Вы находитесь на странице: 1из 5

39

BAB IV
TINGKAH LAKU TERPUJI
A. Pentingnya Kejujuran (RS: 623)


1. Terjemah Hadis:
"Abu Umamah Al-Bakhili ra. berkata bahwa Rasulullah SAW. bersabda, "Saya dapat menjamin
suatu rumah di kebun surga untuk orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
.Dan menjamin suatu rumah di pertengahan surga bagi orang yang tidak berdusta meskipun
bergurau. Dan menjamin satu rumah di bagian tertinggi dari surga bagi orang yang baik budi
pekerlinya. "
(H.R. Abu Dawud dengan sanad yang sahih)
2. Biografi Perawi
Abu Umamah Al-Bakhily, nama lengkapnya adalah Abu Umamah Ash-Shady Al-
Bakhily, Ibn Ajalan, Ibn Ribah, Ibn Ma'an Ibn Malik, Ibn Ashar, Ibn Sa'id, Ibn Qais Ailan Ibn
Mudhar, Ibn Najar, Ibn Mu'adalah Ibn Adnan. la termasuk salah seorang sahabat yang
masyhur.
Ia meriwayatkan hadis dari Rasulullah, SAW. sebanyak 250 hadis. Diriwayatkan oleh Al-
Bukharl sebanyak 5 hadis, dan diriwayatkan oleh Muslim sebanyak tiga hadis. Hadis-hadisnya
banyak diriwayatkan pengarang Kitab Sunan yang enam.
Dia tinggal di Mesir dan meninggal di sana pada tahun 81 atau 86 H. la termasuk sahabat
paling akhir yang meninggal di Syam dan hadis-hadisnya banyak dikenal orang-orang Syam.

3. Penjelasan Hadis
Hadis ini menerangkan tiga perilaku penting yang mendapatkan jaminan surga dari
Rasullullah bagi mereka yang memilikinya. Tentu saja, ketiga perilaku ini harus diiringi
berbagai kewajiban lainnya yang telah ditentukan Islam. Ketiga perilaku tersebut adalah:[1]

a. Orang yang meninggalkan perdebatan meskipun ia benar
Berdebat atau berbantah-bantahan adalah suatu pernyataan dengan ,maksud untuk
menjadikan orang lain memahami suatu pendapat atau mengurangi kewibawaan lawan debat
dengan cara mencela ucapannya sekalipun orang yang mendebatnya itu tidak tahu persis
permasalahan, karena kebodohannya. Dan yang lebih ditonjolkan dalam berdebat adalah
keegoannya sendiri sehingga ia berusaha mengalahkan lawan. debatnya dengan berbagai
cara.
Sebenamya, tidak semua bentuk perdebatan dilarang dalam Islam apalagi kalau
berdebat dalam mempertahankan aqidah. Hanya saja, perdebatan seringkali membuat orang
lupa diri, terutama kalau perdebataninya dilandasi oleh keegoan masin-masing, bukan
didasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Tidak sedikit orang yang memiliki ego sangat tinggi clan tidak mau dikalahkan oleh
orang lain ketika berdebat walaupun dalam hatinya ia merasa kalah. Tipe orang seperti itu,
biasanya selalu berusaha untuk mempertahankan idenya dengan cara apapun. Kalaupun
dilayani, yang teriadi- bukan lagi adu mulut melainkan adu fisik. Oleh karena itu, perdebatan
hendaknya dihindari karena berbahaya dan dianggap salah satu perbuatan sesat. Rasulullah
SAW. Bersabda:
40

. ( )
Artinya:
"Tidaklah sesat suatu kaum setelah mendapat petunjuk Allah. kecuali kaum mendatangkan
perdebatan. (H.R. At-Tirmidzi, dari Abu Umamah)

Adapun dalam menghadapi orang yang selalu ingin menang dalam setiap perdebatan,
Nabi menganjurkan umatnya untuk meninggalkannya, dan membiarkannya beranggapan
bahwa dia menang dalam perdebatan tersebut. Dengan berperilaku seperti itu, bukan berarti
kalah dalam perdebatan tersebut, melainkan menang di sisi Allah dan mendapat pahala yang
besar, sebagaimana Nabi menyatakan bahwa dijaminkan surga baginya.

b. Orang yang tidak berdusta meskipun bergurau
Berdusta adalah menyatakan sesuatu yang tidak sesuai dengan kenyataan sebenarnya. Dusta
sangat dilarang dalam islam. Karena selain merugikan orang lain, juga merugikan orang lain.
Sebaliknya, islam sangat menghargai orang yang bersifat jujur walupun dalam bercanda.
Orang-orang yang selalu jujur, sekli pun dalam bercanda sebagaimana di sebutkan dalam
hadis diatas dijaminkan oleh rasuallah saw. Satu tempat ditengah surga

c. Orang yang baik budi pekertinya
Sifat lainnya yang meningkatkan derajat seseorang disisi Allah saw. Dan juga dalam
pandangan manusia adalah akhlak terpuji.
Sifat orang yang berakhlak mulia, diantaranya adalah bermuka manis, berusaha untuk
membantu orang lain dalam perkara yang baik, serta menjaga diri dari perbuatan jahat.
Orang yang memiliki sifat seperti itu selain dijanjikan surga sebagaimana dinyatakan dalam
hadis diatas, juga dianggap sebai orang yang paling baik diantara sesame manusia lain.
Analisis Hadis diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya Dengan
Berbagai Aspek Kehidupan
Dalam hadis diatas, yang diriwayatkan oleh abu dawud dengan sanad yang shahih itu
yang telah ditulis dan diterangkan di dalam makalah ini bahwasannya ada tiga perilaku
dalam pergaulan dimasyarakat, yaitu meninggalkan perdebatan meskipun ia benar, tidak
berdusta meskipun bergurau, dan baik budi pekertinya.
Bahwasannya dalam hadis tersebut dilarang untuk berdebat dengan dilandasi
keegoan, berdebat yang benar ialah di dasarkan pada keinginan untuk mencari kebenaran.
Dalam hadis ini juga menjelaskan bahwa tidak boleh berdusta meskipun bergurau,
karena dusta itu perbuatan tercela walupun tujuan bergurau itu mengundang tawa orang.
Alasan apapun bergurau dengan dilandasi kebohongan tetap dilarang dalam islam.Dalam
hadis ini juga mengajarkan manusia untuk memiliki sifat budi pekerti yang baik. Karena
orang yang baik budi pekertinya akan ditingkatkan derajatnya disisi Allah Swt dan juga di
janjikan surga serta dianggap sebagai orang yang paling baik diantara sesama manusia yang
lain.

B. Kejujuran Membawa Kebajikan (LM: 1675)

41


1. Terjemahan Hadist
ad riwayat Abdullah ibn Masud raiyaLlhu anhu tentang Nabi allaLlhu alaihi
wasallam, beliau bersabda: Sesungguhnya kejujuran akan membimbing pada kebaikan, dan
kebaikan itu akan membimbing ke surga, sesungguhnya jika seseorang yang senantiasa
berlaku jujur, ia akan dicatat sebagai orang yang jujur. Dan sesungguhnya kedustaan itu akan
mengantarkan pada kejahatan, dan sesungguhnya kejahatan itu akan menggiring ke neraka.
Dan sesungguhnya jika seseorang yang selalu berdusta, ia akan dicatat sebagai seorang
pendusta. (a al-Bukhriy ad no. 5629)[2]
2. Biografi Perawi
Dia adalah Abu Abdurrahman Abdullah bin Masud salah seorang Assabiqun Al-
awalaun (golongan yang pertama-tama masuk Islam), termasuk kalangan sahabat utama dan
ahli fiqih, hafal dari Rasulullah saw 70 surat. Meninggal di Madinah tahun 32 H dalam usia 60
tahun

3. Penjelasan Hadis
Dalam hadits ini mengandung isyarat bahwa siapa yang berusaha untuk jujur dalam
perkataan maka akan menjadi karakternya dan barangsiapa sengaja berdusta dan berusaha
untuk dusta maka dusta menjadi karakterya. Dengan latihan dan upaya untuk memperoleh,
akan berlanjut sifat-sifat baik dan buruk.
Hadits diatas menunjukkan agungnya perkara kejujuran dimana ujung-ujungnya akan
membawa orang yang jujur ke jannah serta menunjukan akan besarnya keburukan dusta
dimana ujung-ujungnya membawa orang yang dusta ke neraka.
Sebagaimana diterangkan diatas bahwa berbagai kebaikan dan pahala akan diberikan
kepada orang yang jujur, baik di dunia maupun kelak diakhirat. Ia akan dimasukan kedalam
surga dan mendapat gelar yang sangat terhormat, yaitu siddiq, artinya orany yang sangat
jujur dan benar. bahkan dalam Al-quran dinyatakan bahwa orang yang selalu jujur dan selalu
menyampaikan kebenaran dinyatakan sebagai orang yang bertaqwa. Sebagaimana firman
Allah .
Orang-orang yang datang menyampaikan kebenaran dan melakukannya (kebenaran itu),
mereka itulah orang-orang yang taqwa ( QS Az-zumar:33 )
Hal itu sangat pantas diterima oleh mereka yng jujur dan dipastikan tidak akan
berkhianat kepada siapa saja, baik kepada Allah swt, manusia, maupun dirinya sendiri. Orang
yang jujur akan melaksanakan segala perintah Allah dan menjauhi segala larangannya, serta
mengikuti segala sunah Rasulallah saw, karena hal itu merupakan janjinya kepada Allah
ketika mengucapkan dua kalimat syahadat. [3]
Dengan kata lain orang jujur akan menjadi orang yang paling taat kepada Allah swt.
Dalam sebuah riwayat disebutkan tentang seorang baduy yng meminta nasihat kepada
Rasulullah saw. Beliau saw. Hanya berkata jangan bohong. Perkataan rasulullah saw. Terus
mengiang-ngiang ditelinga sang baduy sehingga setiap kali dia akan melakukan suatu
perbuatan tercela, dia berpikir bahwa Rasulullah pasti akan menanyakannya dan dia harus
jujur. Dia pun tidak jadi melakukan perbuatan terlarang tersebut.
Analisi Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya
Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Pada perinsipnya hadis diatas memberikan makna bahwa:[4]
Setiap perbuatan akan mendapatkan imbalan sesuai dengan perbuatannya,
Siddiq sebagai cerminan kebaikan,
Dusta merupakan gambaran setiap yang jahat.
Jika seorang berusaha untuk berkata benar, manfaatnya bukan hanya bagi dirinya
tetapi juga bagi orang lain. Begitupun sebaliknya, jika seseorang berkata dusta, perbuatnnya
itu selain merugikan dirinya juga merugikan orang lain karena tidak akan ada lagi orang yang
42

mempercayainya. Padahal kepercayaan seseorang sulit menemukan kesuksesan, bahkan
tidak mustahil hidupnya akan cepat hancur.
Oleh karena itu kejujuran menuntun pelakunya pada kebaikan dan menuntunnya
masuk surga, dan ia dicatat sebagai orang yang siddiq. Sebaliknya, berdusta akan menuntun
pelakunya kepada perbuatan curang dan menuntunnya masuk neraka, dan ia dicatat sebagai
pendusta.
Sifat jujur itu harus tertanam pada diri seseorang karena kejujuran seseorang itu
sangat di perluakan oleh orang lain terutama diri sendiri. Orang yang jujur berarti ia telah
bertaqwa kepada Allah, Karena ia selalu mengungkapkan kebenaran. Orang yang sudah
benar-benar memiliki sifat kejujuran akan merasa takut setiap mengucapkan kebohongan
karena ia tahu Allah maha melihat dan malaikat rokib atid akan mencatat amal baik dan
buruknya

C. Orang Yang Jujur Dapat Pertolongan Allah (AN: 19)

1. Terjemahan Hadist
Dari Ab Hurairah raiyaLlhu anhu dari Nabi allaLlhu alaihi wasallam bersabda: Siapa
yang mengambil harta manusia (berhutang) disertai maksud akan membayarnya maka Allah
akan membayarkannya untuknya, sebaliknya siapa yang mengambilnya dengan maksud
merusaknya (merugikannya) maka Allah akan merusak orang itu. (a al-Bukhriy ad
no. 2212)
2. Penjelasan Hadist
Dalam kehidupan masyarakat, ada sebagian orang yang suka meminjam uang atau
barang kepada orang lain untuk digunakan sebagai penunjang usahanya. hal itu dibolehkan
dalam islam dan Allah swt. Akan menolong mereka kedalam kebaikan beniat untuk
menggunakannya sebagai penunjang usahanya dan berniat untuk mengembalikan kepada
pemiliknya.
Peminjam tidak berniat menipu pemilik modal dengan menggunakan uang yang
dipinjamnya untuk berfoya-foya sehingga uang tersebut habis begitu saja dan ia sendiri tidak
memiliki uang untuk menggantinya, hal itu merugikan pemilik modal karna akan
menghentikan usahanya, yang sangat penting untuk membiayai keluarganya.[5]
Analisis Hadis Diatas Sesuai Dengan Kacamata Seorang Pendidik Serta Kaitannya
Dengan Berbagai Aspek Kehidupan
Dalam hadis di atas mengajarkan kita untuk berkata jujur karena orang yang jujur
akan mendapatkan pertolongan dari Allah swt. Hadis ini juga mengajarkan kita bagaimana
cara pinjam meminjam (menggunakan harta orang lain) dengan baik, karena harta yang
dipinjam itu merupakan suatu amanat yang dipercayakan oleh pemilik kepadanya.

Faedah Yang Bisa Diambil dari Hadits:
1. Kejujuran termasuk akhlak terpuji yang dianjurkan oleh Islam.
2. Diantara petunjuk Islam hendaknya perkataan orang sesuai dengan isi hatinya.
3. Jujur merupakan sebaik-baik sarana keselamatan di dunia dan akhirat.
4. Seorang mukmin yang bersifat jujur dicintai di sisi Allah Taala dan di sisi manusia.
5. Membimbing rekan lain bahwa jujur itu jalan keselamatan di dunia dan akhirat.
6. Menjawab secara jujur ketika ditanya pengajar tentang penyebab kurangnya
melaksanakan kewajiban.
7. Dusta merupakan sifat buruk yang dilarang Islam.
8. Wajib menasihati orang yang mempunyai sifat dusta.
9. Dusta merupakan jalan yang menyampaikan ke neraka.[6]
43



[1]Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-
addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114

[2]Syafei,al-hadisaqidah,akhlaq, social dan hokum (Bandung:pustaka setia,2000,)
Hal. 84
[3] Imam abu hamid Muhammad bin muhamad Al-ghazali, ihya ulum-
addin,(semarang:Thaha putra, t.t.), Hal 114
[4] Racmat syafeI, Prof. Dr. H.,_2000, Al-Hadis, Bandung : Pustaka Setia
[5] Ny. Fauziyah Mz. Ba , dkk,_1993, Shahih Bukhari, Surabaya : Bintang Timur
[6]http://kangwafiq.wordpress.com/2010/07/26/contoh-makalah-kejujuran/

Вам также может понравиться