Вы находитесь на странице: 1из 18

LAPORAN PRAKTIKUM FISIKA DASAR

MODUL 5
Gerak Harmonik Sederhana



Disusun Oleh:
Nama : Fransisca Ariela
NPM : 240210130108
Kelompok / Shift : 6 / TIP B2
Hari / Tanggal : Kamis, 21 November 2013
Waktu : Pukul 10.00 12.00 WIB
Asisten : Fredy Agil Raynaldo









LABORATORIUM FISIKA DASAR
JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PANGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR
2013
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Suatu benda dikatakan bergetar apabila suatu benda tersebut melakukan
gerakan bolak-balik terhadap suatu titik tertentu. Dalam praktikum kali ini kita
akan melakukan suatu jenis khusus getaran yang dinamakan gerak harmonik.
Gerak yang hampir serupa dengan gerak ini ialah gerak benda yang digantungkan
pada sebuah pegas, gerak ayunan bandul yang amplitudonya kecil, dan gerak roda
pengimbang pada arloji. Getaran tali dan kolom udara alat-alat musik merupakan
gerak harmonik atau uperposisi gerak-gerak harmonik. Berdasarkan teori atom
modern, orang menduga bahwa molekul-molekul benda padat bergetar dengan
gerak yang hampir harmonik terhadap posisi kisi-kisi tetapnya, walaupun gerak
molekul-molekul itu tentunya tidak dapat kita lihat secara langsung.
Dalam setiap bentuk gerak gelombang, partikel-partikel medium yang
dilalui oleh gelombang akan bergetar dengan gerak harmonik atau dengan
superposisi gerak harmonik. Bahkan hal ini juga berlaku untuk gelombang cahaya
dan gelombang radio dalam ruang hampa, akan tetapi yang bergetar dalam hal ini
bukanlah partikel materi, melainkan intensitas listrik dan magnet yang
bersangkutan dengan gelombang tersebut. Sebagai contoh terakhir, persamaan-
persamaan yang melukiskan suatu rangkaian listrik dimana terdapat arus listrik
bolak-balik mempunyai bentuk yang sama dengan persamaan gerak harmonik
untuk benda materi. Dengan demikian, sangat jelaslah bahwa untuk banyak
bidang ilmu fisika, pengetahuan mengenai gerak harmonik ini amat penting untuk
dipelajari.

1.2 Tujuan
Praktikan diharapkan mampu:
1. Mengungkapkan hokum hooke.
2. Menyelesaikan soal-soal gerak harmonik sederhana
3. Menentukan tetapan pegas dan massa efektif pegas dengan melaksanakan
percobaan ayunan pegas yang dibebani.
4. Menentukan percepatan gravitasi dengan mengukur perpanjangan pegas
yang dibebani.






























BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Gerak Harmonik Sederhana
Gerak Harmonik Sederhana adalah gerak bolak-balik secara teratur melalui
titik keseimbangannya dengan banyaknya getaran benda dalam setiap sekon selalu
sama atau konstan. Setiap gerak yang terjadi secara berulang dalam selang waktu
yang sama disebut gerak periodik. Karena gerak ini terjadi secara teratur maka
disebut juga sebagai gerak harmonik. Apabila suatu partikel melakukan gerak
periodik pada lintasan yang sama maka geraknya disebut gerak osilasi/getaran.
Bentuk yang sederhana dari gerak periodik adalah benda yang berosilasi pada
ujung pegas. Karenanya kita menyebutnya gerak harmonik sederhana.

2.2. Jenis Gerak Harmonik Sederhana
Gerak Harmonik Sederhana dapat dibedakan menjadi 2 bagian, yaitu :
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Linier, misalnya penghisap dalam
silinder gas, gerak osilasi air raksa / air dalam pipa U, gerak horizontal /
vertikal dari pegas, dan sebagainya.
Gerak Harmonik Sederhana (GHS) Angular, misalnya gerak bandul/
bandul fisis, osilasi ayunan torsi, dan sebagainya.

2.3. Contoh Gerak Harmonik Sederhana
2.3.1. Gerak harmonik pada bandul

Gambar 1. Contoh gerak harmonik pada bandul
Ketika beban digantungkan pada ayunan dan tidak diberikan gaya,
maka benda akan diam di titik keseimbangan B. Jika beban ditarik ke titik A
dan dilepaskan, maka beban akan bergerak ke B, C, lalu kembali lagi ke A.
Gerakan beban akan terjadi berulang secara periodik, dengan kata lain beban
pada ayunan di atas melakukan gerak harmonik sederhana.
2.3.2. Gerak harmonik pada pegas
Semua pegas memiliki panjang alami sebagaimana tampak pada
gambar. Ketika sebuah benda dihubungkan ke ujung sebuah pegas, maka
pegas akan meregang (bertambah panjang) sejauh y. Pegas akan mencapai
titik kesetimbangan jika tidak diberikan gaya luar (ditarik atau digoyang).

Gambar 2. Contoh gerak harmonik pada pegas

2.4. Besaran Fisika pada Gerak Harmonik Sederhana
2.4.1. Periode
Benda yang bergerak harmonis sederhana pada ayunan sederhana
memiliki periode. Periode ayunan (T) adalah waktu yang diperlukan benda
untuk melakukan satu getaran. Benda dikatakan melakukan satu getaran jika
benda bergerak dari titik di mana benda tersebut mulai bergerak dan kembali
lagi ke titik tersebut. Satuan periode adalah sekon atau detik.
2.4.2. Frekuensi
Frekuensi adalah banyaknya getaran yang dilakukan oleh benda
selama satu detik, yang dimaksudkan dengan getaran di sini adalah getaran
lengkap. Satuan frekuensi adalah hertz.
2.4.3. Amplitudo
Pada ayunan sederhana, selain periode dan frekuensi, terdapat
juga amplitudo. Amplitudo adalah perpindahan maksimum dari titik
kesetimbangan.

2.5. Gaya Pemulih
Gaya pemulih dimiliki oleh setiap benda elastis yang terkena gaya sehingga
benda elastis tersebut berubah bentuk. Gaya yang timbul pada benda elastis untuk
menarik kembali benda yang melekat padanya di sebut gaya pemulih.

2.6. Hukum Hooke
Jika gaya yang bekerja pada sebuah pegas dihilangkan, pegas tersebut akan
kembali pada keadaan semula. Robert Hooke, ilmuwan berkebangsaan Inggris
menyimpulkan bahwa sifat elastis pegas tersebut ada batasnya dan besar gaya
pegas sebanding dengan pertambahan panjang pegas. Dari penelitian yang
dilakukan, didapatkan bahwa besar gaya pegas pemulih sebanding dengan
pertambahan panjang pegas. Secara matematis, dapat dituliskan sebagai:
F = - k . x, dengan k = tetapan pegas (N/m)
Tanda (-) diberikan karena arah gaya pemulih pada pegas berlawanan dengan arah
gerak pegas tersebut.

2.7. Hukum Kekekalan Energi Mekanik Pada Pegas
2.7.1. Pegas yang diletakan horisontal
Misalnya kita letakan sebuah pegas di atas permukaan meja. Salah
satu ujung pegas telah diikat pada dinding, sehingga pegas tidak bergeser
ketika digerakan. Anggap saja permukaan meja sangat licin dan pegas yang
kita gunakan adalah pegas ideal sehingga memenuhi hukum Hooke. Sekarang
kita kaitkan sebuah benda pada salah satu ujung pegas.
Jika benda kita tarik ke kanan sehingga pegas teregang sejauh x, maka
pada benda bekerja gaya pemulih pegas, yang arahnya berlawanan dengan
arah tarikan kita. Ketika benda berada pada simpangan x, EP benda
maksimum sedangkan EK benda nol (benda masih diam).
Ketika benda kita lepaskan, gaya pemulih pegas menggerakan benda
ke kiri, kembali ke posisi setimbangnya. EP benda menjadi berkurang dan
menjadi nol ketika benda berada pada posisi setimbangnya. Selama bergerak
menuju posisi setimbang, EP berubah menjadi EK. Ketika benda tepat berada
pada posisi setimbang (x = 0), gaya pemulih pegas bernilai nol tetapi pada
titik ini kecepatan benda maksimum. Karena kecepatannya maksimum, maka
ketika berada pada posisi setimbang, EK bernilai maksimum.
Benda masih terus bergerak ke kiri karena ketika berada pada posisi
setimbang karena benda memiliki kecepatan yang bernilai maksimum. Ketika
bergerak ke kiri, gaya pemulih pegas menarik benda kembali ke posisi
setimbang, sehingga benda berhenti sesaat pada simpangan sejauh -x dan
bergerak kembali menuju posisi setimbang. Ketika benda berada pada
simpangan sejauh -x, EK benda = 0 karena kecepatan benda = 0. pada posisi
ini EP bernilai maksimum.
Pada penjelasan di atas, tampak bahwa ketika bergerak dari posisi
setimbang menuju ke kiri sejauh x = -A (A = amplitudo/simpangan terjauh),
kecepatan benda menjadi berkurang dan bernilai nol ketika benda tepat
berada pada x = -A. Karena kecepatan benda berkurang, maka EK benda juga
berkurang dan bernilai nol ketika benda berada pada x = -A. Akibat adanya
gaya pemulih pegas yang menarik benda kembali ke kanan (menuju posisi
setimbang), benda memperoleh kecepatan dan energi kinetiknya lagi. EK
benda bernilai maksimum ketika benda tepat berada pada x = 0, karena laju
gerak benda pada posisi tersebut bernilai maksimum. Proses perubahan energi
antara EK dan EP berlangsung terus menerus selama benda bergerak bolak
balik. Total EP dan EK selama benda bergetar besarnya konstan.

2.7.2. Pegas yang diletakan vertikal
Pada dasarnya osilasi alias getaran dari pegas yang digantungkan
secara vertikal sama dengan getaran pegas yang diletakan horisontal.
Bedanya, pegas yang digantungkan secara vertikal lebih panjang karena
pengaruh gravitasi yang bekerja pada benda (gravitasi hanya bekerja pada
arah vertikal, tidak pada arah horisontal). Mari kita tinjau lebih jauh
Kekekalan Energi Mekanik pada pegas yang digantungkan secara vertikal.
Pada pegas yang kita letakan horisontal (mendatar), posisi benda
disesuaikan dengan panjang pegas alami. Pegas akan meregang atau mengerut
jika diberikan gaya luar (ditarik atau ditekan). Nah, pada pegas yang
digantungkan vertikal, gravitasi bekerja pada benda bermassa yang dikaitkan
pada ujung pegas. Akibatnya, walaupun tidak ditarik ke bawah, pegas dengan
sendirinya meregang sejauh x
o
. Pada keadaan ini benda yang digantungkan
pada pegas berada pada posisi setimbang.
Berdasarkan hukum II Newton, benda berada dalam keadaan
setimbang jika gaya total = 0. Gaya yang bekerja pada benda yang digantung
adalah gaya pegas (F
o
= -kx
o
) yang arahnya ke atas dan gaya berat (w = mg)
yang arahnya ke bawah. Total kedua gaya ini sama dengan nol.
Jika kita meregangkan pegas (menarik pegas ke bawah) sejauh x,
maka pada keadaan ini bekerja gaya pegas yang nilainya lebih besar dari pada
gaya berat, sehingga benda tidak lagi berada pada keadaan setimbang.
Total kedua gaya ini tidak sama dengan nol karena terdapat
pertambahan jarak sejauh x sehingga gaya pegas bernilai lebih besar dari gaya
berat. Ketika benda kita diamkan sesaat (belum dilepaskan), EP benda
bernilai maksimum sedangkan EK = 0. EP maksimum karena benda berada
pada simpangan sejauh x. EK = 0 karena benda masih diam.
Karena terdapat gaya pegas (gaya pemulih) yang berarah ke atas maka
benda akan bergerak ke atas menuju titik setimbang.
Ketika mencapai titik setimbang, besar gaya total = 0, tetapi laju gerak
benda bernilai maksimum (v maks). Pada posisi ini, EK bernilai maksimum,
sedangkan EP = 0. EK maksimum karena v maks, sedangkan EP = 0, karena
benda berada pada titik setimbang (x = 0).
Karena pada posisi setimbang kecepatan gerak benda maksimum,
maka benda bergerak terus ke atas sejauh -x. Laju gerak benda perlahan-lahan
menurun akibat adanya gaya berat yang menarik benda ke bawah, sedangkan
besar gaya pemulih meningkat dan mencapai nilai maksimum pada jarak -x.
Ketika benda berada pada simpangan sejauh -x, EP bernilai maksimum
sedangkan EK = 0. Setelah mencapai jarak -x, gaya pemulih pegas
menggerakan benda kembali lagi ke posisi setimbang (lihat gambar di
bawah). Demikian seterusnya. Benda akan bergerak ke bawah dan ke atas
secara periodik. Selama benda bergerak, selalu terjadi perubahan energi
antara EP dan EK. Energi Mekanik bernilai tetap. Ketika benda berada pada
titik kesetimbangan (x = 0), EM = EK. Ketika benda berada pada simpangan
sejauh -x atau +x, EM = EP.

























BAB III
METODE PRAKTIKUM

3.1. Alat dan Bahan
1. Statip sebagai penyangga alat.
2. Skala pelengkap statip sebagai petunjuk skala pertambahan panjang pegas.
3. Pegas spiral sebagai objek yang diukur pertambahan panjangnya dan
sebagai tempat menggantung tabung.
4. Tabung sebagai tempat menaruh beban tambahan.
5. Beban tambahan sebagai penambah berat pada percobaan.
6. Stopwatch berfungsi untuk menghitung lamanya waktu yang dibutuhkan
pegas untuk 10 kali getaran.

3.2. Prosedur
3.2.1. Percobaan Menentukan Tetapan Pegas
1. Menggantung pegas pada statip dan menggantung tabung kosong
di bawahnya.
2. Menarik tabung itu sedikit ke bawah kemudian lepaskan.
3. Mencatat waktu yang diperlukan untuk 10 getaran.
4. Mengulangi pengukuran itu dengan menambahkan 2 keping
beban setiap kali hingga terakhir 10 keping beban.
5. Mengolah data sesuai tabel yang tersedia.
6. Menimbang masing-masing beban dan juga pegas.
7. Membuat grafik antara T
2
terhadap massa total beban yang
digunakan.
8. Menentukan nilai rata-rata tetapan pegas dari grafik di atas
lengkap dengan ketidakpastiannya.

3.2.2. Percobaan Menentukan Percepatan Gravitasi
1. Mengatur skala demikian rupa hingga jarum menunjuk pada
bagian skala itu.
2. Mencatat berturut-turut penunjukkan jarum ketika tabung kosong,
kemudian ditambah satu persatu hingga beban ke-10 lalu
dikurangi satu persatu hingga tabung kosong kembali.
3. Mengolah data sesuai tabel yang tersedia.
4. Membuat grafik antara simpangan dengan massa beban.
5. Menentukan percepatan gravitasi dari grafik di atas.
6. Membandingkan percepatan gravitasi hasil percobaan dengan
percepatan gravitasi pada literatur.
























BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil
Data:
m
pegas
= 5.63 x

kg
m
ember
= 64,0 x 10
-3

kg


m
1
= 5,0 x 10
-3

kg

m
6
= 5,0 x 10
-3

k

m
2
= 5,0 x 10
-3

kg

m
7
= 5,0 x 10
-3

kg

m
3
= 5,0 x 10
-3

kg

m
8
= 5,0 x 10
-3

kg
m
4
= 5,0 x 10
-3

kg

m
9
= 5,0 x 10
-3

kg

m
5
= 5,0 x 10
-3

kg

m
10
= 5,0 x 10
-3

kg


Tabel 1. Penentuan Tetapan Pegas
Beban m


(kg)
t (10 T)
(s)
T = t/10
(s)
T
2
(s)
m
ember
64,0 x 10
-3
5,48 0,548 0,300304
m
ember
+ m
1
+ m
2
74,0 x 10
-3
6,21 0,621 0,385641
m
ember
+.+ m
4
84,0 x 10
-3
7,08 0,708 0,501264
m
ember
+.+ m
6
94,0 x 10
-3
7,61 0,761 0,579121
m
ember
+.+ m
8
104,0 x 10
-3
8,13 0,813 0,660969
m
ember
+.+ m
10
114,0 x 10
-3
8,63 0,863 0,744769


Grafik 1. Grafik T
2
terhadap massa beban

Hasil regresi kalkulator

kal1
= - 0,2662613543

kal1
= 8,931982857
r = 0,9982374126 0,998
Kkal=

= 4,41545306 4,415 N/m


a) mpegas = |

|
=|

|
= 0,02981014892 29,8 x

kg
b) m
pegas
= m
sebenarnya
= 5.63 x

kg
m
pegas
= m
efektif
= 29,8 x

kg
hasil praktikum massa efektif lebih besar dari massa sebenarnya

Tabel 2. Tabel Penentuan Percepatan Gravitasi
Beban F = m.g
(N)
(X
+
)
(m)
(X
-
)
(m)
(<X> )
(m)
(X = <X>-X0)
(m)
0
0.1
0.2
0.3
0.4
0.5
0.6
0.7
0.8
0.064 0.074 0.084 0.094 0.104 0.114
Grafik T
2
terhadap Massa Beban
Grafik T2 terhadap massa
beban
m
1
0,0489 2,3 x 10
-2
2,2 x 10
-2
2,25 x 10
-2
0,85 x 10
-2

m
1
+m
2
0,0978 3,2 x 10
-2
3,2 x 10
-2
3,2 x 10
-2
1,8 x 10
-2

m
1
+m
2
+m
3
0,1467 4,2 x 10
-2
4,1 x 10
-2
4,15 x 10
-2
2,75 x 10
-2

m
1
+.+m
4
0,1956 5,2 x 10
-2
5 x 10
-2
5,1 x 10
-2
3,7 x 10
-2

m
1
+.+m
5
0,2445 6,1 x 10
-2
5,9 x 10
-2
6 x 10
-2
4,6 x 10
-2

m
1
+.+m
6
0,2934 7 x 10
-2
7 x 10
-2
7 x 10
-2
5,6 x 10
-2

m
1
+.+m
7
0,3423 8,1 x 10
-2
8,1 x 10
-2
8,1 x 10
-2
6,7 x 10
-2

m
1
+.+m
8
0,3912 9 x 10
-2
9 x 10
-2
9 x 10
-2
7,6 x 10
-2

m
1
+.+m
9
0,4401 10 x 10
-2
10 x 10
-2
10 x 10
-2
8,6 x 10
-2

m
1
+.+m
10
0,4890 11 x 10
-2
11 x 10
-2
11 x 10
-2
9,6 x 10
-2

X(ember) = X0 = 1,4 x

m


Grafik 2. Grafik <X> terhadap massa beban

Percepatan gravitasi (g) literature = 9.78

kal2
= 0,012267

kal2
= 1,94667
r = 0,9998
percepatan gravitasi (g) =


= 4,41545306 x 1,94667 = 8,595430008



0
0.02
0.04
0.06
0.08
0.1
0.12
0.005 0.01 0.015 0.02 0.025 0.03 0.035 0.04 0.045 0.05
Grafik <X> terhadap Massa Beban
Grafik <X> terhadap
Massa Beban
4.2 Pembahasan
Praktikum yang dilakukan pada kali ini yaitu Gerak Harmonik Sederhana.
Praktikum ini terdiri dari dua percobaan antara lain percobaan untuk
menentukan tetapan pegas dan percobaan untuk menentukan percepatan
gravitasi. Hasil yang diperoleh dari dua percobaan tersebut yaitu hubungan
antara periode kuadrat dan massa beban, konstanta pegas, massa efektif pegas,
hubungan antara <X> dan massa beban, serta percepatan gravitasi.
Percobaan pertama adalah menentukan tetapan pegas dengan menambah
beban pada tabung lalu menghitung lamanya waktu yang dibutuhkan pegas
untuk bergetar 10 kali getaran. Hasil dari percobaan ini dibuat menjadi bentuk
grafik hubungan antara periode kuadrat dan massa beban. Pada grafik terlihat
bahwa periode semakin bertambah dengan bertambahnya massa beban
sehingga dapat disimpulkan bahwa massa beban dan periode berbanding lurus.
Nilai a, b, dan r ditentukan menggunakan T
2
dan massa beban dengan
bantuan kalkulator. Setelah mengetahui a, b, dan r kita dapat membuat grafik
T
2
terhadap massa beban yang dapat kita lihat dalam hasil. Pada grafik T
2

terhadap massa beban, terdapat garis yang agak berbelok (tidak sepenuhnya
linier). Hal ini dapat disebabkan oleh perhitungan waktu yang hanya sampai
sekon sehingga hasil yang didapat kurang akurat.
Untuk konstanta pegas, hasil yang diperoleh dengan menggunakan rumus
Kkal=

adalah 4,41545306. Nilai b didapat melalui kalkulator dengan


memasukkan data pada tabel 1 untuk x = massa total beban dan y = T
2
. Angka
yang didapat ini bisa dikatakan cukup akurat bila melihat kisaran untuk nilai K
yang diberikan adalah antara 4 sampai 8 dan hasil regresi yang menyatakan
keakuratan didapatkan sebesar 0,998.
Selain konstanta pegas, dalam percobaan ini dicari pula nilai massa efektif
dari pegas. Nilai massa efektif pegas dapat diperoleh dengan memasukkan
nilai a yang telah dicari melalui kalkulator dan Kkal yang sudah diperoleh ke
dalam rumus mpegas = |

| sehingga massa efektif pegas diperoleh


sebesar 29,8 x 10
-3
kg.
Apabila membandingkan antara massa efektif pegas dengan massa
sebenarnya yang bernilai 5,63 x 10
-3
kg, massa efektif pegas jauh lebih besar
daripada massa sebenarnya. Hal ini dapat terjadi karena kesalahan alat,
kesalahan manusia, dan kesalahan hitung. Kesalahan alat seperti pegas yang
sudah berkarat dan sudah berulang kali digunakan, serta angka pada skala
yang kurang jelas. Sedangkan kesalahan manusia yang paling besar adalah
kesalahan pada pembacaan skala dan pelaksanaan praktikum yang kurang
teliti dan tergesagesa sehingga terjadi banyak kesalahan, terutama ketika
memasukkan data. Untuk kesalahan hitung, faktor utama yang berpengaruh
adalah kurang teliti dan kurang cermat saat pengolahan data.
Percobaan yang kedua yaitu percobaan untuk menentukan percepatan
gravitasi. Percepatan gravitasi dapat ditentukan dengan membebani pegas
(yang telah kita ketahui tetapan pegasnya dari percobaan di atas) dengan
beban yang diketahui massanya dan mengukur perpanjangan pegas yang
dihasilkan setiap beban ditambahkan/dikurangkan. Agar lebih teliti
pembebanan dilakukan dua kali, pertama beban ditambahkan satu persatu,
kemudian dikurangkan satu persatu. Kemudian panjang pegas yang diambil
yaitu panjang pegas rata-rata dari percobaan tersebut.
Hasil percobaan dibuat dalam bentuk grafik hubungan antara panjang
pegas rata-rata dan massa beban. Pada grafik dapat dilihat bahwa ketika massa
beban ditambah, maka besar panjang rata-rata pegas pun bertambah sehingga
dapat disimpulkan bahwa hubungan antara panjang rata-rata pegas dan massa
beban adalah berbanding lurus. Garis pada grafik berbentuk garis lurus
(linier). Hal ini menandakan hasil percobaan dapat dikatakan akurat dengan
hasil regresi pada kalkulator mendekati angka 1 yaitu sebesar 0,9998.
Percepatan gravitasi diperoleh melalui rumus g =

, nilai
percepatan gravitasi yang didapat adalah 8,595430008 m/s
2
. Nilai ini lebih
kecil

bila dibandingkan dengan nilai gravitasi yang ada pada literatur, yaitu
9,78 m/s
2
. Perbedaan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor yaitu kurang
telitinya pengamat dalam membaca skala pada perangkat skala baca,
lingkungan percobaan yang kurang mendukung, dan peralatan percobaan yang
sudah sering dipakai sehingga mengurangi tingkat akurasinya.
BAB V
PENUTUP

5.1.Kesimpulan
Berdasarkan praktikum Gerak Harmonik Sederhana ini, dapat ditarik
kesimpulan yaitu:
Setiap sistem yang memenuhi hukum Hooke akan bergetar dengan cara
sederhana, yang disebut dengan gerak harmonik sederhana.
Gerak harmonik sederhana dapat menentukan konstanta pegas dan
percepatan gravitasi.
Nilai konstanta setiap pegas berbeda.
Massa beban berbanding lurus dengan periode dan panjang pegas.
Penyimpangan yang terjadi pada hasil percobaan diduga disebabkan
karena beberapa faktor yaitu kurang telitinya pengamat dalam membaca
skala pada perangkat skala baca, lingkungan percobaan yang kurang
mendukung, dan peralatan percobaan yang sudah sering dipakai sehingga
mengurangi tingkat akurasinya.

5.2.Saran
4. Diharapkan para praktikan memahami materi yang akan dipraktikumkan
sebelum melakukan percobaan untuk memperlancar kegiatan praktikum.
Perlu diperhatikan kecermatan praktikan saat mengambil data serta
menghitung hasil pengamatan agar hasil yang didapat sesuai dengan yang
kita harapkan karena akan berpengaruh dalam perhitungan gerak harmonik
sederhana tersebut.
Alat-alat yang digunakan seharusnya sesuai dengan yang digunakan dalam
perhitungan literatur, agar dapat diperolah hasil yang tidak jauh berbeda
dengan literatur.



DAFTAR PUSTAKA

Bambang, Ryo. Gerak Harmonik Sederhana. http://phisiceducation09.blogsp
ot.com/2013/04/gerak-harmonik-sederhana.html (Diakses pada tanggal 23
November 2013, pukul 20.23)
Kanginan, Marthen. 2004. Fisika untuk SMA Kelas XI. Bandung: Erlangga
Wikipedia. Gerak Harmonik Sederhana.
http://id.wikipedia.org/wiki/Gerak_harmonik_sederhana (Diakses pada
tanggal 23 November 2013, pukul 20.13)
Zaida. 2012. Petunjuk Praktikum Fisika Dasar. Bandung: Fakultas Teknologi
Industri Pertanian Universitas Padjadjaran

Вам также может понравиться