SISTEM PENANGGULANGAN GAWAT DARURAT TERPADU (SPGDT)
Oleh : Faik Agiwahyuanto
A. Pendahuluan Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan merupakan hak asasi bagi tiap orang. Pemberian pelayanan ini tidak hanya sebatas pada tim medis yang bertugas di rumah sakit atau pelayanan kesehatan, tetapi semua orang tanpa terkecuali. Pentingnya suatu penanggulangan kegawatdaruratan karena di Indonesia khususnya merupakan daerah rawan bencana, dan tidak hanya sebatas kejadian mengancam jiwa di rumah sakit. Pelayanan kegawatdaruratan memerlukan suatu sistem penanggulangan gawat darurat yg terpadu dan pengaturan dalam satu sistem. Penanggulangan gawat darurat dibagi menjadi 2 macam yang disesuaikan dengan kondisi di lingkungan dan waktunya, yaitu Sistem Penanggulangan Gadar Terpadu Sehari-hari (SPGD-S) dan Sistem Penanggulangan Gadar Bencana (SPGD-B). Definisi dari sistem penanggulangan gadar terpadu adalah sebuah sistem yang merupakan koordinasi berbagai unit kerja (multisektor) dan didukung berbagai kegiatan profesi untuk menyelenggarakan pelayanan terpadu bagi penderita gadar baik dalam keadaan sehari-hari / bencana. Guna mencapai keterampilan dan hal yang diharapkan dari pelayanan kegawatdaruratan yg optimal maka perlu petugas yang mampu memberikan pelayanan hidup dasar (BLS), serta mengenal keadaan gawat darurat akibat trauma maupun non-trauma yg sering dijumpai, dan mampu melakukan penatalaksanaan gadar prinsip ABC = Airway, Breathing, Circulation dan dikenal dengan istilah Initial Assesment.
B. Tujuan SPGDT Tujuan dari dilakukannya dan diterapkannya SPGDT oleh panduan BNPB dan BASARNAS dengan dibantu oleh PMI dan Swasta, antara lain : 1. Didapatkan kesamaan pola pikir / persepsi tentang Sistem Penanggulangan Gadar Terpadu. 2. Diperoleh kesamaan pola tindak dalam penanggulangan kasus-kasus gadar dalam keadaan sehari-hari maupun dalam keadaan bencana.
2
C. Hal yang harud diperhatikan dalam SPGDT Istilah istilah dalam SPGDT perlu untuk dipahami oleh penolong, guna memperlancar dan mempercepat penanganan gadar. 1. Safe Community yaitu keadaan aman yang tercipta oleh komunitas atau dari pemerintah yang telah disediakan. 2. Bencana yaitu kejadian yang mengakibatkan terjadinya banyak korban (pasien gadar) dan kerugian materi. 3. PPGD (Penanggulangan Penderita Gadar) yaitu penanggulangan yang dilakukan oleh petugas pada kasus gadar, tetapi syarat bagi petugas tersebut adalah petugas yg profesional. 3 hal yang harus dipenuhi untuk diberlakukannya suatu PPGD yaitu tersedianya petugas yg memenuhi kualifikasi tertentu, sarana yg cukup, sistem yg memungkinkan terselenggaranya PPGD itu sendiri. 4. SPGDT (Sistem Penanggulangan Gadar Terpadu) yaitu suatu sistem pelayanan penderita gadar yg terdiri dari unsur pelayanan pra RS, pelayanan di RS, pelayanan antar RS.
D. Pelaksanaan SPGDT Pelaksanaan SPGDT terdiri dari 3 sub sistem, yaitu : Pelayanan pra RS, pelayanaan di RS, pelayanan antar RS. 1. Pelayanan Pra RS Petugas dalam menjalankan pelayanan pra RS dilakukan dengan membentuk dan mendirikan Publik Safety Center, yaitu unit kerja yg memberikan pelayanan umum, terutama yg bersifat gadar, selain itu membentuk pula satuan penanggulangan bencana oleh Brigade Siaga Bencana, pelayanan ambulan bencana, dan subsistem komunikasi. Pelayanan Publik Safety Center Dilakukan oleh masyarakat dengan pengawasan dari tim medis dan bentukan pemerintah daerah. Tim yg berada di pelayanan public safety antara lain tim kesehatan (ambulan), pemadam kebakaran, polisi masyarakat. Pembiayaan dilakukan oleh sumber masyarakat dan pemerintah serta PMI. Pelayanan ini mempunyai semboyan yaitu respon cepat dalam penanggulangan gadar. Brigade Siaga Bencana Yaitu unit khusus yg disiapkan dalam penanganan kegiatan pra RS, khususnya berhubungan dengan kegiatan yankes dalam penanganan bencana. Satuan ini 3
bentukan oleh dinkes setempat dan rs setempat. Untuk SDM-nya adalah petugas medis (dokter dan perawat) dan petugas non-medis (gizi, farmasi, sanitasi). Untuk pembiayaan adalah APBD / APBN. Pelayanan Ambulan Yaitu suatu pelayanan yang menyelenggarakan kegiatan pelayanan terpadu dalam 1 koordinasi dengan memberdayakan ambilan milik institusi pelayanan kesehatan. Komunikasi Pelayanan penanggulangan gadar dibutuhkan suatu komunikasi yg efektif. Maka diperlukannya suatu sub sistem komunikasi yg terdiri dari jaring penyampaian informasi, jaring koordinasi, dan jaring pelayanan gadar sehingga seluruh kegiatan dapat berlangsung dalam 1 sistem terpadu. Pembinaan Pembinaan di bagian ini dikhususkan untuk meningkatkan kemampuan keterampilan dengan latihan intensif bagi tenaga medis, masyarakat awam. Pelayanan gadar tidak hanya pada per individu, bisa juga pada hal korban bencana massal, dengan sebagai berikut : Koordinasi dan komando Ekskalasi dan mobilisasi sumber daya Simulasi Pelaporan, monitoring, dan evaluasi. 2. Sistem Pelayanan Medik di RS Pelayanan di RS diperlukan sarana prasarana yg lengkap seperti UGD, ICU, HCU, OK, VK, Kamar Jenazah, dan sarana penunjang RS seperti farmasi, gizi, IPSRS, IRNA, IRJAL. Untuk pelayanan di RS juga dibutuhkan sebuah Hospital Disaster Plan, perencanaan dari suatu RS untuk menghadapi bencana, baik di dalam RS maupun diluar RS. Pelayanan di UGD merupakan pintu masuk pertama bagi kasus gadar yang memelukan sebuah pengorganisasian yg baik, pembiayaan yg tidak sedikit, alat kesehatan yg lengkap dan memadai sesuai dengan kasusnya dan harus selalu update tentang penanggulangan gadar terbaru dan teraktual, serta alat-alatnya. Selain UGD, perlunya sebuah brigade siaga bencana yang dimana bekerja untuk mengantisipasi kejadian bencana yang menyebabkan banyak korban, baik di dalam maupun di luar RS. 4
Penunjang diagnostik memang diperlukan dalam penanggulangan gadar di RS, guna menegakkan diagnosa yg diangkat oleh dokter berdasarkan analisa pengkajian dokter dan triase yg telah dilakukan. Seperti perlunya suatu radiologi, farmasi. Transportasi intra hospital merupakan kegiatan pendukung guna pelayanan gadar yang memerlukan perhatian untuk memberikan pelayanan antar unit pelayanan UGD, HCU, ICU, OK; yang dimana diperlukan suatu prosedur, peralatan, dan SDM yg memiliki pengetahuan cukup. SDM yg memiliki pengetahuan dan keterampilan cukup memadai diperlukan suatu pelatihan, stimulus kerja yang berkesinambungan, dan peningkatan pelayanan medis. 3. Sistem Pelayanan Medik Antar RS Jejaring rujukan dibuat berdasarkan kemampuan RS dalam memberikan pelayanan baik dari segi kuantitas kemampuan menerima pasien maupun kualitas pelayanan yg dihubungkan dengan kemampuan SDM dan kesediaan fasilitas medis maupun perkembangan tekhnologi. Evakuasi merupakan transportasi yg terutama ditujukan dari RS lapangan menuju ke RS rujukan (baik ada bencana, evakuasi, atau rujukan). Perlunya suatu SIM yang terpadi dan koordinasi, maka diperlukan suatu sistem yang terpadu pula dan harus mampu untuk memberikan support sistem.
(BLS) Layman (MFR, CSSR) Police Fire Brigade Security Guard Civil Defense Scouts Red Cross (Paramedic , CSSR) 118 Emergency Ambulance Service E.D . I.C.U Ward Access / CRISIS CENTER Emergency Telephone Number 110 , 113 , 118 Pre - Hospital Phase Public Health Center Rehabilitation DISASTER Hospital Phase HOPE Emergency Nurse (BTLS, BCLS, BNLS, BPLS) Emergency Physician (ATLS, ACLS, ANLS, APLS) Surgeon / Trauma (ATLS, BSS, DSTC, Peri OP CC) DISASTER MANAGEMENT