikanan ialah Industri yang menggunakan bahan mentah yang
diperoleh dari hasil perikanan (ikan, serta hasil perikanan lainnya) untuk
kegunaan manusia atau sebagai bahan mentah industri lain.
Dasar Penentuan/Tujuan:
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan nelayan secara adil dan merata
dengan memanfaatkan dana, mengoptimalkan sumber daya perikanan (ikan,


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-42

serta hasil perikanan dan/atau hasil budidaya perikanan, dengan
memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup;
2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur
perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang
sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi
pertumbuhan Industri perikanan serta pertumbuhan ekonomi secara umum.
3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya
teknologi yang tepat guna dan modern, serta menumbuhkan kepercayaan
terhadap kemampuan dunia usaha nasional.
Arahan lokasi :
1. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk Zona Industri.
2. Kawasan Industri di Kapitu-Amurang (Minahasa Selatan).
3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung.
4. Kawasan Industri Terpadu Bitung.
5. Di luar Zona Industri KABIMA, kegiatan industri diarahkan pengembangannya
ke wilayah Kota (Manado, Bitung) atau wilayah Kabupaten (Minahasa,
Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow,
Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow
Selatan, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro) dalam bentuk peruntukan industri perikanan beserta
pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/
kabupaten tersebut.
23. Kawasan Pariwisata
Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai
fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah
pusat, dan Pemerintah Daerah.
Dasar Penentuan/Tujuan:
a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
c. Menghapus kemiskinan;
d. Mengatasi pengangguran;
e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
f. Memajukan kebudayaan;


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-43

g. Mengangkat citra bangsa;
h. Memupuk rasa cinta tanah air;
i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
j. Mempererat persahabatan antarbangsa.
Arahan Lokasi untuk kawasan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031
diarahkan ke:
a. Pengembangan kawasan wisata pantai (Manado-Tanjung Pisok-Bunaken-Tasik
Ria-Likupang-Bitung).
b. Pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut
Bunaken pada zona pemanfaatan
c. Pengembangan kawasan wisata di Taman Nasional Dumoga-Bone.
d. Pengembangan Kawasan Wisata Danau Tondano dan sekitarnya dengan
prioritas wisata tirta, wisata alam terutama agrowisata dengan
memperhatikan kelestarian DAS, lebih khusus lagi Danau Tondano.
e. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Wisata Bunga Tomohon.
f. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Wisata Manado.
g. Pengembangan Kawasan Wisata di P. Ruang, P. Mahoro, P. Tagulandang dan
gunung api bawah laut Mahangetang untuk diving.
h. Pengembangan kawasan wisata di perbatasan :
- Pulau Miangas.
- Gususan P. Nanusa, P. Intata P. Kakorotan.
Kawasan pariwisata yang dikembangkan di Sulawesi Utara berupa obyek wisata
alam yang berada dalam kawasan lindung atau penggunaan lainnya.Dengan
demikian luas kawasan ini belum dapat diperkirakan secara rinci.
24. Kawasan Wisata Alam
Wisata Alam atau Pariwisata Ekologis adalah perjalanan ke tempat-tempat alami
yang relative masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemar) dengan
tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan tumbuh-
tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat
yang ada baik dari masa lampau maupun masa kini. Wisata Alam merupakan
usaha pemanfaatan sumberdaya alam dan tata lingkungannnya yang telah
ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata.
Dasar Penentuan/Tujuan:


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-44

a. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
c. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
d. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
e. Mempererat persahabatan antarbangsa.
Arahan lokasi :
Pengembangan kawasan wisata pantai Manado-Minahasa-Bitung Pantai Utara
(MAHABINTURA), meliputi :
a. Wawontulap-Tanawangko-Tasik Ria-Boulevard Manado-Tanjung Pisok-
Likupang-Tanjung Pulisan-Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung Merah-
Tasikoki-Batu Nona-Kema.
b. Pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut
Bunaken pada zona pemanfaatan.
c. Pengembangan kawasan wisata di Taman Nasional Dumoga Nani Warta Bone.
d. Pengembangan Kawasan Wisata Danau Tondano dan sekitarnya dengan
prioritas wisata tirta, wisata alam terutama agrowisata dengan
memperhatikan kelestarian DAS, lebih khusus lagi Danau Tondano.
e. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Pantai Dunia Manado.
f. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Bahari dan wisata laut P. Ruang, P. Para,
P. Mahoro, P. Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang untuk
diving.
g. Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Khusus Ketangkasan, yaitu : P. Siladen
(Manado) dan P. Gangga (Minahasa Utara).
h. Pengembangan Agrowisata di semua kabupaten/kota
i. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Bunga Tomohon.
25. Kawasan Wisata Budaya
Wisata Budaya (Cultural Tourism) adalah sebagai produk penunjang
pengembangan pariwisata alam yaitu rangkaian perjalanan seseorang atau
sekelompok orang ke suatu tempat untuk berlibur menikmati keindahan alam dan
budaya yang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, adat istiadat dan
segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi atau kebiasaan lama, juga hal-hal
yang berkaitan dengan kesenian.
Dasar Penentuan/Tujuan:


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-45

a. Memajukan kebudayaan;
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi;
c. Meningkatkan kesejahteraan rakyat;
d. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya;
e. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan
f. Mempererat persahabatan antarbangsa.
Arahan Lokasi :
a. Pengembangan kawasan wisata budaya Bukit Tengkorak Pulau Makalehi
b. Pengembangan wisata budaya di Watu Pinabetengan Kabupaten Minahasa
c. Pengembangan Wisata budaya Waruga di Sawangan Kabupaten Minahasa
Utara

26. Kawasan Wisata Lainnya
Wisata lainnya adalah merupakan pengembangan produk wisata alam dengan
melakukan diversifikasi objek wisata alam: Wisata Ilmiah, Wisata Pendidikan,
Wisata Belanja, Wisata Religius, Wisata alam Minat khusus (penelusuran gua,
arum jeram, dan lain-lain), Wisata Kesehatan.
Dasar Penentuan/Tujuan:
a. Meningkatkan pengetahuan/wawasan masyarakat;
b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah;
c. Meningkatkan spiritualitas;
d. Meningkatkan spirit, sportifitas dan skil, menggali potensi alam;
e. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat.
Arahan Lokasi:
a. Pengembangan wisata lainnya yaitu Wisata Ilmiah, dan Wisata Religius di
semua kabupaten/kota.
b. Pengembangan Wisata Pendidikan, dan Wisata Belanja di ibukota Provinsi
Sulawesi Utara
c. Pengembangan Wisata alam Minat khusus (arum jeram) di sungai Nimanga di
kabupaten Minahasa dan Sungai Ranoyapo di kabupaten Minahasa Selatan.
27. Kawasan Permukiman
Kawasan permukiman adalah kawasan yang diperuntukan untuk tempat tinggal
atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-46

kehidupan dan penghidupan.Kawasan permukiman di wilayah provinsi Sulawesi
Utara terdiri dari dua sistim, yakni sistim perkotaan dan sistim pedesaan. Kedua
sistim permukiman tersebut memiliki arahan pola pemanfaatan ruang yang
berbeda. Arahan pola pemanfaatan ruang ditentukan berdasarkan kriteria
kebutuhan pengembangan kawasan dan adanya batasan karena keadaan alam
lingkungan kawasan. Setiap kawasan perkotaan dalam penataan ruangya
diserahkan kepada masing-masing kota atau kabupaten.
Dasar Penentuan/Tujuan:
- Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan
terjangkau oleh sarana tranportasi umum.
- pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus
didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat
perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan,
penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan,
agama);
- Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada;
- Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam;
- Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba),
penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan
pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999
tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri
Sendiri.
Pengembangan kawasan permukiman bertujuan untuk menciptakan lingkungan
permukiman sebagai :
- Lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri
kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi
sosial;
- Kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi
pembinaan keluarga.
28. Kawasan Permukiman Perdesaan
Pada setiap desa perlu ditetapkan delineasi fungsi desa, yakni wilayah yang
dijadikan permukiman dan wilayah budidaya non pemukiman (lahan petanian,
perkebunan, peternakan, dll). Sebagai kawasan pedesaan, maka kehidupan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-47

utamanya adalah bersendi pada hasil budidaya pemanfaatan alam di kawasan
pedesaan. Kehidupan jasa & perdagangan tidak bersifat dominan dalam tatanan
ruang kawasan pedesaan.
Dengan demikian, maka pola ruang kawasan permukiman pedesaan diarahkan
untuk menjangkau fungsi-fungsi kegiatan sebagai berikut:
- Perumahan
- Pusat perdagangan skala lokal (pasar, pertokoan)
- Sarana rekreasi dan olah raga
- Sentra-sentra penunjang produksi utama pedesaan
- Pendidikan minimal sampai tingkat SD-SLTP terpadu satu atap
- Pelayanan kesehatan minimal berskala lokal pedesaan
Dasar penentuan/Tujuan:
- Kepadatan penduduk sampai maksimal kepadatan sedang
- Ruang dominan fungsi perumahan di kelerengan maksimal 15%
- Ruang pusat perumahan dan permukiman dikelilingi areal produksi pertanian
atau jenis produksi utama pedesaan lainnya.
Arahan Lokasi :
Meliputi semua permukiman di Provinsi Sulawesi Utara menurut wilayah
kota/kabupaten yang ada yang tidak termasuk dalam arahan sebagai kawasan
perkotaan.
29. Kawasan Permukiman Perkotaan
Kawasan permukiman perkotaan didasarkan pada kebutuhan minimal ruang
kegiatan permukiman perkotaan yang terinci dalam komposisi pemanfaatan
ruang. Di mana kebutuhan minimal ruang kegiatan permukiman perkotaan adalah
tersedianya ruang ruang sebagai berikut :
- Ruang fasilitas perumahan dengan beragam tipologi dari kelas menengah
kebawah hingga kelas atas.
- Ruang fasilitas pendidikan minimal dari tingkat TK s/d tingkat pendidikan
menengah atas
- Ruang fasilitas jasa & perdagangan berskala minimal sampai dengan skala kota
- Ruang fasilitas kesehatan yang dapat melayani minimal pada skala kota
- Ruang perkantoran pemerintah
- Ruang terbuka kota dan hutan kota serta taman kota


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-48

- Ruang rekreasi dan olah raga
- Pusat-pusat intermoda transportasi
Dasar Penentuan/Tujuan:
- Batasan Kepadatan penduduk, di mana terdapat ruang dengan kepadatan
rendah, kepadatan menengah dan kepadatan tinggi
- Batasan Komposisi pemanfaatan lahan menurut fungsi kegiatan, di mana
sebagai kota, maka dimungkinkan konversi lahan pertanian menjadi fungsi
perumahan atau komersial; karena pada hakekatnya budaya kehidupan kota
adalah budaya jasa & perdagangan.
- Batasan kelerengan fisik, di mana lahan untuk perumahan hanya disyaratkan
pada kelerengan sampai 15%. Untuk lahan bagi kegiatan industri adalah
sampai pada kelerengan 8%. Tanah dengan kelerengan di atas 40% adalah
untuk fungsi konservasi dan resapan air.
- Batasan minimal 30% dari luas wilayah kota difungsikan sebagai ruang
terbuka hijau
Arahan Lokasi :
- Kawasan perkotaan Manado Bitung yang merupakan PKN.
- Kawasan perkotaan Tomohon,Tondano, dan Kotamobagu yang merupakan
PKW.
- Kawasan perkotaan Boroko, Molibagu, Tutuyan, Amurang, Ratahan, Airmadidi,
dan Ulu-Siau yang merupakan PKWp
- Kawasan perkotaan Melonguane dan Tahuna yang merupakan PKSN.
- Kawasan perkotaan Dumoga, Poigar, Inobonto (Bolaang Mongondow);
Molibagu, Pinolosian (Bolaang Mongondow Selatan); Tutuyan, Kotabunan
(Bolaang Mongondow Timur); Boroko, Bolang Itang, Pimpi (Bolaang
Mongondow Utara); Pineleng, Kombi, Remboken, Eris, Kakas, Tanawangko,
Kawangkoan, Sonder, Langowan, Tompaso (Minahasa); Amurang, Tumpaan,
Motoling, Tenga, Tompaso Baru (Minahasa Selatan); Ratahan, Belang,
Tombatu, (Minahasa Tenggara); Airmadidi, Tatelu, Likupang, Wori (Minahasa
Utara); Enemawira, Manganitu, Manalu (Kepulauan Sangihe); Ulu-Siau, Buhias
(Kepulauan Siau Tagulandang Biaro); dan Lirung, Esang, Beo, Rainis
(Kepulauan Talaud); yang merupakan PKL yang ditetapkan oleh pemerintah
daerah provinsi.


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-49

30. Kawasan Budi Daya Lainnya
a. Kawasan Pertahanan dan Keamanan
Arahan lokasi untuk kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan di Provinsi
Sulawesi Utara, adalah sebagai berikut :
- Komando Resort Militer (KOREM) 131 Santiago di Manado;
- Komando Distrik Militer (KODIM) yang tersebar di Kabupaten/Kota di wilayah
Provinsi;
- Batalyon Artileri Medan (YON ARMED) Lalow di Bolaang Mongondow;
- Kompi Kavaleri Serbu (KI KAVSER) Ilo-ilo Wori di Minahasa Utara;
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) di Manado;
- Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) di Bitung; dan
- Batalyon Infantri (Yonif) 712 Wiratama Airmadidi di Minahasa Utara.
Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara,
meliputi:
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) Wori di Minahasa Utara;
- Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) Melonguane di Kepulauan
Talaud;
- Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) Bandar Udara Sam Ratulangi di
Manado;
- Kepolisian Resor (POLRES) yang tersebar di Kabupaten/Kota di wilayah
Provinsi;
- Kompi Brigade Mobil (BRIMOB) Lolak di Bolaang Mongondow dan
Melonguane di Kepulauan Talaud;
- Gudang Amunisi, di Tomohon.
2.2.1.2. Pola Ruang Wilayah
2.2.1.3. Sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah
2.2.1.4. Kawasan Pengembangan Prioritas
2.2.2. RTRW Kabupaten/Kota
2.2.2.1. Struktur Wilayah Pengembangan (Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya,
Pusat-pusat Pertumbuhan)
2.2.2.2. Pola Ruang Wilayah
2.2.2.3. Sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah
2.2.2.4. Kawasan Pengembangan Prioritas


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-50














Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN III-1

BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN
GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN


3.1. Kondisi Geografis dan Administratif
3.2. Kondisi Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan
4.1.1. Iklim
4.1.2. Topografi/Batimetri
4.1.3. Geologi dan Geomorfologi
3.3. Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan
3.4.1. Penggunaan Lahan
3.4.2. Ekosistem Pesisir (Mangrove, Terumbu karang, Padang Lamun, Estuari)
3.4.3. Kegiatan Penangkapan Ikan
3.4.4. Kegiatan Perikanan Budidaya (Kerapu, Mutiara, KJA, Rumput laut, dll)
3.4. Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir
3.4.1. Sentra Kegiatan Perikanan
3.4.2. Sentra Kegiatan Pariwisata
3.4.3. Sentra Kegiatan Perhubungan
3.4.4. Sentra Kegiatan Pertahanan dan Keamanan
3.4.5. Sentra Kegiatan Industri (Garam)
3.4.6. Sentra Kegiatan Kelautan
3.4.7. Sentra Kegiatan lainnya
3.5. Perekonomian Kelautan dan Perikanan
3.5.1. Pertumbuhan Ekonomi
3.5.2. Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan
(Deskripsi : Asal Bahan Baku Produksi, Kebutuhan Bahan Baku Produksi, Ongkos
Produksi, Kuantitas dan Kualitas Produk, Margin Pasar dan Keuntungan, Pola Kegiatan
Produksi, Tujuan Pasar Hasil Produksi, Permasalahan Usaha meliputi modal, pasar, tenaga
kerja termasuk upah dan/atau pendapatan petani/nelayan, bahan baku, infrastruktur, dll)



Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB IV ISU ISU POKOK PERMASALAHAN IV-1

BAB IV ISU ISU POKOK PERMASALAHAN
ISU-ISU POKOK PERMASALAHAN


4.1. Isu-Isu Pokok Spasial
4.1.1. Kegiatan Darat yang mempengaruhi Laut/Perairan
4.1.2. Kegiatan Laut/Perairan yang mempengaruhi Daratan
4.2. Isu-Isu Pokok Pengembangan Kegiatan Pesisir
4.2.1. Kegiatan Perikanan (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, pasar)
4.2.2. Kegiatan Pariwisata (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, pasar)
4.2.3. Kegiatan Perhubungan Laut (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku,
pasar)
4.2.4. Kegiatan Industri (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, pasar)
4.3. Isu-Isu Pokok Pengembangan Infrastruktur Wilayah
4.4. Isu-Isu Pokok Pemasaran Hasil Produksi Perikanan
4.3.1. Pengolahan
4.3.2. Pemasaran


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB V ANALISIS V-1

BAB V ANALISIS
ANALISIS


5.1. Analisis Kesesuaian Peruntukan Pesisir (Darat dan Laut)
5.2. Analisis Daya Dukung Kawasan, Zona dan Subzona
5.3. Analisis Rencana Pengembangan Pesisir
5.3.1. Target Perencanaan
5.3.2. Pemilihan Alternatif Kegiatan pada Zona dan Subzona
5.3.3. Rencana Pencapaian Target Kegiatan pada Zona dan Subzona Terpilih
5.4. Analisis Ekonomi dan Bisnis
(Deskripsi :Khusus pada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil)
5.4.1. Analisis Kelayakan Usaha
5.4.2. Analisis Pengurangan Resiko Usaha
5.4.3. Analisis Kebutuhan Dukungan dalam Berusaha
5.5. Analisis Kebutuhan Infrastruktur Pendukung Pengembangan Kegiatan
Pada Zona dan Subzona
5.6. Analisis Pentahapan Pengembangan Zona dan Subzona
5.6.1. Prioritisasi Pengembangan
5.6.2. Indikasi Program Pengembangan
5.7. Analisis Kebutuhan Investasi Pengembangan Kegiatan Zona dan Subzona
5.7.1. Kebutuhan Investasi masing-masing Zona dan Subzona
(Deskripsi :komponen kegiatan dan nilai investasi)
5.7.2. Pola Kerjasama Investasi
(Deskripsi :yang dilakukan Publik, Pengusaha dan Masyarakat)
5.7.3. Rencana Investasi yang dapat dilakukan oleh Masyarakat, pengusaha dan
pemerintah
5.7.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi pengembangan kegiatan

5.8. Analisis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan


Fakta dan Analisa
Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir
Dan Pulau-Pulau Kecil
Di Provinsi Sulawesi Utara


BAB V ANALISIS V-2

5.8.1. Sistem Pengolahan hasil termasuk tata niaga, penentuan harga,
kelembagaan ekonomi, faktor yang mempengaruhi pengolahan hasil
5.8.2. Pemasaran produk termasuk rantai produksi, pengolahan dan pemasaran,
target pasar,
5.9. Rencana Penataan Zona dan Subzona
5.9.1. Prinsip-prinsip Pengembangan
5.9.2. Konsep Pengembangan
5.9.3. Konsep Rencana Pengembangan Zona dan Subzona
5.10 Matriks Rencana Pengembangan Kegiatan pada Zona dan Subzona
(Deskripsi :dilengkapi peta rencana pengembangan kegiatan sebelum konsultasi publik
pertama)

Вам также может понравиться