Вы находитесь на странице: 1из 4

Pemilu 2009 usai, saham & Rupiah menguat

Online: Kamis, 21 Mei 2009 | 16:26 wib ET



Faktor prediksi suksesnya penyelenggaraan dan keamanan Pemilu, menjadi magnet
bagi investor untuk masuk. Investor sudah cukup dewasa, Indonesia sekarang bukanlah
Indonesia yang dulu, sehingga berita-berita negative yang menakut-nakuti investor
selama akan, sedang dan setelah berlangsungnya pemilu, seperti hantu hutang Dolar
AS yang akan jatuh tempo akan membuat Rupiah akan terpuruk dan lain-lain, seolah-
olah sudah tidak ditakuti.
Pasar Modal
Bukti menunjukkan sejak sejak sebulan terakhir investasi di pasar modal Indonesia naik
cukup tajam. Sejak 18 Maret 2009 terdapat 20 hari Bursa. Selama 20 hari Bursa hanya
4 hari terjadi penurunan indek, berarti terjadi 16 kali kenaikan di IHSG BEI.
Belum ada sebulan investasi asing di SUN naik Rp2,51 triliun, dibanding akhir Maret
2009 yang menjadi Rp82,34 triliun, begitu pula investasi saham. Transaksi harian yang
sebelumnya di bawah Rp1 triliun telah naik di atas Rp3 triliun, bahkan sempat mencapai
di atas Rp5 triliun. Kondisi tersebut menunjukkan kondisi Bullish sedang berjalan.
Selama 2009, dapat kita ketahui bahwa dari closing akhir 2008 hingga 17 April 2009,
IHSG BEI naik 20,61% dari 1.355,407 menjadi 1.634,790, Indeks LQ 45 naik 20,32%
dari 270,231 menjadi 325,166, Indeks JII naik 23,47% dari 216,188 menjadi 266,933.
Sementara itu Indeks AII (Airlangga Islamic Index) yang dihitung pada akhir 2008, naik
paling tinggi sebesar 25,13%, dari 100 menjadi 125,137.
Rupiah
Akibat psikologis atas persepsi kelancaran pemilu adalah penguatan Rupiah. Penguatan
ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari. Beberapa kalangan menganggap Rupiah
adalah exotic currency. Bisa jadi dianggap exotic, karena yang melemahkan rupiah
diindikasikan adalah orang Indonesia sendiri.
Why?
Karena selama orde baru (orba), siapapun mendapatkan untung kalau memegang aset
dalam Doalr AS, karena setiap tahun Rupiah terdevaluasi.
Di jaman orba, Rupiah hampir tiap tahun terdevaluasi 5% per Dolar AS. Hal ini
karena purchasing power Rupiah terhadap Dolar AS sangatlah lemah. Ibaratnya bila
investor asing berinvestasi US$1 juta dengan menkonversi Dolar AS ke Rupiah, maka
paling tidak si investor harus siap rugi 5% tiap tahun, atau kalau mau untung 5%, itu
baru impas. Jadi untungnya harus lebih dari 5%.
Karena itu, orang kaya di Indonesia yang mengerti hal tersebut selama periode orba
banyak menempatkan dananya dalam bentuk Dolar AS. Begitu pula investor asing
selalu meminjamkan dananya dalam bentuk valas, khususnya Dolar AS.
Saat 1997-1998, Rupiah sempat terdevaluasi hingga Rp16.000 per Dolar AS, meski
akhirnya menguat kembali di kisaran Rp9.000 per Dolar AS. Selama 10 tahun terakhir,
relatif Rupiah cukup kuat di kisaran Rp9.000 hingga Rp10.000 per Dolar AS. Kalaupun
menguat atau melemah, relatif akan kembali ke kisaran tersebut.
Mengapa demikian?
Karena banyak perubahan di ekonomi dunia. Diantaranya munculnya Euro sebagai
saingan Dolar AS dalam 10 tahun terakhir, melemahnya Dolar AS akibat biaya perang
(dengan Iraq dan lainnya) dan krisis keuangan, secara regional menguatnya ekonomi
China, Korea dan India termasuk ASEAN, wajah demokrasi Indonesia yang semakin
maju, masuknya dana asing ke Indonesia luar biasa, naiknya harga-harga komoditas
yang diproduksi Indonesia menjadi salah satu hal yang menguatkan Indonesia
dibanding dulu.
Jadi pemilik dana lokal yang biasa menempatkan dana dalam Dolar AS, sekarang harus
berpikir ulang. Dolar AS saat ini belum tentu memiliki purchasing power yang bagus
terhadap Rupiah seperti dulu.
Tepat setahun yang lalu, 21 April 2008, Rupiah berada di posisi sekitar Rp9.184 per
Dolar AS. Kalau saat ini, 20 April 2009 di kisaran Rp10.715 Dolar AS, berarti melemah
sekitar 16,6% selama setahun. Beruntung menguat, karena Rupiah di tanggal 24
November 2008 sempat di Rp12.550 per Dolar AS. Tepat sebulan yang lalu tanggal 19
Maret 2009, Rupiah berada di posisi sekitar Rp11.964 per Dolar AS. Berarti selama
sebulan terakhir Rupiah menguat 11,6%.
Pelemahan setahun terakhir maupun penguatan sebulan terakhir telah banyak
menimbulkan kebingungan banyak pihak, mulai eksportir, importer, produsen,
konsumen, maupun berbagai komponen bangsa. Intinya sering teori supply and
demand tidak berlaku. Sering terjadi anomali-anomali. Ketika inflasi naik, seharusnya
suku bunga naik, faktanya bisa sebaliknya.
Peran Bank Indonesia (BI) untuk menjaga nilai tukar dan inflasi, juga akhirnya kurang
dapat berjalan, ketika terjadi anomali-anomali tersebut. Karena itu, perlu dipikir ulang
rezim nilai tukar Rupiah dengan sebuah konsep untuk menjaga stabilitas Rupiah, agar
pelbagai pihak yang telah bekerja keras dengan keringat (sektor riil) tidak kebingungan
lagi menghadapi rezim kurs seperti sekarang ini.
Investasi caleg VS saham
Pemilu Legislatif (pileg) DPD, DPR RI, DPRD I dan DPRD II telah usai, namun
perhitungan belum usai. Pemilu yang diikuti ribuan calon legislatif (caleg) itu masih
menyisakan beberapa hal yang memerlukan penyelesaian masalah untuk dituntaskan.
Persepsi yang berkembang, masalah tersebut nampaknya akan teratasi. Partai-partai
yang lolos ke Senayan nampaknya sudah terdeteksi, hanya sembilan partai.
Pileg kali ini adalah sebuah euphoria politik yang luar biasa dan akan menjadi pelajaran
bagi siapa saja yang ingin masuk dunia politik. Investasi menjadi caleg tak ubahnya
seperti investasi di pasar modal. Ketika keliru memilih saham, maka akan sulit mendapat
untung bahkan kerugian yang didapat. Kerugian itu bisa sementara, namun juga bisa
selamanya. Rugi sementara, kalau dalam lima tahun mendatang tetap bertahan di partai
tersebut sambil terus memasarkan diri ke masyarakat atau pindah partai lain yang lebih
menjanjikan, dengan harapan terpilih saat Pemilu 2014. Rugi selamanya, kalau sudah
kapok menjadi caleg selamanya.
Sama ketika membeli saham, salah memilih berinvestasi saham karena harganya turun,
maka pilihannya ada dua, menahan saham sampai ke harga semula atau sambil
melakukan averaging. Rugi selamanya kalau akhinya kapok investasi di saham dengan
menjual saham pada posisi rugi. Salah satu resiko lain, rugi yang tidak bisa kembali
modalnya kalau partai pilihannya dilikuidasi. Sementara itu kalau investor saham, rugi
dan modal tidak kembali kalau perusahaan yang sahamnya dibeli, dilikuidasi.
Namun, ke depan kalau boleh memilih, investasi di partai atau saham Blue Chip, akan
lebih aman dibanding partai atau saham yang bukan Blue Chip. Paling tidak, sembilan
partai yang terdeteksi saat ini dapat diibaratkan Partai Blue Chip. Kalau di pasar modal
sembilan saham terdeteksi Blue Chip saat ini adalah TLKM, BBCA, BBRI, ASII, UNVR,
PGAS, BMRI, INCO, ISAT dan ADRO. Ini bukan berarti investasi menjadi caleg di partai
atau saham non Blue Chip tidak bagus. Masing-masing menawarkan risk, cost and
return sendiri-sendiri.
Keberanian
Dalam beberapa pekan mendatang, sepanjang tidak ada gejolak sosial lokal atau
internasional, nampaknya pasar modal akan tetap menuju arah naik. Ibarat bola salju
keberanian untuk berinvestasi mulai kembali, ketakutan mulai berkurang, percaya diri
mulai membaik, dan bola salju keberanian ini kalau semakin membesar yang ditandai
banyaknya konversi valas ke Rupiah, baik dari asing langsung maupun lokal, maka
Rupiah dan pasar modal akan semakin menguat.
Indikasi lain, saham-saham yang sering dikategorikan saham politik , karena
pemiliknya politisi dan duduk di pemerintahan, juga naik tajam dalam sepekan terakhir,
setelah pileg usai. BNBR yang awal pekan kedua 2009 harganya di pasar negosiasi
masih di kisaran Rp30 per saham, dalam dua hari kemarin telah naik hingga di-auto
reject di hari pertama dan di hari kedua kenaikan mencapai Rp87, meski ditutup di Rp76
per saham atau naik sekitar 150% selama dua hari. Begitu pula saham kelompok usaha
ini seperti UNSP, BTEL, ELTY, BUMI, ENRG dan DEWA.
Butuh keberanian untuk berinvestasi di saat pelbagai berita positif dan negatif
bercampur jadi satu. Namun nampaknya berita positif lebih mengemuka. Global sukuk
Indonesia pun laku. Jadi masihkah anda tetap ragu terhadap Rupiah dan saham?
Selamat berinvestasi. leo.herlambang@gmail.com

Вам также может понравиться