Buku Data dan Analisis Pekerjaan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil di Provinsi Sulawesi Utara ini disusun berdasarkan Kerangka Acuan Kerja (Term Of Reference). Laporan Antara ini secara garis besar memuat Latar Belakang, Tinjauan Kebijakan, Gambaran Existing Wilayah Perencanaan dan Isu isu Permasalah. Semoga laporan ini bermanfaat dan sesuai dengan sasaran yang diharapkan dari berbagai pihak serta kami sangat mengharapkan adanya masukan dan saran dari pihak terkait yang akan dijadikan landasan bagi penyusunan laporan selanjutnya. Kepada semua pihak yang telah membantu hingga tersusunnya Buku Data dan Analisis ini, kami ucapkan terima kasih.
Manado, 2012
Tim Penyusun
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
DAFTAR ISI ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... i DAFTAR ISI .................................................................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................................I-1 1.1. Latar Belakang ....................................................................................................................................... I-1 1.2. Tujuan dan Sasaran ............................................................................................................................. I-3 1.3. Ruang Lingkup ....................................................................................................................................... I-3 1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan ....................................................................................... I-3 1.3.2. Lingkup Materi ...................................................................................................................... I-4 1.3.3. Lingkup Waktu Perencanaan ........................................................................................... I-4 1.4. Keluaran ................................................................................................................................................... I-4 1.5. Sistematika Pembahasan .................................................................................................................... I-4 BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN ................................................................................ II-1 2.1. Landasan Hukum Penyusunan RZWP3K ................................................................................... II-1 2.2. Kebijakan Daerah ................................................................................................................................ II-1 2.3. Kebijakan Spasial .............................................................................................................................. II-10
BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN .............................. III-1 3.1. Kondisi Geografis dan Administratif ......................................................................................... III-1 3.2. Kondisi Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan ............................................................... III-1 3.2.1. Iklim ........................................................................................................................................ III-1 3.2.2. Topografi/Batimetri ......................................................................................................... III-1 3.2.3. Geologi dan morfologi .................................................................................................... III-13 3.3. Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan ........................................... III-1 3.3.1. Penggunaan Lahan ............................................................................................................ III-1 3.3.3. Kegiatan Penangkapan Ikan .......................................................................................... III-1
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
DAFTAR ISI iii
3.3.4. Kegiatan Perikanan Budidaya ..................................................................................... III-1 3.4. Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir............................................................................ III-1 3.4.1. Sentra Kegiatan Perikanan ............................................................................................ III-1 3.4.2. Sentra Kegiatan Pariwisata ........................................................................................... III-1 3.4.3. Sentra Kegiatan Perhubungan...................................................................................... III-1 3.5. Perekonomian Kelautan dan Perikanan .................................................................................. III-1 3.5.1. Pertumbuhan Ekonomi ................................................................................................... III-1
BAB IV ISU ISU POKOK PERMASALAHAN ....................................................... IV-1
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
DAFTAR TABEL iv
DAFTAR TABEL
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR GAMBAR
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB IPENDAHULUAN I-1
BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan dan perkembangan suatu wilayah selain dilatarbelakangi oleh berbagai aspek kehidupan dan perikehidupan penduduknya, seperti perkembangan penduduk, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, kegiatan ekonomi yang semakin meningkat, perkembangan/perluasan jaringan komunikasi, perhubungan/transportasi dapat dipengaruhi oleh adanya kebijakan politik dalam bentuk terbitnya berbagai peraturan perundang-undangan. Faktor-faktor tersebut akan membawa perubahan terhadap bentuk keruangan di wilayah yang bersangkutan melalui kegiatan manusia dan kebijakan penataan ruang di dalamnya. Kebijakan penataan ruang (skala nasional, regional, dan lokal) pada umumnya dimaksudkan untuk lebih dapat memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, terutama dilihat dari sisi keamanan, kenyamanan, produktivitas, pembangunan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan menyusun suatu pedoman kebijakan yang lebih operasional untuk pelaksanaan pembangunan yang lebih rinci. Sebagai pokok-pokok pedoman kebijakan ini kemudian dituangkan dalam bentuk Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil. Dalam konteks ini, penyusunan zonasi wilayah pesisir didasarkan pada keunggulan yang dimilikinya berupa faktor-faktor lokasi, sumber daya alam (SDA) dan sumber daya manusia (SDM) serta efisiensi dalam manajemen pengelolaan. Pengelolaan wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil memerlukan perencanaan secara terpadu. Agar perencanaan tersebut dapat berjalan secara terarah dan sehingga menghasilkan peta potensi dan arahan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang terintegrasi, akuntabel, terkini dan terkendali pemanfaatannya perlu disusun rencana pengelolaan sumber daya pesisir dan pulau-pulau kecil, yang tertuang dalam Rencana Zonasi WP3K. Zonasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil adalah pengalokasian kawasan pesisir dan pulau-pulau kecil ke dalam zona-zona yang sesuai dengan maksud dan keinginan pemanfaatan setiap zona. Rencana ini menerangkan nama zona yang terseleksi dan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB IPENDAHULUAN I-2
kondisi zona yang dapat ditetapkan peruntukkannya bagi setiap kegiatan pembangunan, yang didasarkan pada persyaratan-persyaratan pembangunan berkelanjutan. Suatu zona adalah suatu kawasan yang memiliki kesamaan karakteristik fisik, biologi, ekologi, dan ekonomi dan ditentukan oleh kriteria terpilih. Penyusunan zonasi ini dimaksudkan untuk menciptakan keharmonisan spasial, yaitu bahwa dalam suatu kawasan pesisir dan pulau- pulau kecil hendaknya tidak seluruhnya diperuntukkan bagi kawasan pembangunan, namun juga menyediakan daerah bagi zona preservasi dan konservasi.Di dalam zona pemanfaatan secara intensif juga dilakukan pengaturan ruang secara bijaksana tanpa adanya tumpang tindih pembangunan dan konflik antara satu kegiatan dengan kegiatan lainnya. Undang-undang No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil mengamanatkan Pemerintah Daerah untuk menyusun Dokumen Rencana Strategis dan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil (WP3K). Rencana ini dapat digunakan oleh Pemerintah Daerah sebagai panduan pelaksanaan pembangunan kelautan dan perikanan, serta pemanfaatan ruang pada kawasan pesisir. Sejalan dengan pengembangan kawasan pesisir yang merupakan program Kementerian Kelautan dan Perikanan tahun 2009-2014, Pemerintah Daerah juga berkewajiban menyusun Rencana Zonasi WP3K, Rencana Pengelolaan WP3K, dan Rencana Aksi Pengelolaan WP3K. Sementara itu, penyusunan RZR merupakan upaya teknis yang dilakukan untuk mendetilkan struktur dan pola pemanfaatan ruang pada kawasan pemanfaatan umum yang ditetapkan sebagai kawasan yang diprioritaskan untuk dikembangkan oleh RZ-WP3K. Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu provinsi dengan potensi sumberdaya perikanan yang sangat besar dan berpotensi untuk dikembangkan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi wilayah di Kawasan Indonesia Bagian Timur. Pengembangan WP3K Provinsi Sulawesi Utara ini bertujuan meningkatkan produksi, produktivitas, dan kualitas produk kelautan dan perikanan, meningkatkan pendapatan nelayan, pembudidaya ikan, dan pengolah ikan yang adil dan merata dan mengembangkan kawasan pesisir sebagai pusat pertumbuhan ekonomi di daerah. Pengembangan ini harus didukung oleh perencanaan yang baik agar dapat mencapai tujuan. Selain sektor perikanan, sektor pariwisata di Provinsi Sulawesi Utara merupakan salah satu sektor tumpuan yang diharapkan dapat memberikan kontribusi besar dalam upaya pemulihan ekonomi yang sedang dilaksanakan. Oleh sebab itu pembangunan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB IPENDAHULUAN I-3
kepariwisataan perlu terus dilanjutkan dan ditingkatkan dengan menggunakan sumberdaya dan potensi kepariwisataan untuk menjadi kekuatan ekonomi dan non- ekonomi yang dapat diandalkan dalam menunjang pelaksanaan otonomi daerah. Selain itu, pariwisata menjadi sangat penting karena merupakan salah satu andalan pembangunan bagi Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara kedepan, khususnya dalam memacu penerimaan devisa negara dan pendapatan asli daerah yang berasal dari sektor non-migas, dengan tidak mengabaikan prinsip pembangunan wilayah pesisir yang berkelanjutan. Untuk itu penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil perlu dilakukan agar perencanaan dapat berjalan secara terarah dan sehingga menghasilkan peta potensi dan arahan pemanfaatan sumber daya kelautan dan perikanan yang terintegrasi.
1.2. Tujuan dan Sasaran Tujuan dari kegiatan ini adalah menyusun Rencana Zonasi WP3K Provinsi Sulawesi Utara untuk menghasilkan Dokumen Awal Rencana Zonasi WP3K yang terdiri dari Buku Data dan Analisa, Buku Rencana Zonasi, dan Album Peta. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah : 1. Tersedianya data dan informasi tentang sumberdaya wilayah pesisir, tingkat pemanfaatan dan potensi sumberdaya perikanan dan kelautan, kondisi fisik wilayah, hidro-oseanografi, sosial ekonomi dan budaya dan kebijakan wilayah. 2. Terindentifikasikannya isu dan permasalahan pemanfaatan sumberdaya pesisir, kebijakan pengembangan, dan infrastruktur wilayah. 3. Terumuskannya strategi, kebijakan, tahapan dan skenario pengembangan Zona WP3K Provinsi Sulawesi Utara. Terumuskannya Rencana Zonasi WP3K Provinsi Sulawesi Utara yang meliputi konsep dan strategi pengembangan, pola dan struktur pemanfaatan ruang zona, rencana sub-zona dan arahan pemanfaatan sub-zona (kawasan pemanfaatan umum, kawasan konservasi, kawasan strategis nasional tertentu, alur laut), rencana prioritas, mekanisme dan sistem pengelolaan kawasan.
1.3. Ruang Lingkup 1.3.1. Lingkup Wilayah Perencanaan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB IPENDAHULUAN I-4
Wilayah perencanaan dalam kegiatan Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil ini terletak di Provinsi Sulawesi Utara.
1.3.2. Lingkup Materi Ruang Lingkup materi meliputi, strategi, kebijakan, tahapan dan skenario pengembangan kawasan, konsep dan strategi pengembangan, pola dan struktur pemanfaatan ruang kawasan, rencana sub-zona dan arahan pemanfaatan sub-zona, rencana prioritas, mekanisme dan sistem pengelolaan kawasan yang diusulkan untuk dijadikan Dokumen Awal Rencana Zonasi. 1.3.3. Lingkup Waktu Perencanaan Ruang Lingkup Waktu Perencanaan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil adalah 6 (enam) bulan.
1.4. Keluaran Hasil akhir dari pelaksanaan pekerjaan kajian ini pada akhirnya adalah rencana zonasi wilayah pesisir yang akan mengatur tentang pemanfaatan sumber daya alam, rencana pengelolaan wilayah pesisir dan rencana strategis wilayah pesisir.
1.5. Sistematika Pembahasan Laporan Antara ini disusun secara sistematis dan runtun bab per bab sesuai dengan materi pokoknya yang perlu diuraikan sebagaimana ditentukan dalam KAK. Uraian diawali dari : BAB I PENDAHULUANyang di dalamnya menguraikan Latar Belakang, Tujuandan Sasaran, Lingkup Pekerjaan, Keluaran, Pendekatan dan Metodologi dan Sistematika Pembahasan. BAB II TINJAUAN KEBIJAKANberisi tentang Kebijakan pembangunan di wilayah perencanaan yang terdiri kebijakan sektoral dan spasial. BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAANdalam bab ini menjelaskan mengenai gambaran wilayah yang terdiri dari kondisi geografis dan administratif, kondisi fisik dasar pesisir daratan dan perairan, pemanfaatan ruang wilayah pesisir dan daratan, kondisi infrastruktur kelautan dan pesisir, serta perekonomian kelautan dan pesisir.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB IPENDAHULUAN I-5
BAB IV ISU-ISU POKOK PERMASALAHAN Pada bab ini berisi tentang isu-isu pokok spasial, isu-isu pokok pengembangan kegiatan pesisir, isu-isu pokok pengembangan infrastruktur wilayah dan isu-isu pokok pemasaran hasil produksi perikanan. BAB V ANALISIS Pada bab ini berisi tentang analisis kesesuaian peruntukan persisir, analisis daya dukung kawasan, zona dan subzona, analisis rencana pengembangan pesisir, analisis ekonomi dan bisnis, analisis kebutuhan infrastruktur pendukung pengembangan kegiatan pada zona dan subzona, analisis pentahapan pengembangan zona dan sub zona, analisis kebutuhan investasi pengembangan kegiatan zona dan subzona, analisis pengolahan dan pemasaran hasil perikanan dan rencana penataan zona dan subzona.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-1
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN TINJAUAN KEBIJAKAN
2.1. Kebijakan Sektoral 2.1.1. Kebijakan Kelautan dan Perikanan (dari RPJMD, RKPD) 2.1.2. Kebijakan Pengembangan Infrastruktur Wilayah 2.2. Kebijakan Spasial 2.2.1. RTRW ProvinsiSulawesi Utara 2011-2031 2.2.1.1. Struktur Wilayah Pengembangan A. Kawasan Lindung Rencana Kawasan Lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara tahun 2011-2031, meliputi: 1. Kawasan Hutan Lindung Hutan lindung adalah kawasan hutan yang memiliki sifat khas yang mampu memberikan perlindungan pada kawasan bawahannya maupun sekitarnya sebagai pengatur tata air, pencegahan banjir dan erosi serta memelihara kesuburan tanah. Dasar Penentuan/Tujuan: Berdasarkan PP No. 26 tahun 2008 dan Keppres No. 32 Tahun 1990, kriteria Hutan Lindung adalah: a. Kawasan hutan dengan faktor-faktor lereng lapangan, jenis tanah, curah hujan yang melebihi nilai skor 175, dan/atau b. Kawasan hutan yang mempunyai lereng lapangan 40% atau lebih, dan/atau c. Kawasan hutan yang mempunyai ketinggian di atas permukaan laut 2.000 meter atau lebih. Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Hutan Lindung didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-2
Dasar Penentuan/Tujuan: Tujuan Pemantapan Kawasan Hutan Lindung adalah untuk mencegah terjadinya erosi, bencana banjir, sedimentasi dan menjaga fungsi hidrologi tanah untuk menjamin ketersediaan unsur hara tanah dan air permukaan. Arahan Lokasi: Kawasan hutan lindung di wilayah Provinsi Sulawesi Utara meliputi : a. Bolaang Mongondow, seluas 95.088,56 ha (sudah termasuk Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Utara dan Kota Kotamobagu); b. Minahasa, seluas 9.173 ha; c. Minahasa Selatan, seluas 22.551 ha; (sudah termasuk Minahasa Tenggara) d. Minahasa Utara, seluas 17.428 ha; e. Kepulauan Sangihe dan Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) seluas 13.820 ha; f. Kepulauan Talaud, seluas 10.199 ha g. Bitung, seluas 6.027 ha; h. Manado seluas 885,10 ha i. Tomohon, seluas 585 ha 2. Kawasan Resapan Air Kawasan resapan air adalah kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (aquifer) yang berguna sebagai sumber air. Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan resapan air ditetapkan dengan kriteria kawasan yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan dan sebagai pengontrol tata air permukaan.Perlindungan terhadap kawasan resapan air bertujuan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan penanggulangan banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Resapan Air Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 meliputi wilayah-wilayah resapan air, terutama yang terdapat di wilayah perbukitan sampai pegunungan yang memiliki struktur tanah yang mudah meresapkan air
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-3
dan bentuk geomorfologi yang mampu meresapkan air hujan secara besar- besaran, seperti: - Bulude Sahengbalira dan Kalumelahana, Bentihu Langinang, Bialangsoa, Palenti, Wulo, Batukakiraeng, Sahendarumang, Pananembaen, Bongkonsio dan Batungbakara di Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro. - Puncak tertinggi P. Karakelang di Kabupaten Talaud, sekitar G. Soputan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Minahasa, G. Lokon, G. Tatawiran di Kota Tomohon, G. Tumpa di Kota Manado dan G. Klabat, G. Dua Saudara di Kabupaten Minahasa Utara dan Kota Bitung. - Pegunungan Buludaweketan dengan puncak-puncaknya adalah G. Poniki, G. Matabulewa, G. Bumbungon di Bolaang Mongondow. - Daerah yang memiliki kemiringan lahan > 40% ditetapkan sebagai kawasan resapan air. 3. Kawasan perlindungan setempat Kawasan perlindungan setempat terdiri atas sempadan pantai, sempadan sungai, kawasan sekitar danau, kawasan sekitar mata air. a. Sempadan Pantai Sempadan pantai adalah kawasan tertentu sepanjang pantai yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan fungsi pantai dari kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Kawasan ini meliputi daratan sepanjang tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik pantai minimal 100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Dasar Penentuan/Tujuan: Tujuan Pemantapan Kawasan Sempadan Pantai adalah melindungi wilayah pantai dari usikan kegiatan yang mengganggu kelestarian fungsi pantai. Arahan Lokasi: Kawasan Sempadan pantai di Provinsi Sulawesi Utara mencakup seluruh garis pantai terutama yang berpotensi abrasi di daerah perencanaan. b. Sempadan Sungai Kawasan sempadan sungai adalah kawasan sepanjang kiri kanan sungai, termasuk sungai buatan/kanal/saluran irigasi primer yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi sungai. Tujuan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-4
perlindungan kawasan sempadan sungai adalah untuk melindungi sungai dari kegiatan manusia yang dapat mengganggu dan merusak kualitas air sungai, kondisi fisik dan dasar sungai serta mengamankan aliran sungai. Dasar Penentuan/Tujuan: Menurut PP No. 26 tahun 2008, sempadan sungai ditetapkan dengan kriteria: - Daratan sepanjang tepian sungai bertanggul dengan lebar paling sedikit 5 (lima) meter dari kaki tanggul sebelah luar; - Daratan sepanjang tepian sungai besar tidak bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 100 (seratus) meter dari tepi sungai; dan - Daratan sepanjang tepian anak sungai tidka bertanggul di luar kawasan permukiman dengan lebar paling sedikit 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai. Dalam implementasinya, kriteria penetapan sempadan sungai diatur berdasarkan Permen PU No. 63/PRT/1993 tentang Garis Sempadan Sungai, Daerah Manfaat Sungai, Daerah Penguasaan Sungai dan Bekas sungai. Garis sempadan sungai ditetapkan berdasarkan kondisi, lokasi dan hal-hal yang berpengaruh terhadap sungai pada saat ditetapkan : - sungai bertanggul di luar kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang- kurangnya 5 (lima) meter di sebelah luar sepanjang kaki tanggul. - Sungai bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sekurang- kurangnya 3 (tiga) meter. - Sungai tidak bertanggul diluar kawasan perkotaan sungai besar yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas 500 km 2 . Pada sungai besar dilakukan ruas per ruas dengan mempertimbangkan luas daerah pengaliran sungai pada ruas yang bersangkutan dan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan sungai kecil yaitu sungai yang mempunyai daerah pengaliran sungai seluas kurang dari 500 km2, ditetapkan sekurang-kurangnya 50 (lima puluh) meter dari tepi sungai pada waktu ditetapkan.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-5
- Sungai tidak bertanggul di dalam kawasan perkotaan, ditetapkan sebagai berikut: Sungai yang mempunyai kedalaman tidak lebih dari 3 (tiga) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 10 (sepuluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman lebih dari 3 (tiga) meter sampai dengan 20 (dua puluh) meter, garis sempadan ditetapkan sekurang- kurangnya 15 (limabelas) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. Sungai yang mempunyai kedalaman maksimum lebih dari 20 (dua puluh) meter, garis sempadan sungai sekurang-kurangnya 30 (tiga puluh) meter dihitung dari tepi sungai pada waktu ditetapkan. - Sungai yang terpengaruh pasang surut air laut, garis sempadan ditetapkan sekurang-kurangnya 100 (seratus) meter dari tepi sungai dan berfungsi sebagai jalur hijau. - Garis sempadan sungai tidak bertanggul yang berbatasan dengan jalan, adalah tepi bahu jalan yang bersangkutan dengan ketentuan konstruksi dan penggunaan jalan harus menjamin bagi kelestarian dan keamanan sungai serta bangunan sungai. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Sempadan Sungai Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 mencakup wilayah sungai-sungai besar yang terdapat di Provinsi Sulawesi Utara, yaitu Sungai Ranoyapo, Sungai Poigar, Ongkak Mongondow, Sungai Sangkup, Sungai Tondano, Sungai Malalayang, Sungai Ranowangko dan Sungai Talawaan. c. Kawasan Sekitar Danau atau Waduk Kawasan sekitar danau adalah kawasan di sekeliling danau yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi waduk/danau. Dasar Penentuan/Tujuan: Wilayah tersebut adalah daratan sekeliling tepian yang lebarnya proposional dengan bentuk dan kondisi fisik danau/waduk antara 50-100 meter dari titik pasang tertinggi ke arah darat. Tujuan perlindungan terhadap kawasan sekitar
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-6
danau adalah untuk melindungi danau dari kegiatan budidaya yang dapat mengganggu pelestarian fungsi danau. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Sekitar Danau Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 meliputi danau-danau sebagai berikut: - Dua danau besar yaitu : Danau Tondano (Kabupaten Minahasa) dan Danau Moat (yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Bolaang Mongondow). - Danau Iloloi (Kabupaten Bolaang Mongondow), Danau Tampusu (Kabupaten Minahasa), Danau Mokobang, Danau Bulilin (Kabupaten Minahasa Selatan) ; - Danau Pangolombian dan Danau Linow (danau yang dikelilingi solfatara/fumarol) di Kota Tomohon. - Danau Makalehi dan Danau Kapeta (Kabupaten Kepulauan Siau Taguladang Biaro) d. Kawasan Sekitar Mata Air Kawasan sekitar mata air adalah kawasan di sekeliling mata air yang mempunyai manfaat penting untuk mempertahankan kelestarian fungsi mata air. Dasar Penentuan/Tujuan: Kriteria yang digunakan sesuai Keputusan Presiden Republik Indonesia No. 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung dan PP No. 26 tahun 2008 tentang RTRWN, untuk mata air ditetapkan sekurang-kurangnya 200 (dua ratus) meter di sekitar mata air sebagai kawasan lindung. Perlindungan kawasan sekitar mata air adalah untuk melindungi mata air dari kegiatan budidaya yang dapat merusak kualitas air dan kondisi fisik kawasan di sekitarnya. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Sekitar Mata Air Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 mencakup beberapa mata air yang digunakan sebagai sumber air bersih bagi masyarakat, di mana mata-mata air ini akan diindikasikan dalam masing- masing RTRW Kabupaten/Kota. 4. Kawasan suaka alam, pelestarian alam dan cagar budaya
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-7
Kawasan suaka alam, pelestarian alam, dan cagar budaya yang termasuk dalam Kawasan Lindung Nasional (Lampiran VIII, PP No. 28 Tahun 2008) yang berada di Provinsi Sulawesi Utara adalah kawasan Suaka Alam Laut Selat Lembeh-Bitung dan Suaka Alam Laut Sidat, Suaka Margasatwa Gunung Manembo-nembo dan Suaka Margasatwa Karakelang Utara-Selatan, Cagar Alam Gunung Ambang, Cagar Alam Gunung Dua Saudara, dan Cagar Alam Tangkoko Batu Angus, Taman Nasional Bogani Nani Wartabone, dan Taman Nasional Laut Bunaken. Di samping itu, terdapat juga kawasan-kawasan yang belum termasuk dalam kawasan lindung nasional sehingga dengan demikian ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi, seperti Cagar Alam Gunung Lokon, Taman Wisata Alam Batu Angus dan Taman Wisata Alam Batu Putih, dan kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan. a. Cagar Alam Gunung Lokon Cagar Alam Gunung Lokon ditunjuk sebagai kawasan hutan oleh Pemerintahan Belanda berdasarkan GB.No. 6 stbl.122 tgl 12 Februari 1919 dengan luas 100 Ha. Kawasan ini telah mengalami perluasan dan telah ditetapkan berdasarkan SK. Menteri Kehutanan No.109 /Kpts-II/2003 tanggal 27 Maret 2003 tentang Penetapan Kelompok Hutan Gunung Lokon sebagai cagar alam seluas 720 ha yang terletak di wilayah Kota Tomohon dan Kabupaten Minahasa. Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan ini ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam karena memiliki ekosistem khas berupa hutan pegunungan dengan gunung berapi yang masih aktif dan mempunyai dua kepundan yang sangat menarik, memiliki potensi flora khas seperti Pandan (Pandanus sp), Aren (Arenga pinnata), Cemara gunung, Pakis-pakisan, anggrek-anggrek pohon, dan tanaman-tanaman hias lainnya. Di sisi lain kawasan ini terdapat padang alang-alang, keadaan ini disebabkan oleh kegiatan Gunung lokon yang sewaktu-waktu aktif dan mengeluarkan debu panas. Jenis fauna yang terdapat di dalam Cagar Alam ini antara lain: Kera Hitam sulawesi (Macaca nigra), Tangkasi (Tarsius spectrum), Kus-kus (Phalanger celebencis) dan jenis-jenis burung seperti raja udang, tekukur, pipit. Arahan Lokasi:
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-8
Selain CA Gunung Ambang, CA Dua Saudara dan CA Tangkoko Batuangus yang sudah ditetapkan oleh PP No. 26 Tahun 2008 tentang RTRW Nasional, CA Gunung Lokon yang ditetapkan sebagai kawasan lindung provinsi terletak di Kecamatan Tomohon Utara, Kota Tomohon Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan ini berbatasan langsung dengan 7 (tujuh) kelurahan/desa di Kecamatan Tomohon Utara, yakni : kelurahan Kinilow, Kinilow I, Kakaskasen I, Kakaskasen II, Kakaskasen III, wailan, dan desa Kayawu. Dan 5 (lima) kelurahan/desa di Kecamatan Tomohon Barat , yakni : kelurahan Woloan I, II, III dan desa Tara-tara I, II. b. Kawasan Pantai Berhutan Bakau Kawasan pantai berhutan bakau adalah kawasan pesisir laut yang merupakan habitat alami hutan bakau yang berfungsi memberi perlindungan kepada perkehidupan pantai dan lautan, sebagai pembentuk ekosistem hutan bakau, tempat berkembang biaknya berbagai biota laut, pelindung pantai dan pengikisan air laut. Dasar Penentuan/Tujuan: Kriteria kawasan pantai berhutan bakau adalah koridor dengan lebar paling sedikit 130 (seratus tiga puluh) kalinilai rata-rata perbedaan air pasang tertinggi dan terendah tahunan, diukur dari garis air surut terendah ke arah darat. Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Pantai Berhutan Bakau didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Pantai Berhutan Bakau Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 mencakup luas 11.250 Ha yang lokasinya tersebar sebagai berikut: - di wilayah Bintauna, Kaidipang, sekitar Teluk Boroko (termasuk wilayah Pulau Lampu) dan sebagian Pulau Damar (Kabupaten Bolaang Mongondow Utara) yang termasuk dalam Kelompok Hutan Bakau Kaidipang yang ditetapkan melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan dan Perkebunan No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999 dengan lampiran berupa Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-9
- di sekitar wilayah Desa Tanamon, Puisan, Boyongpante dan Blongko (Kabupaten Minahasa Selatan). - di sekitar Desa Ratatotok Basaan wilayah Kabupaten Minahasa Tenggara dan di Pantai Utara Kabupaten Minahasa Utara. - di sekitar Tamako, Kuma dan Manalu wilayah Kabupaten Sangihe. c. Taman Wisata Alam dan Taman Wisata Alam Laut Kawasan taman wisata alam adalah kawasan pelestarian alam di darat maupun di laut yang terutama dimanfaatkan untuk pariwisata dan rekreasi alam. Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Taman Wisata Alam adalah untuk pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta peningkatan kualitas lingkungan sekitarnya dan perlindungan dari pencemaran. Dasar Penentuan/Tujuan: Kriteria kawasan lindung untuk taman wisata alam menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah: Mempunyai daya tarik alam berupa tumbuhan, satwa beserta ekosistemnya yang masih asli serta formasi geologi yang indah, unik dan nyaman; Memiliki akses yang baik untuk keperluan pariwisata; Mempunyai luas yang cukup untuk menjamin pelestarian sumber daya alam hayati dan ekosistemnya untuk dimanfaatkan bagi kegiatan wisata alam; dan Kondisi lingkungan di sekitarnya mendukung upaya pengembangan kegiatan wisata alam. Vegetasi yang menyusun TWA Batu Putih di dominasi oleh vegetasi hutan pantai dan vegetasi hutan sekunder seperti: Bitung (Barringtonia sp.), Ketapang (Terminalia catappa), Waru (Hibiscus tiliaceus), Kangkung laut (Ipomoea pescapree), Pandan (Pandanus tectorius), Gora hutan (Eugenia spp.), Kayu telor (Alstonia scholaris), Beringin merah (Ficus benyamina) dan lain-lain. Jenis-jenis fauna yang dapat ditemui antara lain: Anoa (Bubalus depresicornis), Musang sulawesi (Macrogalidia mushenbrochii), Babi hutan (Sus vitatus, S. celebensis), Kus-kus (Palanger ursinus, P. celebensis), Kelelawar (Cynopterus blackyotis), Kera hitam sulawesi (Macaca nigra), Hantu (Tarsius spectrum), Biawak sungai (Varanus salvator) dan lain sebagainya. Di pantai TWA Batu Putih dijumpai jenis penyu: Penyu
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-10
Belimbing (Dermochelys coriacea), Penyu Sisik (Eretmochelys imbricata), dan Penyu Hijau (Chelonia mydas). Vegetasi yang menyusun TWA Batu Angus antara lain: Cemara laut (Casuarina equisetifolia), Bitung (Baringtonia sp.), Kayu telor (Alstonia scholaris), Beringin (Ficus sp.), Kayu sirih (Piper aduneum), Alang-alang (Imperata cylindrica) dan Mengkudu (Morinda citrifolia), Bakau (Rhizopora stylosa). Jenis-jenis fauna yang terdapat di TWA Batu Angus antara lain: Burung Elang (Accipiter nanus), Burung Tahun (Scerosleucocephacus) dan Singapuar/Binatang hantu (Tarsius spectrum). Pada kawasan perairan di sekitar teluk terdapat juga berbagai jenis mamalia laut, antara lain Ikan Lumba-lumba (Dolphin sp.), dan Ikan Paus kecil (Balaenoptera acutoratrata). Jenis-jenis ikan yang dapat dijumpai di kawasan ini antara lain Andamina sp. dan Alticus sp. Jenis-jenis moluska laut yang dapat dijumpai antara lain adalah Kima Raksasa (Tridacna gigas), Kima Sisik (Tridocna Squamosa), Kepala kambing (Cassis cornuta), Lola (Trochus niloticus). Unsur-unsur hidupan liar menjadi obyek dan daya tarik wisata alam di TWA Batu Putih dan TWA Batu Angus di samping panorama/gejala alam seperti keadaan pemandangan pesisir pantai yang tenang, berpasir dan berkarang indah dengan ikan-ikan karang yang berwarna-warni, tebing- tebing karang yang curam, sumber mata air panas di bawah laut serta pemandangan alam hutan. TWA Batu Putih dan Batu Angus ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 1049/Kpts/Um/12/81 tanggal 24 Desember 1981 dengan luas 615 ha untuk RWA Batu Putih dan 625 ha untuk TWA Batu Angus. Arahan Lokasi: Secara administrasi TWA termasuk ke dalam wilayah Desa Batu Putih, Kecamatan Ranowulu, Kota Bitung, sedangkan TWA Batu Angus termasuk ke dalam wilayah Desa Kasuari, Kecamatan Ranowulu Kota Bitung Provinsi Sulawesi Utara. d. Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan merupakan kawasan yang di dalamnya terdapat lokasi bangunan hasil budaya manusia yang bernilai tinggi,
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-11
situs purbakala maupun bentukan geologi alami yang khas, yang mempunyai manfaat tinggi untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan cagar budaya dan ilmu pengetahuan sebagaimana dimaksud dalam PP No. 26 tahun 2008 ditetapkan dengan Kriteria sebagai hasil budaya manusia yang bernilai tinggi yang dimanfaatkan untuk pengembangan ilmu pengetahuan. Tujuan Pemantapan Kawasan Cagar Budaya dan ilmu pengetahuan adalah untuk memelihara nilai sejarah, pengembangan pendidikan, rekreasi dan pariwisata serta perlindungan dari kepunahan. Arahan Lokasi: Pengembangan Kawasan Cagar Budaya dan Ilmu Pengetahuan (CBP) di Bukit Kasih Kanonang dan Batu Pinabetengan di Minahasa. 5. Kawasan rawan bencana alam a. Kawasan Rawan Tanah Longsor Longsor merupakan salah satu jenis gerakan massa tanah atau batuan, ataupun percampuran keduanya, menuruni atau keluar lereng akibat dari terganggunya kestabilan tanah atau batuan penyusun lereng tersebut.Secara umum, faktor pendorong yang dapat menyebabkan terjadinya longsor adalah curah hujan yang tinggi, lereng yang terjal, lapisan tanah yang kurang padat dan tebal, jenis batuan (litologi) yang kurang kuat, jenis tanaman dan pola tanam yang tidak mendukung penguatan lereng, getaran yang kuat (peralatan berat, mesin pabrik, kendaraan bermotor), beban tambahan seperti konstruksi bangunan dan kendaraan angkutan, terjadinya pengikisan tanah atau erosi, adanya material timbunan pada tebing, bekas longsoran lama yang tidak segera ditangani, adanya bidang diskontinuitas, penggundulan hutan, dan/atau daerah pembuangan sampah. Kegiatan pemotongan lereng bukit karena pembuatan jalan di daerah-daerah berlereng curam dan/atau kegiatan lain sering menjadi penyebab terjadinya longsor. Dasar Penentuan/Tujuan: Kriteria kawasan rawan tanah longsor menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-12
pembentuk lereng berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Tujuan perlindungan Kawasan Rawan Tanah Longsor adalah untuk melindungi manusia dan kegiatan dari bencana akibat gerakan masa tanah atau batuan yang disebabkan oleh alam maupun secara tidak langsung oleh perbuatan manusia. Lokasi Potensi: Kawasan Rawan Tanah Longsor Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 tersebar di wilayah kabupaten dan kota, seperti di: - Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Sitaro: daerah Manganitu, Tamako dan Siau Timur - Kota Manado : Kec. Wanea, Kec. Singkil, Kec. Tuminting, Kec. Tikala, Kec. Mapanget, Kec. Bunaken, Kec. Malalayang, dan Kec. Wenang. - Jalur jalan Manado-Amurang, - Jalur jalan Manado-Tomohon, - Jalur jalan Noongan-Ratahan-Belang, dan - Daerah Torosik b. Kawasan Rawan Gelombang Pasang Beberapa proses alam yang terjadi dalam waktu yang bersamaan akan membentuk variasi muka air laut dengan periode gelombang yang panjang. Yang termasuk dalam kategori gelombang periode panjang, antara lain : gelombang pasang surut (astronomical tide/tidal wave), gelombang tsunami dan gelombang badai (storm wave). Gelombang pasang surut (pasut) adalah gelombang yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik antara bumi dengan planetplanet lain terutama dengan bulan dan matahari. Gelombang ini mempunyai periode sekitar 12,4 jam dan 24 jam. Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kate gori, yaitu: pasang purnama (pasang besar, spring tide) & pasang perbani (pasang kecil, neap tide). Pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan mati dan bulan purnama) posisi bulanbumimatahari berada pada satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang purnama di mana tinggi pasang sangat besar dibanding pada harihari yang lain. Sedangkan pada sekitar tanggal 7 dan 21, di mana bulan dan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-13
matahari membentuk sudut sikusiku terhadap bumi maka gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini terjadi pasang perbani, dimana tinggi pasang yang terjadi lebih Kecil dibanding dengan harihari yang lain. Gelombang badai (storm wave) adalah gelombang tinggi yang ditimbulkan karena efek terjadinya siklon tropis disekitar wilayah Indonesia, dan berpoten si kuat menimbulkan bencana alam.Indonesia bukan daerah lintasan siklon tro pis, tetapi keberadaan siklon tropiaakan memberikan pengaruh kuat terjadinya angin kencang, gelombang tinggi disertai hujan deras. Secara fisis siklon tropis merupakan sistem tekanan rendah yang mempunyai angin berputar (siklonik) yang berasal dari daerah tropis dengan kecepatan ratarata ( 34 64 ) knots di sekitar pusatnya. Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan rawan gelombang pasang menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah kawasan sekitar pantai yang rawan terhadap gelombang pasang dengan kecepatan antara 10 sampe dengan 100 kilometer per jam yang timbul akibat angin kencang atau gravitasi bulan atau matahari. Lokasi Potensi: Kawasan rawan gelombang pasang di Provinsi Sulawesi Utara meliputi pesisir pantai utara dan selatan Provinsi Sulawesi Utara yang memiliki elevasi rendah. c. Kawasan Rawan Banjir Banjir pada umumnya disebabkan oleh curah hujan yang tinggi di atas normal, sehingga sistim pengaliran air yang terdiridari sungai dan anak sungai alamiah serta sistem saluran drainase dan kanal penampung banjir buatan yang ada tidak mampu menampung akumulasi air hujan tersebut sehingga meluap. Kemampuan/daya tampung sistem pengaliran air dimaksud tidak selamanya sama, tetapi berubah akibat sedimentasi, penyempitan sungai akibat phenomena alam dan ulah manusia, tersumbat sam pah serta hambatan lainnya. Penggundulan hutan di daerah tangkapan air hujan (catchment area) juga menyebabkan peningkatan debit banjir karena debit/pasokan air yang masuk ke dalam sistem aliran menjadi tinggi sehingga melampaui kapasitas pengaliran dan menjadi pemicu terjadinya erosi
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-14
pada lahan curam yang menyebabkan terjadinya sedimentasi di sistem pengaliran air dan wadah air lainnya. Di samping itu berkurangnya daerah resapan air juga berkontribusi atas meningkatnya debit banjir. Pada daerah permukiman di mana telah padat dengan bangunan sehingga tingkat resapan air ke dalam tanah berkurang, jika terjadi hujan dengan curah hujan yang tinggi maka sebagian besar air akan menjadi aliran air permukaan yang langsung masuk ke dalam sistem pengaliran air sehingga kapasitasnya terlampaui dan mengakibatkan banjir. Dasar Penentuan/Tujuan: Berdasarkan sumber airnya, banjir dapat dikategorikan dalam empat kategori: Banjir yang disebabkan oleh hujan lebat yang melebihi kapasitas penyaluran sistem pengaliran air yang terdiri dari sistem sungai alamiah dan sistem drainase buatan manusia. Banjir yang disebabkan meningkatnya muka air di sungai sebagai akibat pasang laut maupun meningginya gelombang laut akibat badai. Banjir yang disebabkan oleh kegagalan bangunan air buatan manusia seperti bendungan, bendung, tanggul, dan bangunan pengendalian banjir. Banjir akibat kegagalan bendungan alam atau penyumbatan aliran sungai akibat runtuhnya/longsornya tebing sungai. Ketika sumbatan / bendungan tidak dapat menahan tekanan air maka bendungan akan hancur, air sungai yang terbendung mengalir deras sebagai banjir bandang. Lokasi Potensi: Kawasan Rawan Banjir di Provinsi Sulawesi Utara meliputi daerah muarasungai, dataran banjir dan dataran aluvial terutama di sepanjang Sungai. 6. Kawasan Lindung Geologi Kawasan lindung geologi terdiri atas kawasan cagar alam geologi, kawasan rawan bencana alam geologi, dan kawasan yang memberikan perlindungan terhadap airtanah. 1. Kawasan Cagar Alam Geologi Kawasan cagar alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara berupa kawasan keunikan proses geologi, yakni dengan kemunculan solfatara dan fumarola. Air atau uap panas (fluida) yang berada di perut bumi tidak diam di
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-15
tempatnya, tapi justru karena menerima panas dari magma terjadilah fenomena arus konveksi. Seiring dengan meningkatnya temperatur, volumenya bertambah dan efeknya tekanan fluida menjadi semakin naik. Akhirnya fluida mendesak dan mendorong batuan sekitarnya atau berusaha menerobos celah-celah antar batuan (fracture) untuk melepaskan tekanannya. Secara umum, tekanan di sekitar permukaan bumi lebih rendah dari pada tekanan di bawah permukaan bumi. Fluida yang terperangkap di bawah permukaan bumi akan berupaya mencari jalan terobosan supaya bisa keluar ke permukaan bumi. Ketika mencapai permukaan, fluida akan tampak sebagai asap putih yang sesungguhnya adalah uap panas (fumarole), atau bisa juga fluida ini keluar dalam wujud cairan membentuk kolam air panas (hot spring), atau bisa juga berupa lumpur panas. Semua fenomena ini adalah jenis-jenis manifestasi dari keberadaan sistem panas bumi (geothermal system). Itu merupakan tanda-tanda alam yang menunjukkan bahwa di bawah lokasi manifestasi tersebut pasti ada intrusi magma yang memanaskan batuan sekelilingnya, dan daerah tersebut menyimpan potensi panas bumi yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber energi. Arahan Lokasi: Kawasan cagar alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara terletak di Lahendong dan sekitarnya (kota Tomohon), Leilem dan sekitarnya (kabupaten Minahasa) dan Bukit Kasih Kanonang (Kawangkoan) 2. Kawasan Rawan Bencana Alam Geologi Kawasan rawan bencana alam geologi di Provinsi Sulawesi Utara terdiri atas: kawasan rawan letusan gunung berapi, kawasan rawan gempa bumi, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan yang terletak di zona patahan aktif, kawasan rawan tsunami, dan kawasan rawan abrasi. Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan rawan letusan gunung berapi ditetapkan dengan kriteria: a. wilayah di sekitar kawah atau kaldera; dan/atau b. wilayah yang sering terlanda awan panas, aliran lava, aliran lahar lontaran atau guguran batu pijar dan/atau aliran gas beracun.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-16
Kawasan rawan gempa bumi ditetapkan dengan kriteria kawasan yang berpotensi dan/atau pernah mengalami gempa bumi dengan skala VII sampai dengan XII Modified Mercally Intensity (MMI). Kawasan rawan gerakan tanah ditetapkan dengan kriteria memiliki tingkat kerentanan gerakan tanah tinggi. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif ditetapkan dengan kriteria sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif. Kawasan rawan tsunami ditetapkan dengan kriteria pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. Kawasan rawan abrasi ditetapkan dengan kriteria pantai yang berpotensi dan/atau pernah mengalami abrasi. Tujuan perlindungan terhadap Kawasan Rawan Bencana Geologi adalah untuk melindungi manusia dan kegiatan dari bencana yang disebabkan oleh letusan gunung berapi. Lokasi Potensi: Rencana Kawasan Rawan Letusan Gunung Berapi Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 meliputi 9 (sembilan) gunung berapi aktif, yaitu: - G. Awu ( 1.320 m dpl) yang berada di bagian utara Kabupaten Sangihe, - G. Karangetang ( 1.827 m dpl) yang terdapat di bagian utara pulau Siau, - G. Ruang ( 714 m dpl) dan Gunung Submarin Banua Wuhu yang terletak di Kabupaten Sitaro, - G. Soputan terletak di Kabupaten Minahasa Selatan, - G. Lokon ( 1.580 m dpl) & G. Mahawu ( 1.311 m dpl) yang terletak di Kota Tomohon, G. Ambang ( 1.689 m dpl) yang ada di Bolaang Mongondow ; dan - G. Tangkoko yang ada di Kota Bitung. Kawasan rawan gempa bumi ada di seluruh wilayah Provinsi Utara di mana wilayah ini tergolong daerah berpotensi tinggi/rawan gempa bumi. Kawasan yang terletak di zona patahan aktif meliputi sempadan dengan lebar paling sedikit 250 (dua ratus lima puluh) meter dari tepi jalur patahan aktif. Menurut Peta Geologi (apandi, 1977), di Provinsi Sulawesi Utara terdapat beberapa sesar/patahan, yaitu Sesar Amurang Belang, Sesar Ratatotok, Sesar
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-17
Likupang, Selat Lembeh, Sesar yang termasuk dalam sistem sesar Bolaang Mongondow, dan sesar Manado Kema. Kawasan rawan tsunami di Provinsi Sulawesi Utara meliputi daerah pesisir pantai dengan elevasi rendah dan/atau berpotensi atau pernah mengalami tsunami. B. Kawasan Budidaya, Kawasan budidaya merupakan kawasan di luar kawasan lindung yang kondisi fisik dan potensi sumber daya alamnya dapat dan perlu dimanfaatkan baik bagi kepentingan produksi (kegiatan usaha) maupun pemenuhan kebutuhan permukiman. Oleh karena itu, dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Sulawesi Utara 2011- 2031, penetapan kawasan ini dititik beratkan pada usaha untuk memberikan arahan pengembangan berbagai kegiatan budidaya sesuai dengan potensi sumber daya yang ada dengan memperhatikan optimasi pemanfaatannya. 1. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi Kawasan Hutan produksi adalah kawasan hutan yang terdiri atas Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi Tetap (HP) dan Hutan Produksi Konversi (HPK). 2. Kawasan Hutan Produksi Terbatas Kawasan Hutan Produksi Terbatas adalah kawasan yang diperuntukkan bagi hutan produksi terbatas di mana eksploitasinya hanya dapat dilakukan dengan tebang pilih. Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan Budidaya yang dikategorikan sebagai kawasan Hutan Produksi Terbatas menurut PP No 26 tahun 2008 kriterianya adalah memiliki factor kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas hujan dengan nilai skor 125 (seratus dua puluh lima) sampai dengan 174 (seratus tujuh puluh empat). Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Hutan Produksi Terbatas didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Hutan Produksi Terbatas (HPT) Provinsi Sulawesi Utara 2011- 2031 mencakup luas 210.124 Ha atau 13,76 % dari luas Provinsi. Sesuai dengan data dari BPKH Wil VI, 2007, HPT ini meliputi: HPT Salibabu I & II, HPT Kabaruan di P. Salibabu (Kabupaten Talaud);
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-18
HPT P. Bangka, HPT P. Talise, HPT G. Wiau, HPT Sauan (Kabupaten Minahasa Utara); HPT G. Tatawiran dan HPT G. Insarang (Kab. Minahasa & Kota Tomohon); HPT Kayuwatu (Kab. Minahasa); HPT S. Togop, HPT Gn. Surat , HPT Gn. Sinonsayang, HPT Gn. Simbalang, dan HPT Gn. Mintu (Kabupaten Minahasa Selatan); HPT S. Ayong-Lobong, HPT S. Andagile-S.Gambuta-S.Biau, HPT Molibagu- Pinolosian-Kombot, HPT S. Tanganga-S.Salongo-S.Molibagu, HPT S.Dumoga, HPT Mintu, HPT G. Bumbungon (Kabupaten Bolaang Mongondow). 3. Kawasan Hutan Produksi Tetap Kawasan Hutan Produksi Tetap adalah kawasan yang diperuntukan bagi hutan produksi tetap di mana eksploitasinya dapat dengan tebang pilih atau tebang habis dan tanam.
Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan budidaya yang dapat digolongkan sebagai Kawasan Hutan Produksi Tetap memiliki kriteria sebagai berikut (PP No 26 tahun 2008) : Kawasan hutan dengan faktor-faktor kemiringan lereng, jenis tanah dan intensitas hujan yang setelah masing-masing dikalikan dengna angka penimbang mempunyai jumlah nilai skor paling besar 124 (seratus dua puluh empat). Di Provinsi Sulawesi Utara, Kawasan Hutan Produksi Tetap didasarkan pada Peta Kawasan Hutan dan Perairan Provinsi Dati I Sulawesi Utara Skala 1 : 250.000 (SK Menhutbun No. 452/Kpts-II/1999 tanggal 17 Juni 1999. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Hutan Produksi Tetap Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 mencakup luas 67.424 Ha atau 5, 37 % dari luas Provinsi (BPKH Wil. VI, 2007), yang meliputi : HP S. Ranoyapo I (Kabupaten Minahasa Selatan); HP S. Ilangan I & II, HP S.Pililahunga-S.Milangodaa, HP Mataindo, HP Matabulu, HP Inobonto-Poigar, HP Ongkak Mongondow (Kabupaten Bolaang Mongondow). 4. Kawasan Hutan Yang Dapat Dikonversi
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-19
Kawasan Hutan Yang Dapat Dikenversi atau HPK ialah kawasan hutan produksi yang dicadangkan untuk pembangunan lain, seperti pertanian dan perkebunan. Dasar Penentuan/Tujuan: Kawasan hutan produksi yang dapat dikonversi ditetapkan dengan kriteria: memiliki faktor kemiringan lereng, jenis tanah, dan intensitas hujan dengan jumlah skor paling besar 124 dan/atau merupakan kawasan yang apabila dikonversi mampu mempertahankan daya dukung dan daya tampung lingkungan Arahan Lokasi: Rencana pengembangan Kawan Hutan Peruntukan Hutan Produksi dapat dikonversi (HPK) Bintauna (Kabupaten Bolaang Mongondow Utara) dengan luas 14.643 ha. 5. Kawasan Hutan Rakyat Hutan Rakyat adalah tanaman kayu-kayuan secara murni atau campuran dengan jenis tanaman pohon lainnya namun dengan tanaman kayu-kayuan sebagai tanaman utama pada lahan milik atau lahan marga. Dasar Penentuan/Tujuan: Kriteria kawasan budi daya untuk kawasan hutan rakyat menurut PP No. 26 tahun 2008 adalah: kawasan yang dapat diusahakan sebagai hutan oleh orang pada tanah yang dibebani hak milik. Kawasan peruntukan hutan rakyat dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan akan hasil hutan. Kawasan hutan rakyat berada pada lahan-lahan masyarakat dan dikelola oleh masyarakat. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Hutan Rakyat Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 ialah lahan- lahan yang tidak dimanfaatkan dan menanaminya dengan tanaman-tanaman yang dapat berfungsi ganda, misalkan: sebagai penghasil buah, penghasil kayu dan lain- lain yang sekaligus juga berfungsi ekologis. Saat ini, kawasan Hutan Rakyat telah dikembangkan dan dilaksanakan oleh masyarakat dengan bantuan dari instansi kehutanan seperti Dinas Kehutanan dan Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS). 6. Kawasan Pertanian Kawasan pertanian adalah kawasan yang diperuntukan bagi kegiatan pertanian yang meliputi kawasan pertanian lahan basah, kawasan pertanian lahan kering,
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-20
kawasan pertanian tanaman tahunan/perkebunan, perikanan air tawar, perikanan laut, dan peternakan. Dasar Penentuan/Tujuan: Menurut PP No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria: - memiliki kesesuaian lahan untuk dikembangkan sebagai kawasan pertanian; - ditetapkan sebagai lahan pertanian pangan abadi; - mendukung ketahanan pangan nasional; dan/atau - dapat dikembangkan sesuai dengan tingkat ketersediaan air. Karakteristik kawasan peruntukan pertanian terdiri dari pertanian lahan basah, pertanian lahan kering dan pertanian tanaman tahunan /perkebunan, perikanan air tawar, perikanan laut, dan peternakan. Arahan Lokasi: Rencana Pengembangan pertanian dapat dilakukan di seluruh kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Utara.
7. Kawasan Pertanian Lahan Basah Pertanian lahan basah adalah usaha budidaya tanaman pangan lahan basah khususnya Padi Sawah. Dasar Penentuan/Tujuan: Untuk mengembangkan areal persawahan dengan memanfaatkan potensi berdasarkan kesesuaian lahan dengan kemungkinan dukungan prasarana pengairan/irigasi teknis dan setengah teknis; Untuk meningkatkan produktivitas pertanian lahan basah yang berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup Untuk meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani Untuk memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya beras Untuk meningkatkan pendapatan masyarakat Untuk menciptakan kesempatan kerja dan berusaha Untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Arahan Lokasi:
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-21
Rencana Kawasan Pertanian Lahan Basah Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 terutama diarahkan ke: Daerah Dumoga, Lolayan dan Lolak di Kabupaten Bolaang Mongondow Daerah Bintauna/Bolangitang di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara Beberapa lokasi di Kabupaten dan Kota yang juga memiliki lahan yang berpotensi untuk pengembangan budidaya tanaman pangan lahan basah (padi sawah). 8. Kawasan Pertanian Lahan Kering Pertanian lahan kering yang dimaksud adalah meliputi Komoditas tanaman pangan dan palawija serta hortikultura yang dibudidayakan masyarakat. Dasar Penentuan/Tujuan: Mengembangkan areal pertanian lahan kering dengan memanfaatkan potensi berdasarkan kesesuaian lahan; Meningkatkan produktivitas pertanian lahan kering yang berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup petani Memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya beras Meningkatkan pendapatan masyarakat Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha Meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Pertanian Lahan Kering Provinsi Sulawesi Utara 2011 - 2031 mencakup luas 47.074 Ha atau 19,44 % dari luas wilayah Provinsi. Dari luas tersebut, sekitar 32 % terdapat di Kabupaten Bolaang Mongondow, 26 % di Kabupaten Minahasa dan 24 % di kabupaten Minahasa Selatan. Pertanian lahan kering yang sudah/akan dikembangkan meliputi: Tanaman pangan/palawija. Saat ini budidaya tanaman pangan/palawija seringkali juga diusahakan di bawah pertanaman tanaman perkebunan terutama kelapa sehingga luas panen di tahun 2005 mencapai sekitar 132.000 Ha. Lihat Tabel berikut. Jika upaya penanaman tanaman pangan/palawija dapat lebih diintensifkan lagi,
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-22
diharapkan luas panen tanaman ini di tahun-tahun mendatang dapat lebih meningkat. Tanaman semusim (jagung, kacang hijau, dan kacang-kacangan). pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Budidaya tanaman kedelai terutama akan dikembangkan di Kabupaten Bolaang Mongondow. Tanaman ubi kayu dan ubi jalar pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Sulawesi Utara Tanaman Sukun dan Sagu pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di wilayah kepulauan: Kabupaten Kepulauan Talaud, Kabupaten Kepulauan Sangihe dan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. 9. Kawasan Hortikultura Hortikultura adalah komoditas berupa tanaman sayur-sayuran, buah-buahan dan tanaman hias (Florikultura). Dasar Penentuan/Tujuan: Meningkatkan produktifitas tanaman hortikultura yang berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup Menyediakan infrastruktur pendukung komoditas hortikultura Menyediakan lapangan kerja, meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Meningkatkan peluang ekspor Menetapkan dan mengembangkan komoditas unggulan komersial hortikultura sesuai kondisi tanah dan agroklimat Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia petani dan pelaku usaha Membangun industri pariwisata sebagai sektor pendukung berkembangnya industri tanaman hias Arahan Lokasi: Tanaman sayur-sayuran .
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-23
Tanaman sayur-sayuran yang akan dan sudah dikembangkan adalah jenis sayur-sayuran dataran tinggi dan jenis sayur-sayuran dataran rendah. Untuk jenis sayur-sayuran dataran tinggi (kubis, wortel, kentang, buncis, bawang daun) terutama akan dan sudah dikembangkan di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan, kota Tomohon dan dataran tinggi Kabupaten Bolaang Mongondow. Sedangkan jenis sayur-sayuran dataran rendah pada umumnya sudah dan akan dikembangkan di semua Kabupaten dan Kota di wilayah Provinsi Sulawesi Utara. Tanaman buah-buahan. Tanaman yang sudah dan akan dikembangkan adalah tanaman rambutan, salak, mangga, semangka, nenas, duku/langsat, durian dan pisang. Pengembangan budidaya tanaman rambutan terutama akan dilakukan di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Utara; budidaya tanaman salak di Kabupaten Sitaro dan Kabupaten Minahasa Tenggara; budidaya tanaman mangga, duku/langsat, durian dan pisang di Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, dan Kabupaten Bolaang Mongondow; budidaya tanaman semangka di Kabupaten Minahasa Selatan dan Kabupaten Minahasa Tenggara; budidaya tanaman nenas di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Minahasa Selatan. Budidaya matoa terutama akan dan sudah dikembangkan di wilayah Kabupaten Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Selatan, Bolaang Mongondow Timur dan Bolaang Mongondow Utara.
Tanaman hias. Sedangkan pengembangan tanaman hias terutama diarahkan ke wilayah Kota Tomohon. 10. Kawasan Perkebunan Perkebunan adalah segala kegiatan yang mengusahakan tanaman tertentu pada tanah dan/atau media tumbuh lainnya dalam ekosistem yang sesuai, mengolah dan memasarkan barang dan jasa hasil tanaman tersebut dengan bantuan ilmu pengetahuan dan teknologi, permodalan serta manajemen untuk mewujudkan kesejahteraan bagi pelaku usaha perkebunan dan masyarakat.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-24
Dasar Penentuan/Tujuan: Meningkatkan produktifitas tanaman tahunan/perkebunan yang berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alam dan lingkungan hidup Meningkatkan produktivtas perkebunan Meningkatkan sumber devisa negara Meningkatkan upaya pelestarian kemampuan sumberdaya alam Meningkatkan pendapatan masyarakat Meningkatkan peluang ekspor Menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kesempatan berusaha bagi masyarakat pedesaan. Arahan Lokasi: Rencana Kawasan Tanaman Tahunan/Perkebunan Provinsi Sulawesi Utara 2011- 2031mencakup luas 656.572 Ha atau 19,44 % dari luas wilayah provinsi, di mana komoditas perkebunan yang akan dikembangkan ini adalah kelapa, cengkeh, pala, cacao/coklat, vanili dan kopi. Saat ini teknik budidaya yang ada masih sederhana dan merupakan kebun rakyat yang dikelola secara turun temurun. Sedangkan perkebunan besar dikelola secara intensif oleh pihak swasta. Saat ini perkebunan kelapa hampir tersebar merata di seluruh wilayah kabupaten dan kota di Provinsi Sulawesi Utara. Kawasan pengembangan perkebunan kelapa terutama diarahkan di: Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Utara, Kabupaten Minahasa, Kabupaten Minahasa Tenggara dan Kota Bitung, Kawasan sepanjang jalur Jalan Trans Sulawesi. Kecamatan Bolangitan dan Bolaang Uki di sepanjang Pantai Utara dan Selatan di Kabupaten Bolaang Mongondow dan Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan. Pulau Tagulandang, Biaro, Sangihe, Siau, Karakelang, Salibabu dan Mangarang di Kabupaten Sangihe dan Kabupaten Sitaro Di samping itu terdapat perkebunan kakao yang dikelola swasta yang terletak di Kecamatan Tatapaan Kabupaten Minahasa Selatan. 11. Kawasan Perikanan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-25
Perikanan adalah semua kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ikan dan lingkungannya mulai dari praproduksi, produksi,pengolahan sampai dengan pemasaran, yang dilaksanakan dalam suatu sistem bisnisperikanan. Dasar Penentuan/Tujuan: Menurut PP No. 26 tahun 2008, kawasan peruntukan pertanian ditetapkan dengan kriteria: wilayah yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan penangkapan, budi daya, dan industri pengolahan hasil perikanan; dan/atau tidak mengganggu kelestarian lingkungan hidup Arahan Lokasi: Rencana pengembangan Kawasan Perikanan Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 ini perlu dilakukan melalui beberapa rencana pola pemanfaatan ruang sebagai berikut : a. Penetapan daerah penangkapan ikan (fishing ground) b. Penetapan sentra-sentra pendaratan ikan/pelabuhan perikanan c. Peningkatan fasilitas armada tangkap, dan fasilitas penunjang lainnya d. Penetapan sentra-sentra budidaya perikanan e. Peningkatan fasilitas dan infrastruktur budidaya perikanan f. Penetapan kawasan industri perikanan g. Penetapan daerah perlindungan laut (DPL) dan daerah perlindungan mangrove (DPM) Menurut UU No. 31 tahun 2004 tentang Perikanan, wilayah pengelolaan perikanan Republik Indonesia untuk penangkapan ikan meliputi : a. Perairan Indonesia b. ZEEI (Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia) c. Sungai, danau, waduk, rawa dan genangan air lainnya yang dapat diusahakan serta lahan pembudidayaan ikan yang potensial di wilayah Republik Indonesia 12. Kawasan Perikanan Tangkap Kegiatan perikanan tangkap ialah kegiatan untuk memperoleh ikan di perairan yang tidak dalam keadaan dibudidayakan dengan alat atau cara apa pun, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/atau mengawetkannya.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-26
Dasar Penentuan/Tujuan: Menurut UU No. 31 tahun 2004, pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan: a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan kecil; b. meningkatkan penerimaan dan devisa negara; c. mendorong perluasan dan kesempatan kerja; d. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; e. mengoptimalkan pengelolaan sumber daya ikan; f. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing; g. meningkatkan ketersediaan bahan baku untuk industri pengolahan ikan; h. mencapai pemanfatan sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan lingkungan i. sumber daya ikan secara optimal; dan j. menjamin kelestarian sumber daya ikan, lahan pembudidayaan ikan, dan tata ruang Arahan Lokasi: Kawasan perikanan tangkap diarahkan ke Kota Bitung, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud. 13. Kawasan Budi Daya Perikanan Pembudidayaan ikan adalah kegiatan untuk memelihara, membesarkan, dan/atau membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol, termasuk kegiatan yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani, mengolah, dan/ atau mengawetkannya. Dasar Penentuan/Tujuan: a. Mengembangkan areal perikanan budidaya dengan memanfaatkan potensi berdasarkan kesesuaian lahan b. Meningkatkan produktivitas perikanan budidaya yang berkelanjutan tanpa mengabaikan aspek pelestarian sumberdaya alamdan lingkungan hidup
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-27
c. Memenuhi kebutuhan lokal akan pangan khususnya ikan sebagai sumber protein d. Meningkatkan ekspor e. Meningkatkan pendapatan dan taraf hidup pembudidaya ikan f. Menciptakan kesempatan kerja dan berusaha g. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat Arahan Lokasi: Kawasan budi daya perikanan diarahkan ke Kota Bitung, Kota Tomohon, Kota Manado, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Timur, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud. 14. Kawasan Pengolahan Ikan Pengolahan ikan adalah penanganan hasil perikanan yang perlakuannya dimulai sejak ikan ditangkap, penanganan di atas kapal, penanganan saat didaratkan, penanganan di pasar- pasar, pengecer sampai ke pabrik pengolahan. Penanganan hasil perikanan meliputi penanganan terhadap bahan mentah (ikan), bahan tambahan, bahan pembantu, peralatan yang digunakan, teknologi serta persyaratan lain yang harus dipenuhi oleh pengolah dan pabrik (UPI). Dasar Penentuan/Tujuan: a. meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudidaya ikan; b. meningkatkan ekspor ; c. meningkatkan penerimaan dan devisa negara; d. mendorong perluasan dan kesempatan kerja; e. meningkatkan ketersediaan dan konsumsi sumber protein ikan; f. mengoptimalkan pengolahan sumber daya ikan; g. meningkatkan produktivitas, mutu, nilai tambah, dan daya saing;
Arahan Lokasi: Kawasan pengolahan ikan diarahkan ke Kota Bitung, Kabupaten Minahasa Selatan, Kabupaten Minahasa Tenggara, Kabupaten Bolaang Mongondow, Kabupaten Bolaang Mongondow Selatan, Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Kabupaten
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-28
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, Kabupaten Kepulauan Sangihe, Kabupaten Kepulauan Talaud. 15. Kawasan Pertambangan Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca tambang. Dasar Penentuan/Tujuan: a. Menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan usaha pertambangan secara berdaya guna, berhasil guna, dan berdaya saing; b. Mendukung dan menumbuhkembangkan kemampuan nasional agar lebih mampu bersaing di tingkat nasional, regional, dan internasional; c. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesarbesar kesejahteraan rakyat; dan d. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan Lokasi Potensi: Untuk mendapatkan pengelolaan bahan tambang dengan prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan maka perlu dilakukan pemetaan zonasi pertambangan guna membantu di dalam pemanfaatan bahan tambang, di samping usaha konservasi bahan galian itu sendiri. Berdasarkan UU No. 4 Tahun 2009, usaha pertambangan dikelompokkan atas: a. Pertambangan mineral yang dibagi lagi ke dalam: - Pertambangan mineral radioaktif - Pertambangan mineral logam - Pertambangan mineral bukan logam - Pertambangan batuan b. Pertambangan batubara Provinsi Sulawesi Utara tidak memiliki pertambangan mineral radioaktif dan batubara. a. Pertambangan Mineral
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-29
Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi, serta air tanah. Dasar Penentuan/Tujuan: a. Menjamin manfaat pertambangan mineral secara berkelanjutan dan berwawasan lingkungan hidup; b. tersedianya mineral sebagai bahan baku dan/atau sebagai sumber energi untuk kebutuhan dalam negeri; c. Meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah, dan negara, serta menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat; dan d. Menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan mineral. Lokasi Potensi pertambangan mineral Provinsi Sulawesi Utara berada di: a. Andesit di Tomohon. b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran 373,88 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak 44.478.125 M3. c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran 100 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.000.000 M3. d. Tras di Tomohon. e. Batu Belah, terdapat di lereng G. Tumpaan. f. Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan, dan Ratatotok. g. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan gunung api. Terutama di sekitar kaki G. Soputan dengan ketebalan sekitar 30 meter. h. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko i. Andesit terdapat di Siau dan Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 24.811.925 m3.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-30
j. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 10.250.600 m3. k. Pasir Besi terdapat di bagian Utara P. Sangihe Besar dan p. Tagulandang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.598.783 m3. l. Bijih Besi terdapat di Siau Barat Selatan, Manganitu Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 927.280 ton m. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (P. Ruang) n. Zeolit terdapat di Lamango (P. Biaro). o. Tras terdapat di Enemawira. p. Batu apung terdapat di P. Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 240.000 m3. q. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang. r. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan sebanyak 2.200.000 m3. s. Sirtu terdapat di sekitar G. Awu, G. Karangetang. t. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 6.240 ton. b. Pertambangan Mineral Logam Mineral logam terdiri dari: - Besi, mangan, molibden, khrom, wolfram, vanadium, titan; - Bauksit, tembaga, timbal, seng; - Emas, platina, perak, air raksa, intan; - Yttrium, rhutenium, cerium dan logam-logam langka lainnya; - Berillium, korundum, zirkon, kristal kuarsa; - Kriolit, fluospar, barit; - Nikel, kobalt; - Timah. Lokasi Potensi untuk pertambangan mineral logam berada di: - Emas di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di Lanut, Mintu, Tobongan, Goropai, dan Munsi di Kecamatan Modayag; Tapabeken di Kecamatan Kotabunan; Tanoyan, Anggrek di Kecamatan Lolayan; Pusian dan S. Mauk di Kecamatan Dumoga; S. Duminanga di Kecamatan Bolaang Uki; di Kabupaten Minahasa Selatan terdapat di Mesel Kecamatan Belang,
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-31
Toyopon Kecamatan Motoling, Kalait Kecamatan Tombatu, Liandok Kecamatan Tompaso Baru dan Sulu Kecamatan Tumpaan; di Kabupaten Minahasa terdapat di Agotey Kecamatan Pineleng; di Kabupaten Minahasa Utara terdapat di Winuri Kecamatan Likupang; di Kabupaten Kepulauan Sangihe terdapat di Gumahe Kecamatan Tabukan Selatan dan Pintareng Kecamatan Manganaitu Selatan. - Bijih besi di 3 Kabupaten yaitu Kabupaten Bolaang Mongondow yang terdapat di Tg. Buaya Kecamatan Bolang Itang, Kabupaten Minahasa Utara yang terdapat di Pulau Bangka Kecamatan Likupang dan di Kabupaten Sitaro yang terdapat di Bukti Sowaeng Kecamatan Siau Barat dan Bahu Kecamatan Siau Selatan. - Pasir besi titan di Kabuipaten Bolaang Mongondow terdapat di Pantai Bintauna Kecamatan Bintauna, Pantai Lolak Kecamatan Lolak, Pantai Lolan Kecamatan Inobonto, Busisingo Pantai, Busisingo Darat dan B. Laut Dalam di Kecamatan Sangkup; Kabupaten Kepulauan Sangihe terdapat di Naha Kecamatan Tabukan Utara; Di Kabupaten Sitaro di Pantai Barat di Kecamatan Tagulandang; Kabupaten Kepulauan Talaud di Pantai Barat Kecamatan Karakelang, Pantai Timur P. Salibabu, Pantai Barat Kecamatan Melonguane dan Pantai Barat Kecamatan Beo; di Kabupaten Minahasa terdapat di Pantai Poopoh Kecamatan Tombariri. - Mangan di Kabupaten Bolaang Mongondow terdapat di Tg. Buaya Kecamatan Bolang Itang dan di Kecamatan Minahasa Utara di Tg. Tarabitan Kecamatan Likupang. - Nikel di Rainis Kabupaten Kepulauan Talaud. - Timah hitam di P. Lipang Kabupaten Kepulauan Sangihe. c. Mineral Bukan Logam Mineral bukan logam terdiri dari: - Minyak bumi, bitumen cair, lilin bumi, gas alam; - Bitumen padat, aspal; - Antrasit, batu bara, batu bara muda; - Uranium, radium, thorium dan bahan-bahan galian radioaktif lainnya. - Arsin, antimon, bismut; - Yodium, brom, khlor, belerang.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-32
Lokasi Potensi untuk pertambangan mineral bukan logam terdiri dari: - Minyak bumi di Cekungan Minahasa - Barit di Binebas Kecamatan Tabukan Selatan Kabupaten Kepulauan Sangihe - Belerang di G. Ambang Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow, G. Soputan Kecamatan Kota Menara Kabupaten Minahasa Selatan dan G. Mahawu Kecamatan Rurukan Kota Tomohon. d. Pertambangan Batuan Bahan galian pertambangan batuan terdiri dari: - Nitrat nitrat, pospat-pospat, garam batu (halite); - Asbes, talk, mika, grafit, magnesit; - Yarosit, leusit, tawas (alum), orker; - Batu permata, batu setengah permata; - Pasir kuarsa, kaolin, felspar, gips, bentonit; - Batuapung, tras, obsidian, perlit, tanah diatomea, tanah serap (fullers earth); - Marmer, batutulis; - Batukapur, dolomit, kalsit; - Ganit, andesit, basal, trakhit, tanah liat dan pasir, sepanjang tidak mengandung unsur-unsur mineral golongan A maupun golongan B dalam jumlah yang berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Semua bahan galian di luar mineral logam dan radioaktif yang mempunyai kegunaan langsung untuk berbagai industri disebut bahan galian industri. Sebagian besar bahan galian industri termasuk ke dalam bahan galian pertambangan batuan. Lokasi Potensi bahan tambang batuan di Sulawesi Utara yang sudah diketahui : a. Andesit di Tomohon. b. Batu apung di Woloan dan Tara-tara, perkiraan luas sebaran 373,88 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak 44.478.125 M3. c. Perlit di Kasuang, perkiraan luas sebaran 100 Ha dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.000.000 M3. d. Tras di Tomohon. e. Batu Belah, terdapat di lereng G. Tumpaan.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-33
f. Lempung, terdapat di daerah Radey, Tokin, Karimbow, Mangkit, Basaan, dan Ratatotok. g. Pasir, terdapat di sebagian endapan sungai, pantai dan hasil endapan gunung api. Terutama di sekitar kaki G. Soputan dengan ketebalan sekitar 30 meter. h. Batu Gamping dan kapur, terdapat di Basaan, Mangkit, Ratatotok, dan Blongko i. Andesit terdapat di Siau dan Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 24.811.925 m3. j. Basalt terdapat di Bebali (Siau), Pangulu Manganitu, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 10.250.600 m3. k. Pasir Besi terdapat di bagian Utara P. sangihe Besar dan p. Tagulandang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 1.598.783 m3. l. Bijih Besi terdapat di Siau Barat Selatan, Manganitu Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 927.280 ton m. Pasir Volkanis terdapat di Tabukan Utara dan Tagulandang (P. Ruang) n. Zeolit terdapat di Lamango (P. Biaro). o. Tras terdapat di Enemawira. p. Batu apung terdapat di P. Mahangetang, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 240.000 m3. q. Batu setengah permata terdapat di Tagulandang. r. Lempung terdapat di Mengawa (Tamako), dengan cadangan diperkirakan sebanyak 2.200.000 m3. s. Sirtu terdapat di sekitar G. Awu, G. Karangetang. t. Barit, terdapat di Tabukan Selatan, dengan cadangan diperkirakan sebanyak 6.240 ton. Pengembangan dan pengelolaan kawasan pertambangan adalah sebagai berikut : a. Penetapan suatu kawasan pertambangan mengacu pada peraturan dan undang-undang yang berlaku secara struktural, b. Kawasan yang telah dideteksi mempunyai deposit mineral tambang yang mempunyai nilai dalam skala ekonomis diberi peluang untuk diekploitasi sebagai kawasan pertambangan.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-34
c. Untuk kawasan-kawasan ini sebelum memasuki tahapan eksplorasi dan eksploitasi, perlu diadakan studi kelayakan akhir yang melibatkan instansi/dinas terkait di bawah koordinasi Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dan Kabupaten Minahasa. d. Penetapan Kawasan Pertambangan baru perlu mempertimbangkan investasi yang telah dilaksanakan sektor lain di kawasan tersebut. e. Kawasan yang mempunyai deposit mineral tambang baru dapat di eksploitasi setelah memenuhi kelayakan teknis, ekonomi dan lingkungan, serta tidak melanggar peraturan/ perundang-undangan yang berlaku. f. Pendelineasian kawasan ini perlu dilakukan pada peta dengan skala yang lebih besar dan pengembangannya diarahkan pada kawasan yang mempunyai sumber/potensi bahan galian sesuai hasil eksplorasi. Kebijakan pemanfaatan ruangnya meliputi : a. Pemantauan dan pengendalian kegiatan pengusahaan pertambangan agar tidak mengganggu fungsi lindung. b. Pengembalian fungsi lindung pada kawasan bekas kuasa pertambangan. Rekomendasi : a. Dibuat/disusun Peta Zonasi Pertambangan Provinsi Sulawesi Utara.
e. Panas Bumi Panas Bumi adalah sumber energi panas yang terkandung di dalam air panas, uap air, dan batuan bersama mineral ikutan dan gas lainnya yang secara genetik semuanya tidak dapat dipisahkan dalam suatu sistem Panas Bumi dan untuk pemanfaatannya diperlukan proses penambangan. Dasar Penentuan/Tujuan: a. Mengendalikan pemanfaatan kegiatan pengusahaan Panas Bumi untuk menunjang b. Pembangunan yang berkelanjutan serta memberikan nilai tambah secara keseluruhan; c. Meningkatkan pendapatan negara dan masyarakat untuk mendorong pertumbuhan d. Perekonomian nasional demi peningkatan kesejahteraan dan kemakmuran rakyat.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-35
Lokasi Potensi panas bumi Provinsi Sulawesi Utara berada di : - Klaster Lahendong dengan potensi cadangan sebesar 313 MW - Klaster Tompaso dengan potensi cadangan sebesar 230 MW - Klaster G. Ambang dengan potensi cadangan sebesar 285 MW - Klaster G. Dua Saudara dengan potensi cadangan sebesar 125 MW, dan - Klaster Airmadidi dengan potensi cadangan sebesar 125 MW 16. Kawasan Air Tanah Air merupakan sumber kehidupan yang tidak dapat tergantikan oleh apa pun juga. Tanpa air manusia, hewan dan tanaman tidak akan dapat hidup. Air tanah adalah air yang berada di bawar permukaan tanah. Air tanah dapat kita bagi lagi menjadi dua, yakni air tanah preatis dan air tanah artesis. a. Air Tanah Preatis Air tanah preatis adalah air tanah yang letaknya tidak jauh dari permukaan tanah serta berada di atas lapisan kedap air / impermeable. b. Air Tanah Artesis Air tanah artesis letaknya sangat jauh di dalam tanah serta berada di antara dua lapisan kedap air. 17. Kawasan Industri Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah,bahan baku, barang setengah jadi, dan/atau barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangun dan perekayasaan industri. Rencana Kawasan Industri Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 diarahkan ke: a. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk zona industri. Ditinjau dari lokasinya, selain mempunyai akses yang baik ke Pelabuhan Bitung, kawasan ini mempunyai wilayah belakang kawasan perkebunan yang potensial untuk mendukung kegiatan agro-industri. Untuk pengembangan kawasan ini lebih jauh perlu mengacu kepada Keppres No.53 Tahun 1989 dan Keppres No. 33 Tahun 1990, serta SK Menteri Perindustrian No. 291/M/SK/10/1989 tentang tata Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan Industri, dengan didukung oleh studi perencanaan Detail Kawasan. Luas kawasan perindustrian tersebut mencapai 2.750 Ha. b. Kawasan industri di Kapitu.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-36
c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung d. Di luar Zona Industri Kabima, kegiatan industri diarahkan pengembangannya ke wilayah kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Sangihe, Talaud, Sitaro) dalam bentuk peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil, beserta pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/ kabupaten tersebut. Kebijaksanaan pemanfaatan ruang pada kawasan industri meliputi : a. Penataan ruang untuk zona industri diarahkan di KABIMA. b. Penyediaan prasarana pendukung c. Pengembangan kawasan perindustrian di wilayah perkotaan dalam bentuk peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil. Dasar Penentuan/Tujuan: 1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, sumber daya alam, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi pada umumnya, serta memberikan nilai tambah bagi pertumbuhan industri pada khususnya; 3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional; 4. Meningkatkan keikutsertaan masyarakat dan kemampuan golongan ekonomi lemah, termasuk pengrajin agar berperan secara aktif dalam pembangunan industri; 5. Memperluas dan memeratakan kesempatan kerja dan kesempatan berusaha, serta meningkatkan peranan koperasi industri; 6. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-37
pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri; 7. Mengembangkan pusat-pusat pertumbuhan industri yang menunjang pembangunan daerah dalam rangka pewujudan Wawasan Nusantara; 8. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Arahan lokasi: Rencana Kawasan Industri Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 ialah ke: a. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk zona industri. Ditinjau dari lokasinya, selain mempunyai akses yang baik ke Pelabuhan Bitung, kawasan ini mempunyai wilayah belakang kawasan perkebunan yang potensial untuk mendukung kegiatan agro-industri. Untuk pengembangan kawasan ini lebih jauh perlu mengacu kepada Keppres No.53 Tahun 1989 dan Keppres No. 33 Tahun 1990, serta SK Menteri Perindustrian No. 291/M/SK/10/1989 tentang tata Cara Perizinan dan Standar Teknis Kawasan Industri, dengan didukung oleh studi perencanaan Detail Kawasan. b. Luas kawasan perindustrian tersebut mencapai 2.750 Ha. c. Kawasan industri di Kapitu. d. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung e. Di luar Zona Industri Kabima, kegiatan industri diarahkan pengembangannya ke wilayah kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Sangihe, Talaud, Sitaro) dalam bentuk peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil, beserta pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/ kabupaten tersebut. Kebijakan pemanfaatan ruang pada kawasan industri, meliputi : a. Penataan ruang untuk zona industri diarahkan di KABIMA. b. Penyediaan prasarana pendukung c. Pengembangan kawasan perindustrian di wilayah perkotaan dalam bentuk peruntukan industri dan sentra-sentra industri kecil. 18. Kawasan Industri Kecil/Rumah Tangga
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-38
Industri Kecil/Rumah Tangga adalah Industri yang memiliki modal relatif kecil, teknologi sederhana, pekerjanya kurang dari 10 orang dan biasanya dari kalangan keluarga, produknya masih sederhana dan lokasi pemasarannnya masih terbatas (berskala lokal). Contohnya adalah industri kerajinan dan industri makanan ringan.
Dasar Penentuan/Tujuan: 9. Menaikkan tingkat kesejahteraan masyarakat melalui pertumbuhan kesempatan kerja yang produktif dan diversifikasi kegiatan-kegiatan ekonomi atau sumber-sumber pendapatan. 10. Meningkatkan kesempatan kerja, khususnya untuk menyerap arus tenaga kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat. 11. Meningkatkan nilai tambah total dari ekonomi masyarakat. Nilai tambah total yang tinggi hanya dapat dicapai melalui kombinasi antara pertumbuhan jumlah orang yang bekerja di semua sektor ekonomi yang ada dan peningkatan produktivitas pekerja di sektor-sektor tersebut. Arahan lokasi : Arahan lokasi pengembangannya adalah wilayah kabupaten dan kota di wilayah provinsi Sulawesi Utara (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Sangihe, Talaud, Sitaro) dalam bentuk peruntukan industri kecil/rumah tangga dan sentra-sentra industri kecil, beserta pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/ kabupaten tersebut. 19. Kawasan Industri Agro Industi Agro atau Agro industri adalah kegiatan mengolah hasil-hasil komoditi pertanian dengan menggunakan peralatan, bahan dan teknik tertentu serta melibatkan sumberdaya manusia.Industri yang menggunakan bahan mentah yang diperoleh dari hasil kegiatan pertanian. Misalnya: industri minyak goreng, industri kopi, industri buah-buahan, dan lain-lain. Dasar Penentuan/Tujuan:
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-39
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan petani secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, mengoptimalkan sumber daya alam pertanian yang pada masa lampau pre-industrial agriculture menuju industrialized agriculture, dan/atau hasil budidaya serta dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan Agro Industri serta pertumbuhan ekonomi secara umum. 3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional. Arahan lokasi: a. kawasan peruntukan industri besar meliputi Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) di Minahasa Utara dan Bitung serta kawasan industri terpadu Bitung di Bitung; b. kawasan peruntukan industri sedang berupa Kawasan Kapitu-Amurang di Minahasa Selatan; dan c. kawasan peruntukan industri kecil dan ringan tersebar di seluruh Kabupaten/Kota wilayah Provinsi. Di luar Zona Industri KABIMA, kegiatan industri diarahkan pengembangannya ke wilayah Kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah Kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) dalam bentuk peruntukan Industri Agro, beserta pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/ kabupaten tersebut. 20. Kawasan Industri Ringan Industri Ringan adalah Industri yang menggunakan bahan baku seperti kertas, kayu, rotan, dan lain-lain. Dasar Penentuan/Tujuan:
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-40
1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan sumber daya alam dan menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi secara umum. 3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional. 4. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri; 5. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Arahan lokasi : a. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk Zona Industri. b. Kawasan Industri di Kapitu-Amurang (Minahasa Selatan). c. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung. d. Kawasan Industri Terpadu Bitung. e. Di luar Zona Industri KABIMA, kegiatan Industri Ringan diarahkan pengembangannya ke wilayah Kota (Manado, Bitung, Tomohon, Kotamobagu) atau wilayah Kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) dalam bentuk peruntukan Industri Ringan beserta pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/ kabupaten tersebut. 21. Kawasan Industri Berat Industri yang seluruhnya menggunakan tenaga mesin berukuran besar.Industri yang menghasilkan mesin-mesin atau ala-alat produksi lainnya.Misalnya industri alat-alat berat, industri mesin, seperti pabrik besi, pabrik baja, dan lain-lain.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-41
Dasar Penentuan/Tujuan: 1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat secara adil dan merata dengan memanfaatkan sumber daya alam dan menjaga keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan ekonomi secara umum. 3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi modern dan menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional. 4. Meningkatkan penerimaan devisa melalui peningkatan ekspor hasil produksi nasional yang bermutu, disamping penghematan devisa melalui pengutamaan pemakaian hasil produksi dalam negeri, guna mengurangi ketergantungan kepada luar negeri; 5. Menunjang dan memperkuat stabilitas nasional yang dinamis dalam rangka memperkokoh ketahanan nasional. Arahan lokasi: Kawasan peruntukan industri di Wilayah Provinsi Sulawesi Utara diarahkan keKauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk Zona Industri. 22. Kawasan Industri Lainnya Kawasan industri yang belum tercantum pada pembagian kawasan industri seperti yang telah diuraikan pada pembahasan kawasan industri adalah industri perikanan. Kawasan Industri perikanan adalah penting di provinsi Sulawesi Utara karena hampir semua kabupaten/kota memiliki potensi perikanan tangkap dan perikanan budidaya, kecuali kota Tomohon dan kota Kotamobagu yang tidak memiliki perikanan tangkap. Akan tetapi memiliki perikanan budidaya. Industri perikanan ialah Industri yang menggunakan bahan mentah yang diperoleh dari hasil perikanan (ikan, serta hasil perikanan lainnya) untuk kegunaan manusia atau sebagai bahan mentah industri lain. Dasar Penentuan/Tujuan: 1. Meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan nelayan secara adil dan merata dengan memanfaatkan dana, mengoptimalkan sumber daya perikanan (ikan,
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-42
serta hasil perikanan dan/atau hasil budidaya perikanan, dengan memperhatikan keseimbangan dan kelestarian lingkungan hidup; 2. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi secara bertahap, mengubah struktur perekonomian ke arah yang lebih baik, maju, sehat, dan lebih seimbang sebagai upaya untuk mewujudkan dasar yang lebih kuat dan lebih luas bagi pertumbuhan Industri perikanan serta pertumbuhan ekonomi secara umum. 3. Meningkatkan kemampuan dan penguasaan serta mendorong terciptanya teknologi yang tepat guna dan modern, serta menumbuhkan kepercayaan terhadap kemampuan dunia usaha nasional. Arahan lokasi : 1. Kauditan-Bitung-Kema (KABIMA) dalam bentuk Zona Industri. 2. Kawasan Industri di Kapitu-Amurang (Minahasa Selatan). 3. Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Manado Bitung. 4. Kawasan Industri Terpadu Bitung. 5. Di luar Zona Industri KABIMA, kegiatan industri diarahkan pengembangannya ke wilayah Kota (Manado, Bitung) atau wilayah Kabupaten (Minahasa, Minahasa Selatan, Minahasa Utara, Minahasa Tenggara, Bolaang Mongondow, Bolaang Mongondow Utara, Bolaang Mongondow Timur, Bolaang Mongondow Selatan, Kepulauan Sangihe, Kepulauan Talaud, Kepulauan Siau Tagulandang Biaro) dalam bentuk peruntukan industri perikanan beserta pengembangannya, seperti yang diarahkan oleh RTRW masing-masing kota/ kabupaten tersebut. 23. Kawasan Pariwisata Pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah pusat, dan Pemerintah Daerah. Dasar Penentuan/Tujuan: a. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; b. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; c. Menghapus kemiskinan; d. Mengatasi pengangguran; e. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; f. Memajukan kebudayaan;
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-43
g. Mengangkat citra bangsa; h. Memupuk rasa cinta tanah air; i. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan j. Mempererat persahabatan antarbangsa. Arahan Lokasi untuk kawasan Pariwisata Provinsi Sulawesi Utara 2011-2031 diarahkan ke: a. Pengembangan kawasan wisata pantai (Manado-Tanjung Pisok-Bunaken-Tasik Ria-Likupang-Bitung). b. Pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut Bunaken pada zona pemanfaatan c. Pengembangan kawasan wisata di Taman Nasional Dumoga-Bone. d. Pengembangan Kawasan Wisata Danau Tondano dan sekitarnya dengan prioritas wisata tirta, wisata alam terutama agrowisata dengan memperhatikan kelestarian DAS, lebih khusus lagi Danau Tondano. e. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Wisata Bunga Tomohon. f. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Wisata Manado. g. Pengembangan Kawasan Wisata di P. Ruang, P. Mahoro, P. Tagulandang dan gunung api bawah laut Mahangetang untuk diving. h. Pengembangan kawasan wisata di perbatasan : - Pulau Miangas. - Gususan P. Nanusa, P. Intata P. Kakorotan. Kawasan pariwisata yang dikembangkan di Sulawesi Utara berupa obyek wisata alam yang berada dalam kawasan lindung atau penggunaan lainnya.Dengan demikian luas kawasan ini belum dapat diperkirakan secara rinci. 24. Kawasan Wisata Alam Wisata Alam atau Pariwisata Ekologis adalah perjalanan ke tempat-tempat alami yang relative masih belum terganggu atau terkontaminasi (tercemar) dengan tujuan untuk mempelajari, mengagumi dan menikmati pemandangan tumbuh- tumbuhan dan satwa liar, serta bentuk-bentuk manifestasi budaya masyarakat yang ada baik dari masa lampau maupun masa kini. Wisata Alam merupakan usaha pemanfaatan sumberdaya alam dan tata lingkungannnya yang telah ditetapkan sebagai obyek dan daya tarik wisata untuk dijadikan sasaran wisata. Dasar Penentuan/Tujuan:
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-44
a. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; c. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; d. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan e. Mempererat persahabatan antarbangsa. Arahan lokasi : Pengembangan kawasan wisata pantai Manado-Minahasa-Bitung Pantai Utara (MAHABINTURA), meliputi : a. Wawontulap-Tanawangko-Tasik Ria-Boulevard Manado-Tanjung Pisok- Likupang-Tanjung Pulisan-Karondoran-Selat Lembeh-Bitung-Tanjung Merah- Tasikoki-Batu Nona-Kema. b. Pengembangan kawasan wisata bahari di dalam kawasan Taman Nasional Laut Bunaken pada zona pemanfaatan. c. Pengembangan kawasan wisata di Taman Nasional Dumoga Nani Warta Bone. d. Pengembangan Kawasan Wisata Danau Tondano dan sekitarnya dengan prioritas wisata tirta, wisata alam terutama agrowisata dengan memperhatikan kelestarian DAS, lebih khusus lagi Danau Tondano. e. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Pantai Dunia Manado. f. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Bahari dan wisata laut P. Ruang, P. Para, P. Mahoro, P. Tagulandang dan Gunung Api Bawah Laut Mahangetang untuk diving. g. Pengembangan Kawasan Wisata Pulau Khusus Ketangkasan, yaitu : P. Siladen (Manado) dan P. Gangga (Minahasa Utara). h. Pengembangan Agrowisata di semua kabupaten/kota i. Pengembangan Kawasan Wisata Kota Bunga Tomohon. 25. Kawasan Wisata Budaya Wisata Budaya (Cultural Tourism) adalah sebagai produk penunjang pengembangan pariwisata alam yaitu rangkaian perjalanan seseorang atau sekelompok orang ke suatu tempat untuk berlibur menikmati keindahan alam dan budaya yang merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, adat istiadat dan segala sesuatu yang berkaitan dengan tradisi atau kebiasaan lama, juga hal-hal yang berkaitan dengan kesenian. Dasar Penentuan/Tujuan:
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-45
a. Memajukan kebudayaan; b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi; c. Meningkatkan kesejahteraan rakyat; d. Melestarikan alam, lingkungan, dan sumber daya; e. Memperkukuh jati diri dan kesatuan bangsa; dan f. Mempererat persahabatan antarbangsa. Arahan Lokasi : a. Pengembangan kawasan wisata budaya Bukit Tengkorak Pulau Makalehi b. Pengembangan wisata budaya di Watu Pinabetengan Kabupaten Minahasa c. Pengembangan Wisata budaya Waruga di Sawangan Kabupaten Minahasa Utara
26. Kawasan Wisata Lainnya Wisata lainnya adalah merupakan pengembangan produk wisata alam dengan melakukan diversifikasi objek wisata alam: Wisata Ilmiah, Wisata Pendidikan, Wisata Belanja, Wisata Religius, Wisata alam Minat khusus (penelusuran gua, arum jeram, dan lain-lain), Wisata Kesehatan. Dasar Penentuan/Tujuan: a. Meningkatkan pengetahuan/wawasan masyarakat; b. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi wilayah; c. Meningkatkan spiritualitas; d. Meningkatkan spirit, sportifitas dan skil, menggali potensi alam; e. Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat. Arahan Lokasi: a. Pengembangan wisata lainnya yaitu Wisata Ilmiah, dan Wisata Religius di semua kabupaten/kota. b. Pengembangan Wisata Pendidikan, dan Wisata Belanja di ibukota Provinsi Sulawesi Utara c. Pengembangan Wisata alam Minat khusus (arum jeram) di sungai Nimanga di kabupaten Minahasa dan Sungai Ranoyapo di kabupaten Minahasa Selatan. 27. Kawasan Permukiman Kawasan permukiman adalah kawasan yang diperuntukan untuk tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung bagi peri
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-46
kehidupan dan penghidupan.Kawasan permukiman di wilayah provinsi Sulawesi Utara terdiri dari dua sistim, yakni sistim perkotaan dan sistim pedesaan. Kedua sistim permukiman tersebut memiliki arahan pola pemanfaatan ruang yang berbeda. Arahan pola pemanfaatan ruang ditentukan berdasarkan kriteria kebutuhan pengembangan kawasan dan adanya batasan karena keadaan alam lingkungan kawasan. Setiap kawasan perkotaan dalam penataan ruangya diserahkan kepada masing-masing kota atau kabupaten. Dasar Penentuan/Tujuan: - Kawasan peruntukan permukiman harus memiliki prasarana jalan dan terjangkau oleh sarana tranportasi umum. - pemanfaatan dan pengelolaan kawasan peruntukan permukiman harus didukung oleh ketersediaan fasilitas fisik atau utilitas umum (pasar, pusat perdagangan dan jasa, perkantoran, sarana air bersih, persampahan, penanganan limbah dan drainase) dan fasilitas sosial (kesehatan, pendidikan, agama); - Tidak mengganggu fungsi lindung yang ada; - Tidak mengganggu upaya pelestarian kemampuan sumber daya alam; - Dalam hal kawasan siap bangun (kasiba) dan lingkungan siap bangun (lisiba), penetapan lokasi dan penyediaan tanah; penyelenggaraan pengelolaan; dan pembinaannya diatur di dalam Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 1999 tentang Kawasan Siap Bangun dan Lingkungan Siap Bangun yang Berdiri Sendiri. Pengembangan kawasan permukiman bertujuan untuk menciptakan lingkungan permukiman sebagai : - Lingkungan tempat tinggal dan tempat kegiatan yang mendukung peri kehidupan dan penghidupan masyarakat sekaligus menciptakan interaksi sosial; - Kumpulan tempat hunian dan tempat berteduh keluarga serta sarana bagi pembinaan keluarga. 28. Kawasan Permukiman Perdesaan Pada setiap desa perlu ditetapkan delineasi fungsi desa, yakni wilayah yang dijadikan permukiman dan wilayah budidaya non pemukiman (lahan petanian, perkebunan, peternakan, dll). Sebagai kawasan pedesaan, maka kehidupan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-47
utamanya adalah bersendi pada hasil budidaya pemanfaatan alam di kawasan pedesaan. Kehidupan jasa & perdagangan tidak bersifat dominan dalam tatanan ruang kawasan pedesaan. Dengan demikian, maka pola ruang kawasan permukiman pedesaan diarahkan untuk menjangkau fungsi-fungsi kegiatan sebagai berikut: - Perumahan - Pusat perdagangan skala lokal (pasar, pertokoan) - Sarana rekreasi dan olah raga - Sentra-sentra penunjang produksi utama pedesaan - Pendidikan minimal sampai tingkat SD-SLTP terpadu satu atap - Pelayanan kesehatan minimal berskala lokal pedesaan Dasar penentuan/Tujuan: - Kepadatan penduduk sampai maksimal kepadatan sedang - Ruang dominan fungsi perumahan di kelerengan maksimal 15% - Ruang pusat perumahan dan permukiman dikelilingi areal produksi pertanian atau jenis produksi utama pedesaan lainnya. Arahan Lokasi : Meliputi semua permukiman di Provinsi Sulawesi Utara menurut wilayah kota/kabupaten yang ada yang tidak termasuk dalam arahan sebagai kawasan perkotaan. 29. Kawasan Permukiman Perkotaan Kawasan permukiman perkotaan didasarkan pada kebutuhan minimal ruang kegiatan permukiman perkotaan yang terinci dalam komposisi pemanfaatan ruang. Di mana kebutuhan minimal ruang kegiatan permukiman perkotaan adalah tersedianya ruang ruang sebagai berikut : - Ruang fasilitas perumahan dengan beragam tipologi dari kelas menengah kebawah hingga kelas atas. - Ruang fasilitas pendidikan minimal dari tingkat TK s/d tingkat pendidikan menengah atas - Ruang fasilitas jasa & perdagangan berskala minimal sampai dengan skala kota - Ruang fasilitas kesehatan yang dapat melayani minimal pada skala kota - Ruang perkantoran pemerintah - Ruang terbuka kota dan hutan kota serta taman kota
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-48
- Ruang rekreasi dan olah raga - Pusat-pusat intermoda transportasi Dasar Penentuan/Tujuan: - Batasan Kepadatan penduduk, di mana terdapat ruang dengan kepadatan rendah, kepadatan menengah dan kepadatan tinggi - Batasan Komposisi pemanfaatan lahan menurut fungsi kegiatan, di mana sebagai kota, maka dimungkinkan konversi lahan pertanian menjadi fungsi perumahan atau komersial; karena pada hakekatnya budaya kehidupan kota adalah budaya jasa & perdagangan. - Batasan kelerengan fisik, di mana lahan untuk perumahan hanya disyaratkan pada kelerengan sampai 15%. Untuk lahan bagi kegiatan industri adalah sampai pada kelerengan 8%. Tanah dengan kelerengan di atas 40% adalah untuk fungsi konservasi dan resapan air. - Batasan minimal 30% dari luas wilayah kota difungsikan sebagai ruang terbuka hijau Arahan Lokasi : - Kawasan perkotaan Manado Bitung yang merupakan PKN. - Kawasan perkotaan Tomohon,Tondano, dan Kotamobagu yang merupakan PKW. - Kawasan perkotaan Boroko, Molibagu, Tutuyan, Amurang, Ratahan, Airmadidi, dan Ulu-Siau yang merupakan PKWp - Kawasan perkotaan Melonguane dan Tahuna yang merupakan PKSN. - Kawasan perkotaan Dumoga, Poigar, Inobonto (Bolaang Mongondow); Molibagu, Pinolosian (Bolaang Mongondow Selatan); Tutuyan, Kotabunan (Bolaang Mongondow Timur); Boroko, Bolang Itang, Pimpi (Bolaang Mongondow Utara); Pineleng, Kombi, Remboken, Eris, Kakas, Tanawangko, Kawangkoan, Sonder, Langowan, Tompaso (Minahasa); Amurang, Tumpaan, Motoling, Tenga, Tompaso Baru (Minahasa Selatan); Ratahan, Belang, Tombatu, (Minahasa Tenggara); Airmadidi, Tatelu, Likupang, Wori (Minahasa Utara); Enemawira, Manganitu, Manalu (Kepulauan Sangihe); Ulu-Siau, Buhias (Kepulauan Siau Tagulandang Biaro); dan Lirung, Esang, Beo, Rainis (Kepulauan Talaud); yang merupakan PKL yang ditetapkan oleh pemerintah daerah provinsi.
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-49
30. Kawasan Budi Daya Lainnya a. Kawasan Pertahanan dan Keamanan Arahan lokasi untuk kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan di Provinsi Sulawesi Utara, adalah sebagai berikut : - Komando Resort Militer (KOREM) 131 Santiago di Manado; - Komando Distrik Militer (KODIM) yang tersebar di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi; - Batalyon Artileri Medan (YON ARMED) Lalow di Bolaang Mongondow; - Kompi Kavaleri Serbu (KI KAVSER) Ilo-ilo Wori di Minahasa Utara; - Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) di Manado; - Pangkalan TNI Angkatan Laut (LANAL) di Bitung; dan - Batalyon Infantri (Yonif) 712 Wiratama Airmadidi di Minahasa Utara. Rencana pengembangan kawasan peruntukan pertahanan dan keamanan negara, meliputi: - Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) Wori di Minahasa Utara; - Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut (LANTAMAL) Melonguane di Kepulauan Talaud; - Pangkalan TNI Angkatan Udara (LANUD) Bandar Udara Sam Ratulangi di Manado; - Kepolisian Resor (POLRES) yang tersebar di Kabupaten/Kota di wilayah Provinsi; - Kompi Brigade Mobil (BRIMOB) Lolak di Bolaang Mongondow dan Melonguane di Kepulauan Talaud; - Gudang Amunisi, di Tomohon. 2.2.1.2. Pola Ruang Wilayah 2.2.1.3. Sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah 2.2.1.4. Kawasan Pengembangan Prioritas 2.2.2. RTRW Kabupaten/Kota 2.2.2.1. Struktur Wilayah Pengembangan (Kawasan Lindung, Kawasan Budidaya, Pusat-pusat Pertumbuhan) 2.2.2.2. Pola Ruang Wilayah 2.2.2.3. Sistem Jaringan Infrastruktur Wilayah 2.2.2.4. Kawasan Pengembangan Prioritas
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB II TINJAUAN KEBIJAKAN II-50
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN III-1
BAB III GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN GAMBARAN EKSISTING WILAYAH PERENCANAAN
3.1. Kondisi Geografis dan Administratif 3.2. Kondisi Fisik Dasar Pesisir Daratan dan Perairan 4.1.1. Iklim 4.1.2. Topografi/Batimetri 4.1.3. Geologi dan Geomorfologi 3.3. Pemanfaatan Ruang Wilayah Pesisir Daratan dan Perairan 3.4.1. Penggunaan Lahan 3.4.2. Ekosistem Pesisir (Mangrove, Terumbu karang, Padang Lamun, Estuari) 3.4.3. Kegiatan Penangkapan Ikan 3.4.4. Kegiatan Perikanan Budidaya (Kerapu, Mutiara, KJA, Rumput laut, dll) 3.4. Kondisi Infrastruktur Kelautan dan Pesisir 3.4.1. Sentra Kegiatan Perikanan 3.4.2. Sentra Kegiatan Pariwisata 3.4.3. Sentra Kegiatan Perhubungan 3.4.4. Sentra Kegiatan Pertahanan dan Keamanan 3.4.5. Sentra Kegiatan Industri (Garam) 3.4.6. Sentra Kegiatan Kelautan 3.4.7. Sentra Kegiatan lainnya 3.5. Perekonomian Kelautan dan Perikanan 3.5.1. Pertumbuhan Ekonomi 3.5.2. Kontribusi Sektor Kelautan dan Perikanan (Deskripsi : Asal Bahan Baku Produksi, Kebutuhan Bahan Baku Produksi, Ongkos Produksi, Kuantitas dan Kualitas Produk, Margin Pasar dan Keuntungan, Pola Kegiatan Produksi, Tujuan Pasar Hasil Produksi, Permasalahan Usaha meliputi modal, pasar, tenaga kerja termasuk upah dan/atau pendapatan petani/nelayan, bahan baku, infrastruktur, dll)
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB IV ISU ISU POKOK PERMASALAHAN IV-1
BAB IV ISU ISU POKOK PERMASALAHAN ISU-ISU POKOK PERMASALAHAN
4.1. Isu-Isu Pokok Spasial 4.1.1. Kegiatan Darat yang mempengaruhi Laut/Perairan 4.1.2. Kegiatan Laut/Perairan yang mempengaruhi Daratan 4.2. Isu-Isu Pokok Pengembangan Kegiatan Pesisir 4.2.1. Kegiatan Perikanan (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, pasar) 4.2.2. Kegiatan Pariwisata (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, pasar) 4.2.3. Kegiatan Perhubungan Laut (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, pasar) 4.2.4. Kegiatan Industri (meliputi modal, tenaga kerja, bahan baku, pasar) 4.3. Isu-Isu Pokok Pengembangan Infrastruktur Wilayah 4.4. Isu-Isu Pokok Pemasaran Hasil Produksi Perikanan 4.3.1. Pengolahan 4.3.2. Pemasaran
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB V ANALISIS V-1
BAB V ANALISIS ANALISIS
5.1. Analisis Kesesuaian Peruntukan Pesisir (Darat dan Laut) 5.2. Analisis Daya Dukung Kawasan, Zona dan Subzona 5.3. Analisis Rencana Pengembangan Pesisir 5.3.1. Target Perencanaan 5.3.2. Pemilihan Alternatif Kegiatan pada Zona dan Subzona 5.3.3. Rencana Pencapaian Target Kegiatan pada Zona dan Subzona Terpilih 5.4. Analisis Ekonomi dan Bisnis (Deskripsi :Khusus pada Rencana Zonasi Wilayah Pesisir dan Pulau-pulau Kecil) 5.4.1. Analisis Kelayakan Usaha 5.4.2. Analisis Pengurangan Resiko Usaha 5.4.3. Analisis Kebutuhan Dukungan dalam Berusaha 5.5. Analisis Kebutuhan Infrastruktur Pendukung Pengembangan Kegiatan Pada Zona dan Subzona 5.6. Analisis Pentahapan Pengembangan Zona dan Subzona 5.6.1. Prioritisasi Pengembangan 5.6.2. Indikasi Program Pengembangan 5.7. Analisis Kebutuhan Investasi Pengembangan Kegiatan Zona dan Subzona 5.7.1. Kebutuhan Investasi masing-masing Zona dan Subzona (Deskripsi :komponen kegiatan dan nilai investasi) 5.7.2. Pola Kerjasama Investasi (Deskripsi :yang dilakukan Publik, Pengusaha dan Masyarakat) 5.7.3. Rencana Investasi yang dapat dilakukan oleh Masyarakat, pengusaha dan pemerintah 5.7.4. Faktor-faktor yang mempengaruhi investasi pengembangan kegiatan
5.8. Analisis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan
Fakta dan Analisa Penyusunan Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Di Provinsi Sulawesi Utara
BAB V ANALISIS V-2
5.8.1. Sistem Pengolahan hasil termasuk tata niaga, penentuan harga, kelembagaan ekonomi, faktor yang mempengaruhi pengolahan hasil 5.8.2. Pemasaran produk termasuk rantai produksi, pengolahan dan pemasaran, target pasar, 5.9. Rencana Penataan Zona dan Subzona 5.9.1. Prinsip-prinsip Pengembangan 5.9.2. Konsep Pengembangan 5.9.3. Konsep Rencana Pengembangan Zona dan Subzona 5.10 Matriks Rencana Pengembangan Kegiatan pada Zona dan Subzona (Deskripsi :dilengkapi peta rencana pengembangan kegiatan sebelum konsultasi publik pertama)