Вы находитесь на странице: 1из 10

4

BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Infeksi Menular Seksual
2.1.1 Definisi
Infeksi menular seksual adalah sebuah kategori modern luas yang
mengacu pada beberapa macam patogen, meliputi virus, bakteri, jamur, dan
protozoa. Masing-masing patogen tersebut memiliki tanda klinis yang berbeda.
Faktor umum yang menyebabkan transmisi dan akuisisi adalah hubungan seksual
antar manusia (McGough, 2008).
2.1.2 Epidemiologi
Selama dekade terakhir ini insiden IMS cukup cepat meningkat di
berbagai negeri di dunia. Banyak laporan mengenai penyakit ini, tetapi angka-
angka yang dilaporkan tidak menggambarkan angka yang sesungguhnya. Hal
tersebut disebabkan antara lain oleh (Daili, 2009) :
1. Banyak kasus yang tidak dilaporkan, karena belum ada undang-undang
yang mengharuskan melaporkan setiap kasus baru IMS yang ditemukan.
2. Bila ada laporan, sistem pelaporan yang berlaku belum seragam.
3. Fasilitas diagnostic yang ada sekarang ini kurang sempurna sehingga
sering sekali terjadi salah diagnosis dan penanganannya.
4. Banyak kasus yang asimtomatik (tanpa gejala yang khas) terutama
penderita wanita.
5. Pengontrolan terhadap IMS ini belum berjalan baik
5

Secara keseluruhan dapat dilihat bahwa banyak faktor dapat
mempengaruhi meningkatnya insiden IMS ini, antara lain:
1. Perubahan demografik secara luar biasa :
a. Peledakan jumlah penduduk
b. Pergerakan masyarakat yang bertambah, dengan berbagai alasan,
misalnya: pekerjaan, liburan, pariwisata, rapat/kongres/seminar dan
lain-lain
c. Kemajuan sosial ekonomi, terutama dalam bidang industry
menyebabkan lebih banyak kebebasan social dan lebih banyak waktu
yang terulang.
2. Perubahan sikap dan tindakan akibat perubahan-perubahan demografik di
atas, terutama dalam bidang agama dan moral.
3. Kelalaian beberapa negara dalam pemberian pendidikan kesehatan dan
pendidikan seks khususnya.
4. Perasaan aman pada penderita karena pemakaian obat antibiotik dan
kontrasepsi.
5. Akibat pemakaian obat antibiotik tanpa petunjuk yang sebenarnya, maka
timbul resistensi kuman terhadap antibiotik tersebut.
6. Fasilitas kesehatan yang kurang memadai terutama fasilitas laboratorium
dan klinik pengobatan.
7. Banyaknya kasus asimtomatik, merasa tidak sakit, tetapi dapat menulari
orang lain.


6

2.1.3. Jenis-jenis IMS
2.1.3.1.Gonorrhea
Definisi
Gonorrhea dalam arti luas mencakup semua penyakit yang disebabkan
oleh Neisseria gonorrhea (Daili, 2009).
Etiologi
Penyebab gonorrhea adalah gonococcus yang ditemukan oleh NEISSER
pada tahun 1879 dan baru diumumkan pada tahun 1882. Gonococcus termasuk
golongan diplokok berbentuk biji kopi berukuran lebar 0,8 u dan panjang 1,6 u,
bersifat tahan asam. Pada sediaan langsung dengan pewarnaan gram bersifat
gram negatif, terlihat diluar dan didalam leukosit, tidak tahan lama di udara
bebas, cepat mati dalam keadaan kering, tidak tahan suhu di atas 39C, dan tidak
tahan zat desinfektan.
Daerah yang paling mudah terinfeksi ialah daerah dengan mukosa epitel
kuboid atau lapis gepeng yang belum berkembang (immatur) (Daili, 2009).
Manifestasi Klinis
Penularan terjadi melalui kontak seksual dengan penderita gonorrhea.
Masa tunas penyakit berkisar antara 2-5 hari (1-14 hari). Gejala yang didapati
pada laki-laki antara lain keluhan (sakit) waktu kencing, orifisium uretra yang
oedem dan eritematus, dan sekret uretra yang purulen. Sebagian besar wanita
yang menderita gonorrhea asimtomatik. Gonorrhea pada wanita sering mengenai
serviks sehingga terjadi servisitis dengan gejala keputihan (Barakbah, 2008).



7

2.1.3.2.Syphilis
Definisi
Syphilis ialah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Treponema
pallidum; sangat kronik dan bersifat sistemik. Pada perjalanannya dapat
menyerang hampir semua alat tubuh, dapat menyerupai banyak penyakit,
mempunyai masa laten, dan dapat ditularkan dari ibu ke janin (Natahusada et al,
2009).
Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab syphilis ditemukan oleh Schaudinn dan
Hoffman ialah Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales familia
Spirochaetaceae, dan genus Treponema. Bentuknya sebagai spiral teratur
panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri atas 8-24 lekukan. Gerakannya
berupa rotasi sepanjang aksis dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak
secara pembelahan melintang, pada stadium aktif terjadi setiap 30 jam.
Manifestasi Klinis
1. Stadium I (Sifilis Primer)
Timbul suatu ulkus yang disebut ulkus durum yang mempunyai sifat
khusus, antara lain tidak nyeri (indolen), sekitar ulkus teraba keras (indurasi),
dasar ulkus bersih dan bewarna merah seperti plak, dan soliter (biasanya hanya
1-2 ulkus). Lokasi ulkus ini pada laki-laki biasanya terdapat pada preputium,
ulkus koronarius, batang penis dan skrotum. Pada wanita di labium mayora dan
minora, klitoris dan serviks. Ulkus bisa terdapat ekstra genital misalnya pada
anus, rektum, bibir, mulut, lidah, tonsil, jari, dan payudara (Barakbah, 2008).
2. Stadium II (Sifilis Sekunder)
Manifestasi klinis sifilis sekunder dapat berupa berbagai ruam pada kulit,
selaput lendir, dan organ tubuh. Dapat disertai demam, malaise. Juga adanya
kelainan kulit dan selaput lendir dapat diduga sifilis sekunder, bila ternyata
8

pemeriksaan serologis reaktif. Lesi kulit biasanya simetris, dapat berupa makula,
papul, folikulitis, papulaskuomosa, dan pustul. Jarang dijumpai keluhan gatal.
Lesi vesikobulosa dapat ditemukan pada sifilis kongenital. Pada sifilis sekunder
yang mengalami relaps, lesi sering unilateral dan berbentuk arsiner. Pada kulit
kepala dijumpai alopesia yang disebut moth-eaten alopecia yang dimulai pada
daerah oksipital (Daili, 2009).
3. Sifilis Laten
Sifilis laten merupakan stadium sifilis tanpa gejala klinis, akan tetapi
pemeriksaan serologis positif (Barakbah, 2008).
4. Stadium III (Sifilis Lanjut)
Kecuali gumma, lesi sifilis lanjut berupa endarteritis obliterans pada
bagian ujung arteriol dan pembuluh darah kecil yang menyebabkan peradangan
dan nekrosis (Daili, 2009). Proses gumma juga terjadi pada laring, paru,
gastrointestinal, hepar, dan testis. Pada kardiovaskuler, sifilis III menyebabkan
miokarditis, gangguan katup jantung dan aneurisma aorta (Barakbah, 2008).
2.1.3.3.Herpes Genitalis
Definisi
Herpes genitalis adalah infeksi pada genital yang disebabkan oleh Herpes
Simplex Virus tipe 1 (HSV-1) atau tipe 2 (HSV-2) (CDC, 2007). Tipe 1
merupakan tipe klasik yang berhubungan dengan sariawan (cold sore/stomatitis)
pada bibir dan muka, dan tipe 2 berhubungan dengan herpes genitalis (Graham-
Brown, 2005).
Etiologi
HSV tipe I dan II merupakan virus herpes hominis yang merupakan virus
DNA. Pembagian tipe I dan II berdasarkan karakterisitik pertumbuhan media
kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi) (Handoko, 2009)
9


Manifestasi Klinis
Manifestasi klinik dapat dipengaruhi oleh faktor hospes, pajanan
terdahulu dari HSV, episode terdahulu dan tipe virus. Masa inkubasi umumnya
berkisar antara 3-7 hari, tetapi dapat lebih lama. Gejala yang timbul dapat
bersifat berat, tetapi bisa juga asimtomatik terutama bila lesi ditemukan pada
daerah serviks (Daili, 2009).
Lesi primer dapat asimtomatis, gejala prodormal berupa rasa panas
(terbakar) dan gatal, timbul lesi berupa vesikula yang mudah pecah/erosi/ulkus
dangkal bergerombol diatas dasar eritem dan disertai rasa nyeri, setelah timbul
lesi dapat terjadi demam, malaise dan nyeri otot. Kelenjar limfe regional
membesar dan nyeri pada perabaan (Barakbah, 2008).
Lesi dapat rekuren dengan gejala yang lebih ringan, lesi bersifat lokal,
unilateral, berupa lesi vesikuloulseratif dan dapat menghilang dalam waktu 5
hari. Permulaan lesi didahului oleh rasa gatal, panas dan nyeri. Riwayat pernah
berulang, dan terdapat faktor pencetus (Barakbah, 2008).
2.1.3.4.HIV (Human Immunodeficiency Virus) dan AI DS (Acquired I mmuno
Deficiency Syndrome)
Definisi
AIDS adalah sindrom dengan gejala penyakit infeksi oportunistik atau
kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV
(Human Immunodeficiency Virus) (Daili, 2009). Penularan utama HIV adalah
melaui 3 jalur yang melibatkan cairan tubuh tersebut, yaitu jalur hubungan
seksual (homoseksual/heteroseksual), jalur pemindahan darah atau produk darah
seperti jalur transplantasi alat tubuh, dan jalur transplasental (janin dalam
kandungan ibu hamil; dengan infeksi HIV dan infeksi perinatal) (Barakbah,
2008).
10



Etiologi
HIV ialah retrovirus yang disebut Lymphadenopathi Associated Virus
(LAV) atau Human T-Cell Leukemia Virus III (HTLV-III) yang juga disebut
Human T-cell Lymphotrophic Virus (retrovirus). HIV terdiri atas HIV-1 dan
HIV-2, yang terbanyak adalah HIV-1. Partikel HIV terdiri atas dua untaian RNA
dalam inti protein yang dilindungi envelop lipid asal sel hospes (Daili, 2009).
Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit lambat dan gejala-gejala AIDS rata-rata baru timbul
10 tahun sesudah infeksi. Faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya
infeksi HIV menjadi AIDS belum diketahui jelas. Bukti-bukti menunjukkan
menurunnya hitungan sel CD4 di bawah 200/ml, serta peningkatan B2 mikro
globulin, p24 (antibodi terhadap protein core) dan peningkatan IgA menunjukkan
perkembangan yang semakin memburuk. CDC menetapkan klasifikasi infeksi
HIV pada orang dewasa sebagai berikut:
Kelompok I : Infeksi akut
Kelompok II : Infeksi asimtomatis
Kelompok III : Limfadenopati Generalisata Persisten (LGP)
Kelompok IV : Penyakit-penyakit lain
Kelompok Iva : Penyakit konstitusi (panas, diare, kehilangan berat badan)
Kelompok Ivb : Penyakit-penyakit neurologis (ensefalitis, demensia)
Kelompok Ivc : Penyakit-penyakit infeksi sekunder (Pneumocystis carini,
Cytomegalo virus)
Kelompok Ivd : Kanker sekunder (sarkoma Kaposi, limfoma non-Hodgkin)
Kelompok Ive : Keadaan-keadaan lain (Daili, 2009).
2.1.3.5.Chlamydia
Definisi
11

Chlamydia adalah infeksi menular seksual yang disebabkan oleh bakteri,
chlamydia trachomatis, yang dapat merusak organ reproduksi wanita. Chlamydia
dapat menular melalui hubungan seks secara vagina, anal, atau oral. Chlamydia
juga dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi kepada bayinya melalui vagina
(CDC, 2012).
Etiologi
Chlamydia disebabkan oleh bakteri Chlamydia trachomatis yang
merupakan parasit intraselular. Siklus hidupnya terdiri dari reticulate body dan
elementary body. Elementary body seperti spora, berada di luar sel inang dan
dapat masuk kedalam sel ketika pencernaan dilindungi oleh lisosom (Bonine,
2004).
Manifestasi Klinis
Sebagian besar orang yang terinfeksi tidak memiliki gejala. Apabila
gejalanya ada, biasanya muncul dalam satu sampai tiga minggu setelah terpajan.
Wanita yang memiliki gejala dapat dijumpai sekret yang tidak normal pada
vagina atau rasa terbakar saat buang air kecil. Apabila infeksi menyebar dari
serviks ke tuba falopi, beberapa wanita tidak memiliki gejala ataupun tanda.
Beberapa wanita yang lain memiliki gejala seperti rasa sakit pada perut bagian
bawah, nyeri pinggang, mual, demam, nyeri selama berhubungan seksual atau
perdarahan antara periode menstruasi. Pada laki-laki gejala yang timbul adalah
sekret yang keluar dari penis atau rasa terbakar ketika buang air kecil. dapat juga
ditandai dengan rasa gatal dan terbakar disekitar ujung penis. Rasa sakit dan
bengkak pada testis jarang dijumpai. Laki-laki atau wanita yang melakukan
hubungan seksual melalui anal dapat terkena infeksi chlamydia pada anal, yang
dapat menyebabkan rasa sakit di anal, sekret, atau perdarahan. Chlamydia juga
dapat terkena di daerah tenggorokan wanita dan laki-laki yang melakukan seks
oral dengan pasangan yang terinfeksi (CDC, 2012).
2.1.4. Pencegahan
12

Menurut WHO (2006), pencegahan infeksi menular seksual terdiri dari
dua bagian, yakni pencegahan primer dan pencegahan sekunder. Pencegahan
primer terdiri dari penerapan perilaku seksual yang aman dan penggunaan
kondom. Sedangkan pencegahan sekunder dilakukan dengan menyediakan
pengobatan dan perawatan pada pasien yang sudah terinfeksi oleh infeksi
menular seksual. Pencegahan sekunder bisa dicapai melalui promosi perilaku
pencarian pengobatan untuk infeksi menular seksual, pengobatan yang cepat dan
tepat pada pasien, serta pemberian dukungan dan konseling tentang infeksi
menular seksual dan HIV. Menurut Depkes RI (2006), langkah terbaik untuk
mencegah infeksi menular seksual adalah menghindari kontak langsung dengan
cara berikut:
a. Menunda kegiatan seks bagi remaja (abstinensia).
b. Menghindari bergonta-ganti pasangan seksual.
c. Memakai kondom dengan benar dan konsisten.
2.1.5. Penatalaksanaan
Penanganan infeksi menular seksual yang ideal adalah penanganan
berdasarkan mikroorganisme penyebabnya. Namun, dalam kenyataannya
penderita infeksi menular seksual diberi pengobatan secara empiris
(Murtiastutik, 2007)
Penanganan infeksi menular seksual (Daili, 2009) secara komprehensif
mencakup diagnosa yang tepat, pengobatan yang efektif, pemberian konseling
kepada pasien dalam rangka memberikan K.I.E. (komunikasi, informasi, dan
edukasi), dan penanganan pasangan seksualnya. Menurut Barakbah (2008),
konseling adalah suatu proses yang dapat membantu seseorang untuk
mengetahui dan menyelesaikan masalah dengan baik, serta mampu memotivasi
individu tersebut untuk merubah perilakunya. Dalam praktiknya, konseling perlu
dibedakan dengan bimbingan (guidance). Oleh karena infeksi menular seksual
13

terdiri dari bermacam-macam penyakit dengan derajat kesakitan yang berbeda,
maka konseling untuk setiap penyakit tidak akan sama.



2.2. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindra manusia, yakni: indera penglihatan, indera pendengaran,
indera penciuman, indera perasa dan indera peraba. Pengetahuan seorang
individu terhadap sesuatu dapat berubah dan berkembang sesuai kemampuan,
kebutuhan, pengalaman dan tinggi rendahnya mobilitas informasi tentang
sesuatu dilingkungannya (Notoatmodjo, 2003).

Вам также может понравиться

  • Bab I Pendahuluan A
    Bab I Pendahuluan A
    Документ1 страница
    Bab I Pendahuluan A
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Kandidiasis
    Kandidiasis
    Документ10 страниц
    Kandidiasis
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Tumor Abdomen Print
    Tumor Abdomen Print
    Документ18 страниц
    Tumor Abdomen Print
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Lapkas Tetanus
    Lapkas Tetanus
    Документ39 страниц
    Lapkas Tetanus
    Parvinaa Vna
    Оценок пока нет
  • Tumor Intra Abdomen Cover
    Tumor Intra Abdomen Cover
    Документ3 страницы
    Tumor Intra Abdomen Cover
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Slide Tetanus
    Slide Tetanus
    Документ41 страница
    Slide Tetanus
    Parvinaa Vna
    Оценок пока нет
  • Slide Tetanus
    Slide Tetanus
    Документ41 страница
    Slide Tetanus
    Parvinaa Vna
    Оценок пока нет
  • Bab 4
    Bab 4
    Документ4 страницы
    Bab 4
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Anemia Aplastik
    Anemia Aplastik
    Документ32 страницы
    Anemia Aplastik
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Duodenal Cancer
    Duodenal Cancer
    Документ2 страницы
    Duodenal Cancer
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Materi 1 Perkembangan 2
    Materi 1 Perkembangan 2
    Документ17 страниц
    Materi 1 Perkembangan 2
    Tirta Marta
    Оценок пока нет
  • Anemia Aplastik
    Anemia Aplastik
    Документ32 страницы
    Anemia Aplastik
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Bab 1
    Bab 1
    Документ3 страницы
    Bab 1
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Bab 3
    Bab 3
    Документ2 страницы
    Bab 3
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Forensik
    Forensik
    Документ14 страниц
    Forensik
    Murali Tiarasan
    Оценок пока нет
  • Laporan Kasus Jaundice Obstructive RA2
    Laporan Kasus Jaundice Obstructive RA2
    Документ22 страницы
    Laporan Kasus Jaundice Obstructive RA2
    Murali Tiarasan
    100% (2)
  • Laporan Kasus Jaundice Obstructive RA2
    Laporan Kasus Jaundice Obstructive RA2
    Документ22 страницы
    Laporan Kasus Jaundice Obstructive RA2
    Murali Tiarasan
    100% (2)