Вы находитесь на странице: 1из 38

Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 1 | P a g e

BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Maksud
1.1.1. Mengamati batuan dan mendeskripsikan secara megaskopis.
1.1.2. Menentukan komposisi mineral penyusun yang terdapat dalam
batuan.
1.1.3. Menentukan struktur, tekstur, jenis batuan, serta petrogenesa batuan.
1.1.4. Menentukan nama batuan dengan menggunakan klasifikasi yang
ada.
1.2. Tujuan
1.2.1. Mampu mengamati batuan dan mendeskripsikan secara megaskopis.
1.2.2. Mampu menentukan komposisi mineral penyusun yang terdapat
dalam batuan.
1.2.3. Mampu menentukan struktur, tekstur, jenis batuan, serta
petrogenensa batuan.
1.2.4. Mampu menentukan nama batuan dengan menggunakan klasifikasi
yang ada.
1.3. Pelaksanaan Praktikum
1.3.1. Pelaksanaan Pertama
Hari/Tanggal : Jumat, 28 September 2012
Waktu : 18.30 20.00 WIB
Tempat : Ruang GS 201 Gedung Pertamina Sukowati,
UNDIP
1.3.2. Pelaksanaan Pertama
Hari/Tanggal : Jumat, 5 Oktober 2012
Waktu : 15.30 17.00 WIB
Tempat : Ruang GS 104 Gedung Pertamina Sukowati,
UNDIP



Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 2 | P a g e

BAB II
DASAR TEORI

2.1 Batuan Beku
Penggolongan batuan beku dapat didasarkan pada tiga patokan utama
yaitu berdasarkan genetic batuan, berdasarkan senyawa kimia yang terkadung,
dan berdasarkan susunan mineraloginya.
Berdasarkan Genetik
Batuan beku terdiri atas kristal-kristal mineral dan kadang-kadang
mengandung gelas, berdasarkan tempat kejadiannya (genesa) batuan beku
terbagi menjadi 3 kelompok yaitu:
a. Batuan beku dalam (pluktonik), terbentuk jauh di bawah permukaan bumi.
Proses pendinginan sangat lambat sehingga batuan seluruhnya terdiri atas
kristal-kristal (struktur holohialin).
contoh :Granit, Granodiorit, dan Gabro.
b. Batuan beku korok (hypabisal), terbentuk pada celah-celah atau pipa
gunung api. Proses pendinginannya berlangsung relatif cepat sehingga
batuannya terdiri atas kristal-kristal yang tidak sempurna dan bercampur
dengan massa dasar sehingga membentuk struktur porfiritik. Contoh
batuan ini dalah Granit porfir dan Diorit porfir.
c. Batuan beku luar (efusif) terbentuk di dekat permukaan bumi. Proses
pendinginan sangat cepat sehingga tidak sempat membentuk kristal.
Struktur batuan ini dinamakan amorf. Contohnya Obsidian, Riolit dan
Batuapung.
Berdasarkan Senyawa kimia
Berdasarkan komposisi kimianya batuan beku dapat dibedakan menjadi:
a. Batuan beku ultra basa memiliki kandungan silika kurang dari 45%.
Contohnya Dunit dan Peridotit.
b. Batuan beku basa memiliki kandungan silika antara 45% - 52 %.
Contohnya Gabro, Basalt.
c. Batuan beku intermediet memiliki kandungan silika antara 52%-66 %.
Contohnya Andesit dan Syenit.
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 3 | P a g e

d. Batuan beku asam memiliki kandungan silika lebih dari 66%. Contohnya
Granit, Riolit.
Dari segi warna,batuan yang komposisinya semakin basa akan lebih gelap
dibanding yang komposisinya asam.

Berdasarkan susunan mineralogi
Klasifikasi yang didasarkan atas mineralogi dan tekstur akan dapat
mencrminkan sejarah pembentukan battuan dari pada atas dasar kimia. Tekstur
batuan beku menggambarkan keadaan yang mempengaruhi pembentukan
batuan itu sendiri. Seperti tekstur granular member arti akan keadaan yang
serba sama, sedangkan tekstur porfiritik memberikan arti bahwa terjadi dua
generasi pembentukan mineral. Dan tekstur afanitik menggambarkan
pembkuan yang cepat.
Dalam klasifikasi batuan beku yang dibuat oleh Russel B. Travis,
tekstur batuan beku yang didasarkan pada ukuran butir mineralnya dapat
dibagi menjadi:
a. Batuan dalam
Bertekstur faneritik yang berarti mineral-mineral yang menyusun
batuan tersebut dapat dilihat tanpa bantuan alat pembesar.
b. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar faneritik.
c. Batuan gang
Bertekstur porfiritik dengan massa dasar afanitik.
d. Batuan lelehan
Bertekstur afanitik, dimana individu mineralnya tidak dapat dibedakan
atau tidak dapat dilihat dengan mata biasa.
Menurut Heinrich (1956) batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi
beberapa keluarga atau kelompok yaitu:
1. keluarga granit riolit: bersifat felsik, mineral utama kuarsa,
alkali felsparnya melebihi plagioklas
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 4 | P a g e

2. keluarga granodiorit qz latit: felsik, mineral utama kuarsa, Na
Plagioklas dalam komposisi yang berimbang atau lebih banyak
dari K Felspar
3. keluarga syenit trakhit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid tidak dominant tapi hadir, K-Felspar dominant dan melebihi
Na-Plagioklas, kadang plagioklas juga tidak hadir
4. keluarga monzonit latit: felsik hingga intermediet, kuarsa atau
foid hadir dalam jumlah kecil, Na-Plagioklas seimbang atau
melebihi K-Felspar
5. keluarga syenit fonolit foid: felsik, mineral utama felspatoid,
K-Felspar melebihi plagioklas
6. keluarga tonalit dasit: felsik hingga intermediet, mineral utama
kuarsa dan plagioklas (asam) sedikit/tidak ada K-Felspar
7. keluarga diorite andesit: intermediet, sedikit kuarsa, sedikit K-
Felspar, plagioklas melimpah
8. keluarga gabbro basalt: intermediet-mafik, mineral utama
plagioklas (Ca), sedikit Qz dan K-felspar
9. keluarga gabbro basalt foid: intermediet hingga mafik,
mineral utama felspatoid (nefelin, leusit, dkk), plagioklas (Ca)
bisa melimpah ataupun tidak hadir
10. keluarga peridotit: ultramafik, dominan mineral mafik
(ol,px,hbl), plagioklas (Ca) sangat sedikit atau absen.


Faktor-Faktor yang Diperhatikan Dalam Deskripsi Batuan Beku
a. Warna Batuan
Warna batuan berkaitan erat dengan komposisi mineral
penyusunnya.mineral penyusun batuan tersebut sangat dipengaruhi oleh
komposisi magma asalnya sehingga dari warna dapat diketahui jenis
magma pembentuknya, kecuali untuk batuan yang mempunyai tekstur
gelasan.
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 5 | P a g e

Batuan beku yang berwarna cerah umumnya adalah batuan beku
asam yang tersusun atas mineral-mineral felsik,misalnya kuarsa, potash
feldsfar dan muskovit.
Batuan beku yang berwarna gelap sampai hitam umumnya batuan
beku intermediet diman jumlah mineral felsik dan mafiknya hampir sama
banyak.
Batuan beku yang berwarna hitam kehijauan umumnya adalah
batuan beku basa dengan mineral penyusun dominan adalah mineral-
mineral mafik.
b. Struktur Batuan
Struktur adalah kenampakan hubungan antara bagian-bagian
batuan yang berbeda.pengertian struktur pada batuan beku biasanya
mengacu pada pengamatan dalam skala besar atau singkapan
dilapangan.pada batuan beku struktur yang sering ditemukan adalah:
a. Masif : bila batuan pejal,tanpa retakan ataupun lubang-lubang
gas
b. Jointing : bila batuan tampak seperti mempunyai retakan-
retakan.kenapakan ini akan mudah diamati pada
singkapan di lapangan.
c. Vesikular : dicirikandengan adanya lubang-lubang gas,sturktur ini
dibagi lagi menjadi 3 yaitu:
Skoriaan : bila lubang-lubang gas tidak saling berhubungan.
Pumisan : bila lubang-lubang gas saling berhubungan.
Aliran : bila ada kenampakan aliran dari kristal-kristal maupun
lubang gas.
d. Amigdaloidal : bila lubang-lubang gas terisi oleh mineral-mineral
sekunder.
(Danang Endarto, 2005)
c. Tekstur Batuan
Pengertian tekstur batuan mengacu pada kenampakan butir-butir
mineral yang ada di dalamnya, yang meliputi tingkat kristalisasi, ukuran
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 6 | P a g e

butir, bentuk butir, granularitas, dan hubungan antar butir (fabric). Jika
warna batuan berhubungan erat dengan komposisi kimia dan mineralogi,
maka tekstur berhubungan dengan sejarah pembentukan dan
keterdapatannya. Tekstur merupakan hasil dari rangkaian proses
sebelum,dan sesudah kristalisasi. Pengamatan tekstur meliputi :
a. Tingkat kristalisasi
Tingkat kristalisasi batuan beku dibagi menjadi:
Holokristalin, jika mineral-mineral dalam batuan semua
berbentuk kristal-kristal.
Hipokristalin, jika sebagian berbentuk kristal dan sebagian lagi
berupa mineral gelas.
Holohialin, jika seluruhnya terdiri dari gelas.
b. Ukuran kristal
Ukuran kristal adalah sifat tekstural yang paling mudah
dikenali.ukuran kristal dapat menunjukan tingkat kristalisasi pada
batuan.
Cox,price,harte W.T.G Heinric
Halus < 1mm <1 mm <1 mm
Sedang 1-5 mm 1-5 mm 1- 10mm
Kasar >5mm 5-30 mm 10-30 mm
Sangat kasar >30 mm > 30 mm
Tabel 1 :Kisaran ukuran kristal dari beberapa sumber
c. Granularitas
Pada batuan beku non fragmental tingkat granularitas dapat
dibagi menjadi beberapa macam yaitu:
Equigranulritas
Disebut equigranularitas apabila memiliki ukuran kristal
yang seragam. Tekstur ini dibagi menjadi 2:
Fenerik Granular bila ukuran kristal masih bisa
dibedakan dengan mata telanjang
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 7 | P a g e

Afinitik apabila ukuran kristal tidak dapat dibedakan
dengan mata telanjang atau ukuran kristalnya sangat
halus.
Inequigranular
Apabila ukuran kristal tidak seragam. Tekstur ini dapat
dibagi lagi menjadi :
Faneroporfiritik,bila kristal yang besar dikelilingi oleh
kristal-kristal yang kecil dan dapat dikenali dengan mata
telanjang.
Porfiroafinitik,bila fenokris dikelilingi oleh masa dasar
yang tidak dapat dikenali dengan mata telanjang.
d. Gelasan (glassy)
Batuan beku dikatakan memilimki tekstur gelasan apabila
semuanya tersusun atas gelas.
e. Bentuk Butir
Euhedral, bentuk kristal dari butiran mineral mempunyai bidang
kristal yang sempurna.
Subhedral, bentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
sebagian bidang kristal yang sempurna.
Anhedral, berbentuk kristal dari butiran mineral dibatasi oleh
bidang kristal yang tidak sempurna.
(Danang Endarto, 2005)

d. Komposisi Mineral
Berdasarkan mineral penyusunnya batuan beku dapat dibedakan
menjadi 4 yaitu:
1. Kelompok Granit Riolit
Berasal dari magma yang bersifat asam,terutama tersusun
oleh mineral-mineral kuarsa ortoklas, plaglioklas Na, kadang
terdapat hornblende,biotit,muskovit dalam jumlah yang kecil.
2. Kelompok Diorit Andesit
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 8 | P a g e

Berasal dari magma yang bersifat intermediet,terutama
tersusun atas mineral-mineral plaglioklas, Hornblande, piroksen
dan kuarsa biotit,orthoklas dalam jumlah kecil
3. Kelompok Gabro Basalt
Tersusun dari magma yang bersifat basa dan terdiri dari
mineral-mineral olivine,plaglioklas Ca,piroksen dan hornblende.
4. Kelompok Ultra Basa
Tersusun oleh olivin dan piroksen.mineral lain yang
mungkin adalah plagliokals Ca dalam jumlah kecil.
(Bahan Praktikum Petrologi, 2006)


































Tabel 2 Klasifikasi Batuan beku ( Thorpe and Brown 1985)

Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 9 | P a g e





















































Tabel 3. Klasifikasi Batuan beku menurut Russel B. Travis, 1955

Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 10 | P a g e

BAB III
HASIL DESKRIPSI

3.1 Batuan Peraga Nomor 101

Gambar 3.1 Batuan Peraga Nomor 101
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Cerah
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas : Faneroporfiritik
- Bentuk Kristal : Subhedral
Komposisi Mineral : - Kuarsa 8%
- Piroksen 40%
- Plagioclase 30%
- Olivin 3%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna terang memiliki struktur masif, dan
teksturnya holokristalin, inequigranular, dan faneroprfiritik. Mineral yang
tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa 8%, Piroksen 40%,
Plagioclase 30%, dan Olivin 3%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya
batuan ini berasal dari magma basa. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki
granularitas inequigranular dengan tipe faneroporfitik maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka
dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri gabro. ( Russel B.
Travis, 1955)
Nama Batuan : Batu Porfiri Gabro ( Russel B. Travis, 1955)
Kuarsa 8%
Piroksen
40%
Plagioclase
30%
Olivin 3%
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 11 | P a g e

3.2 Batuan Peraga Nomor 11

Gambar 3.2 Batuan Peraga Nomor 11
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Gelap
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas : Porfiriafanitik
- Bentuk Kristal : euhedral
Komposisi Mineral : - Kuarsa 10%
- Hornblende 20%
- Massa Dasar 50%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna gelap memiliki struktur masif, dan
teksturnya holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan euhedral.
Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa 10%,
Hornblende 20%, dan Massa Dasar 50%. Jika ditinjau dari kandungan
mineralnya batuan ini berasal dari magma basa. Berdasarkan testurnya
yaitu memiliki granularitas inequigranular dengan tipe porfiriafanitik
maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di pipa
magma/kawah. Maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri
basalt. ( Russel B. Travis, 1955)
Nama Batuan : Batu Porfiri Basalt ( Russel B. Travis, 1955)







Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 12 | P a g e

3.3 Batuan Peraga Nomor 13

Gambar 3.3 Batuan Peraga Nomor 13
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Hitam
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas: Porfiriafanitik
- Bentuk Kristal : subhedral
Komposisi Mineral : - K-Feldspar 10%
- Hornblende 20%
- Biotit 20%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna hitam memiliki struktur masif, dan
teksturnya holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan subhedral.
Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah K-Feldspar 10%,
Hornblende 20%, dan Biotit 20%. Jika ditinjau dari kandungan
mineralnya batuan ini berasal dari magma intermediet. Berdasarkan
testurnya yaitu memiliki granularitas inequigranular dengan tipe
porfiriafanitik maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di
pipa magma/kawah. Maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah
porfiri andesit. ( Russel B. Travis, 1955)
Nama Batuan : Batu Porfiri Andesit ( Russel B. Travis, 1955)
K-Feldspar
10%
Hornblende
20%
Biotit
20%
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 13 | P a g e

3.4 Batuan Peraga Nomor 17

Gambar 3.4 Batuan Peraga Nomor 17
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Hitam
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas: Faneroporfiritik
- Bentuk Kristal : subhedral
Komposisi Mineral : - Plagioclase 40%
- Kuarsa 5%
- Olivin 30%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna hitam memiliki struktur masif, dan
teksturnya holokristalin, inequigranular, faneroporfiritik, dan subhedral.
Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Plagioclase 40%,
Kuarsa 5%, dan Olivin 30%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya
batuan ini berasal dari magma basa. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki
granularitas inequigranular dengan tipe faneroporfiritik maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka
dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri gabro. ( Russel B.
Travis, 1955)
Nama Batuan : Batu Porfiri Gabro ( Russel B. Travis, 1955)
Plagioclase
40%
Kuarsa 5%
Olivin
30%
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 14 | P a g e

3.5 Batuan Peraga Nomor 76

Gambar 3.5 Batuan Peraga Nomor 76
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Putih Pucat
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas: Faneroporfiritik
- Bentuk Kristal : Subhedral
Komposisi Mineral : - Kuarsa 40%
- Hornblende 10%
- Biotit 15%
- Plagioclase 35%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna putih pucat memiliki struktur masif,
dan teksturnya holokristalin, inequigranular, faneroporfiritik, dan
subhedral. Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa
40%, Hornblende 10%, Biotit 15%, dan Plagioclase 35%. Jika ditinjau
dari kandungan mineralnya batuan ini berasal dari magma intermediet.
Berdasarkan testurnya yaitu memiliki granularitas inequigranular dengan
tipe faneroporfiritik maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk di pipa magma/kawah. Maka dapat disimpulkan bahwa batuan
ini adalah porfir diorit kuarsa. ( Russel B. Travis, 1955)
Nama Batuan : Batu Porfir Diorit Kuarsa ( Russel B. Travis, 1955)
Kuarsa
40%
Hornblende
10%
Biotit 15%
Plagioclase
35%
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 15 | P a g e

3.6 Batuan Peraga Nomor 22

Gambar 3.6 Batuan Peraga Nomor 22
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Abu Abu Gelap
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas : Porfiriafanitik
- Bentuk Kristal : Subhedral
Komposisi Mineral : - Kuarsa 30%
- Plagioclase 40%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna abu abu gelap memiliki struktur
masif, dan teksturnya holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan
subhedral. Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa
35% dan Plagioclase 40%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya
batuan ini berasal dari magma asam. Berdasarkan testurnya yaitu
memiliki granularitas inequigranular dengan tipe porfiriafanitik maka
dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah.
Maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri dasit. ( Russel B.
Travis, 1955)
Nama Batuan : Batu Porfiri Dasit ( Russel B. Travis, 1955
Kuarsa
35%
Plagioclase
40%
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 16 | P a g e

3.7 Batuan Peraga Nomor 80

Gambar 3.7 Batuan Peraga Nomor 80
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Abu Abu Cerah
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas : Porfiriafanitik
- Bentuk Kristal : Subhedral
Komposisi Mineral : - Kuarsa 3%
- Hornblende 10%
- Biotit 5%
- K-Feldspar 10%
- Plagioclase 30%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna abu abu cerah memiliki struktur
masif, dan teksturnya holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan
subhedral. Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa 3%,
Hornblende 10%, Biotit 5%, K-Feldspar 10%, dan Plagioclase 30%. Jika
ditinjau dari kandungan mineralnya batuan ini berasal dari magma
intermediet. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki granularitas
inequigranular dengan tipe porfiriafanitik maka dapat diinterpretasikan
bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka dapat
disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri andesit. ( Russel B. Travis,
1955)
Nama Batuan : Batu Porfiri Andesit ( Russel B. Travis, 1955 )
Kuarsa 5%
Hornblende
10%
Biotit 5%
K-Feldspar
10%
Plagioclase
30%
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 17 | P a g e

3.8 Batuan Peraga Nomor 50

Gambar 3.8 Batuan Peraga Nomor 50
Jenis batuan : Batuan Beku
Deskripsi megaskopis :
Warna : Coklat
Struktur : Masif
Tekstur : - Tingkat Kristalisasi : Holokristalin
- Relasi : Inequigranular
- Granularitas : Faneroporfiritik
- Bentuk Kristal : Subhedral
Komposisi Mineral : - Biotit 5%
- Hornblende 10%
- Plagioclase 20%
- Kuarsa 15%
- K-Feldspar 50%
Petrogenesa : Batuan ini berwarna coklat memiliki struktur masif, dan
teksturnya holokristalin, inequigranular, faneroprfiritik, dan subhedral.
Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Biotit 5%, Hornblende
10%, Plagioclase 20%, Kuarsa 15%, dan K-Feldspar 50%. Jika ditinjau
dari kandungan mineralnya batuan ini berasal dari magma asam.
Berdasarkan testurnya yaitu memiliki granularitas inequigranular dengan
tipe faneroporfiritik maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini
Hornblende
10%
Plagioclase
20%
Biotit 5%
Kuarsa
15%
K-Feldspar
50%
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 18 | P a g e

terbentuk di pipa magma/kawah. Maka dapat disimpulkan bahwa batuan
ini adalah porfiri granit. ( Russel B. Travis, 1955)
Nama Batuan : Batu Porfiri Granit ( Russel B. Travis, 1955)
























Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 19 | P a g e

BAB IV
PEMBAHASAN

4.1 Batuan Peraga Nomor 101
Batuan Peraga nomor 101 merupakan batuan beku. Batuan ini berwarna
cerah. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya memperlihatkan
sutau masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan ini adalah
memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral mineral dalam
batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari batuan ini
adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang
berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan adanya
massa dasar. Granularitasnya adalah faneroporfiritik, yaitu fenokris dikelilingi
kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenalk secara
megaskopis. Kemudian batuan ini memiliki bentuk kristal subhedral, dimana
bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi oleh
bidang bidang kristal.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah Kuarsa 8%, Piroksen 40%, Plagioclase 30%, dan
Olivin 3%. Menurut saya mineral yang terbentuk pertama kali pada batuan ini
adalah mineral Olivin karena mineral ini terbentuk pada suhu tinggi dan
merupakan yang terbentuk pada suhu yang paling tinggi dibanding mineral
lainnya. Kemudian mineral kedua adalah Piroksen. Piroksen berwarna hitam.
Mineral ini dapat dicerat dengan menggunakan koin logam sehingga
diperkirakan mineral ini memiliki tingkat kekerasan 2,5 3. Cerat yang
dihasilkan dari mineral ini adalah berwarna putih. Mineral ini terbentuk pada
suhu tinggi yaitu pada magma yang bersifat basa. Lalu mineral yang ketiga
adalah Plagioclase. Plagioclase memiliki rumus kimia Ca-NaAlSi
3
O
8
. Mineral
ini ketika dipantulkan dengan cahaya menampilkan kilap kaca. Kekerasan dari
mineral ini adalah 6 6,5. Ketika dicerat mineral ini memiliki cerat berwarna
putih. Setelah itu mineral yang keempat adalah Kuarsa. Mineral ini memiliki
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 20 | P a g e

rumus kimia SiO
2
. Warna dari mineral ini adalah putih bening. Kilap dari
mineral ini ketika dipantulkan terhadap cahaya adalah kaca. Tingkat kekerasan
dari mineral ini adalah 7 sesuai dengan yang terdapat pada skala Mohs.
Mineral ini terbentuk pada suhu yang rendah.
Berdasarkan dari mineral pembentuknya, batuan ini berasal dari magma
basa. Menurut saya batuan ini dapat tersingkap atau di temukan di permukaan
bumi karena adanya proses intrusi atau batuan yang menerobos ke permukaan
bumi atau juga dapat ditemukan karena adanya erupsi gunung yang sangat
kuat sehingga dapat mengeluarkan material yang terbentuk pada kedalaman
yang dalam. Biasanya magma basa berada pada daerah lempeng samudera
atau lempeng benua tua. Karena relasi antar kristalnya yang inequigranular
maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini merupakan tipe porfir atau
batuan yang terbentuk di gang/korok. Batuan ini memiliki tekstur
faneroporfiritik, sehingga seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
batuan ini memiliki fenokris dan massa dasar yang fanerit. Fenokris terbentuk
jauh di bawah permukaan, diikuti pembekuan dan pembentukan massa dasar
di bawah permukaan sehingga massa dasarnya berukuran fanerit (dapat
dibedakan dengan mata telanjang).
Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah Kuarsa dan K-Feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-Feldspar kurang dari
10% dari jumlah semua mineral Feldspar. Selain itu Plagioclase memiliki
jumlah lebih dari 2/3 dari seluruh Felspar. Berdasarkan penjelasan diatas dan
jika dianalisis dengan tabel Russel B.Travis maka saya menyimpulkan bahwa
batuan ini adalah batu Porfiri Gabro ( Russel B. Travis, 1955).

4.2 Batuan Peraga Nomor 11
Batuan Peraga nomor 11 merupakan batuan beku. Batuan ini berwarna
gelap. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya memperlihatkan
sutau masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan ini adalah
memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral mineral dalam
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 21 | P a g e

batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari batuan ini
adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang
berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan adanya
massa dasar. Granularitasnya adalah porfiriafanitik, yaitu fenokris dikelilingi
oleh massa dasar yang afanitik. Kemudian batuan ini memiliki bentuk kristal
eubhedral, dimana bentuk kristal sempurna dan dibatasi oleh bidang bidang
kristal yang jelas.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah Kuarsa 10%, Hornblende 20%, dan Massa Dasar
50%. Menurut saya mineral yang terbentuk pertama kali pada batuan ini
adalah mineral Hornblende karena mineral ini terbentuk pada suhu
intermediete dan merupakan yang terbentuk pada suhu yang paling tinggi
dibanding mineral lainnya. Mineral Hornblende ini berwarna hitam dan
bentuknya yang prismatik. Mineral ini mempunyai tingkat kekerasan 5 6.
Hal ini ditunjukkan karena mineral ini tidak dapat dicerat dengan
menggunakan pecahan kaca namun ketika dicerat dengan menggunakan paku
baja, mineral ini dapat tercerat. Warna dari cerat mineral ini adalah putih.
Ketika dipantulkan dengan cahaya mineral ini menampilkan kilap kaca.
Pecahan dari mineral ini adalah uneven, yaitu pecahannya kasar dan tidak
beraturan dan mineral ini memiliki belahan yang sempurna. Kemudian
mineral kedua adalah Kuarsa. Mineral ini memiliki rumus kimia SiO
2
. Warna
dari mineral ini adalah putih bening. Kilap dari mineral ini ketika dipantulkan
terhadap cahaya adalah kaca. Tingkat kekerasan dari mineral ini adalah 7
sesuai dengan yang terdapat pada skala Mohs. Mineral ini terbentuk pada suhu
yang rendah. Kemudian pada batuan ini terdapat massa dasar yang melingkupi
50% dari batuan ini. Massa dasarnya bersifat afanitik karena kita tidak dapat
mengidentifikasi mineral apa saja yang terkandung di massa dasarnya.
Berdasarkan dari mineral pembentuknya, batuan ini berasal dari magma
basa. Menurut saya batuan ini dapat tersingkap atau di temukan di permukaan
bumi karena adanya proses intrusi atau batuan yang menerobos ke permukaan
bumi atau juga dapat ditemukan karena adanya erupsi gunung yang sangat
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 22 | P a g e

kuat sehingga dapat mengeluarkan material yang terbentuk pada kedalaman
yang dalam. Biasanya magma basa berada pada daerah lempeng samudera
atau lempeng benua tua. Karena relasi antar kristalnya yang inequigranular
dan granularitasnya porfiriafanitik maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan
ini merupakan tipe porfir atau batuan yang terbentuk di gang/korok. Batuan ini
memiliki tekstur porfiriafanitik, sehingga seperti yang telah dijelaskan
sebelumnya bahwa batuan ini memiliki fenokris dan massa dasar yang
afanitik. Fenokris terbentuk di bawah permukaan diikuti pembentukan massa
dasar pada/dekat permukaan sehingga massa dasar berukuran halus.
Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah Kuarsa dan K-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-Feldspar kurang dari
10% dari jumlah semua mineral Feldspar. Selain itu Plagioclase memiliki
jumlah lebih dari 2/3 dari seluruh Felspar. Berdasarkan penjelasan diatas dan
jika dianalisis dengan tabel Russel B.Travis maka saya menyimpulkan bahwa
batuan ini adalah batu Porfiri Basalt ( Russel B. Travis, 1955).

4.3 Batuan Peraga Nomor 13
Batuan Peraga nomor 13 merupakan batuan beku. Batuan ini berwarna
hitam. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya memperlihatkan
sutau masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan ini adalah
memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral mineral dalam
batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari batuan ini
adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang
berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan adanya
massa dasar. Granularitasnya adalah porfiriafanitik, yaitu fenokris dikelilingi
oleh massa dasar yang afanitik. Kemudian batuan ini memiliki bentuk kristal
subhedral, dimana bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang
dibatasi oleh bidang bidang kristal.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah K-Feldspar 10%, Hornblende 20%, dan Biotit 20%.
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 23 | P a g e

Menurut saya mineral yang terbentuk pertama kali pada batuan ini adalah
mineral Hornblende karena mineral ini terbentuk pada suhu intermediete dan
merupakan yang terbentuk pada suhu yang paling tinggi dibanding mineral
lainnya. Mineral Hornblende ini berwarna hitam dan bentuknya yang
prismatik. Mineral ini mempunyai tingkat kekerasan 5 6. Hal ini
ditunjukkan karena mineral ini tidak dapat dicerat dengan menggunakan
pecahan kaca namun ketika dicerat dengan menggunakan paku baja, mineral
ini dapat tercerat. Warna dari cerat mineral ini adalah putih. Ketika
dipantulkan dengan cahaya mineral ini menampilkan kilap kaca. Pecahan dari
mineral ini adalah uneven, yaitu pecahannya kasar dan tidak beraturan dan
mineral ini memiliki belahan yang sempurna. Kemudian mineral kedua
adalah Biotit. Biotit merupakan mineral dari golongan mika yang mempunyai
persebaran cukup luas. Warna dari biotit adalah hitam, coklat tua, atau hijau.
Namun biotit yang paling sering ditemukan adalah yang berwarna hitam.
Mieral biotit ini memiliki tingkat kekerasan 2,5 3 dan memiliki kilap kaca.
Lalu mineral yang ketiga adalah K-Feldspar. Mineral k-feldspar ini berwarna
kemerahan. Tingkat kekerasannya adalah 6.
Jika dilihat dari mineral pembentuknya, dapat disimpulkan bahwa batuan
ini berasal dari magma intermediete hingga asam. Namun karena memiliki
warna yang abu abu maka saya menginterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk pada magma intermediete. Magma intermediete biasanya ditemukan
pada zona subduksi yaitu tempat interaksi antara lempeng benua dengan
lempeng samudera. Biasanya interaksi terbentuk berupa tumbukan antar kedua
lempeng yang menyebabkan lempeng samudera mengalami penunjaman dan
daerah penunjaman tersebut disebut zona subduksi. Zona subduksi tersebut
menimbulkan rekahan yang menyebabkan adanya celah bagi magma untuk
menerobos keluar. Menurut saya batuan ini dapat tersingkap atau di temukan
di permukaan bumi karena adanya proses intrusi atau batuan yang menerobos
ke permukaan bumi atau juga dapat ditemukan karena adanaya erupsi gunung
yang sangat kuat sehingga dapat mengeluarkan material yang terbentuk pada
kedalaman yang cukup dalam. Karena relasi antar kristalnya yang
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 24 | P a g e

inequigranular dan granularitasnya porfiriafanitik maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini merupakan tipe porfir atau batuan yang
terbentuk di gang/korok. Batuan ini memiliki tekstur porfiriafanitik, sehingga
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batuan ini memiliki fenokris
dan massa dasar yang afanitik. Fenokris terbentuk di bawah permukaan diikuti
pembentukan dan pembekuan massa dasar pada/dekat permukaan sehingga
massa dasar berukuran halus.
Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah Kuarsa dan K-Feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-Feldspar kurang dari
10% dari jumlah semua mineral Feldspar. Selain itu Plagioclase memiliki
jumlah lebih dari 2/3 dari seluruh Felspar. Berdasarkan penjelasan diatas dan
jika dianalisis dengan tabel Russel B.Travis maka saya menyimpulkan bahwa
batuan ini adalah batu Porfiri Andesit ( Russel B. Travis, 1955).

4.4 Batuan Peraga Nomor 17
Batuan Peraga nomor 17 merupakan batuan beku. Batuan ini berwarna
hitam. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya memperlihatkan
sutau masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan ini adalah
memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral mineral dalam
batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari batuan ini
adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki ukuran yang
berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan adanya
massa dasar. Granularitasnya adalah faneroporfiritik, yaitu fenokris dikelilingi
kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenal secara
megaskopis. Kemudian batuan ini memiliki bentuk kristal subhedral, dimana
bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi oleh
bidang bidang kristal.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah Plagioclase 40%, Kuarsa 5%, dan Olivin 30%.
Menurut saya mineral yang terbentuk pertama kali pada batuan ini adalah
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 25 | P a g e

mineral Olivin karena mineral ini terbentuk pada suhu tinggi dan merupakan
yang terbentuk pada suhu yang paling tinggi dibanding mineral lainnya. Lalu
mineral yang kedua adalah Plagioclase. Plagioclase memiliki rumus kimia Ca-
NaAlSi
3
O
8
. Mineral ini ketika dipantulkan dengan cahaya menampilkan kilap
kaca. Kekerasan dari mineral ini adalah 6 6,5. Ketika dicerat mineral ini
memiliki cerat berwarna putih. Setelah itu mineral yang keempat adalah
kuarsa. Mineral ini memiliki rumus kimia SiO
2
. Warna dari mineral ini adalah
putih bening. Kilap dari mineral ini ketika dipantulkan terhadap cahaya adalah
kaca. Tingkat kekerasan dari mineral ini adalah 7 sesuai dengan yang terdapat
pada skala Mohs. Mineral ini terbentuk pada suhu yang rendah. Setelah itu
mineral yang ketiga adalah kuarsa. Mineral ini memiliki rumus kimia SiO
2
.
Warna dari mineral ini adalah putih bening. Kilap dari mineral ini ketika
dipantulkan terhadap cahaya adalah kaca. Tingkat kekerasan dari mineral ini
adalah 7 sesuai dengan yang terdapat pada skala Mohs. Mineral ini terbentuk
pada suhu yang rendah.
Berdasarkan dari mineral pembentuknya, batuan ini berasal dari magma
basa. Menurut saya batuan ini dapat tersingkap atau di temukan di permukaan
bumi karena adanya proses intrusi atau batuan yang menerobos ke permukaan
bumi atau juga dapat ditemukan karena adanya erupsi gunung yang sangat
kuat sehingga dapat mengeluarkan material yang terbentuk pada kedalaman
yang dalam. Biasanya magma basa berada pada daerah lempeng samudera
atau lempeng benua tua. Karena relasi antar kristalnya yang inequigranular
maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini merupakan tipe porfir atau
batuan yang terbentuk di gang/korok. Batuan ini memiliki tekstur
faneroporfiritik, sehingga seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
batuan ini memiliki fenokris dan massa dasar yang fanerit. Fenokris terbentuk
jauh di bawah permukaan, diikuti pembekuan dan pembentukan massa dasar
di bawah permukaan sehingga massa dasarnya berukuran fanerit (dapat
dibedakan dengan mata telanjang).
Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah Kuarsa dan K-Feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 26 | P a g e

mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-Feldspar kurang dari
10% dari jumlah semua mineral Feldspar. Selain itu Plagioclase memiliki
jumlah lebih dari 2/3 dari seluruh Felspar. Berdasarkan penjelasan diatas dan
jika dianalisis dengan tabel Russel B.Travis maka saya menyimpulkan bahwa
batuan ini adalah batu Porfiri Gabro ( Russel B. Travis, 1955).

4.5 Batuan Peraga Nomor 76
Batuan Peraga nomor 17 merupakan batuan beku. Batuan ini berwarna
putih pucat. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya
memperlihatkan sutau masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan
ini adalah memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral
mineral dalam batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari
batuan ini adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki
ukuran yang berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan
adanya massa dasar. Granularitasnya adalah faneroporfiritik, yaitu fenokris
dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenalk
secara megaskopis. Kemudian batuan ini memiliki bentuk kristal subhedral,
dimana bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi
oleh bidang bidang kristal.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah Kuarsa 40%, Hornblende 10%, Biotit 15%, dan
Plagioclase 35%. Menurut saya mineral yang terbentuk pertama kali pada
batuan ini adalah mineral Hornblende karena mineral ini terbentuk pada suhu
intermediete dan merupakan yang terbentuk pada suhu yang paling tinggi
dibanding mineral lainnya. Mineral Hornblende ini berwarna hitam dan
bentuknya yang prismatik. Mineral ini mempunyai tingkat kekerasan 5 6.
Hal ini ditunjukkan karena mineral ini tidak dapat dicerat dengan
menggunakan pecahan kaca namun ketika dicerat dengan menggunakan paku
baja, mineral ini dapat tercerat. Warna dari cerat mineral ini adalah putih.
Ketika dipantulkan dengan cahaya mineral ini menampilkan kilap kaca.
Pecahan dari mineral ini adalah uneven, yaitu pecahannya kasar dan tidak
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 27 | P a g e

beraturan dan mineral ini memiliki belahan yang sempurna. Kemudian
mineral yang kedua adalah Biotit. Biotit merupakan mineral dari golongan
mika yang mempunyai persebaran cukup luas. Warna dari biotit adalah hitam,
coklat tua, atau hijau. Namun biotit yang paling sering ditemukan adalah yang
berwarna hitam. Mineral biotit ini memiliki tingkat kekerasan 2,5 3 dan
memiliki kilap kaca. Kemudian mineral yang ketiga adalah Plagioclase.
Plagioclase memiliki rumus kimia Ca-NaAlSi
3
O
8
. Mineral ini ketika
dipantulkan dengan cahaya menampilkan kilap kaca. Kekerasan dari mineral
ini adalah 6 6,5. Ketika dicerat mineral ini memiliki cerat berwarna putih.
Setelah itu mineral yang keempat adalah mineral yang paling melimpah pada
batuan ini adalah Kuarsa. Mineral ini memiliki rumus kimia SiO
2
. Warna dari
mineral ini adalah putih bening. Kilap dari mineral ini ketika dipantulkan
terhadap cahaya adalah kaca. Tingkat kekerasan dari mineral ini adalah 7
sesuai dengan yang terdapat pada skala Mohs. Mineral ini terbentuk pada suhu
yang rendah.
Jika dilihat dari mineral pembentuknya, dapat disimpulkan bahwa batuan
ini berasal dari magma intermediete hingga asam. Namun karena memiliki
warna yang relatif cerah maka saya menginterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk pada magma intermediete. Magma intermediete biasanya ditemukan
pada zona subduksi yaitu tempat interaksi antara lempeng benua dengan
lempeng samudera. Biasanya interaksi terbentuk berupa tumbukan antar kedua
lempeng yang menyebabkan lempeng samudera mengalami penunjaman dan
daerah penunjaman tersebut disebut zona subduksi. Zona subduksi tersebut
menimbulkan rekahan yang menyebabkan adanya celah bagi magma untuk
menerobos keluar. Menurut saya batuan ini dapat tersingkap atau di temukan
di permukaan bumi karena adanya proses intrusi atau batuan yang menerobos
ke permukaan bumi atau juga dapat ditemukan karena adanya erupsi gunung
yang sangat kuat sehingga dapat mengeluarkan material yang terbentuk pada
kedalaman yang cukup dalam. Karena relasi antar kristalnya yang
inequigranular dan granularitasnya faneroporfiritik maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini merupakan tipe porfir atau batuan yang
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 28 | P a g e

terbentuk di gang/korok. Batuan ini memiliki tekstur faneroporfiritik sehingga
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batuan ini memiliki fenokris
dan massa dasar yang fanerit. Fenokris terbentuk jauh di bawah permukaan,
diikuti pembekuan dan pembentukan massa dasar di bawah permukaan
sehingga massa dasarnya berukuran fanerit (dapat dibedakan dengan mata
telanjang).
Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah kuarsa dan k-feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah K-feldspar kurang dari 10%
dari jumlah semua mineral feldspar. Selain itu plagioklas memiliki jumlah
lebih dari 2/3 dari seluruh felspar. Jika dilihat dari teksturnya dan komposisi
mineral yang ada maka batuan ini bernama Diorit Kuarsa ( Russel B. Travis,
1955).

4.6 Batuan Peraga Nomor 22
Batuan Peraga no 22 ini adalah batuan beku. Batuan ini berwarna abu
abu cerah. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya
memperlihatkan suatu masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan
ini adalah memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral
mineral dalam batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari
batuan ini adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki
ukuran yang berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan
adanya massa dasar. Granularitasnya adalah porfiriafanitik, yaitu fenokris
dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik. Kemudian batuan ini memiliki
bentuk kristal subhedral, dimana bentuk kristal tidak sempurna dan hanya
sebagian saja yang dibatasi oleh bidang bidang kristal.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah
Kuarsa 35% dan Plagioclase 40%. Menurut saya mineral yang terbentuk
pertama kali pada batuan ini adalah mineral Plagioclase karena mineral ini
terbentuk pada suhu intermediete dan merupakan yang terbentuk pada suhu
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 29 | P a g e

yang lebih tinggi dibanding mineral sebelumnya. Plagioclase memiliki rumus
kimia Ca-NaAlSi
3
O
8
. Mineral ini ketika dipantulkan dengan cahaya
menampilkan kilap kaca. Kekerasan dari mineral ini adalah 6 6,5. Ketika
dicerat mineral ini memiliki cerat berwarna putih. Lalu mineral yang keempat
adalah K-Feldspar. Mineral k-feldspar ini berwarna kemerahan. Tingkat
kekerasannya adalah 6. Lalu mineral yang duaadalah Kuarsa. Mineral ini
memiliki rumus kimia SiO
2
. Warna dari mineral ini adalah putih bening. Kilap
dari mineral ini ketika dipantulkan terhadap cahaya adalah kaca. Tingkat
kekerasan dari mineral ini adalah 7 sesuai dengan yang terdapat pada skala
Mohs. Mineral ini terbentuk pada suhu yang rendah.
Jika dilihat dari mineral pembentuknya, dapat disimpulkan bahwa batuan
ini berasal dari magma intermediete hingga asam. Namun karena memiliki
warna yang abu abu gelap maka saya menginterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk pada magma intermediete. Magma intermediete biasanya ditemukan
pada zona subduksi yaitu tempat interaksi antara lempeng benua dengan
lempeng samudera. Biasanya interaksi terbentuk berupa tumbukan antar kedua
lempeng yang menyebabkan lempeng samudera mengalami penunjaman dan
daerah penunjaman tersebut disebut zona subduksi. Zona subduksi tersebut
menimbulkan rekahan yang menyebabkan adanya celah bagi magma untuk
menerobos keluar. Menurut saya batuan ini dapat tersingkap atau di temukan
di permukaan bumi karena adanya proses intrusi atau batuan yang menerobos
ke permukaan bumi atau juga dapat ditemukan karena adanaya erupsi gunung
yang sangat kuat sehingga dapat mengeluarkan material yang terbentuk pada
kedalaman yang cukup dalam. Karena relasi antar kristalnya yang
inequigranular dan granularitasnya porfiriafanitik maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini merupakan tipe porfir atau batuan yang
terbentuk di gang/korok. Batuan ini memiliki tekstur porfiriafanitik, sehingga
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batuan ini memiliki fenokris
dan massa dasar yang afanitik. Fenokris terbentuk di bawah permukaan diikuti
pembentukan dan pembekuan massa dasar pada/dekat permukaan sehingga
massa dasar berukuran halus.
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 30 | P a g e

Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah Kuarsa dan K-Feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah K-Feldspar kurang dari
10% dari jumlah semua mineral Feldspar. Selain itu Plagioclase memiliki
jumlah lebih dari 2/3 dari seluruh Felspar. Berdasarkan penjelasan diatas dan
jika dianalisis dengan tabel Russel B.Travis maka saya menyimpulkan bahwa
batuan ini adalah batu Porfiri Dasit ( Russel B. Travis, 1955).

4.7 Batuan peraga Nomor 80
Batuan Peraga nomor 80 merupakan batuan beku. Batuan ini berwarna
abu abu cerah. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya
memperlihatkan sutau masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan
ini adalah memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral
mineral dalam batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari
batuan ini adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki
ukuran yang berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan
adanya massa dasar. Granularitasnya adalah porfiriafanitik, yaitu fenokris
dikelilingi oleh massa dasar yang afanitik. Kemudian batuan ini memiliki
bentuk kristal subhedral, dimana bentuk kristal tidak sempurna dan hanya
sebagian saja yang dibatasi oleh bidang bidang kristal.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah Kuarsa 3%, Hornblende 10%, Biotit 5%, K-Feldspar
10%, dan Plagioclase 30%. Menurut saya mineral yang terbentuk pertama kali
pada batuan ini adalah mineral Hornblende karena mineral ini terbentuk pada
suhu intermediete dan merupakan yang terbentuk pada suhu yang paling tinggi
dibanding mineral lainnya. Mineral Hornblende ini berwarna hitam dan
bentuknya yang prismatik. Mineral ini mempunyai tingkat kekerasan 5 6.
Hal ini ditunjukkan karena mineral ini tidak dapat dicerat dengan
menggunakan pecahan kaca namun ketika dicerat dengan menggunakan paku
baja, mineral ini dapat tercerat. Warna dari cerat mineral ini adalah putih.
Ketika dipantulkan dengan cahaya mineral ini menampilkan kilap kaca.
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 31 | P a g e

Pecahan dari mineral ini adalah uneven, yaitu pecahannya kasar dan tidak
beraturan dan mineral ini memiliki belahan yang sempurna. Kemudian
mineral kedua adalah Biotit. Biotit merupakan mineral dari golongan mika
yang mempunyai persebaran cukup luas. Warna dari mineral ini adalah hitam,
coklat tua, atau hijau. Namun Biotit yang paling sering ditemukan adalah yang
berwarna hitam. Mineral ini memiliki tingkat kekerasan 2,5 3 dan memiliki
kilap kaca. Kemudian mineral yang ketiga adalah Plagioclase. Plagioclase
memiliki rumus kimia Ca-NaAlSi
3
O
8
. Mineral ini ketika dipantulkan dengan
cahaya menampilkan kilap kaca. Kekerasan dari mineral ini adalah 6 6,5.
Ketika dicerat mineral ini memiliki cerat berwarna putih. Lalu mineral yang
keempat adalah K-Feldspar. Mineral k-feldspar ini berwarna kemerahan.
Tingakat kekerasannya adalah 6. Lau mineral yang kelima adalah Kuarsa.
Mineral ini memiliki rumus kimia SiO
2
. Warna dari mineral ini adalah putih
bening. Kilap dari mineral ini ketika dipantulkan terhadap cahaya adalah kaca.
Tingkat kekerasan dari mineral ini adalah 7 sesuai dengan yang terdapat pada
skala Mohs. Mineral ini terbentuk pada suhu yang rendah.
Jika dilihat dari mineral pembentuknya, dapat disimpulkan bahwa batuan
ini berasal dari magma intermediete hingga asam. Namun karena memiliki
warna yang abu abu maka saya menginterpretasikan bahwa batuan ini
terbentuk pada magma intermediete. Magma intermediete biasanya ditemukan
pada zona subduksi yaitu tempat interaksi antara lempeng benua dengan
lempeng samudera. Biasanya interaksi terbentuk berupa tumbukan antar kedua
lempeng yang menyebabkan lempeng samudera mengalami penunjaman dan
daerah penunjaman tersebut disebut zona subduksi. Zona subduksi tersebut
menimbulkan rekahan yang menyebabkan adanya celah bagi magma untuk
menerobos keluar. Menurut saya batuan ini dapat tersingkap atau di temukan
di permukaan bumi karena adanya proses intrusi atau batuan yang menerobos
ke permukaan bumi atau juga dapat ditemukan karena adanaya erupsi gunung
yang sangat kuat sehingga dapat mengeluarkan material yang terbentuk pada
kedalaman yang cukup dalam. Karena relasi antar kristalnya yang
inequigranular dan granularitasnya porfiriafanitik maka dapat
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 32 | P a g e

diinterpretasikan bahwa batuan ini merupakan tipe porfir atau batuan yang
terbentuk di gang/korok. Batuan ini memiliki tekstur porfiriafanitik, sehingga
seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa batuan ini memiliki fenokris
dan massa dasar yang afanitik. Fenokris terbentuk di bawah permukaan diikuti
pembentukan dan pembekuan massa dasar pada/dekat permukaan sehingga
massa dasar berukuran halus.
Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah Kuarsa dan K-Feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa kurang dari 10%, sedangkan jumlah K-Feldspar kurang dari
10% dari jumlah semua mineral Feldspar. Selain itu Plagioclase memiliki
jumlah lebih dari 2/3 dari seluruh Felspar. Berdasarkan penjelasan diatas dan
jika dianalisis dengan tabel Russel B.Travis maka saya menyimpulkan bahwa
batuan ini adalah batu Porfiri Andesit ( Russel B. Travis, 1955).

4.8 Batuan Peraga Nomor 50
Batuan Peraga nomor 50 merupakan batuan beku. Batuan ini berwarna
coklat terang. Batuan ini memiliki struktur masif dimana strukturnya
memperlihatkan sutau masa batuan yang terlihat seragam. Tekstur dari batuan
ini adalah memiliki derajat kristalisasi holokristalin. Dimana mineral
mineral dalam batuan berbentuk kristal dan tidak terdapat gelasan. Relasi dari
batuan ini adalah inequigranular, yaitu kristal penyusun batuan memiliki
ukuran yang berbeda, dimana terdapat mineral yang lebih besar (fenokris) dan
adanya massa dasar. Granularitasnya adalah faneroporfiritik, yaitu fenokris
dikelilingi kristal mineral yang lebih kecil (massa dasar) dan dapat dikenalk
secara megaskopis. Kemudian batuan ini memiliki bentuk kristal subhedral,
dimana bentuk kristal tidak sempurna dan hanya sebagian saja yang dibatasi
oleh bidang bidang kristal.
Mineral yang terkandung dan dapat diidentifikasi secara megaskopis
dalam batuan ini adalah Biotit 5%, Hornblende 10%, Plagioclase 20%, Kuarsa
15%, dan K-Feldspar 50%. Menurut saya mineral yang terbentuk pertama kali
pada batuan ini adalah mineral Hornblende karena mineral ini terbentuk pada
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 33 | P a g e

suhu intermediete dan merupakan yang terbentuk pada suhu yang paling tinggi
dibanding mineral lainnya. Mineral Hornblende ini berwarna hitam dan
bentuknya yang prismatik. Mineral ini mempunyai tingkat kekerasan 5 6.
Hal ini ditunjukkan karena mineral ini tidak dapat dicerat dengan
menggunakan pecahan kaca namun ketika dicerat dengan menggunakan paku
baja, mineral ini dapat tercerat. Warna dari cerat mineral ini adalah putih.
Ketika dipantulkan dengan cahaya mineral ini menampilkan kilap kaca.
Pecahan dari mineral ini adalah uneven, yaitu pecahannya kasar dan tidak
beraturan dan mineral ini memiliki belahan yang sempurna. Kemudian
mineral kedua adalah Biotit. Biotit merupakan mineral dari golongan mika
yang mempunyai persebaran cukup luas. Warna dari mineral ini adalah hitam,
coklat tua, atau hijau. Namun Biotit yang paling sering ditemukan adalah yang
berwarna hitam. Mineral ini memiliki tingkat kekerasan 2,5 3 dan memiliki
kilap kaca. Kemudian mineral yang ketiga adalah Plagioclase. Plagioclase
memiliki rumus kimia Ca-NaAlSi
3
O
8
. Mineral ini ketika dipantulkan dengan
cahaya menampilkan kilap kaca. Kekerasan dari mineral ini adalah 6 6,5.
Ketika dicerat mineral ini memiliki cerat berwarna putih. Lalu mineral yang
keempat adalah K-Feldspar. Mineral k-feldspar ini berwarna kemerahan.
Tingakat kekerasannya adalah 6. Lau mineral yang kelima adalah Kuarsa.
Mineral ini memiliki rumus kimia SiO
2
. Warna dari mineral ini adalah putih
bening. Kilap dari mineral ini ketika dipantulkan terhadap cahaya adalah kaca.
Tingkat kekerasan dari mineral ini adalah 7 sesuai dengan yang terdapat pada
skala Mohs. Mineral ini terbentuk pada suhu yang rendah.
Jika dilihat dari mineral pembentuknya, dapat disimpulkan bahwa batuan
ini berasal dari magma intermediete hingga asam. Namun karena memiliki
warna yang terang maka saya menginterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk
pada magma asam. Batuan yang berasal dari magma yang bersifat asam
biasanya terdapat pada daerah kerak benua. Karena hal tekturnya yang
holokristalin maka saya menginterpretasikan bahwa batuan ini merupakan
batuan beku intrusif namun kedalaman pembentukannya tidak begitu dalam
karena magma pembentuknya yang bersifat asam. Batuan ini dapat tersingkap
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 34 | P a g e

atau di temukan di permukaan bumi karena adanya proses intrusi atau batuan
yang menerobos ke permukaan bumi atau juga dapat ditemukan karena
adanaya erupsi gunung yang cukup kuat sehingga dapat mengeluarkan
material yang terkandung di dalamnya. Batuan ini memiliki tekstur
porfiriafanitik, sehingga seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa
batuan ini memiliki fenokris dan massa dasar yang afanitik. Fenokris
terbentuk di bawah permukaan diikuti pembentukan dan pembekuan massa
dasar pada/dekat permukaan sehingga massa dasar berukuran halus.
Untuk melakukan penamaan batuan, kelimpahan mineral yang
diperhatikan adalah Kuarsa dan K-Feldspar. Pada batuan ini kelimpahan
mineral kuarsa lebih dari 10%, sedangkan jumlah K-Feldspar lebih dari 2/3
dari seluruh Felspar. Berdasarkan penjelasan diatas dan jika dianalisis dengan
tabel Russel B.Travis maka saya menyimpulkan bahwa batuan ini adalah batu
Porfiri Granit ( Russel B. Travis, 1955).

















Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 35 | P a g e

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Batuan ini berwarna terang memiliki struktur masif, dan teksturnya
holokristalin, inequigranular, dan faneroprfiritik. Mineral yang tergandung
dalam mineral ini adalah Kuarsa 8%, Piroksen 40%, Plagioclase 30%, dan
Olivin 3%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya batuan ini berasal dari
magma basa. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki granularitas
inequigranular dengan tipe faneroporfitik maka dapat diinterpretasikan
bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka dapat
disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri gabro. ( Russel B. Travis,
1955)
Batuan ini berwarna gelap memiliki struktur masif, dan teksturnya
holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan euhedral. Mineral yang
tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa 10%, Hornblende 20%, dan
Massa Dasar 50%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya batuan ini
berasal dari magma basa. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki
granularitas inequigranular dengan tipe porfiriafanitik maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka
dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri basalt. ( Russel B.
Travis, 1955)
Batuan ini berwarna hitam memiliki struktur masif, dan teksturnya
holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan subhedral. Mineral yang
tergandung dalam mineral ini adalah K-Feldspar 10%, Hornblende 20%,
dan Biotit 20%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya batuan ini berasal
dari magma intermediet. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki granularitas
inequigranular dengan tipe porfiriafanitik maka dapat diinterpretasikan
bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka dapat
disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri andesit. ( Russel B. Travis,
1955)
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 36 | P a g e

Batuan ini berwarna hitam memiliki struktur masif, dan teksturnya
holokristalin, inequigranular, faneroporfiritik, dan subhedral. Mineral yang
tergandung dalam mineral ini adalah Plagioclase 40%, Kuarsa 5%, dan
Olivin 30%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya batuan ini berasal
dari magma basa. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki granularitas
inequigranular dengan tipe faneroporfiritik maka dapat diinterpretasikan
bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka dapat
disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri gabro. ( Russel B. Travis,
1955)
Batuan ini berwarna putih pucat memiliki struktur masif, dan teksturnya
holokristalin, inequigranular, faneroporfiritik, dan subhedral. Mineral yang
tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa 40%, Hornblende 10%, Biotit
15%, dan Plagioclase 35%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya
batuan ini berasal dari magma intermediet. Berdasarkan testurnya yaitu
memiliki granularitas inequigranular dengan tipe faneroporfiritik maka
dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah.
Maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfir diorit kuarsa. (
Russel B. Travis, 1955)
Batuan ini berwarna abu abu gelap memiliki struktur masif, dan
teksturnya holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan subhedral.
Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa 35% dan
Plagioclase 40%. Jika ditinjau dari kandungan mineralnya batuan ini
berasal dari magma asam. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki
granularitas inequigranular dengan tipe porfiriafanitik maka dapat
diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka
dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri dasit. ( Russel B.
Travis, 1955)
Batuan ini berwarna abu abu cerah memiliki struktur masif, dan
teksturnya holokristalin, inequigranular, porfiriafanitik, dan subhedral.
Mineral yang tergandung dalam mineral ini adalah Kuarsa 3%,
Hornblende 10%, Biotit 5%, K-Feldspar 10%, dan Plagioclase 30%. Jika
Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 37 | P a g e

ditinjau dari kandungan mineralnya batuan ini berasal dari magma
intermediet. Berdasarkan testurnya yaitu memiliki granularitas
inequigranular dengan tipe porfiriafanitik maka dapat diinterpretasikan
bahwa batuan ini terbentuk di pipa magma/kawah. Maka dapat
disimpulkan bahwa batuan ini adalah porfiri andesit. ( Russel B. Travis,
1955)
Batuan ini berwarna coklat memiliki struktur masif, dan teksturnya
holokristalin, inequigranular, faneroprfiritik, dan subhedral. Mineral yang
tergandung dalam mineral ini adalah Biotit 5%, Hornblende 10%,
Plagioclase 20%, Kuarsa 15%, dan K-Feldspar 50%. Jika ditinjau dari
kandungan mineralnya batuan ini berasal dari magma asam. Berdasarkan
testurnya yaitu memiliki granularitas inequigranular dengan tipe
faneroporfiritik maka dapat diinterpretasikan bahwa batuan ini terbentuk
di pipa magma/kawah. Maka dapat disimpulkan bahwa batuan ini adalah
porfiri granit. ( Russel B. Travis, 1955)

5.2 Saran
Praktikan sebaiknya memahami dulu materinya sebelum materi di mulai.













Laporan Batuan Beku Non- Fragmental 38 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

http://febryirfansyah.wordpress.com/2009/08/13/petrologi-batuan-beku/
(Diakses pada hari Sabtu, tanggal 13 Oktober 2012, pukul 23.45)

Вам также может понравиться