Вы находитесь на странице: 1из 38

Proses Pengeboran

1:34:00 AM David Susanto , Posted in migas , 0 Comments


Bagaimana pengerjaan pemboran sumur dilakukan ?
Pemboran sumur dilakukan dengan mengkombinasikan putaran
dan tekanan pada mata bor. Pada pemboran konvensional, seluruh
pipa bor diputar dari atas permukaan oleh alat yang
disebut turntable. Turntable ini diputar oleh mesin diesel, baik secara
elektrik ataupun transmisi mekanikal. Dengan berputar, roda gerigi
di mata bor akan menggali bebatuan. Daya dorong mata bor
diperoleh dari berat pipa bor. Semakin dalam sumur dibor, semakin
banyak pipa bor yang dipakai dan disambung satu persatu. Selama
pemboran lumpur dipompakan dari pompa lumpur masuk melalui
dalam pipa bor ke bawah menuju mata bor. Nosel di mata bor akan
menginjeksikan lumpur tadi keluar dengan kecepatan tinggi yang
akan membantu menggali bebatuan. Kemudian lumpur naik
kembali ke permukaan lewat annulus, yaitu celah antara lubang
sumur dan pipa bor, membawa cutting hasil pemboran.

Mengapa digunakan lumpur untuk pemboran ?
Lumpur umumnya campuran dari tanah liat (clay),
biasanya bentonite, dan air yang digunakan untuk
membawa cutting ke atas permukaan. Lumpur berfungsi sebagai
lubrikasi dan medium pendingin untuk pipa pemboran dan mata
bor. Lumpur merupakan komponen penting dalam pengendalian
sumur (well-control), karena tekanan hidrostatisnya dipakai untuk
mencegah fluida formasi masuk ke dalam sumur. Lumpur juga
digunakan untuk membentuk lapisan solid sepanjang dinding sumur
(filter-cake) yang berguna untuk mengontrol fluida yang hilang ke
dalam formasi (fluid-loss).
Mengapa pengerjaan logging dilakukan ?
Logging adalah teknik untuk mengambil data-data dari formasi dan
lubang sumur dengan menggunakan instrumen khusus. Pekerjaan
yang dapat dilakukan meliputi pengukuran data-data properti
elektrikal (resistivitas dan konduktivitas pada berbagai frekuensi),
data nuklir secara aktif dan pasif, ukuran lubang sumur,
pengambilan sampel fluida formasi, pengukuran tekanan formasi,
pengambilan material formasi (coring) dari dinding sumur, dsb.
Logging tool (peralatan utama logging, berbentuk pipa pejal berisi
alat pengirim dan sensor penerima sinyal) diturunkan ke dalam
sumur melalui tali baja berisi kabel listrik ke kedalaman yang
diinginkan. Biasanya pengukuran dilakukan pada saat logging tool
ini ditarik ke atas. Logging tool akan mengirim sesuatu sinyal
(gelombang suara, arus listrik, tegangan listrik, medan magnet,
partikel nuklir, dsb.) ke dalam formasi lewat dinding sumur. Sinyal
tersebut akan dipantulkan oleh berbagai macam material di dalam
formasi dan juga material dinding sumur. Pantulan sinyal kemudian
ditangkap oleh sensor penerima di dalam logging tool lalu
dikonversi menjadi data digital dan ditransmisikan lewat kabel
logging ke unit di permukaan. Sinyal digital tersebut lalu diolah oleh
seperangkat komputer menjadi berbagai macam grafik dan tabulasi
data yang diprint padacontinuos paper yang dinamakan log.
Kemudian log tersebut akan diintepretasikan dan dievaluasi oleh
geologis dan ahli geofisika. Hasilnya sangat penting untuk
pengambilan keputusan baik pada saat pemboran ataupun untuk
tahap produksi nanti.
Logging-While-Drilling (LWD) adalah pengerjaan logging yang
dilakukan bersamaan pada saat membor. Alatnya dipasang di
dekat mata bor. Data dikirimkan melalui pulsa tekanan lewat lumpur
pemboran ke sensor di permukaan. Setelah diolah lewat
serangkaian komputer, hasilnya juga berupa grafik log di atas
kertas. LWD berguna untuk memberi informasi formasi (resistivitas,
porositas, sonic dan gamma-ray) sedini mungkin pada saat
pemboran.
Mud logging adalah pekerjaan mengumpulkan, menganalisis dan
merekam semua informasi dari partikel solid, cairan dan gas yang
terbawa ke permukaan oleh lumpur pada saat pemboran. Tujuan
utamanya adalah untuk mengetahui berbagai parameter pemboran
dan formasi sumur yang sedang dibor.

Mengapa sumur harus disemen ?
Penyemenan sumur digolongkan menjadi dua bagian:
Pertama, primary cementing, yaitu penyemenan pada saat sumur
sedang dibuat. Sebelum penyemenan ini
dilakukan, casing dipasang dulu sepanjang lubang sumur.
Campuran semen (semen+air+aditif) dipompakan ke
dalam annulus (ruang/celah antara dua tubular yang berbeda
ukuran, bisa casing dengan lubang sumur,
bisa casing dengan casing). Fungsi utamanya untuk pengisolasian
berbagai macam lapisan formasi sepanjang sumur agar tidak saling
berkomunikasi. Fungsi lainnya menahan beban
aksial casing dengan casing berikutnya, menyokong casing dan
menyokong lubang sumur (borehole).
Kedua, remedial cementing, yaitu penyemenan pada saat sumurnya
sudah jadi. Tujuannya bermacam-macam, bisa untuk
mereparasi primary cementing yang kurang sempurna, bisa untuk
menutup berbagai macam lubang di dinding sumur yang tidak
dikehendaki (misalnya lubang perforasi yang akan disumbat,
kebocoran di casing, dsb.), dapat juga untuk menyumbat lubang
sumur seluruhnya.
Semen yang digunakan adalah semen jenis Portland biasa.
Dengan mencampurkannya dengan air, jadilah bubur semen
(cement slurry). Ditambah dengan berbagai macam aditif, properti
semen dapat divariasikan dan dikontrol sesuai yang dikehendaki.
Semen, air dan bahan aditif dicampur di permukaan dengan
memakai peralatan khusus. Sesudah menjadi bubur semen, lalu
dipompakan ke dalam sumur melewati casing. Kemudian bubur
semen ini didorong dengan cara memompakan fluida lainnya,
seringnya lumpur atau air, terus sampai ke dasar sumur, keluar dari
ujung casing masuk lewat annulus untuk naik kembali ke
permukaan. Diharapkan seluruh atau sebagian dari annulus ini
akan terisi oleh bubur semen. Setelah beberapa waktu dan semen
sudah mengeras, pemboran bagian sumur yang lebih dalam dapat
dilanjutkan.
Untuk apa directional drilling dilakukan ?
Secara konvensional sumur dibor berbentuk lurus mendekati arah
vertikal.Directional drilling (pemboran berarah) adalah pemboran
sumur dimana lubang sumur tidak lurus vertikal, melainkan terarah
untuk mencapai target yang diinginkan.
Tujuannya dapat bermacam-macam:
1. Sidetracking: jika ada rintangan di depan lubang sumur yang akan
dibor, maka lubang sumur dapat dielakan atau dibelokan untuk
menghindari rintangan tersebut.
2. Jikalau reservoir yang diinginkan terletak tepat di bawah suatu
daerah yang tidak mungkin dilakukan pemboran, misalnya kota,
pemukiman penduduk, suaka alam atau suatu tempat yang
lingkungannya sangat sensitif. Sumur dapat mulai digali dari tempat
lain dan diarahkan menuju reservoir yang bersangkutan.
3. Untuk menghindari salt-dome (formasi garam yang secara kontinyu
terus bergerak) yang dapat merusak lubang sumur. Sering
hidrokarbon ditemui dibawah atau di sekitar salt-dome. Pemboran
berarah dilakukan untuk dapat mencapai reservoir tersebut dan
menghindari salt-dome.
4. Untuk menghindari fault (patahan geologis).
5. Untuk membuat cabang beberapa sumur dari satu lubung sumur saja
di permukaan.
6. Untuk mengakses reservoir yang terletak di bawah laut tetapi rignya
terletak didarat sehingga dapat lebih murah.
7. Umumnya di offshore, beberapa sumur dapat dibor dari satu
platform yang sama sehingga lebih mudah, cepat dan lebih murah.
8. Untuk relief well ke sumur yang sedang tak terkontrol (blow-out).
9. Untuk membuat sumur horizontal dengan tujuan menaikkan
produksi hidrokarbon.
10. Extended reach: sumur yg mempunyai bagian horizontal yang
panjangnya lebih dari 5000m.
11. Sumur multilateral: satu lubang sumur di permukaan tetapi
mempunyai beberapa cabang secara lateral di bawah, untuk dapat
mengakses beberapa formasi hidrokarbon yang terpisah.
Pemboran berarah dapat dikerjakan dengan peralatan membor
konvensional, dimana pipa bor diputar dari permukaan untuk
memutar mata bor di bawah. Kelemahannya, sudut yang dapat
dibentuk sangat terbatas. Pemboran berarah sekarang lebih umum
dilakukan dengan memakai motor berpenggerak lumpur (mud
motor) yang akan memutar mata bor dan dipasang di ujung pipa
pemboran. Seluruh pipa pemboran dari permukaan tidak perlu
diputar, pipa pemboran lebih dapat dilengkungkan sehingga
lubang sumur dapat lebih fleksibel untuk diarahkan.

Apakah perforating ?
Perforasi (perforating) adalah proses pelubangan dinding sumur
(casing dan lapisan semen) sehingga sumur dapat berkomunikasi
dengan formasi. Minyak atau gas bumi dapat mengalir ke dalam
sumur melalui lubang perforasi ini.
Perforating gun yang berisi beberapa shaped-charges diturunkan ke
dalam sumur sampai ke kedalaman formasi yang dituju. Shaped-
charges ini kemudian diledakan dan menghasilkan semacam
semburan jet campuran fluida cair dan gas dari bahan metal
bertekanan tinggi (jutaan psi) dan kecepatan tinggi (7000m/s) yang
mampu menembus casing baja dan lapisan semen. Semua proses
ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat (17ms).
Perforasi dapat dilakukan secara elektrikal dengan menggunakan
peralatan logging atau juga secara mekanikal lewat tubing (TCP-
Tubing Conveyed Perforations).
(A) Perforating gun berisi shaped-charges diturunkan ke dalam sumur
sampai ke formasi yang dituju.
(B) Shaped-charges diledakan membuat beberapa lubang di casing dan
lapisan semen.
(C) Fluida formasi mengalir melalui lubang perforasi ini naik ke
permukaan.
Apa artinya Well Testing ?
Well testing adalah metode untuk mendapatkan berbagai properti
dari reservoir secara dinamis dan hasilnya lebih akurat dalam
jangka panjang. Tujuannya:
Untuk memastikan apakah sumur akan mengalir dan berproduksi.
Untuk mengetahui berapa banyak kandungan hidrokarbon di dalam
reservoir dan kualitasnya.
Untuk memperkirakan berapa lama reservoirnya akan berproduksi
dan berapa lama akan menghasilkan keuntungan secara ekonomi.
Teknik ini dilakukan dengan mengkondisikan reservoir ke keadaan
dinamis dengan cara memberi gangguan sehingga tekanan
reservoirnya akan berubah. Jika reservoirnya sudah/sedang
berproduksi, tes dilakukan dengan cara menutup sumur untuk
mematikan aliran fluidanya. Teknik ini disebut buildup test. Jika
reservoirnya sudah lama idle, maka sumur dialirkan kembali. Teknik
ini disebut drawdown test.
Apakah tujuan stimulasi ?
Stimulasi (stimulation) adalah proses mekanikal
dan/atau chemical yang ditujukan untuk menaikan laju produksi dari
suatu sumur. Metode stimulasi dapat dikategorikan tiga macam
yang semuanya memakai fluida khusus yang dipompakan ke dalam
sumur.
Pertama, wellbore cleanup. Fluida treatment dipompakan hanya ke
dalam sumur, tidak sampai ke formasi. Tujuan utamanya untuk
membersihkan lubang sumur dari berbagai macam kotoran,
misalnya deposit asphaltene,paraffin, penyumbatan pasir, dsb. Fluida
yang digunakan umumnya campuran asam (acid) karena sifatnya
yang korosif.
Yang kedua adalah yang disebut stimulasi matriks. Fluida
diinjeksikan ke dalam formasi hidrokarbon tanpa memecahkannya.
Fluida yang dipakai juga umumnya campuran asam. Fluida ini akan
memakan kotoran di sekitar lubang sumur dan membersihkannya
sehingga fluida hidrokarbon akan mudah mengalir masuk ke dalam
lubang sumur.
Teknik ketiga dinamakan fracturing; fluida diinjeksikan ke dalam
formasi dengan laju dan tekanan tertentu sehingga formasi akan
pecah atau merekah. Pada propped fracturing,
material proppant (mirip pasir) digunakan untuk menahan rekahan
formasi agar tetap terbuka. Sementara pada acid fracturing, fluida
campuran asam digunakan untuk melarutkan material formasi di
sekitar rekahan sehingga rekahan tersebut menganga terbuka.
Rekahan ini akan menjadi semacam jalan tol berkonduktivitas tinggi
dimana fluida hidrokarbon dapat mengalir dengan lebih optimum
masuk ke dalam sumur.
Apakah yang dimaksud dengan artificial lift ?
Artificial lift adalah metode untuk mengangkat hidrokarbon,
umumnya minyak bumi, dari dalam sumur ke atas permukaan. Ini
biasanya dikarenakan tekanan reservoirnya tidak cukup tinggi untuk
mendorong minyak sampai ke atas ataupun tidak ekonomis jika
mengalir secara alamiah.
Artificial lift umumnya terdiri dari lima macam yang digolongkan
menurut jenis peralatannya.
Pertama adalah yang disebut subsurface electrical pumping,
menggunakan pompa sentrifugal bertingkat yang digerakan oleh
motor listrik dan dipasang jauh di dalam sumur.
Yang kedua adalah sistem gas lifting, menginjeksikan gas
(umumnya gas alam) ke dalam kolom minyak di dalam sumur
sehingga berat minyak menjadi lebih ringan dan lebih mampu
mengalir sampai ke permukaan.
Teknik ketiga dengan menggunakan pompa elektrikal-mekanikal
yang dipasang di permukaan yang umum disebut sucker rod
pumping atau jugabeam pump. Menggunakan prinsip katup searah
(check valve), pompa ini akan mengangkat fluida formasi ke
permukaan. Karena pergerakannya naik turun seperti mengangguk,
pompa ini terkenal juga dengan julukan pompa angguk.
Metode keempat disebut sistem jet pump. Fluida dipompakan ke
dalam sumur bertekanan tinggi lalu disemprotkan lewat nosel ke
dalam kolom minyak. Melewati lubang nosel, fluida ini akan
bertambah kecepatan dan energi kinetiknya sehingga mampu
mendorong minyak sampai ke permukaan.
Terakhir, sistem yang memakai progressive cavity pump (sejenis
denganmud motor). Pompa dipasang di dalam sumur tetapi motor
dipasang di permukaan. Keduanya dihubungkan dengan batang
baja yang disebutsucker rod.

Apa yang dimaksud dengan Enhanced Oil Recovery
EOR merupakan teknik lanjutan untuk mengangkat minyak jika
berbagai teknik dasar sudah dilakukan tetapi hasilnya tidak seperti
yang diharapkan atau tidak ekonomis. Ada tiga macam teknik EOR
yang umum:
1. Merupakan teknik EOR yang paling popular. Seringnya
menggunakan air panas (water injection) atau uap air (steam
injection).
2. Teknik chemical: menginjeksikan bahan kimia
berupa surfactant atau bahan polimer untuk mengubah properti
fisika dari minyak ataupun fluida yang dipindahkan. Hasilnya,
minyak dapat lebih mudah mengalir.
3. Proses miscible: menginjeksikan fluida pendorong yang akan
bercampur dengan minyak untuk lalu diproduksi. Fluida yang
digunakan misalnya larutan hidrokarbon, gas hidrokarbon,
CO
2
ataupun gas nitrogen.

Selain bahan bakar,apa saja yang dapat dibuat dari minyak dan
gas ?
Ban mobil, disket komputer, kantung plastik, sandal, tali nilon,
boneka, bandage, colokan listrik, crayon warna, atap rumah, skrin
teras rumah, kamera, lem, foto, kapsul untuk obat, aspirin, pupuk,
tuts piano, lipstik, jam digital, gantole, kacamata, kartu kredit, balon,
shampo, bola golf, cat rumah, lensa kontak, antiseptik, piring,
cangkir, tenda, deodorant, pasta gigi, obat serangga, CD, gorden
bak mandi, pengering rambut, parfum, bola sepak, pakaian, krim
pencukur jenggot, tinta, koper, pelampung, pewarna buatan,
kacamata keselamatan, pakaian dalam, lilin, payung, mobil-
mobilan,keyboard komputer, pengawet makanan, pulpen . dan
lain-lain tak terhitung lagi banyaknya.
Seputar Killing Well
12:35:00 AM David Susanto , Posted in migas , 0 Comments
Work Over and Well Service merupakan salah satu kegiatan dalam teknik
operasi pada suatu sumur minyak. Pekerjaan ini bertujuan untuk perawatan
sumur, kerja ulang pindah lapisan (KUPL), stimulasi dan reparasi sumur.
Dengan melakukan perawatan dan reparasi sumur maka diharapkan dapat
mengembalikan produksi sumur ke potensi sebelumnya. Sedangkan untuk
meningkatkan produksi suatu sumur dapat dilakukan dengan cara stimulasi
sumur dan melakukan kerja ulang pindah lapisan dengan cara pelubangan
(Perforasi) lapisan baru. Didalam melakukan pekerjaan ini, ada beberapa
hal penting yang harus diperhatikan agar kegiatan dapat berjalan baik.
Salah satu faktor terpenting adalah pengetahuan mengenai tekanan formasi
sumur. Pekerjaan Work Over baru bisa dilakukan apabila tekanan formasi
sumur telah dapat dikendalikan. Kegiatan awal untuk mengamankan
keadaan sumur disebut dengan Killing Well (mematikan sumur) yang
dapat dilakukan dengan beberapa cara.

1. Tekanan formasi

Tekanan formasi adalah tekanan yang berasal dari fluida pengisi pori-pori
dari batuan formasi. Pada proses kompaksi sedimen, tekanan pada lapisan
di bawah akan terus bertambah seiring dengan penambahan lapisan dan
tekanan di atasnya. Tambahan tekanan ini akan ditahan oleh matriks dan
fluida pengisi pori-pori. Oleh karena itu, tekanan fluida pengisi pori dapat
terus bertambah.


Berdasarkan hal di atas, tekanan formasi dapat dibagi menjadi tiga
golongan, yaitu :

1.1 Tekanan normal

Tekanan formasi dapat disebut normal apabila gaya ke bawah dari tekanan
overburden dapat diimbangi dengan tekanan ke atas dari matrik dan
fluidanya (gradien tekan sama besarnya dengan gradien air asin) atau
dengan kata lain tekanan dari fluida formasi pada lapisan tersebut sesuai
dengan gradien tekanan yang diakibatkan oleh overburden (jumlah
tekanan lapisan-lapisan formasi) di atasnya. Hal ini dapat terjadi apabila
formasi tidak tersekat oleh formasi lain yang memiliki permeabilitas
berbeda yang lebih kecil. Tekanan formasi normal akan memiliki gradien
tekanan berkisar antara 0,433 Psi/ft sampai dengan 0,465 Psi/ft.

1.2 Tekanan abnormal

Tekanan abnormal atau Overpressured biasanya terjadi karena gaya ke
bawah dari tekanan overburdennya lebih besar daripada tekanan keatas
dari matrik dan fluidanya (gradien tekan lebih besar daripada gradien air
asin). Tekanan formasi abnormal akan memiliki gradien tekanan formasi
yang lebih besar dari 0,465 Psi/ft.

1.3 Tekanan subnormal

Tekanan subnormal terjadi karena gaya ke bawah dari tekanan
overburdennya lebih kecil daripada tekanan ke atas dari matrik dan
fluidanya (gradien tekan lebih kecil daripada gradien air asin). Tekanan
subnormal memiliki gradien tekanan formasi yang lebih kecil dari 0,433
Psi/ft.
Pengetahuan mengenai tekanan formasi sangat penting diketahui, hal ini
bertujuan agar pekerjaan dapat dilakukan dengan baik dan aman. Dari
ketiga jenis tekanan di atas, Overpressured akan memberikan masalah
yang lebih berat daripada tekanan subnormal. Overpressured dapat
menyebabkan timbulnya kick yang apabila tidak dapat dikendalikan akan
mengakibatkan terjadinya semburan liar. Semburan liar dapat dihindari
dengan cara memperbesar tekanan hidrostatik fluida dalam sumur atau
lubang bor. Tekanan hidrostatik (Hydrostatic Pressure) adalah suatu
tekanan yang dihasilkan oleh suatu kolom fluida pada kondisi diam
(statik).
Secara matematis, besarnya tekanan hidrostatik fluida pengisi lubang bor
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan berikut :

HP = TVD x MW x 0,052

dimana : HP = Tekanan hidrostatik lumpur (Psi)
TVD = Kedalaman vertikal yang sebenarnya (ft)
MW = Berat lumpur (ppg)
2. Sistem sirkulasi
Sistem sirkulasi adalah sistem yang memungkinkan lumpur dapat bergerak
menjalankan fungsinya. Adapun jalannya sistem sirkulasi tersebut adalah :
1) Pompa lumpur (Mud Pump) memompakan lumpur pwmboran ke arah
bawah (lubang) melalui pipa bor (Drill Pipe) dan kollar bor (Drill Collar).
2) Lumpur disemprotkan melalui Noozle Jet dan serbuk bor (Cuttings)
terangkat ke atas.
3) Serbuk bor dibawa kepermukaan.
Lumpur dan serbuk bor kembali ke permukaan melalui annulus, yakni
ruangan antara lubang bor pipa pemboran. Dipermukaan keduanya
meninggalkan lubang sumur melalui Mud Return Line dan jatuh ke
Vibrating Screen yang disebut Shale Shaker. Shaker bertugas memisahkan
serbuk bor dan Lumpur untuk menjaga berat jenis Lumpur (Mud Density).
Pompa Lumpur pada hakekatnya merupakan jantung dari system sirkulasi
ini.
3. Lumpur pemboran
Lumpur pemboran merupakan faktor penting dalam operasi pemboran.
Kecepatan pemboran, efisiensi, keselamatan dan biaya pemboran sangat
tergantung dari jenis lumpur yang dipakai.
Pada mulanya orang hanya menggunakan air saja untuk mengangkat
serpih pemboran (Cutting). Lalu dengan berkembangnya pemboran,
lumpur mulai digunakan. Untuk memperbaiki sifat-sifat lumpur, zat-zat
kimia ditambahkan dan akhirnya digunakan pula udara dan gas untuk
pemboran walaupun lumpur tetap bertahan. Dengan demikian fungsi dari
lumpur pemboran tersebut juga semakin banyak.
Adapun fungsi utama dari lumpur pemboran menurut Rubiandini
(2004:129-131) adalah :
1) Mengangkat serpih bor ke permukaan
2) Mendinginkan dan melumasi Bit dan Drill String
3) Memberi dinding pada lubang bor dengan Mud Cake
4) Mengontrol tekanan formasi
5) Menahan serpih bor dan material-material pemberat pada suspensi bila
sirkulasi lumpur dihentikan sementara.
6) Melepaskan pasir dan serpih bor di permukaan
7) Menahan sebagian berat Drill Pipe dan Casing (Bouyancy Effect)
8) Mengurangi efek negative pada formasi
9) Mendapatkan informasi (Mud Log, Sample Log)
10) Media Logging
Klasifikasi Lumpur pemboran berdasarkan fasa fluidanya adalah sebagai
berikut :
1) Fresh Water Muds
Adalah Lumpur yang fasa cairnya adalah air tawar dengan (kalau ada)
kadar garam yang kecil (kurang dari 10000 ppm = 1 % garam)
2) Salt water mud
Lumpur ini digunakan untuk memberi garam massive (Salt Dome) atau
Salt Stringer (lapisan formasi garam) dan kadang-kadang ada aliran air
garam yang terbor. Fasa cairnya berupa air yang memiliki kadar garam
cukup tinggi.
3) Oil base dan oil base emulsion mud
Lumpur ini mengandung minyak sebagai fasa kontinunya. Komposisinya
diatur agar kadar airnya rendah (3-5 % volume). Kegunaan terbesar adalah
pada completion dan work over. Kegunaan lain adalah untuk melepaskan
drill pipe yang terjepit, mempermudah pemasangan casing dan liner.
4) Gaseous drilling fluid
Gas yang biasa digunakan adalah gas alam atau udara. Lumpur jenis ini
biasa digunakan untuk keadaan sumur yang tekanan formasinya
subnormal.

4. Peralatan well control

Well Control (pengendalian sumur) adalah suatu aktivitas pekerjaan pada
suatu calon sumur (pemboran) atau pada suatu sumur produksi yang
bertujuan untuk menjaga agar tidak terjadi aliran fluida dari formasi ke
dalam lubang sumur (kick) selanjutnya ke permukaan sumur dan atau
suatu aktivitas pekerjaan mengendalikan dan mematikan aliran fluida
formasi (kick) yang tanpa disadari sudah terjadi ke dalam sumur atau calon
sumur migas sehingga semburan liar (blow out) tidak terjadi.
Pada prinsipnya pengendalian sumur ada dua, yaitu kontrol primer dan
skunder. Fluida pemboran berfungsi sebagai pengendali primer dan BOP
(blow out preventer) sebagai pengendali skunder.
Kontrol primer bertujuan untuk mencegah masuknya fluida formasi ke
dalam lubang bor dengan cara menjaga tekanan hidrostatik kolom fluida
atau sumur. Tekanan hidrostatik diatur agar selalu lebih besar daripada
tekanan dari formasi. Pengaturan tekanan dapat dilakukan dengan cara
mengatur berat lumpur.
Kontrol skunder baru berfungsi apabila kontrol primer sudah tidak dapat
lagi mengontrol tekanan formasi. Tujuan dari control skunder ini adalah
untuk mencegah agar tidak terjadi semburan liar di permukaan karena
adanya fluida yang masuk ke dalam sumur. Caranya adalah dengan
menutup sumur dengan BOP dan mensirkulasikan Lumpur yang lebih
berat ke dalam lubang bor.
Berdasarkan tempat berfungsinya alat BOP terbagi atas dua tipe, yaitu tipe
annular dan drillpipe.gabungan dari kedua tipe ini disebut BOP stack.
Agar BOP stack dapat tersambung dengan choke line dan kill line, maka
dipasanglah drilling spool. Spool harus memiliki diameter paling sedikit
sama dengan diameter maksimum casing head bagian atas. Spool juga
harus bisa menahan tekanan sebesar tekanan yang diterima oleh BOP
stack.

5. Metode killing well

Mematikan sumur adalah memberikan tekanan lawan kedalam sumur agar
tekanan dari dalam sumur tidak menyembur kepermukaan. Pemberian
tekanan lawan adalah dengan memompakan cairan pemati (Killing Fluid)
kedalam sumur, sehingga dengan berat kolom cairan pemati yang
dipompakan akan menahan tekanan dalam sumur untuk menyembur
kepermukaan.
Menurut Meiliza, Pribadi dan Syarif (2004:14-17) ada beberapa metode
yang sering digunakan untuk proses mematikan sumur demi menjaga
keamanan kerja :

5.1 Dynamic killing

Metode ini menggunakan tekanan hidrostatik dan tekanan gesek dari fluida
yang dipompakan ke dalam sumur untuk mengatasi tekanan reservoir dan
zona produktif. Metode ini digunakan untuk mematikan sumur relief.
Kecepatan aliran pompa yang digunakan untuk melakukan metode ini
adalah pompa dengan kecepatan lebih dari 100 barrel per menit.

5.2 Minimum killing

Metode ini digunakan pada sumur tertutup dan bertekanan. Tekanan
pemompaan yang digunakan untuk mematikan sumur hanya sedikit diatas
tekanan reservoir. Faktor-faktor yang mempengaruhi perencanaan
pemompaan antara lain adalah kapasitas pompa, jenis lumpur dan berat
jenis lumpur yang akan dipakai. Metode ini sangat tepat dilakukan pada
situasi dimana kondisi sumur, khususnya integritas wellhead tidak
diketahui dengan pasti.

5.3 Momentum killing

Pada metode ini cairan dipompakan lansung dengan menggunakan
bullheading system dari atas ke bawah dengan kapasitas dan tekanan
pompa yang tinggi diatas 100 barrel per menit. Lumpur yang digunakan
adalah lumpur berat yang beratnya tergantung dengan tekanan formasi.
Sifat aliran dan teknik pemompaan harus diketahui dengan pasti, karena
metode ini akan menghasilkan tekanan hidrostatik sangat tinggi yang dapat
menimbulkan masalah lain.

5.4 Volumetric killing/lubricating system

Volumetric killing dilakukan bila di dalam suatu sumur tidak terdapat
rangkaian pipa bor atau tubing sehingga sumur tidak dapat disirkulasi.
Caranya adalah dengan memompakan lumpur kedalam sumur dengan
tekanan tertentu dan kemudian diablas kembali. Sebelum gas diablas,
biarkan sumur sampai beberapa saat sampai lumpur yang telah
dipompakan telah turun kebawah lubang bor dan gas bermigrasi ke atas.
5.5 Snubbing
Snubbing adalah memasukkan rangkaian pipa bor kedalam sumur yang
bertekanan sampai kedalaman tertentu, kemudian memompakan killing
fluid kedalamnya lalu disirkulasi sampai sumur mati. Snubbing dapat
dilakukan pada sumur bertekanan atau sumur yang sedang mengalir
(diverted well). Pada sumur dengan formasi yang lemah, metode ini sangat
tepat untuk dilakukan.

5.6 Diverted killing

Pada yang desain cassingnya tidak sempurna, menutup BOP dapat
menyebabkan terjadinya crater dibawah sepatu casing dan gas akan
menyembur tidak terkendali di sekitar lokasi.
Apabila terjadi semburan liar dan lapisan gas dangkal serta selubung yang
terpasang tidak dapat menahan terjadinya crater dibawah sepatu, maka
tindakan awal yang dapat diambil adalah sebagai berikut :
a. Alirkan sumur melalui diverter sampai tekanan formasi melemah
b. Buka diverter line dan tutup diverter
c. Pompakan lumpur atau air dengan kapasitas maksimum yang dapat
dicapai. Apabila terdapat lumpur berat segera pompakan kedalam sumur
untuk mengatasi aliran.
d. Segera isi semua tanki aktif dengan air dan lanjutkan pemompaan air
sampai lumpur berat telah siap untuk dipompakan.
Apabila semburan liar belum dapat diatasi, siapkan suspended barite
slurry, yaitu sejenis dengan barite plug namun masih bisa dipompakan dan
mempunyai filtrat loss rendah.
Cara menyiapkan bahan ini adalah sebagai berikut :
a. Sedikan minimal 6000 bag barite dilokasi
b. Isi tangki dengan 500 barrel air. Berdasarkan pilot test, masukkan
bentonite, caustic soda dan lignite atau lignosulfanote sampai diperoleh
adonan 18-22 ppg.
c. Yakinkan cementing unit dapat mengaduk dan memompa dengan
kapasitas tinggi. Lakukan uji coba dengan mengaduk antara 250-300 sak
barite.
d. Aduk dan pompakan suspended barite slurry dengan kapasitas maksimal
e. Bila sumur telah mati, isi annulus dengan lumpur ringan untuk
meyakinkan bahwa aliran telah mati.
Tujuan mematikan sumur adalah :
a. Menghentikan semburan liar (Blow Out)
b. Menghentikan aliran karena sumur akan dirawat

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum mematikan sumur adalah :
a. Tekanan lapisan produktif
b. Diameter pipa selubung dan kedalaman sumur
c. Diameter pipa produksi dan panjangnya
d. Kedalaman pelubangan
e. Kedalaman penyekat
f. Peralatan bawah tanah lainnya (katup sembur buatan, SSD dan lain
sebagainya)
g. Ukuran dan kekuatan kepala sumur
Peralatan yang diperlukan pada waktu mematikan sumur adalah :
a. Cairan pemati (Killing Fluid)
b. Pompa tekan (Killing Pump)
c. Pipa alir cairan pemati
d. Choke Manifold
e. Tanki
f. Flare Stack
g. Manometer

Hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melaksanakan pekerjaan
mematikan sumur adalah :
a. Periksa kondisi Killing Unit (Exhaust, Flame Arrester dan kondisi
mesinnya)
b. Setelah jalur terpasang lakukan pengujian sebesar 2x tekanan kepala
sumur, ditutup dan ditahan selama 15 menit serta periksa apakah ada
kebocoran.
c. Hubungkan Choke Manifold dengan jalur tekan dan jalur ablas/Flare
d. Tempatkan Tanki, Flare dan Killing Unit pada tempat yang aman dan
tidak saling berdekatan

Cara mematikan sumur yang akan dikerjakan :

2. Sumur gas/sembur alam dengan penyekat
Tahapan kerjanya adalah :
a. Periksa tekanan sumur TPT/TPC
b. Periksa jalur Kill Line dari silang sembur ke pompa dan dari Cassing
Valve ke pompa, lakukan uji Line sampai dengan tekanan 2000 Psi, 10
menit harus baik.
c. Periksa Flame Arresternya, harus aman dari percikan api.
d. Pompakan cairan Kill ke Anulus sampai dengan penuh.
e. Pompakan ke lubang sumur lewat Tubing, Kill Fluid (cairan pemati
dengan Spesifik gravity tertentu) bila sumur bertekanan samapai dengan
tekanan 0 Psi.
f. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka selama lebih kurang 1 jam.
g. Sumur mati.
3. Sumur sembur alam/gas tanpa penyekat
Tahapan kerjanya adalah :
a. Buat tekanan lawan atau menggunakan Check Valve
b. Lakukan pemompaan denga menggunakan Choke Manifold ke Flare
hingga ada sirkulasi atau lubang sampai penuh.
c. Lakukan pengamatan tertutup dan terbuka lebih kurang selama 1 jam
atau sampai mati.
4. Sumur sembur buatan (Gas Lift)
Tahapan kerjanya adalah :
a. Mematikan sumur sembur buatan (Gas Lift) dengan penyekat atau tidak
pakai penyekat adalah sama dan relatif lebih mudah.
b. Dengan membuang atau ablas gas injeksi ke Flare sampai dengan 0 Psi
dan mengisi volume Tubing dan anulus sampai penuh.
c. Lakukan pengamatan
5. Sumur Pompa

Mematikan sumur pompa relatif hanya dengan menggunakan air formasi
dari Stasiun Pengumpul, mengisi lubang sumur lewat anulus valve.
Tahapan kerjanya adalah :
a. Stop operasi Pumping Unit
b. Ablas tekan dari anulus kalau ada
c. Tutup keranan Flow Line dan buka Check Valve agar air formasi dari
Stasiun Pengumpul dapat dimasukkan ke dalam sumur.
d. Kalau sumur sudah mati lakukan pengamatan selama lebih kurang 30
menit

Well Service / Well Work
11:02:00 AM David Susanto , Posted in migas , 0 Comments
A. Well Service / Well Work

Well Service merupakan suatu bagian yang bertugas menangani segala
kegiatan yang berhubungan dengan sumur. Kegiatan tersebut meliputi
usaha agar sumur siap berproduksi (initial completion) maupun usaha
perbaikan sumur akibat kerusakan saat berproduksi (Work Over). Semua
kegiatan yang dilakukan oleh team ini bertujuan untuk mempertahankan
serta meningkatkan laju produksi sumur.

Well Service dibagi dalam beberapa bagian yaitu :

1. Tool House adalah bagian yang bertugas dalam menyediakan dan
memelihara segala peralatan sehingga dapat selalu siap pakai.
2. Operation adalah bagian yang melaksanakan pemasangan artificial lift
serta memperbaiki kerusakan yang ada pada sumur-sumur.
3. Transport Well Service adalah bagian yang memperlancar pekerjaan
well service dengan selalu menyediakan transport untuk mengantarkan
segala peralatan yang dibutuhkan saat melakukan service terhadapsumur.

Pekerjaan yang dilakukan oleh divisi ini dibagi dalam empat kelompok
kerja yaitu : initial completion, sevice, work over dan equipment
maintanance.

a. Initial Completion

Initial Completion merupakan pekerjaan awal dari suatu sumur baru yang
dilakukan setelah pengeboran yaitu dengan cara melengkapi sumur dengan
segala peralatan sehingga sumur dapat mulai berproduksi.

1. Run CBL (Cement Bond Logging)

Tujuannya untuk mengetahui kualitas penyemenan agar dapat diketahui
daerah yang belum tersemen dengan baik. Semen yang tidak terdistribusi
dengan baik dapat mengakibatkan terjadinya komunikasi antara zona
produktif dengan zona air. Bila ini terjadi maka kandungan air yang
terangkat ke permukaan akan tinggi.

2. Squeese Cementing

Squeeze cementing adalah kegiatan penyempurnaan semen sumur
produksi. Kegunaan squeeze cementing ini adalah :
a. Memperbaiki penyemenan primer yang tidak sempurna.
b. Menutup zona lost circulation.
c. Memperbaiki casing yang bocor
d. Menutup lubang perporasi yang salah.
e. Mengisi zona yang tidak produktif

Teknik yang dilakukan dalam squeeze cementing ini ada dua :

1. High Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan
tekanan tinggi yang berfungsi untuk menutup rekahan yang merugikan
yang terdapat di dalam formasi.
2. Low Pressure Cementing yaitu penyemenan dengan menggunakan
tekanan rendah. Tujuannya untuk membentuk filter cake atau dinding
penutup formasi,dan saluran fracture yang mungkin saja terbuka sampai ke
formasi.


3. Perforating
Perforating adalah suatu pekerjaan yang dilakukan untuk melubangi casing
agar terjadi hubungan antara well bore dengan reservoir. Untuk melakukan
hal ini dibutuhkan suatu alat yang disebut GUN.
4. Swabbing
Swabbing yaitu pekerjaan mengangkat sejumlah fluida dari dalam sumur
dengan menggunakan alat penghisap (swab Tool) melalui tubing, drill
pipe.

Fungsi swabbing adalah sebagai berikut :

1. Menentukan production rate dari sebuah zona sumur
2. Untuk menentukan apakah suatu casing mengalami kebocoran
3. Memancing agar suatu well dapat flowing.
4. Mengambil kembali spent acid yang telah dipompakan agar tidak
merusak casing

b. Well Service Job

Well Service Job pada prinsipnya adalah kegiatan atau pekerjaan untuk
merawat suatu sumur supaya dapat terus berproduksi sesuai dengan yang
diinginkan. Untuk merawat sumur ini diperlukan alat yang dapat
membantu untuk mempermudah setiap pekerjaan yang dilakukan.

1. Surface Equipment

Surface equipment adalah segala peralatan yang berada di atas permukaan
sumur.

a. Rig

Rig adalah suatu alat berat yang digunakan untuk melakukan pengeboran
sumur minyak. Rig digunakan untuk mencabut dan memasukkan pipa-pipa
dari dan ke dalam sumur. Rig yang digunakan di PT CPI Minas adalah
Hydraulic Powered, Self Propelled, Self Guyed, back in Type dan Double
Mast.

b. Pompa

Pompa adalah alat memindahkan fluida dari suatu tempat ke tempat yang
lain dengan tekanan rendah atau tinggi sesuai dengan kebutuhan.
Penggunaan pompa biasanya dilakukan pada sirkulasi air, tes casing, tes
BOPE dan kill well.

Jenis-jenis pompa antara lain :

1. Pompa Duplex
Pompa ini termasuk jenis Positive Displacement Pump atau Reprocating
Pump yang dilengkapi dua buah piston. Setiap piston mempunyai dua klep
hisap (suction valve) dan dua klep buang (discharge valve) karena itu
disebut Double Acting Pump.

2. Pompa Triplex
Pompa triplex digunakan untuk tekanan yang lebih tinggi dengan volume
pemompaan yang lebih kecil. Pompa triplex dilengkapi dengan tiga piston
yang bekerja sedemikian rupa sehingga memproduksi tekanan yang lebih
tinggi dibandingkan pompa Duplex.

c. Blow Out Preventer Equipment (BOPE)

Merupakan suatu alat yang berfungsi untuk menahan semburan liar akibat
tekanan reservoar yang tinggi dalam sumur. Blow Out Preventer
Equipment (BOPE) dipasang di atas flange bagian atas dari suatu sumur
yang dilekatkan oleh beberapa baut yang dikunci kuat untuk keselamatn
jiwa, operasi dan hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Subsurface Equipment

a. Packer

Packer adalah alat berupa karet yang digunakan untuk mengisolasi suatu
kedalaman tertentu dari lubang sumur.

Packer berfungsi untuk :

1. Menyekat antara tubing dan casing untuk menjebak cairan ke reservoar.
2. Mencegah masuknya semen ke lubang perforasi pada saat dilakukan
squeeze cementing.
3. Memisahkan zona-zona pada lubang bor.
4. Penyangga tubing.
5. Untuk keperluan pengetesan sumur seperti swab test.
6. Mengisolasi casing yang mengalami kebocoran.

b. Tubular Product

Tubular product dibagi menjadi tiga bagian yaitu drill pipe, casing dan
tubing. Drillpipe adalah pipa yang dipakai dalam pemboran dan berfungsi
sebagai penyalur lumpur pemboran dan mentransmisikan putaran rotary
table sehingga dapat memutar bit. Drillpipe merupakan tubing tanpa las,
panjang setiap bagiannya sekitar 30 ft.
Casing berfungsi untuk menahan tekanan formasi setelah lumpur dibuang
dari dalam sumur, mempertahankan stabilitas lubang bor sehingga tidak
mudah runtuh dan menghindari terjepitnya pipa akibat mud cake atau
lempung ketika produksi sedang berlangsung.

c. Sand Pump

Pompa pasir (sand pump, bailer) berfungsi membersihkan pasir dari dalam
lubang sumur pada kedalaman yang sudah ditentukan. Cara kerjanya
adalah dengan menghisap pasir kotoran-kotoran tersebut sehingga
dinamakan suction bailer.

c. Work Over

Work over adalah semua pekerjaan yang dilakukan untuk memperbaiki
keadaan sumur agar produksi sumur tersebut semakin meningkat, atau
tetap dapat dipertahankan termasuk diantaranya karakteristik sumur. Jenis-
jenis pekerjaan work over adalah :

1. Add perforation (penambahan lubang perforasi).
2. Pembersihan lubang-lubang perforasi.
3. Isolasi zona.

d. Equipment Maintenance

Perawatan dan penjagaan barang atau alat-alat dalam keadaan baik dan
dapat dipakai berulang-ulang kali merupakan pekerjaan dari equipment
maintenance. Pekerjaan ini sangat penting sekali mengingat peralatan yang
dipakai dalam produksi minyak bumi sangat mahal sehingga perlu untuk
menghematnya. Disamping itu tempat ini juga digunkan untuk
memperbaiki peralatan yang rusak seperti packer, swivel dan reda pump.

e. Subproduce Equipment

Subproduce equipment adalah peralatan yang berfungsi untuk
memindahkan minyak dari perut bumi ke permukaan. Terdapat beberapa
peralatan yang berfungsi sebagai subproduce equipment yaitu sebagai
berikut :

1. Reda pump, pompa submersible yang berfungsi memompakan minyak
ke permukaan. Pompa ini memiliki kapasitas yang beragam yaitu 100
15000 bpd.
2. Switch board, berfungsi menyuplai listrik pada reda pump dan
mengontrol kerja reda pump.
3. Transformer, untuk mengubah tegangan arus listrik dari line agar sesuai
dengan kebutuhan reda pump yang dipasang.
4. Tubing hanger, berfungsi untuk menggantung tubing pada casing head.
5. Cable guard, berfungsi sebagi pelindung flat cable extention.

B. Produce Subsurface Team

Tugas Produce Suibsurface Team adalah menangani sumur-sumur minyak
yang ada pada suatu area yang dikelolanya agar tetap dapat berproduksi
dengan laju produksi yang optimum. Team ini bertugas dari awal suatu
proses produksi sampai ke Gathering Station.

Produce Team dibagi menjadi :

1. Produce Subsurface team
2. Maintenance
3. Rotation Equipment
4. Well Service

Berdasarkan team kerjanya Produce Subsurface Team terbagi menjadi
beberapa bagian lagi, yaitu :

1. Reservoir Engineer
2. Production Engineer
3. Geologist
4. Technical Assistant
5. SPS Specialist
6. Well Test specialist

a. Production Engineer

Production Engineer bertugas untuk menangani suatu sumur agar produksi
tetap optimal. Team Ini bekerja dengan membuat program yang akan
dilaksanakan dilapangan khususnya yang berkaitan dengan operasi Well
Service maupun Workover. Tugas dari Production Engineer antara lain :

a. Gain Job

Berkaitan dengan perolehan produksi yang ada dilapangan dan
kegiatannya antara lain :

1. Perforasi

Adalah kegiatan awal untuk memproduksikan minyak dengan cara
menembakkan mesiu pada dinding casing atau formasi. Jenis-jenis
perforasi adalah :

a. Add Perforation
Adalah melakukan penambahan jumlah lubang perforasi dari suatu sumur
dari jumlah perforasi yang telah ada.

b. Re-Perforation
Adalah perforasi ulang yang dilakukan dengan untuk meningkatkan
efektifitas dari lubang yang telah ada maupun dilakukan setelah Squeeze
Cementing

2. Zone Isolation

Adalah proses mengisolasi zona yang akan diproduksi atau menutup zona
yang sudah tidak produktif akibat water cut yang tinggi. Untuk mengetahui
suatu zona harus diisolasi atau tidak, dapat dilakukan dengan beberapa
metoda sebagai berikut :

a. Production Logging Tool (PLT)
Dilakukan dengan memasukkan alat Logging, sehingga dari data yang
diperoleh dapat dianalisa dan diperkirakan zona yang harus diisolasi.

b. Down Hole Video (DHV)
Dilakukan dengan memasukkan kamera kedalam lubang sumur, sehingga
dapat terlihat bagian bawah lubang sumur. Dari hasil rekaman kamera
dapat diketahui zone pada formasi yang harus diisolasi. Kebanyakan
memakai Coiled Tubbing dalam pengoperasiannya

c. Production Test (PT)
Dilakukan untuk mengetahui produksi dari suatu sumur. Production Test
(PT) dapat dilakukan dengan metoda-metoda, antara lain :

1. Individual Zone Test (IZT)

Yaitu jenis uji produksi yang dilakukan perzona dari tiap formasi.
Tujuannya untuk mengtahui kemampuan produksi dari tiap zona formasi.
Pada individual Zone Test ini, digunakan REDA Pump. Dari individual
zone test, selanjutnya dilakukan Micro Motion Test dan dua data penting
yang dapat diambil adalah Water Cut dan Productioan Rate secara lebih
teliti.

2. Swab Test

Yaitu jenis tes produksi yang dilakukan dengan menggunakan alat swab
test. Dari swab test, dapat diketahui parameter-parameter antara lain, yaitu
produksi sumur, dan water cutnya tetapi data yang diambil masih secara
kasar.

3. C/O Log
Yaitu jenis test untuk mendeteksi kandungan karbon dan oksigen dari
suatu formasi.

2. Stimulation

Stimulasi di sumur dilakukan untuk memperbaiki reservoir yang rusak.
Metoda stimulasi ini bisa dilakukan dengan Acidezing maupun Fracturing
dengan menggunakan bahan kimia tertentu untuk mengangkat skin yang
ada pada zona formasi yang rusak tadi. Pelaksanaanya harus hati-hati,
karena keterlambatan dalam melakukan swab dapat mengakibatkan plug
yang justru dapat merusak formasi.

b. Maintenance

Bagian ini mempunyai tanggungjawab untuk mengoptimasikan dan
memperbaiki jika ada kerusakan pada alat-alat produksi, seperti pompa.
Hal-hal tersebut misalnya, Zero Maq (0 M), High ampere, Low Ampere
dan lain-lain.


c. Water Injection Well (WIW)
Water injection well ini bertujuan untuk mengoptimasi injection rate suatu
sumur, hal ini dapat dilakukan dengan mengamati fluida yang masuk ke
sumer dan yang keluar dari sumur. Pola yang dipakai dilapangan minas
ada dua, yaitu :

1. Pattern
Adalah suatu pola, dimana sumur injeksi ditengah-tengah beberapa sumur
produksi. Pola inilah yang paling optimal dilakukan dilapangan saat ini.

2. Peripheral
Adalah suatu pola dimana sumur injeksi mengelilingi sumur produksi. Dan
hasil injeksinya kurang optimal.

3. Line Drive
Adalah suatu pola dengan menempatkan satu injektor pada setiap satu
sumur, biasanya paling efektif pada zona yang banyak patahannya.

d. Initial Completion
Dalam hal ini yang dilakukan adalah melengkapi sumur yang baru selesai
di bor sehingga dapat memproduksi minyak dengan optimal. Langkah-
langkah yang dilakukan adalah :

1. Melakukan Cement Bond Logging, yaitu untuk dapat mengetahui
apakah ikatan antara casing , cement dan formasi baik atau tidak. Bila
kurang baik maka perlu dilakukan sequeze cementing.
2. Mengolah dan meneliti data logging sehingga dapat memperkirakan
zona yang dinilai produktif menghasilkan minya.
3. Melakukan perforasi zona yang dinilai produktif dan dilanjutkan dengan
tes kemampuan zona mana yang akan dibuka untuk berproduksi, atau zona
mana yang perlu diisolasi.

b. Geologist

Adalah team yang bertugas melakukan korelasi hasil dari logging suatu
sumur untuk kemudian dianalisa apakah benar daerah sekitar sumur
tersebut masih memiliki potensi untuk penambahan produksi minyak.
Selain itu team ini juga menganalisa hasil logging pada sumur baru untuk
menganalisa formasi mana yang akan diproduksi.

c. Reservoir Engineer

Team ini bertugas untuk menganalisa hasil laporan geologist, kemudian
hasilnya sebagai acuan production engineering dalam membuat program.
Selain itu reservoir engineer bertugas menghitung reserve dari suatu
lapangan.

d. SPS Spesialist

Pompa yang banyak dipakai di minas adalah ESP. ESP sendiri juga
dikenal sebagai pompa REDA yang dikembangkan oleh REDA sekitar
tahun 1950. Seperempat lebih produksi minyak di dunia diperoleh dengan
pompa ini yang sanggup memompakan seratus sampai seratus ribu BOPD
(Barrel Oil Per Day). Unit pompa ESP terdiri atas :

1. Pump

Yaitu susunan beberapa stages dan masing-masing stages terdiri atas
Impeller dan Diffuser yang statis. Makin banyak stages, maka makin besar
fluida yang dapat dipompakan.

2. Protector
Yaitu bagian pompa yang berfungsi sebagai penyekat agar air tidak masuk
kedalam motor dan merusaknya. Protector dipasang diantara motor dan
pompa.

3. Electric Motor
Yaitu motor pada ESP yang merupakan motor listrik 3 fasa. Berfungsi
sebagai tenaga pengerak pompa.

Motor sendiri terdiri dari dua bagian utama, yaitu Rotor dan stator.
Di atas pompa pada tubbing dipasang check valve. Valve ini berguna
uintuk mencegah agar fluida dalam tubbing tidak turun kebawah saat ESP
mati. Turunnya fluida akan memutar balik pompa dan merusak motor
pompa. Selain check valve, biasanya dipasang juga bleeder valve yang
berguna untuk membuang fluida yang terdapt dalam tubbing kedalam
sumur.

e. Well Test Specialist (WTS)

Team ini bertugas dalam melakukan uji produksi kedalam sumur. Metoda-
metoda yang digunakan antara lain Micro Motion Test, Sonolog Test,
Static Bottom Hole Pressure. Kegiatan ini biasanya dilakukan secara rutin
minimal satu bulan sekali untuk setiap sumur. Metode pengujian itu adalah
:

a. Micro Motion Test

Bertujuan untuk mengetahui laju produksi fluida, laju produksi minyak
serta menentukan besarnya water cut. Tes tersebut dilakukan berdasarkan
perbedaan densitas pada fluida, yaitu perbedaan densitas minyak dan air
formasi yang mengalir. Namun alat ini memiliki sedikit kelemahan, yaitu
tidak dapat mendeteksi adanya gas, sehingga hanya dapat digunakan untuk
sumur yang tidak menghasilkan gas. Alat Micro Motion ini hanya dapat
digunakan dengan baik pada tekana lebih besar dari 130 psi, sehingga
pengesetan harus dilakukan dekat dengan sumur.
Komponen Micro Motion antara lain :


1. Sensor Unit
Sensor ini akan mendeteksi reaksi aliran dalam pipa dan memproses
dengan cepat aliran berdasarkan densitas dan mengubahnya menjadi
sinyal-sinyal.
2. Remote Flow Transmitter.
Penerima sinyal dari sensor unit lalu memprosesnya berdasarkan
konfigurasi yang telah diprogram kealat interface
3. Transmitter Interface.
Merupakan unit yang menunjukkan hasil tes secara digital.

b. Sonolog Test

Merupakan kegiatan yang berfungsi mengukur Static Fluid Level (SFL)
untuk sumur mati dan Working Fluid Level (WFL) untuk sumur yang
masih berproduksi. Prinsip kerjanya dengan mengirimkan getaran kedalam
sumur yang berasal dari gas N2. Getaran tersebut dihubungkan dengan
recorder yang berfungsi untuk menggambarkan pola getaran gas N2
tersebut. Bila getaran tersebut melewati tubbing joint, pola grafiknya akan
membentuk defleksi dan saat getaran dipantulkan lagi ke permukaan fluid
level, pola aliran akan menggulung. Kedalam fluid level dapat dilihat dari
jumlah tubbing joint yang dikonversikan menjadi satuan kedalaman.

Peralatan Sonolog Test terdiri dari :

1. Well Sounder, berfungsi sebagai penghasil getaran yang dipasangkan
pada kepala sumur.
2. Amplifier, berfungsi sebagai alat penguat dan pencatat pantulan getaran
dari dalam sumur.

Fluid level ini sangat menentukan kinerja pompa yang akan dipasang.
Sebelum sumur diproduksikan, penentuan fluid level sangat diperlukan
untuk menentukan ukuran pompa yang akan dipasang. Fluid level itu
sendiri merupakan ukuran kemampuan siatu sumur untuk
memproduksikan fluidanya. Makin tinggi fluid level, makin bagus
produksinya karena tekanannya masih besar.

Sedangkan setelah sumur diproduksikan, penentuan fluid level dilakukan
untuk mengetahui apakah sumur tersebut masih support untuk pompa yang
sebelumnya telah dipasang. Flui level terdiri atas Static Fluid Level dan
Working Fluid level. Suatu sumur dikatakan masih support untuk ukuran
suatu pompa jika WFL sumur tersebut sekitar 300 400 ft diatas Pump
Setting Depth. Istilah support disini menandakan bahwa pompa yang
digunakan dapat menghisap fluida dari dalam sumur dengan efisiensi yang
optimal dan tidak merusaknya.

Ukuran fluid level inilah yang dijadikan dasar apakah suatu pompa perlu
diganti atau tidak. Suatu sumur dengan fluid level yang terlalu rendah
menandakan bahwa pompa yang ada perlu di size down, dalam arti ukuran
pompa diturunkan laju alirannya. Sedangkan untuk fluid level tinggi maka
kemungkinan pompanya akan di size up. Pada umumnya pompa yang
dipakai dilapangan Minas adalah Electric Submersible Pump (ESP).
Pompa ini sangat sensitif terhadap perubahan laju alir, oleh karena itu
perubahan yang terlalu besar akan merusak pompa itu sendiri. Merek
pompa ESP yang banyk dipakai adalah jenis REDA dan Centrilift yang
memiliki prinsip kerja yang hampir sama.

c. Static Bottom Hole Pressure (SBHP)

Test ini dilakukan pada sumur obsevasi. Pengontrolan Bottom Hole
Pressure (BHP) menentukan tekanan formasi pada interval tertentu dalam
program Interval Zone Test. Didalam tabung SBHP Tools terdapat
Bourden Tube, yang dapat diberikan tekana dari luarl. Alat ini akan
mengembang dan menguncup sesuai dengan perubahan tekanan yang
terjadi didalam sumur. Gerakan bourden tube akan menggores chart yang
terbuat dari logam, yang digerakkan dari permukaan oleh timer sehingga
dari goresan chart tersebut dapat dibaca berapa tekanan sesuai dengan
perubahan tekanan didalam sumur.

WELL COMPLETION
8:25:00 PM David Susanto , Posted in migas , 0 Comments
Dalam operasi pemboran, well completion dilakukan pada tahap
akhir. Setelah selesai melakukan pemboran, biasanya kita akan mengukur
kondisi formasi sumur di bawah permukaan dengan wireline logging atau
dengan Drill Stem Test. Apabila sumur bernilai ekonomis, maka kita bias
melanjutkan well completion. Namun bila tidak ekonomis, maka sumur
akan ditutup atau diabaikan dengan plug (bias juga dengan cement
retainer). Jenis-jenis well completion adalah:
Open Hole Completion
Open Hole completion merupakan jenis well completion dimana
pemasangan casing hanya diatas zona produktif sehingga formasi
produktif dibiarkan tetap terbuka tanpa casing kebawahnya. Sehingga
formasi produktif secara terbuka diproduksikan ke permukaan.
Keuntungan Open Hole Completion:
- Biaya murah dan sederahana
- Mudah bila ingin dilakukan Logging kembali
- Mudah untuk memperdalam sumur
- Tidak memerlukan biaya perforasi
Kerugian Open Hole Completion:
- Biaya perawatan mahal (perlu sand clean-up rutin)
- Sukar melakukan stimulasi pada zona yang berproduksi
- Tidak dapat melakukan seleksi zona produksi
- Batuan pada formasi harus Consolidated

Source: www.oil-gas.state.co.us
Cased Hole Completion
Cased Hole Completion merupakan jenis completion yang
menggunakan casing secara keseluruhan hingga menutupi zona formasi
produktif lalu dilakukan perforasi untuk memproduksikannya.
Keuntungan Cased Hole Completion:
- Bisa melakukan multiple completion
- Zona produktif antar lapisan tidak saling berkomunikasi sehingga
memudahkan perhitungan flowrate tiap lapisan
- Lebih teliti dalam penentuan kedalaman subsurface equipment.
Karena wireline logging dilakukan sebelum produksi.
- Sangat baik untuk diterapkan pada formasi produktif sandstone.
Kerugian Cased Hole Completion:
- Penambahan Biaya terhadap Casing, Cementing & Perforasi
- Kerusakan formasi akibat perforasi bisa mengakibatkan
terhambatnya aliran produksi dan menurunkan produktivitas
sumur.
- Efek cementing kurang baik dapat mengganggu stabilitas formasi
- Well deepening akan menggunakan diameter yang lebih kecil.

Source: www.virtualsciencefair.org

Liner Completion
Liner Completion merupakan jenis completion yang menggunakan casing
yang digabungkan dengan liner pada zona formasi produktif. Penggunaan
liner dikarenakan kedalaman formasi produktif dari casing tidak terlalu
jauh ( 100 meter). Apabila pemasangan casing dimulai dari permukaan
hingga kedalaman formasi yang dituju, maka pemasangan Liner dimulai
dari beberapa meter dari zona terbawah casing. Kegunaan Liner yang
utama adalah menjaga stabilitas lubang bor di subsurface. Liner
completion terbagi 2, yaitu Screen Liner completion (penggunaan dengan
liner pada umumnya) & Cemented Perforated Liner Completion (liner
completion yang disemen dan dilakukan perforasi). Keuntungan Liner
Completion adalah mengurangi biaya casing. Keuntungan lainnya hampir
sama dengan Cased hole completion.

Вам также может понравиться