Cepat lelah Bisa disebabkan gangguan suplai darah didalam tubuh sehingga sel-sel dalam tubuh kekurangan oksigen atau kekurangan sumber energy. Payah jantung Anemia Diabetes Melitus Hipotiroid Mual Peningkatan estrogen akibat pil kb dapat meningkatkan hcl dilambung dan Adanya rasangan terhadap reseptor muntah CKD Gastritis Hiperemesis gravidarum Nafsu makan menurun Akibat mual nafsu makan tertekan, pada hyperemesis sering makanan yang masuk dimuntahkan kembali sehingga ibu cenderung tidak mau makan. Gastritis CKD Nyeri kepala Disebabkan oleh hipertensi dimana perfusi oksigen berkurang ke dalam otak Hipertensi TIA Hipertensi CKD (Chronic Kidney Disease) Infark miocard TIA (transient Ischemic Attack) HIPOTESIS
Bagaimana riwayat kelahiran? Apakah ada riwayat penyakit jantung atau ginjal? Apakah ada riwayat hipertensi sebelum kehamilan?
Apakah keluhan dirasakan saat awal pemakaian pil KB ? Apakah ada riwayat DM atau penyakit lain? Apakah ada keluarga yang menderita hal yang sama? Apakah ada riwayat sesak, gangguan aktivitas atau nyeri dada? Bagaimana pola hidup? Bagaimana makannya? Apakah merokok? Bagaimana olahraganya? Apakahh ada kesemutan, kebingungan? Apakah ada gangguan penglihatan? Anamnesis Pemeriksaan Fisik Kondisi Pasien Normal Kesadaran delirium Kompos mentis Tekanan darah 220/120 mmHg 120/80 mmHg Nadi 94 x/menit 60-100 x/menit Pernapasan 18 x/menit 16-20 x/menit Suhu badan 37,4 0C 36-37,2 0C Pada auskultasi suara napas dasar vesikuler dan bronchovesikuler pada perifer lapangan paru kanan dan kiri Berat badan 70 kg, tinggi badan 152 cm sehingga BMI yang didapat adalah 30,2. Konjungtiva tidak pucat Refleks pupil lemah, isokor Pada leher tak tampak retraksi otot sternocleidomastoideus Tak tampak pempesaran kelenjar thyroid maupun kelenjar getah bening Pemeriksaan paru, tak tampak retraksi otot interkostalis, sela iga tak melebar dan tak menonjol Perkusi didapatkan sonor pada seluruh lapangan paru kanan dan kiri depan belakang Pemeriksaan jantung tak tampak ictus kordis, pada palpasi iktus teraba di 2 cm lateral linea midclavicularis sinistra sela iga pemeriksaan pada pasien ini menandakan terjadinya pembesaran pada jantung pasien. Murmur sulit didengar : normal Pemeriksaan di abdomen ditemukan nyeri tekan di epigastrium ringan Hati dan limpa tak teraba : normal ascites tidak terdeteksi : normal serta bising usus normal Kedua tungkai tidak bengkak : normal Kekuatan otot lengan/tungkai kanan +3 kiri +3 : normalnya kekuatan otot +5 Refleks biseps dan triseps normal, tak ditemukan refleks babinsky maupun refleks patologis lainnya : normal PENUNJANG KONDISI PASIEN NORMAL Hb Leukosit) Trombosit LED GDS HbA1c SGOT SGPT Ureum Kreatinin Asam urat Albumin Na K 12,1 g/dl 10.600/mm3 380.000/mm3 31 mm/jam 220 5,8 % 18 IU/L 22 IU/L 52 mg/d 1,7 mg/d 8,7 mg/dl 3,7 mg/dl 142 mEq/L 4,7 Eq/l
irama sinus regular : normal HR : 94 x/menit normal Gelombang P 0,08 detik : normal (normal sampai dengan 0,11detik) tidak tampak P bifasik : normal (tidak ada kelainan pada atrium kiri) tak tampak notch & wide P wave : normal (tidak ada abnomalitas atrium kanan) PQ interval 0,20 detik : normal Kompleks QRS 0,12 detik : normal (normal sampai dengan 0,12 detik) Gelombang R 8 mm dan ditemukan segmen ST depresi pada V Gelombang T tampak normal pada smeua lead : normal. CXR Tak tampak infiltrate pada kedua lapangan paru normal Gambaran jantung ditemukan CTR > 60% menandakan bahwa jantung mengalami pembesaran, normalnya CTR < 50% Elongation aorta tanpa sklerosis arkus aorta.
DIAGNOSIS CKD (chronic kidney disease). PENATALAKSANAAN 1. Rawat ICU 2. Anamnesis singkat dan pemeriksaan fisik tentukan : -Penyebab krisis hipertensi. -Singkrikan penyakit lain yang menyerupai krisis hipertensi -Tentukan adanya kerusakan organ sasaran. 3. Tentukan tekanan darah yang diinginkan didasari dari lamanya tinggi TD sebelumnya, cepatnya kenaikan dan keparahan hipertensi, masalah klinis yang menyertai dan usia pasien. Pemakaian obat-obat untuk krisis hipertensi: Jika pasien hipertensi emergensi dan disertai dengan kerusakan organ sasaran maka penderita dirawat dengan ICU. Dan diberi salah satu obat hipertensi Intravena. 1. Sodium nitroprusside 2. Labetalol 20-80 mmHg secara i.v bolus setiap 10 menit; 2 mg/menit secara infus i.v. Setelah kondisi stabil maka dapat dilanjutkan dengan pemberian obat oral seperti ARB dan ACE inhibitor. PIL KB Definisi Pil KB adalah alat kontrasepsi pencegah kehamilan atau pencegah konsepsi yang digunakan dengan cara per-oral/kontrasepsi oral. Pil KB merupakan salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan. Pil KB disukai karena relatif mudah didapat dan digunakan, serta harganya murah. Efek Samping 1. Mual/muntah (terutama tiga bulan pertama). 2 Sakit kepala ringan, migraine. 3. Nyeri payudara (rasa sakit/tegang pada buah dada). 4. Tidak ada haid. 5. Sukar untuk tidak lupa. 6. Kemasan baru selalu harus tersedia setelah pil kemasan sebelumnya habis. 7. Nafsu makan bertambah. 8. Cepat lelah. 9. Mudah tersinggung, depresi. 10. Libido bertambah/berkurang. Gejala-gejala obyektif, yaitu : 1. Sedikit meningkatkan berat badan. 2. Tekanan darah meninggi. 3. Gangguan pola perdarahan yaitu menorrhagia, metrorrgia, spotting, perdarahan diantara masa haid (lebih sering perdarahan bercak), terutama bila lupa menelan pil atau terlambat menelan pil. 4. Perubahan pada kulit: acne, kulit beminyak, pigmentasi/ chloasma. 5. Keputihan (flour albus). 6. Tidak dianjurkan untuk ibu menyusui karena mengganggu jumlah dan kualitas Air Susu Ibu (ASI). 7. Tidak dapat dipakai oleh perokok berat, atau wanita dengan tekanan darah tinggi terutama pada usia > 35 tahun. Biasanya gejala-gejala sampingan yang timbul merupakan gejala sampingan yang ringan dan yang sering ditemukan adalah : a. Mual/muntah b. Pusing, sakit kepala c. Nyeri/tegang pada buah dada d. Hyperpigmentasi/choasma e. Kulit berminyak, acne f. Keputihan/ fluor albus g. Penambahan berat badan h. Gangguan dalam pola perdarahan/menstruasi Pengaruh pil kontrasepsi terhadap keadaan tubuh lainnya, yaitu : 1. Metabolisme karbohidrat 2. Kelenjar thyroid 3. Kesuburan setelah berhenti dengan pil kontrasepsi 4. Pengaruh terhadap persalinan kemudian 5. Pengaruh terhadap laktasi 6. Kardiovaskuler 7. Tumor ganas 8. Icterus 9. Hypertensi 10.Depresi 11.Libido Pengaruh pil KB pada sistem tubuh.
*Pada metabolisme karbohidrat. Pemakaian pil KB antara lain dapat menyebabkan gangguan toleransi flukosa, dan resistensi insulin. Efek ini biasanya untuk sementara, dan hanya 3-11% pemakai yang mengalami peningkatan gula darah menetap. Yang berpengaruh secara nyata terhadap metabolisme karbohidrat ini adalah progesteron, sedangkan estrogen tidak menyebabkan pengaruh secara berarti
* Pada metabolisme lemak. Perubahan metabolisme lemak pada pemakai pil KB disebabkan oleh estrogen dan progesteron, yang masing-masing mempunyai efek berbeda. Estrogen bersifat kardioprotektif (melindungi jantung) dan anti-aterogenik (anti pembentukan lemak), sedangkan progestron bersifat anti-estrogen.
* Pada metabolisme elektrolit. Estrogen akan meningkatkan aktivitas vitamin-D dan membantu masuknya kalsium ke dalam tulang. * Pada sistem pembekuan darah Estrogen antara lain akan meningkatkan aktivitas pembekuan darah, sehingga akan memudahkan trombosis (pembekuan) di pembuluh darah.
* Pada sistem hati dan kandung empedu Estrogen akan menyebabkan perubahan pada hasil tes faal hati. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa pemakaian estrogen akan meningkatkan insiden radang kandung empedu dan pembentukan batu empedu.
* Pada sistem kardiovaskuler dan serebrovaskuler. Penelitian menunjukkan bahwa pemakaian pil KB meningkatkan kejadian tromboemboli dan gangguan pembuluh darah otak. HIPERTENSI Penyakit darah tinggi atau Hipertensi adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lainnya. Klasifikasi Tekanan Darah Pada Dewasa menurut JNC VII Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik Normal < 120 mmHg (dan) < 80 mmHg Pre-hipertensi 120-139 mmHg (atau) 80-89 mmHg Stadium 1 140-159 mmHg (atau) 90-99 mmHg Stadium 2 >= 160 mmHg (atau) >= 100 mmHg Penyakit Hipertensi Menurut Kausanya terbagi atas : 1. Hipertensi Primary Hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya, disebut juga hipertensi idiopatik 2. Hipertensi Secondary Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh
Hipertensi Pada Penyakit Ginjal Penyakit ginjal dapat meningkatkan tekanan darah dan sebaliknya hipertensi dalam jangka waktu yang lama dapat mengganggu ginjal. Hipertensi pada penyakit ginjal dapat dikelompokkan dalam : 1. Penyakit glumerolus akut 2. Penyakit vaskuler 3. Gagal ginjal kronik 4. Penyakit glumerolus kronik Mekanisme Hipertensi Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin II dari angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme (ACE). ACE memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh hormon, renin (diproduksi oleh ginjal) akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi angiotensin II. Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH, sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis), sehingga menjadi pekat dan tinggi osmolalitasnya. Untuk mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah meningkat, yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan mengurangi ekskresi NaCl (garam) dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah. PENYAKIT GINJAL KRONIK / CHRONIC KIDNEY DISEASE
Gagal ginjal kronik adalah kerusakan ginjal yang terjadi selama lebih dari 3 bulan, berdasarkan kelainan patologis atau petanda kerusakan ginjal seperti proteinuria. Jika tidak ada tanda kerusakan ginjal, menurut The National Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease
Outcome Quality Initiative (KDOQI), kriteria penyakit ginjal kronik sebagai berikut : Kerusakan ginjal (renal damage) yang terjadi 3 bulan, berupa kelainan struktural atau fungsional, dengan atau tanpa penurunan GFR, dengan manifestasi : kelainan patologi dan petanda kerusakan ginjal. GFR < 60 ml/menit/1,73 m2 selama 3 bulan dengan atau tanpa kerusakan ginjal Stadium Deskripsi GFR (ml/menit/1,73 m 2 ) 1
2 3 4 5 Kerusakan ginjal dengan GFR normal atau meningkat Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR ringan Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR sedang Kerusakan ginjal dengan penurunan GFR berat Gagal ginjal 90
60-89 30-59 15-29 <15 atau dialisis Pendekatan Diagnostik
Gambaran Klinis Gambaran klinik gagal ginjal kronik berat disertai sindrom azotemia sangat kompleks, meliputi kelainan-kelainan berbagai organ seperti: kelainan hemopoeisis, saluran cerna, mata, kulit, selaput serosa, kelainan neuropsikiatri dan kelainan kardiovaskular. 1. Kelainan hemopoeisis 2. Kelainan saluran cerna 3. Kelainan mata 4. Kelainan kulit 5. Kelainan selaput serosa 6. Kelainan neuropsikiatri 7. Kelainan kardiovaskular
Pemeriksaan Laboratorium 1. Sesuai dengan penyakit yang mendasarinya. 2. Peningkatan kadar ureum dan kreatinin serum, dan penurunan GFR (menurut rumus Cockroft-Goult). 3. Kelainan biokimiawi darah meliputi penurunan kadar hemoglobin, peningkatan kadar asam urat, hiper atau hipokalemia, hiponatremia, hiper atau hipokloremia, hiperfosfatemia, hipokalsemia, asidosis metabolik. 4. Kelainan urinalisis meliputi proteinuria, hematuri, cast, isostenuria Gambaran Radiologis Pemeriksaan radiologis PGK meliputi : a) Foto polos abdomen b) Ultrasonografi ginjal c) Pielografi d) Pielografi antegrad atau retrigrad e) Renografi bila ada indikasi Penatalaksanaan PGK meliputi : a. Terapi spesifik terhadap penyakit dasarnya b. Pengendalian keseimbangan air dan garam c. Menghambat perburukan fungsi ginjal d. Pengendalian gangguan keseimbangan elektrolit dan asam-basa e. Pencegahan dan pengobatan osteodistrofi renal (ODR) f. Pengobatan gejala uremi spesifik g. Deteksi dini dan pengobatan infeksi h. Penyesuaian pemberian obat i. Deteksi dan pengobatan komplikasi j. Persiapan dialisis dan transplantasi
Dalam diskusi kasus kali ini, setelah melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang kami mendiagnosa pasien ini CKD (chronic kidney disease). Diagnosa ini kami ambil mengingat komplikasi yang mungkin timbul pada pasien ini. Mengingat lamanya waktu Ny. R ini dalam menggunakan pil KB, dengan efek samping yang bermacam-macam, kemungkinan DM dikarenakan GDS nya yang meningkat dan postur tubuh yang mengalami kegemukan, selain itu pasien juga menderita hipertensi yang dalam kategori JNC 7 sudah masuk stage 2. Semua ini membuat kami menyimpulkan bahwa sudah terjadi kerusakan ginjal yang cukup lama pada pasien tersebut. Penutup