Вы находитесь на странице: 1из 13

1

KATA PENGANTAR


Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
tentang kromatografi cair padat, meskipun dalam bentuk yang sederhana.
Penyusunan makalah ini, dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu
meskipun tidak mudah dan ada beberapa hambatan dan kesulitan yang penyusun
hadapi. Tetapi semua itu dapat kami lalui berkat bantuan dari teman-teman
sekalian dan tak luput dari berkat dan rahmat Allah SWT.
Oleh karena itu, penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada
dosen mata kuliah yang telah menugaskan kepada kami untuk memaparkan materi
mengenai kromatografi cair padat sehingga melalui makalah ini penulis dapat
memperoleh ilmu pengetahuan baru khususnya pada kromatografi cair padat.
Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.


Palembang , 26 Maret 2014


Penyusun






2


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................ 1
BAB I .................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3
1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 3
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 3
1.3 Tujuan ................................................................................................................. 4
BAB II ................................................................................................................................. 4
PEMBAHASAN ................................................................................................................. 4
2.1 Kromatografi Padat-Cair (Adsorpsi) ................................................................... 4
2.1.1 Kesetimbangan Adsorpsi ................................................................................... 5
2.1.2 Adsorben dan Zat pelarut ................................................................................... 7
2.2 BAGAN ALAT DAN CARA KERJA KROMATOGRAFI CAIR PADAT ...... 9
2.2.1 Cara kerja alat .................................................................................................... 9
2.2.2 Detektor kromatografi cair - padat ................................................................... 10
2.2.3 Analisa kuantitatif kromatografi cair - padat ................................................... 10
2.2.4 Pemilihan kondisi kromatografi cair - padat .................................................... 11
2.3PENERAPAN KROMATOGRAFI ADSORPSI ..................................................... 11
BAB III ............................................................................................................................. 12
PENUTUP ........................................................................................................................ 12
3.1 KESIMPULAN ................................................................................................. 12
3.2 SARAN : ........................................................................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 13

3


BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kromatografi adalah suatu teknik pemisahan molekul berdasarkan
perbedaan pola pergerakan antara fase gerak dan fase diam untuk memisahkan
komponen (berupa molekul) yang berada pada larutan. Molekul yang terlarut
dalam fase gerak, akan melewati kolom yang merupakan fase diam. Molekul yang
memiliki ikatan yang kuat dengan kolom akan cenderung bergerak lebih lambat
dibanding molekul yang berikatan lemah. Dengan ini, berbagai macam tipe
molekul dapat dipisahkan berdasarkan pergerakan pada kolom.
Kromatografi adalah suatu istilah umum yang digunakan untuk
bermacam-macam teknik pemisahan yang didasarkan atas partisi sampel diantara
suatu rasa gerak yang bisa berupa gas ataupun cair dan rasa diam yang juga bisa
berupa cairan ataupun suatu padatan. Penemu Kromatografi adalah Tswett yang
pada tahun 1903, mencoba memisahkan pigmen-pigmen dari daun dengan
menggunakan suatu kolom yang berisi kapur (CaSO
4
).
Istilah Kromatografi diciptakan oleh Tswett untuk melukiskan daerah-
daerah yang berwarna yang bergerak ke bawah kolom. Pada waktu yang hampir
bersamaan, D.T. Day juga menggunakan kromatografi untuk memisahkan fraksi-
fraksi petroleum, namun Tswett adalah orang yang diakui sebagai penemu dan
yang pertama menjelaskan mengenai kromatrografi. Penyelidikan tentang
kromatografi sempat menurun beberapa tahun sampai digunakan suatu teknik
dalam bentuk kromatografi padatan cair (LSC).

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada makalah ini, yaitu :
1. Apakah yang di maksud dengan kromatografi cair-padat (adsorbsi) ?
4


2. Bagaimana kinerja kromatografi cair- padat (adsorpsi) ?
3. Bagaimana penerapan kromatografi cair-padat (adsorbsi) ?

1.3 Tujuan

Adapun tujuan makalah ini, yaitu :
1. Untuk mempermudah proses belajar metode pemisahan kimia terutama
kromatografi.
2. Untuk mengetahui cara pemisahan campuran berdasarkan
metode kromatografi padat-cair (adsorpsi)
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kromatografi Padat-Cair (Adsorpsi)

Beberapa pustaka memberikan nama solid liquid adsorption
chromatography. Hal ini mungkin disebabkan karena dalam kromatografi ini
digunakan zat padat sebagai adsorben yang bertindak sebagai fase stasioner (fase
diam) dan menggunakan zat cair sebagai fase mobile (fase gerak). Adsorpsi ialah
gejala timbulnya konsentrasi zat yang lebih besar pada bidang perbatasan antara
dua fasa daripada dalam masing-masing fasa. Terjadinya pemisahan ialah akibat
gaya tarik fasa stasioner yang kuat terhadap komponen komponen yang harus
dipisahkan. Gaya tarik yang kuat ini disebabkan oleh interaksi kimiawi dan atau
interaksi Van Der Walls. Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua
dioperasikan berdasarkan retensi terlarut pada permukaan adsorben. Adsorben
yang umum digunakan adalah silika gel dan alumina karena mereka dimiliki
daerah yang besar permukaan dan banyak situs aktif. Terlarut dan pelarut dalam
cairan dapat bersaing satu sama lain untuk mendapatkan situs yang aktif. Karena
5


ini, memilih pelarut yang tepat sangat penting untuk mendapatkan adsorpsi
maksimum zat terlarut pada situs aktif permukaan. Pada kromatografi adsorpsi,
fasa stasionernya terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas zat cair.
Permukaan partikel padat biasanya lebih aktif daripada bagian dalamnya
yang umum dikatakan mempunyai aktivitas permukaan (surface activity). Bila
partikel tersebut dimasukkan dalam dalam suatu larutan, permukaan partikel tadi
mempunyai daya tarik baik pada zat-zat yang terlarut maupun pada zat pelarutnya.
Daya tarik atau adsorpsi dapat berbagai bentuk, yaitu yang bersifat elektrsotatik
(ionic), daya tarik antara dua dipol, antara dipol dan dpol induksi, dan yang
berupa kekuatan van der waals (london forces).
Partikel padat yang mempunyai aktivitas permukaan tadi dalam
kromatografi dinamakan adsorben. Adsorben harus mempunyia permukaan yang
luas dan mempunyai aktivitas kimia seperti disebutkan diatas.
2.1.1 Kesetimbangan Adsorpsi
Bila larutan mengalir melalui permukaan yang aktif, terjadilah suatu
proses adsorpsi dan desorbsi. Hubungan antara konsentrasi zat yang ada dalam
larutan (Cm) dan yang teradsorpsi (Cs) seperti terlihat pada gambar dibawah ini:
Gb.III.1 Kurva hubungan antara konsentrasi solut pada larutan dan yang
teradsorbsi.
Kurva menggambarkan hubungan antara Cm dan Cs dinamakan isoterm
adsorbsi. Ketiga bentuk isoterm diatas dapat diterangkan sebagai berikut. Isoterm
yang berbentuk konveks seperti yang terlihat dalam Gb.III.1 A, dapat terjadi
6


karena adanya variasi aktivitas dari permukaan yang ada, yang mengakibatkan
dihasilkannya hubungan yang tidak linier. Hubungan demikian sering dinamakan
Fruendlich isotherm, umumnya pada sistem padat-cair.
Kurva isoterm yang berbentuk garis lurus merupakan keadaan yang
dikehendaki, dimana permukaan tidak akan menjadi jenuh dengan zat yang
teradsorbsi. Kecondongan (slope) dari kurva isoterm yang merupakan garis lurus
akan merupakan koefisien distribusi dan tidak tergantung dari besarnya
konsentrasi (Gb.III.1.B).
Kurva isoterm yang berbentuk konkaf dihasilkan dari reaksi yang
sedemikian, sehingga menyebabkan dapat mempercepat proses adsorbsi secara
keseluruhannya. Fenomena seacam itu sering terjadi, meskipun sukar untuk dapat
dimengerti atau diterangkan.
Ketiga macam perbedaan proses adsorbsi seperti yang diterangkan diatas
akan menyebabkan terjadinya destorsi puncak yang dihasilkan dan memberikan
bentuk yang berbeda seperti yang terlihat pada Gb.III.2 dibawah ini:

Respons



Gambar III.2. Terjadinya dsitorsi puncak yang dihasilkan
karena proses adsorbsi yang berbeda-beda.
Kurva isoterm yang berbentuk konveks akan menghasilkan puncak yang
condong ke depan, seperti Gb.III.2 A, kurva isoterm lurus memberikan bentuk
puncak yang ideal (Gb.III.2 B), sedangkan yang konkaf akan memberikan bentuk
puncak yang condong ke belakang (Gb.III.2 C).
7


Puncak yang berbentuk condong (tailing), biasanya diakibatkan oleh
adsorben yang terlalu aktif. Hal ini dapat dikurangi dengan menutup sisi aktif
denga zat lain atau dengan menaikkan suhhu. Cara lain dikerjakan dengan
mengurangi banyaknya sampel yang dipisahkan, diatur tidak melebihi bagian
linear dari kurva konveks tersebut.
2.1.2 Adsorben dan Zat pelarut
Adsorben
Fase diam adalah adsorben (fase padat) dan pemisahan didasarkan pada
adsorpsi berulang dan desorpsi bahan terlarut (analit). Alumina dan silika gel
merupakan dua adsorben yang paling populer dipakai. Dibawah ini dicantumkan
urutan adsorben dari yang mempunyai kemempuan adsorbsi besar ke kecil.
1. Alumina
2. Charcoal (arang)
3. Silika gel
4. Magnesia
5. Kalium karbonat
6. Sukrosa
7. Starch (serbuk pati)
8. Serbuk selulosa
Aktivitas permukaan dari setiap adsorben berbeda pada sisi yang satu ke sisi
yang lain dan dari batch yang satu ke batch yang lain. Perlakuan pendahuluan
menurut cara-cara yang ditentukan dapat menghilangkan perbedaan aktivitas
tersebut.
Daya adsorbsi alumina dapat diatur dengan mengatur jumlah air yang
dikandung. Caranya ialah dengan mengeringkan alumina pada suhu 360
0
C
selama 5 jam, kemudian membiarkan alumina kering tersebut untuk menyerap air
smapai jumlah tertentu. Aktivitasnya tergantung dari kadar airnya dan dinyatakan
dalam skala Brockmann.
8


Luas permukaan alumian kira-kira 150 m
2
/g. Sekitar 5 % kadar air sudah
cukup melapisi alumina dengan lapisan air tunggal. Alumina yang kadar air 3 %
mempunyai aktivitas yang umum digunakan.
Silika gel mempunyai luas permukaan yagn lebih besar, yaitu sekitar 500
m
2
/g,tetapi mempunyai aktivitas kimia yagn lebih kecil dan lebih disukai untuk
pemisahan senyawa-senyawa organik yang peka terhadap perubahan-perubahan
karena akrivitas permukaan yang mempunyai sifat katalitik.
Zat pelarut
Fasa gerak dalam kromatografi cair padat adalah cair. Pemilihan fasa
gerak dalam kromatografi padat cair (adsorpsi) akan dengan baik tercapai dengan
menggunakan parameter kekuatan pelarut. Zat pelarut mempunyai peranan yang
prnting dalam elusi, yang dapat menentukan baik-buruknya pemisahan. Zat
pelarut yang mampu menjalankan elusi terlalu cepat tidak akan mampu
mengadakan pemisahan yang sempurna. Sebaliknya elusi yang terlalu lambat
akan menyebabkan waktu retansi yang terlalu lama.
Urutan zat pelarut atas dasar kemampuan elusinya telah dikemukakan
terdahulu (seri eluotropik). Beberapa golongan solut dapat juga diurutkan dengan
dasar kenaikan adsorbilitasnya pada kolom alumina, seperti yang tertulis dibawah
ini :
1. Perfluorokarbon
2. Hidrokarbon jenuh
3. Hidrokarbon tidak jenuh
4. Halida dan eter
5. Aldehid dan keton
6. Alkohol dan thiol
7. Asam dan basa
9


2.2 BAGAN ALAT DAN CARA KERJA KROMATOGRAFI CAIR
PADAT

Sebuah sistem LC dasar terdiri dari
(a) sebuah inlet filter pelarut, (b) pompa, (c) penyaring pelarut inline, (d) katup injeksi,
(e) precolumn penyaring, (f) kolom, (g) detektor, (h) hasil, (i) backpressure regulator, and
(j) limbah.
2.2.1 Cara kerja alat
Pelarut inlet membawa fasa gerak yang kemudian dipompa melalui filter pelarut
inline dan akan melewati katup injeksi. Fasa gerak akan bercampur dengan sampel yang
telah diinjeksikan
Campuran tersebut akan melewati filter lainnya dan melewati kolom sehingga
komponen-komponen sampel akan terpisah.
Detektor akan mendeteksi pemisahan analat dan merekamnya, biasanya komputer
yang akan merekan informasi tersebut.
Sampel akan akan ke backpressure filter dan menjadi waste.




10


Pemisahan yang terjadi










2.2.2 Detektor kromatografi cair - padat
Suatu detektor dibutuhkan untuk mendeteksi adanya komponen cuplikan
dalam aliran yang keluar dari kolom.
Detektor-detektor yang baik memiliki sensitifitas yang tinggi, gangguan (noise)
yang rendah, kisar respons linier yang luas, dan memberi tanggapan/respon untuk
semua tipe senyawa.
2.2.3 Analisa kuantitatif kromatografi cair - padat
Bertujuan untuk menentukan banyaknya komponen kompenen dalam
campuran. Dengan kromatogram yang diperoleh dari detektor diferensial yang
mana memiliki respon linier, penggantian/jarak dari garis belakang pada saat
tertentu adalah suatu ukuran konsentrasi dari komponen dari gas pembawa di
saluran keluar kolom. Kurva integral dihasilkan yakni area puncak dari puncak
adalah sebanding dengan jumlah komponen yang ada. Dalam kromatogram yang
ideal dimana puncak merupakan kurva Gaussian simetrik lalu ketinggian puncak
11


akan sebanding dengan. Area puncak adalah a konsentrasi komponen bila
Gaussian maka area a ke tinggi puncak. Setelah komponen dalam sampel
dipisahkan, maka hasil analisa diperoleh dalam bentuk signal kromatogram.
Sampel yang mengandung banyak komponen didalamnya akan memiliki
kromatogram dengan banyak peak. Bahkan tak jarang antar peak saling
bertumpuk (overlap). Untuk mengetahui peak mana yang merupakan milik analat,
kromatogram dibandingkan dengan kromatogram standar. Cara yang paling
umum untuk mengidentifikasinya adalah dengan melihat retention time. Peak
yang memiliki retention time yang sama dengan standar umumnya adalah peak
milik analat. Hal lain yang perlu dilihat adalah spektrum 3D dari signal
kromatogram. Zat yang sama akan memiliki spektrum 3D yang juga sama. Jika
spektrum 3D antara dua zat berbeda, maka kedua zat tersebut adalah zat yang
berlainan, mekipun memiliki retention time yang sama.
2.2.4 Pemilihan kondisi kromatografi cair - padat
Secara umum kromatografi cair-padat digunakan dalam kondisi-kondisi
berikut: Pemisahan berbagai senyawa biokimia dan organik. Teknik
pelaksanaanya dapat dilakukan dengan kolom kaca, dimana fasa diam dapat
dipilih silica gel atau alumina. Pemilihan fase gerak dalam kromatografi padat cair
(adsorpsi) akan dengan baik tercapai dengan menggunakan parameter kekuatan
pelarut.
2.3PENERAPAN KROMATOGRAFI ADSORPSI
Umumnya, kromatografi cair-padat sangat cocok untuk cuplikan-cuplikan
yang larut dalam pelarut nonpolar dan kurang larut dalam pelarut mengandung air
seperti yang digunakan dalam kromatografi partisi fasa-terikat. Dengan
kromatografi partisi, senyawa-senyawa dengan perbedaan jenis dan jumlah gugus
fungsi biasanya dipisahkan. Kehebatan kromatografi adsorbsi, yang tidak dimiliki
oleh metode lain, adalah kemampuan untuk memisahkan campuran-campuran
isomer.

12


BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Kromatografi cair-padat (adsorbsi) adalah kromatografi pembagian
dimana partisi terjadi antara fase gerak dan fase diam yang kedua-duanya zat cair.
Kromatografi adsorpsi adalah teknik kromatografi tertua dioperasikan berdasarkan
retensi terlarut pada permukaan adsorben. Adsorben yang umum digunakan
adalah silika gel dan alumina karena mereka dimiliki daerah yang besar
permukaan dan banyak situs aktif. Pada kromatografi adsorpsi, fasa stasionernya
terdiri atas zat padat dan fasa mobilnya terdiri atas zat cair.
3.2 SARAN :
Demikian makalah ini di susun, tentunya banyak kekurangan baik dalam
segi isi atau penyampaiannya. Oleh karena itu, saya mengharap kritik dan saran
demi kesempurnaan makalah kami. Semoga makalah ini bermanfaat bagi
pembaca.
Penulis juga berharap kromatografi cair-padat (ardsorbsi) yang telah
disajikan dalam bab pembahasan dapat dijadikan referensi ataupun tambahan
wawasan bagi pembaca sehingga dapat membedakannya dan dapat
menerapkannya secara tepat.





13


DAFTAR PUSTAKA

Adnan, Moehammad.1997.Teknik Kromatografi Untuk Analisis Bahan
Makanan.Yogyakarta:Andi Offset.
Anonim.2013.Kromatografi Cair Liquid Chromatography. (online).
Http://www.chemistry.org/materi_kimia/instrumen_analisis/kromatografi
1/kromatografi-cair-liquid-chromatography/. Diakses pada 1 April 2014
Anonim.2012.makalah-kromatografi-adsorpsi.(online).
http://www.analiskesehatan.web.id/2012/11/makalah-kromatografi-
adsorpsi.html. diakses pada 1 April 2013
Hendayana, Sumar.2006.Kimia Pemisahan Metode Kromatografi dan
Elektroforesis Modern.Bandung:PT Remaja Rosdakarya Offset.
Sartini.2013.MakalahKromatografiCairPadat.(online).http://sartinichemistry.blog
spot.com/2013/05/v-behaviorurldefaultvmlo_14.html. Diakses pada 1
April 2013

Вам также может понравиться