Вы находитесь на странице: 1из 32

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK PBL

SKENARIO 1 BLOK 2.3.6


PERAWATAN ENDODONTIK PADA PULPITIS IRREVERSIBLE

Kelompok D
Ketua

: Andina Muzayyanti

NIM : 125070400111010

Sekretaris : Panji Adhytama P.S.


Anggota

NIM : 125070407111015

: Dwi Isti Nadiaroh

NIM : 125070400111005

Saurma Nainggolan

NIM : 125070400111024

Stephanie Yessica H.

NIM : 125070400111027

Fanny Rizqi Azizah

NIM : 125070400111028

Nadiastika Wahyu S

NIM : 125070400111036

Hernida Safira J

NIM : 125070401111002

Giza Romadhoni R

NIM : 125070401111017

Annisa Dwi W.

NIM : 125070407111017

Dharmmesti Anindita

NIM : 125070407111026

Miftakhul Ulum A.

NIM : 125070407111031

DK 1 : Senin/ 11 November 2013


DK 2 : Kamis/ 14 November 2013
FASILITATOR : Joko Widyastomo,drg, SpBM

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER GIGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2013
KATA PENGANTAR
i

Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulisan laporan hasil diskusi ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini berisi
tentang hal-hal seputar penyakit karies yang dibahas selama diskusi kelompok
1 dan diskusi kelompok 2.
Selain bantuan dari Tuhan, penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari
bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk menulis

laporan ini sehingga penulis dapat

mempertanggungjawabkan hasil diskusi kelompok 1 dan 2 yang membahas


tentang Perawatan Endodontik pada Pulpitis Irreversible.
2. Orang

tua

yang

telah

turut

membantu,

membimbing,

dan

selalu

memberikan semangat serta motivasi-motivasi kepada penulis selama


proses pembuatan laporan ini sehingga dapat terselesaikan dengan baik.
3.

Joko

Widyastomo,drg,

SpBM

selaku

fasilitator

yang

senantiasa

membimbing dan memberi masukan pada penulis dalam diskusi hingga


pembuatan laporan.
4. Semua pihak yang turut membantu kelancaran pembuatan laporan ini.
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam menyelesaikan
laporan ini. Namun bila masih ada kekurangan, penulis bersedia menerima
kritik dan saran dari para pembaca yang bersifat membangun dalam
penyusunan laporan-laporan berikutnya.

Tim Penyusun

ii

DAFTAR ISI

HALAMAN

JUDUL....................................................................................................
KATA

ii

PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
BAB

iii
I

SKENARIO 1

BAB

II

IDENTIFIKASI

MASALAH
BAB

III

HIPOTESIS 3

BAB

IV

LEARNING

ISSUES
BAB
V
LEARNING
OUTCOMES....
...
Karies

Profunda..............................

........
Pulpitis
Irreversible...........................................

Perawatan
Saluran

Akar............

.
Pulpotomi.......................................

.
Anatomi

5
5
8
9
10

...
Pulpektomi................................................
.
Anestesi

16
Lokal............................

21

Pulpa..........

...23
DAFTAR
PUSTAKA
iii

..28

iv

BAB I
SKENARIO
Seorang anak laki-laki usia 9 tahun, datang ke dokter gigi bersama ibunya,
mengeluh gigi kanan rahang bawah tiba-tiba sakit saat bermain bersama
teman-temannya. Dari anamnesa diketahui bahwa gigi tersebut sering terasa
nyut-nyutan. Pemeriksaan intra oral, didapat gigi 46 dan 85 karies profunda,
tes vitalitas pulpa gigi 46 positif sedangkan gigi 85 negatif. Hasil foto rontgen,
tampak gambaran klinis karies profunda pada gigi 46 dan akar bengkok ke
distal sedangkan pada gigi 85 karies profunda perforasi dan tampak resorbsi
akar meebihi 1/3 panjang akar. Dokter gigi memutuskan untuk melakukan
perawatan pulpa pada kedua gigi tersebut. Setelah dilakukan anestesi lokal,
ruang pulpa gigi 46 dibuka sesuai anatominya, seluruh jaringan pulpa
diangkat menggunakan jarum eksterpasi kemudian saluran akar dibentuk
menggunakan jarum file. Sedangkan pada gigi 85, jaringan pulpa hanya
dibuang pada bagian koronal saja. Perawatan kedua gigi tersebut dilanjutkan
pada kunjungan berikutnya.

BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja yang termasuk tes vitalitas?
2. Pada gigi 46 pulpa masih vital, mengapa jaringan pulpa perlu diangkat?
3. Gigi 85 pulpa tidak vital, mengapa yang dibuang hanya koronalnya saja?
4. Apakah jenis gigi mempengaruhi jenis tindakan?
5. Apakah resorbsi akar mempengaruhi vitalitas pulpa?
6. Apa saja syarat-syarat dilakukan perawatan saluran akar?
7. Apa saja jenis anestesi yang dapat digunakan pada kasus ini?
8. Apa saja alat yang digunakan untuk perawatan saluran akar?
9. Apakah akar yang bengkok mempengaruhi tindakan perawatan?
10. Pembukaan ruang pulpa menggunakan alat apa?
11. Bagaimana cara membentuk saluran akar dengan menggunakan jarum
file?
12. Samapai manakah perawatan yang dilakukan pada kunjungan pertama?
13. Apakah perawatan yang dilakukan pada kunjungan berikutnya?
14. Foto jenis apakah yang digunakan dalam kasus ini?

BAB III
HIPOTESIS
Ada seorang anak laki-laki 9 tahun yang mengeluhkan nyeri spontan pada
gigi kanan rahang bawahnya. Setelah dilakukan pemeriksaan intraoral
didapati karies profunda pada gigi 46 dan gigi 85. Dari hasil tes vitalitas,
gigi 46 menunjukkan hasil positif, sedangkan gigi 85 menunjukkan hasil
negative. Lalu pada hasil pemeriksaan radiografi gigi 46 memiliki akar
yang bengkok ke distal dan gigi 85 perforasi serta terdapat resorbsi akar
lebih dari 1/3 panjang akar. Dari sini perlu dipahami lebih lanjut mengenai
karies

profunda

dan

macam-macam

penyakit

pada

pulpa

untuk

mengetahui tindakan yang akan diambil selanjutnya.


Kemudian dilakukan perawatan pulpa pada kedua gigi, setelah
dianestesi lokal, ruang pulpa gigi 46 dibuka sesuai dengan anatominya
dan seluruh jaringan pulpa diangkat menggunakan jarum ekstirpasi,
saluran akar dibentuk menggunakan jarum file. Sedangkan pada gigi 85,
jaringan pulpa hanya dibuang pada bagian koronalnya saja. Perawatan
kedua gigi dilanjutkan pada kunjungan berikutnya. Dari sini kita perlu
mempelajari macam-macam perawatan pulpitis irreversible: indikasikontraindikasi, teknik dan klasifikasinya. Selain itu, perlu juga diketahui
macam-macam anestesi lokal beserta teknik pengaplikasiannya dan juga
indikasi-kontraindikasi. Anatomi ruang pulpa gigi permanen dan decidui
juga penting diketahui untuk melakukan perawatan endodontic.

BAB IV
LEARNING ISSUES
1.Karies Profunda
a. Jenis
b. Definisi
c. Gejala Klinis
2.Pulpitis Irreversible
a. Definisi
b. Gejala
c. Indikasi dan Kontraindikasi (PSA)
d. Perawatan (sulung&permanen)
-Jenis

-Prosedur

-Tujuan

-Teknik

-Alat
3.Anestesi Lokal
a.Jenis
b.Indikasi & Kontraindikasi
c.Teknik
4.Anatomi Ruang Pulpa (Sulung & Permanen)

BAB V
LEARNING OUTCOMES

Karies Profunda
Karies profunda adalah karies yang kerusakannya mencapai lebih dari
dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa, dibagi atas:

Karies profunda stadium I


Karies telah melewati dentin, namun biasanya radang pulpa belum
dijumpai

Karies profunda stadium II


Masih dijumpai lapisan tipis yang membatasi karies dengan pulpa.
Biasanya telah terjadi radang pada pulpa
Karies profunda stadium III
Pulpa telah terbuka, sering dijumpai berbagai macam radang pulpa

Etiologi Penyakit Pulpa Secara Umum


A.

Fisis
Mekanis
1.

Trauma
a.

Kecelakaan

b.

Prosedur gigi iatrogenic (pemasangan baji pada gigi,


preparasi gigi atau mahkota)

2.

Pemakaian patologik (atrisi,abrasi,dll)

3.

Retak melalui badan gigi (sindroma gigi retak)

4.

Perubahan barometik (barodontalgia)

Thermal
1. Panas berasal dari preparasi kavitas, pada kecepatan rendah atau
tinggi
2. Panas eksotermik karena menjadi kerasnya (setting) semen
3. Konduksi panas dan dingin melalui tumpatan yang dalam tanpa suatu
bahan dasar protektif
4. Panas friksional (pergesekan) disebabkan oleh pemolesan restorasi
Listrik (arus galvanic dari tumpatan metalik yang tidak sama)
B.

Kimiawi
1.

Asam fosfat, monomer aklirik,dll

2.

Erosi (asam)

C.

Bakterial
1.

Toksin yang berhubungan dengan karies

2.

Invasi langsung pulpa dari karies atau trauma

3.

Kolonisasi microbial di dalam pulpa oleh mikroorganisme bloodborne (anakoresis)

Klasifikasi Penyakit Pulpa


A. Pulpitis (Inflamasi)
Pulpitis merupakan peradangan pada pulpa gigi, biasanya disebabkan
oleh infeksi bacterial dalam karies gigi, fraktur gigi, atau kondisi lain yang
mengakibatkan pajanan pulpa terhadap infeksi bakteri.
1.
Reversibel
Suatu kondisi inflamasi pulpa ringan sampai sedang yang disebabkan
oleh stimuli noksius, tetapi pulpa mampu kembali pada keadaan tidak
terinflamasi setelah stimuli ditiadakan.
1) Dengan gejala / simtomatik / akut
2) Tanpa gejala / asimtomatik / kronis
Gejala:
Rasa

sakit

tajam

(tidak

spontan),

nyeri

tidak

berlanjut

jika

penyebabnya ditiadakan
2.

Ireversibel
Suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau
asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimuli noksius.

1) Akut
Luar biasa responsive terhadap dingin
Luar biasa responsive terhadap panas
2) Kronis
Asimtomatik dengan terbukanya pulpa
Pulpitis hiperplastik
Resorpsi internal
B. Degenerasi Pulpa
1. Mengapur (kalsifikasi)
2. Kalsifikasi yang kuas (biasanya dalam bentuk batu pulpa / kalsifikasi
yang difus) muncul sebagai respon terhadap trauma, karies, penyakit
periodontal / iritan lainnya
3. Degenerasi atrofik
4. Degenerasi fibrous
5. Artifak pulpa
6. Pulpitis hiperpastik kronis
7. Polip pulpa adalah suatu inflamasi pulpa produktif yang disebabkan
C.

oleh suatu pembukaan karies luas pada pulpa muda.


Nekrosis
Adalah matinya pulpa terjadi setelah injuri traumatic yang pulpanya
rusak sebelum terjadi reaksi inflamasi.
a.

Nekrosis koagulasi
Bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau diubah menjadi
bahan solid pengejuan (caseation): bentuk nekrosis koagulasi
yang jaringannya berubah menjadi massa seperti keju.

b.

Nekrosis likuefaksi
Terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa
yang melunak, suatu cairan atau debris amorfur.

Penyebab (keseluruhan); oleh ijuri yang membahayakan pulpa bakteri,


trauma dan kimia
Gejala :
- Diskolorasi gigi indikasi nekrosis pulpa mati
D.

Nekrosis sebagian bereaksi terhadap perubahan termal

Hiperemi pulpa
adalah

penumpukan

darah

secara

berlebihan

pada

pulpa,

yang

disebabkan oleh kongesti vascular


Hiperemi pulpa ada 2 tipe:
1. Arteri (aktif) jika terjadi peningkatan peredaran darah arteri
2. Vena (pasif) jika terjadi pengurangan peredaran darah vena
Hiperemi pulpa disebabkan oleh :
1. Trauma, seperti oklusi traumatic, syok termal sewktu preparasi kavitas,
dehidrasi akibat penggunaan alcohol atau kloroform, syok galvanic,
iritasi terhadap dentin yang terbuka
2. Kimiawi, seperti makanan asam atau manis, iritasi terhadap bahan
tumpatan

silikat/akrilik,

bahan

sterilisasi

dentin

(fenol,

H2O2,

ALKOHOL)
3. Bakteri, dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin ke
pulpa
Gejala
Bukan karena penyakit, tp suatu tanda ketahanan pulpa normal telah
ditekan sampai kritis. Ditandai dengan rasa sakit tajam dan pendek. Rasa
sakit timbul karena rangsangan air, makanan atau udara dingin juga
karena makanan manis atau asin. Rasa sakit ini tidak spontan dan tidak
berlanjut jika rangsangAn dihilangkan

Bahan Pulpotomi
1. Bahan yang meningkatkan penyembuhan pulpa, yaitu kalsium hidroksida
2.

Bahan

yang

mendisinfeksi

dan

memfiksasi

jaringan

pulpa,

yaitu

formokresol.

Akhir-akhir ini penggunaan Mineral Trioxide Agregate (MTA) terbukti lebih


efektif dan efisien dibandingkan pemakaian kalsium hidroksida.

MTA dikembangkan untuk penggunaan pengisian saluran akar dan


perbaikan perforasi furkasi.

Bahan

ini

mengandung

tricalcium

silikat,

tricalcium

aluminate,

tricalcium oxide dan silicate oxide.

Kelebihan dari MTA adalah kemampuan sealing yang baik, kekuatan


kompressi yang mencapai 70 MPa dan biokompatibilitas yang baik.

Bila dibandingkan dengan kalsium hidroksida terjadi

pembentukan

dentin bridge dan pemeliharaan vitalitas pulpa yang lebih baik dan lebih
cepat. Juga terdapat aktivitas normal dari sitokin pada pembentukan
tulang dan sementum.
Pulpitis Irreversibel
a. Definisi
Pulpitis Ireversibel adalah inflamasi pulpa yang persisten (tetap)
dan parah yang tidak bisa pulih walaupun penyebabnya di hilangkan,
pulpitis ini dapat simtomatik maupun asimtomatik (tanpa gejala).
b. Gejala
1. Nyeri spontan
2. Nyeri tajam (meningkat karena rangsangan panas/dingin)
3. Nyeri lama sampai berjam-jam karena perubahan tekanan intrapulpa
4. Rasa sakitnya menyebar
5. Rasa sakitnya berdenyut-denyut.
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi:
1. pulpa vital, bebas dari pernanahan atau tanda nekrosis lainnya
2. pulpa terbuka karena faktor mekanis selama preparasi kavitas yang
kurang hati-hati
3. pulpa terbuka karena trauma dan sudah lebih dari dua jam, tetapi
belum melebihi 24 jam, tanpa terlihat adanya infeksi pada bagian
periapeks
4. gigi masih dapat diperbaiki dan minimal didukung lebih dari dua
pertiga panjang akar
5. tidak ada kehilangan tulang pada bagian interradikal
6. pada gigi posterior yang eksterpasi pulpa sulit dilakukan

7. apeks akar belum tertutup sempurna


8. usia tidak lebih dari 20 tahun

Kontraindikasi:

1. sakit jika diperkusi dan palpasi


2. ada radiolusen pada daerah periapeks atau interadikular
3. mobilitas patologik
4. ada nanah pada pulpa yang terbuka
5. pada pasien yang kesehatannya kurang baik
6. pada pasien berusia di atas 20 tahun
PERAWATAN SALURAN AKAR
Preparasi Saluran Akar
Teknik preparasi saluran akar :
1. Konvensional yaitu teknik preparasi saluran akar yang dilakukan
pada gigi dengan akar lurus dengan alat preparasi jarum reamer/file
Prosedur :
- Menggunakan file tipe K dengan gerakan memutar dan ditarik
keluar
- File dimasukkan ke dalam saluran akar sebatas stoper. Stoper
diletakkan pada puncak tertinggi incisal.
- Digunakan secara berurutan mulai dari yang terkecil
sampaidengan yang terbesar.
- Setiap penggantian/pengeluaran file dari saluran akar harus
diirigasi dengan NaOCl dan aquadest.
- Setelah bersih, keringkan saluran akar dengan paper
point(dapat di lihat dari bersihnya jarum preparasi setelah di
keluarkan).
2. Step back yaitu teknik preparasi pada akar bengkok dan sempit
pada daerah 1/3apikal. Pada teknik ini tidak dapat digunakan jarum
reamer karena akarnya bengkok.
Prosedur :
- File dimasukkan ke dalam kavitas sesuai panjang kerja.
- File dimulai dari urutan terkecil sampai dengan no.25
- Preparasi dilanjutkan dengan file no.30 dengan panjang kerja
dikurangi 1mm
- Preparasi dilanjutkan dengan file no.35 dengan panjang kerja
dikurangi 2mm
- File berikutnya adalah no.40 dengan panjang kerja dikurangi
3mm dan seterusnya dampai dengan no.80.
- Setiap penggantian file perlu dilakukan pengontrolan panjang
kerja dengan file no.25
- Setiap penggantian file dilakukan irigasi dengan menggunakan
larutan NaOCl dan aquadest.
- Setelah bersih, keringkan saluran akar dengan paper
point(dapat di lihat dari bersihnya jarum preparasi setelah di
keluarkan).

A. PULPOTOMI
Definisi:
Pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di dalam kamar pulpa dan
meninggalkan jaringan pulpa dibagian radikular.
Tujuan: mempertahankan vitalitas pulpa radikular dan membebaskar rasa
sakit pada pasien dengan pulpagia akut.
Keuntungan dari pulpotomi:
1) Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan.
2) Pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan karena
pengambilan pulpa di bagian radikular sukar, penuh ramikasi dan sempit.
3) Iritasi obat obatan instrumen perawatan saluran akar tidak ada.
4) Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.
Pulpotomi diklasifikasikan berdasar bahan dressing yang digunakan:
1.

Bahan

yang

meningkatkan

penembuhan

pulpa,

yaitu

kalsium

hidroksida
Indikasi

Diindikasikan pada gigi permanen anak-anak yang melibatkan pulpa

dengan apeks akarnya belum terbentuk sempurna


Dilakukan hanya pada gigi sehat, pulpa hiperemik/ terinflamasi ringan

Kontraindikasi

Sensitivitas

luar

biasa

terhadap

panas

dingin,

pulpagia

kronis,

sensitivitas luar biasa terhadap perkusi dan palpasi karena penyakit

pulpa
Perubahan radiografik periradikular
Penyempitan kamar pulpa atau saluran akar
Foramen terbuka
Pada pasien pulpitis irreversible

Prognosis Pulpotomi kalsium hidroksida:


1. Pembentukan suatu jembatan
2. Meskipun banyak pulpa menjadi
prosedur

pulpotomi,

beberapa

normal

mengalami

kembali

setelah suatu

inflamasi

kronis

dan

akhirnya menjadi nekrotik


2.

Bahan yang mendisinfekso dan memfiksasi jaringan pulpa, yaitu

formokresol

10

Indikasi

Untuk

perawatan

gigi

sulungyang

pulpanya

terlibat,

dengan

manifestasi klinis perubahan inflamatori yang terbatas pada pulpa

mahkota/ pembukaan mekanis pada waktu operatif


Untuk gigi posterior permanen untuk perawatan pulpagia

Kontaindikasi

Gigi sulung yang luar biasa sensitiv terhadap panas dan dingin yang

mempunyai pulpagia kronis


Sensitiv terhadap perkusi dan palpasi karena penyakit pulpa
Mempunyai perubahan radiografik periradikular
Mempunyai kamar pulpa atau saluran akar yang menyempit

Prognosis Pulpotomi formokresol:


1. Dilakukan untuk mempertahankan integritas lengkung gigi, sampai
tumbuhnya gigi pengganti permanen.
Pulpotomi menurut keadaan dan kondisi gigi dapat dibagi 3 bagian:
1. Pulpotomi Vital
Definisi:
Pulpotomi vital atau amputasi vital adalah tindakan pengambilan
jaringan pulpa bagian koronal yang mengalami inflamasi dengan melakukan
anestesi, kemudian memberikan medikamen di atas pulpa yang diamputasi
agar pulpa bagian radikular tetap vital. Pulpotomi vital umunya dilakukan
pada gigi sulung dan gigi permanen muda. Pulpotomi gigi sulung umunya
menggunakan formokresol atau glutaradehid. Pada gigi dewasa muda dipakai
kalsium hidroksid. Kalsium hidroksid pada pulpotomi vital gigi sulung
menyebabkan

resorpsi

interna.

Berdasarkan

penelitian,

menurut

Finn

keberhasilan pulpotomi vital formokresol 97% secara rontgenologis dan 82%


secara

histologis.

Reaksi

formokresol

terhadap

jaringan

pulpa

yaitu

membentuk area yang terfiksasi dan pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan
vital. Pulpotomi vital dengan formokresol hanya dilakukan pada gigi sulung
dengan singkat dan bertujuan mendapat sterilisasi yang baik pada kamar
pulpa.
Indikasi
O Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda tanda gejala
peradangan pulpa dalam kamar pulpa.
O Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur
pulp capping indirek yang kurang hati hati, faktor mekanis selama preparasi
kavitas atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa.

11

O Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih dari
2/3 panjang akar gigi.
O Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.
O Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.
Kontra indikasi
O Rasa sakit spontan.
O Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.
O Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi akar
interna maupun eksterna.
O Ada mobiliti yang patologik.
O

Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap

infeksi sangat rendah.


O Perdarahan yang berlebihan setelah amputasi pulpa.
Obat yang dipakai formokresol dari formula Buckley:
- Formaldehid 19%
- Kresol 35%
- Gliserin 15%
- Aquadest 100
Khasiat formokresol :
Formokresol mengkoagulasi protein sehingga merupakan bakterisid yang kuat
dan kaustik. Pemakaian formokresol pada pulpotomi tidak merangsang
pembentukan dentinal bridge atau calcific barrier, tetapi jaringan pulpa akan
membentuk zona fiksasi yang bersifat keras, tahan terhadap autolysis dan
merupakan barrier terhadap serangan bakteri yang menuju ke apikal.
Pemakaian formokresol pada pulpotomi vital terdiri 2 metode :
1) Pulpotomi 1 kali kunjungan atau metode 5 menit. Pada pulpa yang
mengalami peradangan kronis jaringan pulpa seharusnya perdarahan akan
berhenti dalam 3 5 menit setelah diletakkan formokresol.
2) Pulpotomi 2 kali kunjungan atau metode 7 hari. Karena adanya persoalan
kontrol perdarahan yaitu perdarahan yang berlebihan. Pulpotomi gigi tetap
muda dengan Ca(OH)2 lebih berhasil karena apeks
masih relatif terbuka dan vaskularisasi pulpa cukup membantu. Pulpotomi
Ca(OH)2 pada gigi sulung merupakan kontra indikasi karena terjadinya

12

resorpsi

interna

akibat

stimulasi

yang

berlebihan

dari

Ca(OH)2

yang

mengaktifkan sel odontoklas. Keberhasilan yang dilaporkan secara klinis 94%


dan secara radiografis 64%. Resorpsi akan lebih cepat terjadi pada gigi sulung
yang telah dirawat pulpotomi.
Teknik pulpotomi vital :
- Kunjungan pertama
1) Ro-foto.
2) Anestesi lokal dan isolasi daerah kerja.
3) Semua kotoran pada kavitas gigi dan jaringan karies disingkirkan, kemudian
gigi diolesi dengan larutan yodium
4) Selanjutnya lakukan pembukaan atap pulpa dengan bur fisur steril dengan
kecepatan tinggi dan semprotan air pendingin kemudian pemotongan atau
amputasi jaringan pulpa dalam kamar pulpa sampai batas dengan ekskavator
yang tajam atau dengan bur kecepatan rendah.
5) Setelah itu irigasi dengan aquadest untuk membersihkan dan mencegah
masuknya sisa sisa dentin ke dalam jaringan pulpa bagian radikular.
Hindarkan penggunaan semprotan udara.
6) Perdarahan sesudah amputasi segera dikontrol dengan kapas kecil yang
dibasahi larutan yang tidak mengiritasi misalnya larutan salin atau aquadest,
letakkan kapas tadi di atas pulp stump selama 3 5 menit.
7) Sesudah itu, kapas diambil dengan hati hati. Hindari pekerjaan kasar
karena pulp stump sangat peka dan dapat menyebabkan perdarahan kembali.
8) Dengan kapas steril yang sudah dibasahi formokresol, kemudian orifis
saluran akar ditutup selama 5 menit. Harus diingat bahwa kapas kecil yang
dibasahi dengan formokresol jangan terlalu basah, dengan meletakkan kapas
tersebut pada kasa steril agar formokresol yang berlebihan tadi dapat diserap
9) Setelah 5 menit, kapas tadi diangkat, pada kamar pulpa akan terlihat warna
coklat tua atau kehitam hitaman akibat proses fiksasi oleh formokresol.
10)Kemudian di atas pulp stump diletakkan campuran berupa pasta dari ZnO,
eugenol dan formokresol dengan perbandingan 1:1 (Gambar 2-F), di atasnya
tempatkan tambalan tetap
-

Kunjungan kedua

Apabila perdarahan tidak dapat dihentikan sesudah amputasi pulpa berarti


peradangan sudah berlanjut ke pulpa bagian radikular. Oleh karena itu
diperlukan 2 kali kunjungan.

13

Teknik pulpotomi dua kali kunjungan :


1) Sebagai lanjutan perdarahan yang terus menerus ini pulpa ditekan kapas
steril yang dibasahi formokresol ke atas pulp stump dan ditutup dengan
tambalan sementara.
2) Hindarkan pemakaian obat obatan untuk penghentian perdarahan, seperti
adrenalin atau sejenisnya, karena problema perdarahan ini dapat membantu
dugaan keparahan keradangan pulpa.
Kunjungan kedua (sesudah 7 hari)
1) Tambalan sementara dibongkar lalu kapas yang mengandung formokresol
diambil dari kamar pulpa.
2) Letakkan di atas orifis, pasta campuran dari formokresol, eugenol dengan
perbandingan 1:1 dan zink oksid powder.
3) Kemudian di atasnya, diletakkan semen fosfat dan tutup dengan tambalan
tetap.
2. Pulpotomi Devital (Mumifikasi = Devitalized Pulp Amputation)
Definisi:
Pulpotomi devital atau mumifikasi adalah pengembalian jaringan pulpa yang
terdapat dalam kamar pulpa yang sebelumnya di devitalisasi, kemudian
dengan pemberian pasta anti septik, jaringan dalam saluran akar ditinggalkan
dalam keadaan aseptik. Untuk bahan devital gigi sulung dipakai pasta para
formaldehid.
Indikasi:
1) Gigi sulung dengan pulpa vital yang terbuka karen karies atau trauma.
2) Pada pasien yang tidak dapat dilakukan anestesi.
3) Pada pasien yang perdarahan yang abnormal misalnya hemofili.
4) Kesulitan dalam menyingkirkan semua jaringan pulpa pada perawatan
pulpektomi terutama pada gigi posterior.
5) Pada waktu perawatan pulpotomi vital 1 kali kunjungan sukar dilakukan
karena kurangnya waktu dan pasien tidak kooperatif.
Kontra indikasi
1) Kerusakan gigi bagian koronal yang besar sehingga restorasi tidak mungkin
dilakukan.
2) Infeksi periapikal, apeks masih terbuka.
3) Adanya kelainan patologis pulpa secara klinis maupun rontgenologis.

14

Teknik pulpotomi devital :


Kunjungan pertama
1) Ro-foto, isolasi daerah kerja.
2) Karies disingkirkan kemudian pasta devital para formaldehid dengan kapas
kecil diletakkan di atas pulpa.
3) Tutup dengan tambalan sementara, hindarkan tekanan pada pulpa.
4) Orang tua diberitahu untuk memberikan analagesik sewaktu waktu jika
timbul rasa sakit pada malamnya.
Kunjungan kedua (setelah 7 10 hari)
1) Diperiksa tidak ada keluhan rasa sakit atau pembengkakan.
2) Diperiksa apakah gigi goyang.
3) Gigi diisolasi.
4) Tambalan sementara dibuka, kapas dan pasta disingkirkan.
5) Buka atap pulpa kemudian singkirkan jaringan yang mati dalam kavum
pulpa.
6) Tutup bagian yang diamputasi dengan campuran ZnO / eugenol pasta atau
ZnO dengan eugenol / formokresol dengan perbandingan 1:1.
7) Tutup ruang pulpa dengan semen kemudian restorasi.
3. Pulpotomi Non Vital (Amputasi Mortal)
Definisi:
Amputasi pulpa bagian mahkota dari gigi yang non vital dan memberikan
medikamen / pasta antiseptik untuk mengawetkan dan tetap dalam keadaan
aseptik.
Tujuan
Mempertahankan gigi sulung non vital untuk space maintainer
Indikasi
1) Gigi sulung non vital akibat karies atau trauma.
2) Gigi sulung yang telah mengalami resorpsi lebih dari 1/3 akar tetapi masih
diperlukan sebagai space maintainer.
3) Gigi sulung yang telah mengalami dento alveolar kronis.
4) Gigi sulung patologik karena abses akut, sebelumnya abses harus dirawat
dahulu.
Obat yang dipakai:
- Formokresol
- CHKM

15

Teknik non vital pulpotomi :


- Kunjungan pertama
1) Ro-foto daerah kerja.
2) Buka atap pulpa / ruang pulpa
3) Singkirkan isi ruang pulpa dengan ekskavator atau bur bulat yang besar
sejauh mungkin dalam saluran akar.
4) Bersihkan dari debris dengan aquadest kemudian keringkan dengan kapas.
5) Formokresol yang telah diencerkan atau CHKM diletakkan dengan kapas
kecil ke dalam ruang pulpa kemudian ditambal sementara.
- Kunjungan kedua (setelah 2 10 hari)
1) Periksa gigi tidak ada rasa sakit atau tanda tanda infeksi.
2) Buka tumpatan sementara, bersihkan kavitas dan keringkan.
3) Letakkan pasta dari ZnO dengan formokresol dan eugenol (1:1) dalam
kamar pulpa, tekan agar pasta dapat sejauh mungkin masuk dalam saluran
akar.
B. PULPEKTOMI
Pulpektomi : Tindakan pengambilan seluruh jaringan pulpa normal/sakit
dari kavitas ruang pulpa
Indikasi :
1. Gigi vital/non vital
2. Tanda-tanda inflamasi
3. Pada foto rontgen akar masih utuh
4. Saluran akar terlihat jelas
5. Akar tidak membengkok
a.

Pulpektomi Vital
Biasanya pada gigi anterior dengan karies yang telah meluas sampai
pulpa gigi/gigi yang mengalami fraktur
Perawatan

Kunjungan I

Diagnosis (foto rontgen


1)

Anastesi Lokal

Isolasi

Preparasi kavitas dengan


bur
bulat,
3%
perdarahan
dihentikan
dengan H2O2

Pembersihan biomekanis
dengan jarum eksterpasi,

Kunjungan II

2
Preparasi kavitas

16

bur gates, reamer, file dll


Menentukan
panjang
kerja, foto jarum (foto
rontgen II), endometer
lanjutan biomekanikal

Irigasi
H2O2
3%
+
NaOCL 5% keringkan
dengan paper point

Pengisian saluran akar


bergantung
pada
restorasi
akhir
(foto
rontgen III)

Tambalan
sementara
Zn(PO) 4 atau OSE

Tambalan tetap

b. Pulpektomi Nonvital

Sering digunakan pada gigi anterior, yang mempunyai saluran akar


satu, walaupun kini sudah banyak digunakan pada gigi dwngan saluran

akar lebih dari Satu.


Gigi yang dirawat secara pulpektomi nonvital adalah gigi dengan
diagnosis gangrene pulpa atau nekrosis.
Indikasi :
-

Mahkota gigi masih dapat direstorasi dan berguna untuk keperluan


prostetik( untuk pilar restorasi jembatan)

Gigi tidak goyang dan periodontal normal

Foto rongen menunjukkan resorpsi akar tidak lebih dari sepertiga


apical, tidak ada granuloma pada gigi sulung.

Kondisi pasien baik serta ingin giginya dipertahankan dan bersedia


untuk memelihara kebersihan gigi dan mulutnya

Keadaan ekonomi pasien memungkinkan

Kontraindikasi :
-

Gigi tidak dapat direstorasi lagi

Resorpsi akar lebih dari sepertiga apical

Kondisi pasien buruk da mengidap penyakit kronis, seperti diabetes


mellitus, TBC dan lainlain

Terdapat belokan ujung dengan granuloma( kista) yangsukar di


bersihkan atau sukar dilakukan tindakan bedah endodonti

17

Tahapan Pulpektomi nonvital

Perawatan

Diagnosis(foto

Kunjunga

Kunjunga

II

Kunjungan

III

IV

roentgen)
Isolasi(relative/
absolute)

Trepanasi

preparasi

foto

kavitas,

jarum(foto

preparasi
saluran
secara

Kunjungan

3
akar

II)

manual

endomete

dan ultrasonic
Irigasi

roentgen

H2O2

3%, NaOCL 5%
keringkan
saluran

akar

dengan

paper

point
4

Peletakan
bahan

desinfektan,

Peletakan
kapas

septomixine dll
Tambalan

steril
6

sementara
semen

Zinc

phospat

R/

antibiotic,

R/

18

analgesic( hany
a kalau ada rasa
sakit
Pengisian
saluran

akar

dengan

guta

perca + pasta

Tambalan

tubli seal( foto

sementara

roentgen III)
Tambalan tetap
Interval
kunjungan

2
2-3 hari

2-3 hari

1-2 hari

Teknik Pengisian Saluran Akar

Teknik pengisian single cone


Teknik yang dilakukan pada gigi dengan saluran akr lurus dan diameter
bulat sehingga dapat digunakan satu gutta percha untuk setian satu

saluran akar.
Teknik pengisian saluran akar kondensasi lateral
Teknik pengisian saluran akar kondensasi lateral dengan menggunakan
satu gutta percha utama, kemudian ditambahkan gutta percha
tambahan di sekelilingnya. Diindikasikan pada saluran akar berbentuk
lonjong atau saluran akar yang dipreparasi dengan teknik step-back.

c.

Pulpektomi Devital

Sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis atau
pada gigi
anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anastesi.
Perawatan ini sekarang sudah jarang digunakan pada gigi tetap, biasanya
langsung
dilakukan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior.
pulpektomi devital masih sering dilakukan pada gigi sulung, dengan
mempergunakan
bahan bahan devitalisasi

paraformaldehid( toxavit), bahan dengan

komposisi

19

As2O3 sama sekali tidak digunakan lagi.


Teknik Pulpotomi Devital

Perawatan
- Diagnosis (foto
roentgen)
- isolasi
(relative/absolute)
- Preparasi kavitas,
keringkan
- Peletakan bahan
devitalisasi
- Tambalan
sementara, semen
oksida seng
eugenol atau
semen Zinc
phospat R/
Analgetik
- Eksterpasi pulpa,
preparasi saluran
akar, Irigasi NaOCL
5%, H2O2 3% , foto
jarum,
endometer( foto
roentgen II),
ultrasonic
- Keringkan,
peletakan kapas
steril, tambalan
sementara
- Pengisian saluran
akar dengan pasta
tubli seal + gutap
semen

Kunjungan I

Kunjungan II

Kunjungan III

2
3

Sampai orifisum

20

Tambalan tetap

Interval Kunjungan

Beberapa hari(3 hari);1-2 minggu

ANASTESI LOKAL
a. Definisi
Anestesi lokal menurut Kamus Kedokteran Dorland adalah agen,
misalnya lidokain, prokain, atau tetrakain, yang menimbulkan anestesi
dengan melumpuhkan ujung saraf sensorik atau serabut saraf pada
tempat

pemberian

obat.

Konduksi

impuls

saraf

disekat

dengan

menghentikan masuknya natrium ke dalam sel saraf.


b. Macam - Macam
a. Anestesi Infiltrasi
Definisi
Anestesi infiltrasi merupakan injeksi suatu anestesi lokal ke dalam
jaringan lunak pada daerah apeks akar.
Indikasi
- Pengambilan pulpa gigi
- Pencabutan sebuah gigi
- Pasien kardiovaskuler dengan pemberian secara hati-hati dan ada
aspirasi terlebih dahulu
Kontraindikasi
Injeksi palatal untuk gigi maxilla karena adanya inervasi pulpa oleh
serabut dari ligamen periodontal. Alternatif anestesinya memakai anestesi
dengan injeksi subperiosteal yaitu dengan memasukkan jarum dekat apeks
gigi tepat di bawah periosteum dan perlahan dimasukkan 0,5 ml larutan
anestetik.
Bahan yang dipakai
-

Lidocaine (Xylocaine) 2% dengan 1:100.000 epinephrine


Umumnya 1 karpul larutan anestetik sudah cukup, yaitu 1,8 mm
Pemakaian untuk ekstirpasi pulpa lebih banyak daripada untuk ekstraksi
gigi

Cara
Jarum dimasukkan ke dalam lipatan mukobuccal agak mesial dari gigi
yang akan dianestesi dan dibawa ke arah apeks akar sampai tulang
ditemukan.
b. Anestesi Blok/Konduksi
1. Blok Alveolar Inferior
Indikasi
- Mandibular posterior mulut
- Pengambilan pulpa pada gigi premolar dan molar (gigi posterior)
Cara Kerja

21

Adanya konduksi dari saraf alveolar inferior dan saraf buccal; anestesi
blok ini lebih efektif untuk menganestesi kedua saraf tersebut karena

letak saraf buccal adalah di atas level saraf alveolar inferior.


Caranya adalah dengan memasukkan jarum sekitar inchi lebih

tinggi dari tempat injeksi konvensional.


- Injeksi awal efektif karena ada gejala pada bibir.
2. Blok Mandibular Gow-Gate
- Anestesi dimasukkan pada aspek lateral leher kondilus di bawah
insersi otot pterigoid lateral dan bukan pada sulkus mandbular.
- Keberhasilan lebih tinggi dari teknik konvensional.
- Permulaan anestesi lebih lama.
- Dipakai jika teknik konvensional gagal.
3. Blok Anestesi Regional
- Blok alveolar superior posterior
- Blok infraorbital
- Blok palatin besar
Indikasi jika anestesi infiltrasi
- Blok nasopalatin
kurang memadai
- Blok maksiler (divisi kedua)
c. Teknik Keadaan Pulpa jika Ter-Inflamasi
Larutan anestesi tidak efisien pada daerah yang terinflamasi, karena
kenaikan

aktivitas

saraf

perifal

atau

penurunan

pH

jaringan

yang

memungkinkan sedikit molekul anestesi mencapai saraf. Karena itu dapat


diatasi dengan:
1. Anestesi Intrapulpal
Indikasi
Pada anestesi infiltrasi atau blok dengan masih adanya sensitifitas pada
gigi.
Cara Kerja
Cara 1
: Injeksi langsung ke dalam badan pulpa yang terbuka (hanya
pada pembukaan pulpa yang cukup besar dan mampu
menerima jarum hipodermik. Namun, karena pembukaan yang
terlalu besar terjadi penyemburan larutan kembali. Jika gagal
Cara 2

dapat dilakukan dengan cara kedua.


: Jarum dimasukkan ke dalam saluran akar sampai jarum
terjepit dan kemudian menyemprotkan larutan anestetik ke
dalam pulpa radikular. Perlu pembengkokan jarum agar masuk
ke saluran akar. Dapat dipakai 1-2 tetes larutan anestetik.
Keberhasilannya

bergantung

pada

rapat

tidaknya

jarum

terpasang dan masuk ke dalam pulpa.


2. Injeksi Ligamen Periodontal/Intraligamenter
Definisi
Suatu injeksi intraoseus dengan pemberian anestetik pada ruang
meduler dekat dengan ligamen periodontal, serta dapat menutup saraf
pulpa.
Efek

22

Pengurangan sementara tekanan darah


Kenaikan cepat jatung (kontraindikasi pada penyakit kardiovaskuler)
Kerusakan ligamen minimal, hanya sebatas daerah krista di mana
jarum masuk

Teknik dan cara kerja


-

Alat semprit khusus dengan volume pengeluaran 0,14-0,22 ml dan

tanpa mematahkan kapsul anestetik


Jarum pendek 27/30 gauge dimasukkan

di

sebelah

proksimal

sepanjang akar gigi (pada gigi posterior, jarum ditekuk hingga sesuai
dan
-

ditekan

sehingga

mengeluarkan

sekitar

0,2

ml

ke

arah

intraligamen sepanjang akar mesial dan distal gigi berakar banyak)


Ketahanan lama obat:
Lidokain dan epinephrine 1:50.000 rata-rata tahan selama 27
menit
Lidokain saja rata-rata tahan selama 1 menit

ANATOMI PULPA
A. Gigi Sulung
Ciri umum ruang pulpa gigi geligi susu
1. Kedalaman

dentin

antara

rongga

pulpa

dan

enamel

lebih

kecil,terutama pada gigi molar susu kedua bawah.


2. Tanduk pulpa yang sangat tipis dan menonjol tinggi pada molar,
terutama yang mesial.
3. Kamar pulpa relative

lebih

besar

daripada

gigi

geligi

tetap

berhubungan, karena dinding dentin yang lebih tipis mengelilinginya.


4. Tidak terlihat pintu masuk saluran akar yang jelas.
5. Saluran akar panjang; pada gigi molar, saluran akar sering tidak
teratur dan seperti pipa.
6. Saluran akar molar susu sangat divergen.
7. Enamel tipis.
Gigi incisivus susu
Kamar pulpa sederhana pada gigi ini berbentuk seperti kipas bila dilihat dari
permukaan labial. Dan sesuai dengan bentuk mahkota. Tanduk pulpa kurang
runcing bila dibandingkan dengan incisicus tetap. Kamar pulpa berbentuk baji
pada labiolungual, dan semakin menyempit pada tepi incisal. Saluran akar
labar dan meluas lebih daripada incisivus tetap. Sepertiga apical akar
diperforasi oleh banyak saluran akar tambahan.
Gigi caninus susu

23

Gigi ini mempunyai tanduk pulpa tunggal, yang sesuai dengan morfologi luar
mahkota. Pada potongan melintang, saluran akar tampak mendatar pada sisi
mesial dan distal, yang memeberikan bentuk agak oval. Sepetiga apical
cenderung membengkok ke distal.
Gigi molar susu
Kamar pulpa relative lebih besar daropada dimensi luar mahkota. Kamar pulpa
mempunyai tanduk pulpa yang am jumlahnya dengan jumlah kuspis pada
mahkota dan meluas cukup jauh di bawah cusp. Saluran akar tidak teratur,
serta sering berbentuk pita dan jauh lebih rumit daripada molar tetap.

B. Gigi Permanen
Incisivus Sentral Maksiler
Panjang gigi rata rata 21,8 mm. Kamar pulpa terletak di pusat mahkota, ovoid
ke mesiodistal. Memiliki 1 akar dengan 1 saluran akar; saluran akar meluas di
bagian labiopalatal. Mayoritas akar lurus (75%). Saluran akar mengikuti arah
akar yang membengkok. Foramen apical terletak di pusat apeks anatomic
pada 12% kasus.
Incisivus Lateral Maksiler
Panjang gigi rata rata 23,1 mm. bentuk kamar pulpa menyerupai I sentral
maksiler , tapi lebih kecil dan meluas di bagian incisal. Saluran akar berbentuk
konis.

Terdapat

penyempitan

halus

menjelang

apeks.

Mayoritas

akar

membengkok ke distal (53%).


Incisivus Central Mandibular
Panjang gigi rata rata 20,8mm. kamar pulpa kecil dan datar kearah
mesiodistal dengan tiga tanduk pulpa pada gigi yang baru erupsi. Memiliki 1
akar dan 1 saluran akar sempit, tapi melebar kea rah labiolingual. Mayoritas
akar lurus (60%). Foramen apical terletak di pusat akar pada 25% kasus.
Incisivus Lateral Mandibular

24

Panjang gigi rata rata 22,6mm. Kamar pulpa menyerupai I cntral mandibular,
tapi dimensi lebih besar. Mayoritas akar lurus. Foramen apical terdapat di
pusat apeks radiografik pada 20% kasus.
Kaninus Maksiler
-

Panjang gigi rata-rata 26 mm


Kamar pulpa
Terbesar dari semua gigi yang berakar tunggal
Ke arah labiopalatal kamarnya berbentuk triangular
Dalam potongan melintang, kamar ovoid
Hanya terdapat 1 tanduk pulpa
Akar dan saluran akar
Lebih besar daripada saluran kar gigi insisivus maksiler
Lebih lebar dalam dimensi labiopalatal daripada mesiodistal dan

waktu mencapai
1/3
tengah,
berangsur-angsur

meruncing

menjadi

suatu

penyempitan apical
Kaninus Mandibular
-

Panjang gigi rata-rata 25 mm


Kamar pulpa menyerupai kaninus maksiler, tetapi lebih kecil pada

semua dimensi
Biasanya mempunyai akar tunggal

Premolar 1 Maksiler
-

Panjang gigi rata-rata 21,5 mm


Kamar pulpa
Sempit ke arah mesiodistal
Bagian bukopalatal lebar, dan tanduk pulpa bukal lebih menonjol
daripada tanduk pulpa palatal pada gigi muda
Dasar kamr cembung
Mempunyai 2 akar

Premolar 2 Maksiler
-

Panjang gigi rata-rata 21,6 mm


Kamar pulpa
Atap kamar pulpa sama dengan atap kamar pulpa gigi premolar 1
maksiler, tetapi dasar pulpa lebih dalam
Orifis saluran akar tidak jelas
Mempunyai akar tunggal

Premolar 1 Mandibular
-

Panjang gigi rata-rata 21,9 mm

25

Lebar mesiodistal kamar pulpa sempit, ke arah bukolingual kamar


pulpanya lebar dengan tanduk pulpabukal yang menonjol yang meluas

di bawah cusp bukal yang berkembang dengan baik


Mempunyai akar kronis

Premolar 2 Mandibular
-

Panjang gigi rata-rata 22,3 mm


Kamar pulpa sama dengan premolar 1 mandibular, kecuali tanduk
pulpa lebih menonjol di bawah cusp lingual yang berkembang dengan

baik
Mempunyai kar tunggal, trtapi pada keadaan yang langka terdapat 2-3
akar

Molar 1 Maksilar

pada potongan melintang kamar pulpa kira-kira persegi dengan


dinding cekung

mempunyai 4 tanduk pulpa dan 1 pada setiap cusp,mesiobukal yang


tertinggi

tanduk distopalatal yang terpendek

saluran akar palatal yang terpanjang dan terlebar

terdapat 3 saluran akar

Molar 2 Maksilar

hampir sama dengan molar 1 hanya secara keseluruhan lebih kecil

atap kamar pulpa meluas ke oklusal menjadi 4 tanduk pulpa

2 tanduk pulpa yang mesial

Tanduk distopalatal yang terkecil

Lantai kamar pulpa berbentuk segitiga

Molar 3 Maksilar

Banyak variasi

Mempunyai 3 cusp membentuk segitiga

Mesiobukal yang tertinggi

Rahang Bawah
Molar 1 Mandibular

Tanduk pulpa dibawah setiap cusp, 3 bukal dan 2 lingual

26

Potongan melintang kamar pulpa secara kasar berbentuk segitiga

Lantai kamar pulpa cembung

Biasanya terdapat 3 saluran akar, 1 distal dan 2 mesial

Molar 2 Mandibular

Mempunyai 4 tanduk pulpa

3 saluran akar

Saluran akar tunggal pada akar distal

Saluran mesiolingual dan mesiobukal terletak berdekatan dalam


satu akar mesial

Molar 3 Mandibular

Bisa dianggap jumlah tanduk pulpa sama dengan jumlah cusp

Saluran akar lebih lebar daripada molar lain

Foramen apikal agak besar

Daftar Pustaka
Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Richard E.Walton, Louis I. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodontik . Jakarta:
EGC
Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.
Walton and Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodontia 3rd Ed.
Jakarta: EGC

27

28

Вам также может понравиться