Вы находитесь на странице: 1из 15

0UTBREAK

STEP 7
1. Suatu penyakit di katakan mewabah pada kondisi yang
bagaimana dan dikatakan KLB pada kondisi bagaimana?
KLB

PeraturanMentriKesehatan No 949/Menkes/SK/VI I I /2004
(PedomanPenyelenggaraanSistemKewaspadaanDiniKejadianLuarBias
a )

Kriteria KLB ~
Timbulnya suatu penyakitmenular yang sebelumnya tidak ada atau tidak
dikenal
Contoh :Saat ini di Indonesia belum ada Penyakit Yellow Fever, apabila suatu saat
terjadi penyakit Yellow Fever (walaupun hanya 1 kasus), maka saat itu di
Indonesia dikatakan KLB Yellow Fever
Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus menerus selama 3 kurun waktu
berturut-turut menurut jenis penyakitnya(jam, hari, minggu)
Peningkatan kejadian/kematian 2 x dibandingkan dg periode sebelumnya
(jam,hari,minggu,bulan, tahun)
Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 x bila
dibandingkan dg angka rata-rata per bulan tahun sebelumnya
Contoh : Penderita penyakit Malaria pada bulan April 2006 jumlahnya 20 orang
atau lebih, jumlah penderita Malaria rata-rata per bulan tahun 2005 sebanyak 10
orang, maka bulan April 2006 dikatakan KLB Malaria
Angka rata-rata per bulan selama satu tahun menunjukkan kenaikan 2 x
dibandingkan angka rata-rata per bulan dari tahun sebelumnya
Contoh : Jumlah penderita Malaria rata-rata per bulan tahun 2005 sebanyak 30
orang atau lebih, jumlah penderita Malaria rata-rata per bulan tahun 2004
sebanyak 15 orang, maka tahun 2005 dikatakan KLB Malaria.
Proporsional Rate penderita baru dari suatu periode tertentu menunjukkan
kenaikan 2 x dibandingkan periode yg sama dan kurun waktu/tahun
sebelumnya
Contoh : PR bulan Juli 2006 sebanyak 10 % atau lebih, sedangkan PR bulan Juni
2006 sebanyak 5 %, maka bulan Juli 2006 dikatakan KLB
Beberapa penyakit khusus: Kholera, DHF/DSS:
a. Setiap peningkatan kasus dari periode sebelumnya (pada daerah endemis)
b. Terdapat satu/lebih penderita baru dimana pada periode 4 minggu sebelumnya daerah
tersebut dinyatakan bebas dari penyakit tersebut
Beberapa penyakit yg dialami 1 atau lebih penderita:
a. Keracunan makanan
b. Keracunan pestisida
(KLB/Wabah, Atik Choirul Hidajah. Bagian Epidemiologi, Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga, Surabaya dan Keputusan
Dirjen No. 451/91 Tentang Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan
KLB) dan (SURVEI LANS PENYAKI TBERPOTENSI KLB/WABAH Oleh :
Abdul Kadar, SKM,M.Kes)

i. Macam-macam KLB
Penggolongan KLB berdasarkan sumber
1. Sumber dari manusia : jalan nafas, tenggorokan, tinja, tangan, urine, dan muntahan.
Seperti : Salmonella, Shigela, Staphylococus, Streptoccocus, Protozoa, Virus
Hepatitis.
2. Sumber dari kegiatan manusia : penyemprotan (penyemprotan pestisida),
pencemaran lingkungan,penangkapan ikan dengan racun, toxin biologis dan kimia.
3. Sumber dari binatang : binatang piaraan, ikan dan binatang pengerat.
4. Sumber dari serangga : lalat (pada makanan) dan kecoa. Misalnya : Salmonella,
Staphylococus, Streptoccocus.
5. Sumber dari udara, air, makanan atau minuman (keracunan). Dari udara,
misalnya Staphylococus, Streptoccocus, Virus, Pencemaran Udara. Pada air,
misalnya Vibrio cholerae, Salmonella. Sedangkan pada makanan, misalnya keracunan
singkong, jamur, makan dalam kaleng.
http://pramana-d-t-fkm11.web.unair.ac.id/artikel_detail-71308-Umum-
Kejadian%20Luar%20Biasa%20%28KLB%29.html
ii. Penyakit apa saja KLB di indonesia ?

PENYAKIT-PENYAKIT BERPOTENSI WABAH/KLB :
1. Penyakit Karantina/penyakit wabah penting: Kholera, Pes, Yellow Fever
2. Penyakit potensi wabah/KLB yng menjalar dalam waktu cepat/mempu-nyai
mortalitas tinggi & penyakit yang masuk program eradikasi/elimi-nasi dan
memerlukan tindakan segera : DHF,Campak,Rabies, Tetanusneonatorum,
Diare, Pertusis, Poliomyelitis.
3. Penyakit potensial wabah/KLB lainnya dan beberapa penyakit penting :Malaria,
Frambosia, Influenza, Anthrax, Hepatitis, Typhus abdominalis,Meningitis, Keracunan,
Encephalitis, Tetanus.
4. Penyakit-penyakit menular yang tidak berpotensi wabah dan atau KLB,tetapi masuk
program : Kecacingan, Kusta, Tuberkulosa, Syphilis,Gonorrhoe, Filariasis, dll
(http://ml.scribd.com/doc/40820920/Kejadian-Luar-Biasa-Epidemiology)










WABAH
PeraturanMentriKesehatan No
949/Menkes/SK/VIII/2004(PedomanPenyelenggaraanSistemKewaspa
daanDiniKejadianLuarBiasa )

o Yang menentukan kejadian wabah di suatu wilayah
Pasal 2 Ayat (1)
KewenanganMenteriuntukmenetapkandanmencabutdaerahtertentusebagai
Daerah Wabahmerupakankewenanganpangkal yang diberikanolehUndang-
undangNomor 4 Tahun
1984.Menteridalammenetapkandaerahtertentusebagaidaerahwabahberdasarkan
wilayahadministratifKabupaten/Kota-
madya.Terjangkitnyawabahadalahterdapatnyapenyakitmenular yang
dapatmenimbulkanwabahberdasarkanhasilpenyelidikan,
pemeriksaanklinisdanlaboratorium.
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLI K I NDONESI A NOMOR 40
TAHUN 1991,TENTANG PENANGGULANGAN WABAH PENYAKI T
MENULAR

Menteri Kesehatan RI menetapkan jenis penyakit yang dapat menimbulkan
wabah. Menteri Kesehatan RI menetapkan dan mencabutpenetapan daerah
dalam wilayah Indonesia sebagai daerah terjangkit wabah.(SURVEI LANS
PENYAKI TBERPOTENSI KLB/WABAH Oleh : Abdul Kadar, SKM,M.Kes)

o Jenis jenis wabah
i. Common-source / common exposure
Wabah yg berasal dari satu sumber penyakit atau pemaparn yg sama.
Mekanisme pemaparannya bisa tjd dengan dua cara :
- Sekali saja (misal peristiwa keracunan diantara undangan karena menyantap
hidangan yg sama dalam suatu pesta, disebut jg Point-source epidemic )
atau,
- Berulang-ulang atau terus menerus akan tetepi berasal dari sumber yg sama (
misal karena pemaparan pada bahan kimia atau logam berat diantara pekerja
dalam pabrik pengguna bahan berbahaya tsb. )
ii. Propagated / Progressive epidemics through person-to-person
transmision
Mekanisme penyebarannya di mulai dari sumber pertama ( index case ), yg
melalui proses penularan berantai akan terjadi wabah, yg kurva pravelansinya
akan menunjukkan puncak puncak yg terpisah-pisah sejauh masa
inkubasinya.
Pengantar EPI DEMI OLOGI , Budioro B.

2. Bagaimana klasifikasi penelitian epidemiologi
Epidemiologi deskripitif
Di dalam epidemiologi deskriptif dipelajari bagaimana fekuensi penyakit berubah menurut
perubahan variable-variabel epidemiologi yang terdiri dari orang (person), waktu (time),
tempat (place).
Epidemiologi analitik
Pendekatan atau studi ini dipergunakan untk menguji data serta informasi2 yang diperoleh
studi epidemiologi deskriptif. Ada tiga studi tentang epidemiologi:
studi riwayat kasus (case history studies) : dalam studi ini akan dibandingkan antara
dua kelompok orang, yakni kelompok yang terkena penyebab penyakit dengan
kelompok orang tidak terkena penyebab penyakit.
studi kohort : dalam studi kelompok ini sekelompok orang dipaparkan pada suatu
penyabab penyakit (agent). Kemuian diambil sekelompok orang yang lagi yang
mempunyai cirri-ciri yang sama dengan kelompok pertama, tetapi tidak dipaprkan
atau dikenakan pada penyebab penyakit.
Epidemiologi eksperimen
Studi ini dilakukan dengan mengadakan eksperimen (percobaan) kepada kelompok subyek
subyek, kemudian dibandinkan dengan kelompok kontrol (yang tidak dikenakan percobaan)
(I KM Prinsip-prinsip Dasar,Dr.Soekidjo)






Keuntungan dan kerugian kasus kontrol

Keuntungan dan kerugian eksperimental

(Azwar, Azrul, Dr., 1988. Pengantar Epidemiologi edisi pertama. J akarta : PT.
Bina Rupa Aksara) ARI , I I P.
3. Tahap-tahap riwayat alamiah penyakit? Cara penangulangan
riwayat alamiah penyakit?

a) Tahap prepatogenesis (Stage of Susceptibility)
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal / sehat.Pada tahap ini
telah terjadi interaksi antara pejamu dengan bibit penyakit.Tetapi interaksi ini
masih terjadi diluar tubuh , dalam arti bibit penyakit masih ada diluar tubuh
pejamu.Belum ada tanda2 sakit sampai sejauh daya tahan tubuh pejamu masih
kuat.Namun jika pejamu lengah / bibit penyakit menjadi ganas , atau
lingkungan memberikan kondisi yang kurang menguntungkan pejamu, maka
keadaan dapat segera berubah, memasuki fase berikutnya , tahap patogenesis
Terjadi interaksi antara host bibit penyakit lingkungan , interaksi di luar
tubuh manusia
Penyakit belum ditemukandaya tahan tubuh host masih kuatsudah
terancam dengan adanya interaksi tersebut. (tahap ini kondisi masih sehat)
b) Tahap patogenesis
Tahap ini meliputi 4 subtahap yaitu :
1. tahap inkubasi (Stage of Presymtomatic Disease)
merupakan waktu antara masuknya bibit penyakit kedalam tubuh yang peka
terhadap penyebab penyakit , sampai timbulnya gejala penyakit lainnya.Masa
inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lain.
Bibit penyakit sudah masuk ke dalam tubuh hostgejala penyakit belum
nampak. Tiap penyakit mempunyai masa inkubasi berbedabedabeberapa
jam, hari, minggu, bulan sampai bertahuntahun
TAHAP INKUBASI
Dimulai dari masuknya bibit penyakit sampai sesaat sebelum timbulnya
gejalaDaya tahan tubuh tidak kuat, penyakit berjalan terusterjadi
gangguan pada bentuk dan fungsi tubuhpenyakit makin bertambah hebat
dan timbul gejala.
HORISON KLINIK: Garis yang membatasi antara tampak atau tidaknya
gejala penyakit

2. tahap penyakit dini(Stage of Clinical Disease)
tahap ini penyakit mulai dapat dikenali secara klinis atau penyakit muncul di
atas ambang garis (horizon) klinis
Dihitung dari munculnya gejala penyakit:
Tahap ini pejamu sudah merasa sakit (masih ringan)penderita masih
dapat melakukan aktifitas(tidak berobat)
PerawatanCukup dengan obat jalanmenjadi masalah besar dunia
kesehatan (jika tingkat pengetahuan & pendidikan masyarakat
rendah)mendatangkan masalah lanjutan yang makin
besarPenyakit makin parahberobat memerlukan perawatan relatif
mahal.
Akibat lainbahaya masyarakat luasmenularkan kepada orang lain dan
dapat menimbulkan KLB atau wabah
3. tahap penyakit lanjut
merupakan tahap dimana penyakit bertambah hebat dengan segala kelainan
patologis dan gejalanya.Pada tahap ini penyakit memerlukan pengobatan yang
tepat untuk menghindari akibat lebih lanjut yang kurang baik
Penyakitmakinbertambahhebat
Penderitatidakdapatmelakukanpekerjaan
Jika berobat umumnya telah memerlukan perawatan (bad rest).

c) Tahap pasca patogenesis (Tahap Akhir Penyakit)
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam 5 pilihan keadaan :
Perjalananpenyakitakanberhenti.
BerakhirnyaperjalananPenyakitbeberapakeadaanyaitu :
- Sembuhsempurnabaikbentukdanfungsitubuhkembalisemulasepertik
eadaansebelumsakit.
- SembuhdengancacatPenderitasembuhkesembuhantidaksempurna
ditemukancacatpadapejamu. Kondisicacatcacatfisik,
fungsionaldansosial.
- Karier
Perjalananpenyakitseolaholahterhentigejalapenyakittidaktampak
(dalamdiripejamumasihditemukanbibitpenyakit)suatusaatpenyakitda
pattimbulkembali (dayatahantubuhmenurun)
- KronisperjalananPenyakitTampakBerhentigejalaPenyakitTidakbe
rubahtidakBertambahBeratAtaupunRingan.
- MeninggalDunia
TerhentinyaPerjalananPenyakitpejamuMeninggalDunia.(Keadaan Yang
TidakDiharapkan)
Sumber : pengantar epidemiologi oleh DR.M.N.Bustan.

4. Apa saja upaya pemerintah dalam menanggulangi KLB ini?
Upaya penanggulangan
1. Menetapkan populasi rentan terhadap KLB penyakit berdasarkan waktu,
tempat, pada kelompok masyarakat. Langkah-langkah penetapan
populasi rentan KLB berdasarkan surveillance epidemilogi :
a. Memperkirakan adanya populasi rentan KLB berdasarkan
informasi dan data serta mempelajari gambaran klinis (gejala,
penyakit, cara penularan, cara pengobatan, dsb) dan gambaran
epidemiologi (sumber dan cara penularan, kelompok masyarakat
yg tersering terserang, jumlah kasus dan kematian apabila terjadi
KLB, factor lingkungan dan budaya masyarakat yg berpengaruh
terhadap timbulnya KLB). Dari infromasi ini ditetapkan daftra
KLB yg pernah terjadi disuatu wilayah dan prioritas masalahnya.
Setiap KLB harus dianalisis besar masalah dari data dan infromasi
yg berkaitan yaitu melalui pengumpulan data, pengolahan dan
penyajian data serta interpretasinya
b. Pengumpulan data
Data dikumpulkan dari sumber informasi, yaitu :
laporan rutin KLB (bulanan) yg memuat jenis KLB,
tempat (dukuh, desa, ekcamatan) luas populasi terserang
berdasar cirri spesifik, lama kejadian , jumlah kasusu dan
kematian selama KLB dll
data penyelidikan epidemiologi KLB dan pelacakan kasus
yg memuat informasi tentang pola serangan, karakteristik
umur dan jenis kelamin, cirri-ciri atau budaya masyarakat,
sumber penularan , cara penularan dsb
Laporan rutin data kesakitan dan kematian dari
puskesmas dan RS yg teratur, lengkap dan tepat waktu
utk membrikan trend penyakit
Data laboratorium yg memberikan informasi penyebab
penyakit dari spesimen yg diperiksa misalnya kholera,
malaria, anthrax, difteri dsb
Data faktor resiko : cakupan imunisasi, status gizi,
lingkungan, vektor, budaya, pendidikan masyarakat dll yg
dpt memberikan kerentanan pada populasi masyarakat
data pelayanan kesehatan dan cakupan program

c. Pengolahan dan penyajian data
data yg harus dikumpulkan harus diolah dan disajikan utk
memudahkan analisis epidemiologi dalam bentuk table, grafik atau
peta. Untuk dapat melakukan analisis perlu tersedianya data yg
lengkap, pengetahuan dgn dasar-dasar epidemiologi, pengetahuan
tentang penyakit dan yg mempengaruhiya
d. Analisis dan interpretasi
e. Deseminasi informasi dari hasil analisis kepada pihak-pihak yg
terkait utk dimanfaatkan dlm pencegahan dan penanggulangan yg
biasanya dlm bentuk rekomendasi
2. Melakukan upaya pencegahan melalui perbaikan factor resiko yg
menyebabkan timbulnya kerentanan dlm suatu populasi
3. Memantapkan pelaksanaan Sistem Kewaspadaan Dini (SKD) KLB
penyakit
4. Memantapkan keadaan kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan
terjadinya KLB
5. Penyelidikan dan Penanggulangan pada saaat terjadi KLB
Sumber : Makalah Kejadian Luar Biasa (KLB), dr. Muhammad
Hidayanto, Puskesmas Halmahera kota Semarang
Upaya penanggulangan
o Penanggulangan KLB dikenal dengan nama Sistem
Kewaspadaan Dini (SKD-KLB), yang dapat diartikan sebagai
suatu upaya pencegahan dan penanggulangan KLB secara dini
dengan melakukan kegiatan untuk mengantisipasi KLB.
Kegiatan yang dilakukan berupa pengamatan yang sistematis
dan terus-menerus yang mendukung sikap tanggap/waspada
yang cepat dan tepat terhadap adanya suatu perubahan status
kesehatan masyarakat. Kegiatan yang dilakukan adalah
pengumpulan data kasus baru dari penyakit-penyakit yang
berpotensi terjadi KLB secara mingguan sebagai upaya SKD-
KLB. Data-data yang telah terkumpul dilakukan pengolahan dan
analisis data untuk penyusunan rumusan kegiatan perbaikan oleh
tim epidemiologi
Sumber : PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLI K
I NDONESI A NOMOR 949/MENKES/SK/VI I I /2004

5. Perbedaan endemis, pandemi dan epidemi, outbreake?
- Endemi (awalan en- berarti dalam atau di dalam) adalah berlangsungnya suatu
penyakit pada tingkatan yang sama atau keberadaan suatu penyakit yang terus
menerus di dalam populasi atau wilayah tertentu prevalensi suatu penyakit yang
biasa berlangsung di satu wilayah atau kelompok tertentu.
- Epidemi adalah wabah atau munculnya penyakit tertentu yang berasal dari satu
sumber tunggal, dalam satu kelompok, populasi, masyarakat, atau wilayah, yang
melebihi tingkatan kebiasaan yang diperkirakan. Epidemi terjadi jika kasus baru
melebihi prevalensi suatu penyakit. Kejadian luar biasa (KLB) akut peningkatan
secara tajam dari kasus baru yang memengaruhi kelompok tertentu biasanya juga
disebut sebagai epidemi. Keparahan dan keseriusan penyakit juga memengaruhi
definisi suatu epidemi. Jika penyakit sifatnya mengancam kehidupan, hanya
diperlukan sedikit kasus (seperti pada rabies) untuk menyebabkan terjadinya epidemi.
- Pandemi (awalan pan- berarti semua atau melintasi) adalah epidemi yang
menyebar luas melintasi negara, benua, atau populasi yang besar, kemungkinan
seluruh dunia. AIDS merupakan penyakit pandemi.
(Timmreck, Thomas C., 2004, Epidemiologi Suatu Pengantar, J akarta, EGC)

6. Apa saja upaya pencegahan yang dilakukan?
PENCEGAHAN
Pada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni:
a. Pencegahan tingkat pertama (primary prevention) yang meliputi promosi
kesehatan dan pencegahan khusus.
b. Pencegahan tingkat kedua (secondary prevention) yang meliputi diagnosis
dini serta pengobatan yang tepat.
c. Pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi
pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi.
Ketiga tingkat pencegahan tersebut saling berhubungan erat sehingga dalam
pelaksanaannya sering dijumpai keadaan yang tumpang tindih.
1. Pencegahan Tingkat Pertama
Dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan serta faktor pejamu.
a. Sasaran yang ditujukan pada faktor penyebab yang bertujuan untuk
mengurangi penyebab atau menurunkan pengaruh penyebab serendah
mungkin dengan usaha antara lain:
- Desinfektan
- Pasteurisasi
- Sterilisasi, bertujuan untuk menghilangkan mikro-organisme penyebab
penyakit,
- Penyemportan.insektisida dalam rangka menurunkan dan menghilangkan
sumber penularan maupun memutuskan rantai penularan.
Selain itu usaha untuk mengurangi/menghilangkan sumber penularan
dapat dilakukan melalui pengobatan penderita serta pemusnahan sumber
yang ada (biasanya pada binatang yang menderita), serta
mengurangi/menghindari perilaku yang dapat meningkatkan risiko
perorangan dan masyarakat.
b. Mengatasi/modifikasi lingkungan melalui perbaikan lingkungan fisik
seperti
- peningkatan air bersih
- peningkatan sanitasi lingkungan dan perumahan serta bentuk pemukiman
lainnya
- perbaikan dan peningkatan lingkunan biologis seperti pemeberantasan
serangga dan binatang pengerat
- peningkatan lingkungan sosial seperti kepadatan rumah tangga,
hubungan antarindividu dan kehidupan sosial masyarakat.
c. Meningkatkan daya tahan penjamu meliputi :
a. perbaikan status gizi, status kesehatan umum dan kualitas hidup
penduduk
b. pemberian imunisasi serta berbagai bentuk pencegahan khusus
lainnya
c. peningkatan status psikologis, persiapan perkawinan serta usaha
menghindari pengaruh faktor keturunan
d. peningkatan ketahanan fisik melalui peningkatan kualitas gizi, serta
olahraga kesehatan.

2. Pencegahan Tingkat Kedua
Sasaran pencegahan ini terutama ditujukan pada mereka yang menderita atau
dianggap menderita (suspek) atau yang terancam akan menderita (masa tunas).
meliputi diagnosis dini dan pengobatan yang tepat agar dapat dicegah
meluasnya penyakit atau untuk mencegah timbulnya wabah, serta untuk segera
mencegah proses penyakit lebih lanjut serta mencegah terjadinya akibat
samping atau komplikasi
a. Pencarian penderita secara dini dan aktif melalui peningkatan usaha
surveillans penyakit tertentu, pemeriksaan berkala serta pemeriksaan
kelompok tertentu (calon pegawai, ABRI, mahasiswa, dll), penyaringan
(screening) untuk penyakit tertentu secara umum dalam masyarakat, serta
pengobatan dan perawatan yang efektif.
b. Pemberian chemoprophylaxis yang terutama bagi mereka yang dicurigai
berada pada proses prepatogenesis dan patogenesis penyakit tertentu.
Deteksi awal penyakit
Tujuannya untuk mempercepat kesembuhan dg pengobatan yg
tepat
Pengobatan yang cepat merupakan pencegahan primer pada
orang yang sehat
menghambat progresivitas penyakit
menghindari komplikasi
mengurangi ketidakmampuan
3. Pencegahan Tingkat Ketiga
Sasaran pencegahan tingkat ke tiga adalah penderita penyakit tertentu.
tujuan mencegah jangan sampai mengalami cacat atau kelainan
permanen, mencegah bertambah parahnya suatu penyakit atau mencegah
kematian akibat penyakit tersebut.
Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya
akibat samping dari penyembuhan suatu penyakit tertentu. Rehabilitasi
adalah usaha pengembalian fungsi fisik, psikologis dan sosial seoptimal
mungkin yang meliputi rehabilitasi fisik/medis, rehabilitasi
mental/psikologis serta rehabilitasi sosial.
Pelayanan suportif dan rehabilitatif
Bertujuan untuk mengurangi ketidakmampuan dg cara:
Memaksimalkan fungsi organ yg cacat
Membuat protesa ekstremitas akibat amputasi
Mendirikan pusat-pusat rehabilitasi medic


PENANGGULANGAN PENYAKIT MENULAR
Yang dimaksud dengan penganggulangan penyakit menular (kontrol) adalah
upaya untuk menekankan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah
mungkin sehingga tidak merupakan gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut.
1. Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
Keberadaan suatu sumber penularan (reservoir) dalam masyarakat merupakan
faktor yang sangat penting dalam rantai penularan.
a. Sumber penularan adalah binatang
Bila sumber penularan terdapat pada binatang peliharaan (dosmetik)
memusnahkan binatang yang terinfeksi serta melindungi binatang
lainnya dari penyakit tersebut (imunisasi dan pemeriksaan berkala)
Bila sumber penyakit dijumpai pada binatang liar
kerjasamainstansilain yang terkait .
b. Sumber penularan adalah manusia
Apabila sumber penularan adalah manusia isolasi dan karantina,
pengobatan dalam berbagai bentuk umpamanya menghilangkan unsur
penyebab (mikro-organisme)atau menghilangkan fokus infeksi yang ada
pada sumber (bedah saluran empedu atau cholecystectomy) pada carier
typoid menahun).
2. Sasaran Ditujukan pada cara Penularan
- penularan penyakit ditularkan melalui udara, terutama infeksi saluran
pernafasan perbaikan sistem ventilasi serta aliran udara dalam ruangan.
- penyakit yang ditularkan melalui makanan dan minuman memberantas
bahan-bahan yang mengalami kontaminasi seperti penyehatan air minum,
pasteurisasi sus, serta pengawasan terhadap semua pengobatan bahan makanan
dan minuman.
- penyakit yang ditularkan oleh vektor terutama serangga dan binatang lainnya
pemberantasan serangga serta binatang perantara lainnya.
3. Sasaran Ditujukan pada Penjamu Potensial
a. Peningkatan Kekebalan Khusus (imunitas)
imunisasi yakni peningkatan kekebalan aktif pada pejamu dengan
pemberian vaksinasi.
Selain pemberian imunsasi aktif terseut di atas, juga dikenal adanya
usaha perlindungan terhadap beberapa penyakit tertentu dengan pemberian
antibodi pelindung yang berasal dari pejamu lain dalam bentuk serum
antibodi yang memberikan perlindungan sementara dan disebut imunisasi
pasif.
b. Peningkatan Kekebalan Umum (resistensi)
- perbaikan gizi keluarga
- peningkatan gizi balita melalui program Kartu Menuju Sehat (KMS)
- peningkatan derajat kesehatan masyarakat serta pelayanan kesehatan
terpadu melalui posyandu.
Pengantar Epidemiologi. Prof. DR. Dr. Azrul Azwar M.P.

7. Penanganan penyakit difteri
Difteri merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh kuman Corynebacterium
diphtheriae yang sangat mudah menular dan berbahaya karena dapat
menyebabkan kematian akibat obstruksi larings atau miokarditis akibat aktivasi
eksotoksin. Pada kejadian luar biasa (KLB), selain difteri farings, tonsil, dan
larings, telah pula dilaporkan terjadinya difteri hidung dan difteri kulit.
SUMBER : http://idai.or.id/about-idai/idai-statement/pendapat-ikatan-dokter-
anak-indonesia-kejadian-luar-biasa-difteri.html
PENANGGULANGAN DARI ASPEK PENCEGAHAN
Upaya pencegahan harus dilakukan bersama-sama dengan tindakan deteksi dini kasus,
pengobatan kasus, rujukan ke rumah sakit, mencegah penularan, dan memberantas karier.
Upaya pencegahan dapat ditujukan kepada anggota IDAI dan kepada masyarakat.
Untuk anggota IDAI
a. Jangka pendek
Di daerah KLB dilakukan outbreak response immunization (ORI), yaitu pemberian
imunisasi DPT/ DT kepada semua anak berumur <15 tahun yang tinggal di daerah
KLB (umur 2-7 tahun diberikan DPT, >7 tahun diberikan DT atau dT).
Di daerah non-KLB diperlukan kesiapsiagaan dengan memperhatikan kelengkapan
status imunisasi setiap anak yang berobat. Segera lengkapi apabila status imunisasi
belum lengkap (3x sebelum umur 1 tahun, 1x pada tahun kedua, 1x pada umur 5
tahun atau sebelum masuk sekolah dasar). Selain itu perlu juga dilengkapi
imunisasi yang lainnya.
b. Jangka panjang, untuk daerah KLB perlu dilakukan gerakan imunisasi terpadu untuk
meningkatkan cakupan imunisasi DPT sehingga mencapai 95% dari target anak <15 tahun.
c. Seluruh anggota IDAI harus membantu pelaksanaan tindakan preventif dan kuratif
terhadap difteri dengan memberikan edukasi kepada masyarakat melalui media lokal seperti
radio, TV, surat kabar, atau majalah, serta menyebarkan leaflet berisi penjelasan tentang
penyakit, penanggulangan serta pencegahannya.
d. Seluruh anggota IDAI diharapkan bersedia membantu Pemerintah Daerah setempat
untuk bersama-sama menanggulangi difteri secara khusus dan meningkatkan cakupan
imunisasi di daerah terkait. Kegiatan tersebut dapat dilakukan dengan kerjasama IDAI
Cabang, IDI wilayah, dan IBI wilayah.
e. Seluruh anggota IDAI memantau adanya kasus difteri di daerah masing-masing dan
segera melaporkan kepada Dinas Kesehatan setempat apabila ditemukan kecurigaan kasus.

Untuk masyarakat
a. Kenali gejala awal difteri.
b. Segera ke Puskesmas atau Rumah Sakit terdekat apabila ada anak mengeluh nyeri
tenggorokan disertai suara berbunyi seperti mengorok (stridor), khususnya anak berumur <
15 tahun.
c. Anak harus segera dirawat di rumah sakit apabila dicurigai menderita difteria agar segera
mendapat pengobatan dan pemeriksaan laboratorium untuk memastikan apakah anak benar
menderita difteria.
d. Untuk memutuskan rantai penularan, seluruh anggota keluarga serumah harus segera
diperiksa oleh dokter apakah mereka juga menderita atau karier (pembawa kuman) difteri dan
mendapat pengobatan (eritromisin 50mg/kg berat badan selama 5 hari).
e. Anggota keluarga yang telah dinyatakan sehat, segera dilakukan imunisasi DPT.
Apabila belum pernah mendapat DPT, diberikan imunisasi primer DPT tiga kali
dengan interval masing-masing 4 minggu.
Apabila imunisasi belum lengkap segera dilengkapi (lanjutkan dengan imunisasi yang
belum diberikan, tidak perlu diulang),
Apabila telah lengkap imunisasi primer (< 1 tahun) perlu ditambah imunisasi DPT
ulangan 1x.
Sumber : http://idai.or.id/about-idai/idai-statement/pendapat-ikatan-dokter-anak-
indonesia-kejadian-luar-biasa-difteri.html

Вам также может понравиться

  • LBM 5 SGD 15 Master
    LBM 5 SGD 15 Master
    Документ4 страницы
    LBM 5 SGD 15 Master
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Master LBM 4 FARMAKOTERAPI
    Master LBM 4 FARMAKOTERAPI
    Документ6 страниц
    Master LBM 4 FARMAKOTERAPI
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Histologi Zukesti2
    Histologi Zukesti2
    Документ8 страниц
    Histologi Zukesti2
    Omry Adi
    Оценок пока нет
  • Acne Vulagis
    Acne Vulagis
    Документ18 страниц
    Acne Vulagis
    Ida Pujiastuti
    Оценок пока нет
  • 1200 2714 1 SM
    1200 2714 1 SM
    Документ6 страниц
    1200 2714 1 SM
    Friezka Ezqriemer
    Оценок пока нет
  • Tesis S2 Marita Im
    Tesis S2 Marita Im
    Документ122 страницы
    Tesis S2 Marita Im
    Bintang Ayu Kalimantini
    Оценок пока нет
  • Leukimia
    Leukimia
    Документ9 страниц
    Leukimia
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Jenis-Jenis Syok
    Jenis-Jenis Syok
    Документ43 страницы
    Jenis-Jenis Syok
    Adi Aprihantara
    Оценок пока нет
  • Cyberlink
    Cyberlink
    Документ1 страница
    Cyberlink
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • LBM 4 KGD
    LBM 4 KGD
    Документ5 страниц
    LBM 4 KGD
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • LP Combutio 1
    LP Combutio 1
    Документ17 страниц
    LP Combutio 1
    Dedy Willyanto
    Оценок пока нет
  • LBM 3 KGD
    LBM 3 KGD
    Документ16 страниц
    LBM 3 KGD
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Outbreak
    Outbreak
    Документ16 страниц
    Outbreak
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Outbreak
    Outbreak
    Документ19 страниц
    Outbreak
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Penyakit Kusta
    Penyakit Kusta
    Документ7 страниц
    Penyakit Kusta
    naim157
    Оценок пока нет
  • Jurnal Pertumbuhan Dan Perkembangan 11
    Jurnal Pertumbuhan Dan Perkembangan 11
    Документ5 страниц
    Jurnal Pertumbuhan Dan Perkembangan 11
    Nanda Didana
    Оценок пока нет
  • Seks Budaya
    Seks Budaya
    Документ9 страниц
    Seks Budaya
    Chitra Mataniari
    Оценок пока нет
  • Penyakit Meniere
    Penyakit Meniere
    Документ3 страницы
    Penyakit Meniere
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Makalah Seksologi
    Makalah Seksologi
    Документ4 страницы
    Makalah Seksologi
    bernardpranavasta
    Оценок пока нет
  • Isi Kandungan Gizi Martabak
    Isi Kandungan Gizi Martabak
    Документ1 страница
    Isi Kandungan Gizi Martabak
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Apendistis
    Apendistis
    Документ0 страниц
    Apendistis
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Materi GIT
    Materi GIT
    Документ37 страниц
    Materi GIT
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Medis
    Medis
    Документ8 страниц
    Medis
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Anfis 1
    Anfis 1
    Документ9 страниц
    Anfis 1
    Bunga Selin
    Оценок пока нет
  • Undangan
    Undangan
    Документ1 страница
    Undangan
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Pemantauan Peningkatan TIK Dan Penatalaksanaannya 2.1. Patofisiologi Tekanan Intrakranial (TIK)
    Pemantauan Peningkatan TIK Dan Penatalaksanaannya 2.1. Patofisiologi Tekanan Intrakranial (TIK)
    Документ15 страниц
    Pemantauan Peningkatan TIK Dan Penatalaksanaannya 2.1. Patofisiologi Tekanan Intrakranial (TIK)
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • Undangan
    Undangan
    Документ1 страница
    Undangan
    Naim Tnt
    Оценок пока нет
  • BIOELEKTROMAGNETIK
    BIOELEKTROMAGNETIK
    Документ31 страница
    BIOELEKTROMAGNETIK
    Rizqi Ammaliyyah
    Оценок пока нет
  • Atelektasis Paru (AP)
    Atelektasis Paru (AP)
    Документ13 страниц
    Atelektasis Paru (AP)
    Astrid Kurniawati Ayuningtyas
    Оценок пока нет