Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Kelompok D
Ketua
: Andina Muzayyanti
NIM : 125070400111010
NIM : 125070407111015
NIM : 125070400111005
Saurma Nainggolan
NIM : 125070400111024
Stephanie Yessica H.
NIM : 125070400111027
NIM : 125070400111028
Nadiastika Wahyu S
NIM : 125070400111036
Hernida Safira J
NIM : 125070401111002
Giza Romadhoni R
NIM : 125070401111017
Annisa Dwi W.
NIM : 125070407111017
Dharmmesti Anindita
NIM : 125070407111026
Miftakhul Ulum A.
NIM : 125070407111031
Segala puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena atas berkat dan rahmat-Nya penulisan laporan hasil diskusi ini
dapat terselesaikan dengan baik dan tepat pada waktunya. Laporan ini berisi
tentang hal-hal seputar penyakit karies yang dibahas selama diskusi kelompok
1 dan diskusi kelompok 2.
Selain bantuan dari Tuhan, penyelesaian laporan ini tidak terlepas dari
bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima
kasih kepada :
1. Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya yang telah memberi kesempatan
kepada penulis untuk menulis
tua
yang
telah
turut
membantu,
membimbing,
dan
selalu
Joko
Widyastomo,drg,
SpBM
selaku
fasilitator
yang
senantiasa
Tim Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL....................................................................................................
KATA
ii
PENGANTAR..................................................................................................
DAFTAR
ISI.............................................................................................................
BAB
iii
I
SKENARIO 1
BAB
II
IDENTIFIKASI
MASALAH
BAB
III
HIPOTESIS 3
BAB
IV
LEARNING
ISSUES
BAB
V
LEARNING
OUTCOMES....
...
Karies
Profunda..............................
........
Pulpitis
Irreversible...........................................
Perawatan
Saluran
Akar............
.
Pulpotomi.......................................
.
Anatomi
5
5
8
9
10
...
Pulpektomi................................................
.
Anestesi
16
Lokal............................
21
Pulpa..........
...23
DAFTAR
PUSTAKA
iii
..28
iv
BAB I
SKENARIO
Seorang anak laki-laki usia 9 tahun, datang ke dokter gigi bersama ibunya,
mengeluh gigi kanan rahang bawah tiba-tiba sakit saat bermain bersama
teman-temannya. Dari anamnesa diketahui bahwa gigi tersebut sering terasa
nyut-nyutan. Pemeriksaan intra oral, didapat gigi 46 dan 85 karies profunda,
tes vitalitas pulpa gigi 46 positif sedangkan gigi 85 negatif. Hasil foto rontgen,
tampak gambaran klinis karies profunda pada gigi 46 dan akar bengkok ke
distal sedangkan pada gigi 85 karies profunda perforasi dan tampak resorbsi
akar meebihi 1/3 panjang akar. Dokter gigi memutuskan untuk melakukan
perawatan pulpa pada kedua gigi tersebut. Setelah dilakukan anestesi lokal,
ruang pulpa gigi 46 dibuka sesuai anatominya, seluruh jaringan pulpa
diangkat menggunakan jarum eksterpasi kemudian saluran akar dibentuk
menggunakan jarum file. Sedangkan pada gigi 85, jaringan pulpa hanya
dibuang pada bagian koronal saja. Perawatan kedua gigi tersebut dilanjutkan
pada kunjungan berikutnya.
BAB II
IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa saja yang termasuk tes vitalitas?
2. Pada gigi 46 pulpa masih vital, mengapa jaringan pulpa perlu diangkat?
3. Gigi 85 pulpa tidak vital, mengapa yang dibuang hanya koronalnya saja?
4. Apakah jenis gigi mempengaruhi jenis tindakan?
5. Apakah resorbsi akar mempengaruhi vitalitas pulpa?
6. Apa saja syarat-syarat dilakukan perawatan saluran akar?
7. Apa saja jenis anestesi yang dapat digunakan pada kasus ini?
8. Apa saja alat yang digunakan untuk perawatan saluran akar?
9. Apakah akar yang bengkok mempengaruhi tindakan perawatan?
10. Pembukaan ruang pulpa menggunakan alat apa?
11. Bagaimana cara membentuk saluran akar dengan menggunakan jarum
file?
12. Samapai manakah perawatan yang dilakukan pada kunjungan pertama?
13. Apakah perawatan yang dilakukan pada kunjungan berikutnya?
14. Foto jenis apakah yang digunakan dalam kasus ini?
BAB III
HIPOTESIS
Ada seorang anak laki-laki 9 tahun yang mengeluhkan nyeri spontan pada
gigi kanan rahang bawahnya. Setelah dilakukan pemeriksaan intraoral
didapati karies profunda pada gigi 46 dan gigi 85. Dari hasil tes vitalitas,
gigi 46 menunjukkan hasil positif, sedangkan gigi 85 menunjukkan hasil
negative. Lalu pada hasil pemeriksaan radiografi gigi 46 memiliki akar
yang bengkok ke distal dan gigi 85 perforasi serta terdapat resorbsi akar
lebih dari 1/3 panjang akar. Dari sini perlu dipahami lebih lanjut mengenai
karies
profunda
dan
macam-macam
penyakit
pada
pulpa
untuk
BAB IV
LEARNING ISSUES
1.Karies Profunda
a. Jenis
b. Definisi
c. Gejala Klinis
2.Pulpitis Irreversible
a. Definisi
b. Gejala
c. Indikasi dan Kontraindikasi (PSA)
d. Perawatan (sulung&permanen)
-Jenis
-Prosedur
-Tujuan
-Teknik
-Alat
3.Anestesi Lokal
a.Jenis
b.Indikasi & Kontraindikasi
c.Teknik
4.Anatomi Ruang Pulpa (Sulung & Permanen)
BAB V
LEARNING OUTCOMES
Karies Profunda
Karies profunda adalah karies yang kerusakannya mencapai lebih dari
dentin dan kadang-kadang sudah mengenai pulpa, dibagi atas:
Fisis
Mekanis
1.
Trauma
a.
Kecelakaan
b.
2.
3.
4.
Thermal
1. Panas berasal dari preparasi kavitas, pada kecepatan rendah atau
tinggi
2. Panas eksotermik karena menjadi kerasnya (setting) semen
3. Konduksi panas dan dingin melalui tumpatan yang dalam tanpa suatu
bahan dasar protektif
4. Panas friksional (pergesekan) disebabkan oleh pemolesan restorasi
Listrik (arus galvanic dari tumpatan metalik yang tidak sama)
B.
Kimiawi
1.
2.
Erosi (asam)
C.
Bakterial
1.
2.
3.
sakit
tajam
(tidak
spontan),
nyeri
tidak
berlanjut
jika
penyebabnya ditiadakan
2.
Ireversibel
Suatu kondisi inflamasi pulpa yang persisten, dapat simtomatik atau
asimtomatik yang disebabkan oleh suatu stimuli noksius.
1) Akut
Luar biasa responsive terhadap dingin
Luar biasa responsive terhadap panas
2) Kronis
Asimtomatik dengan terbukanya pulpa
Pulpitis hiperplastik
Resorpsi internal
B. Degenerasi Pulpa
1. Mengapur (kalsifikasi)
2. Kalsifikasi yang kuas (biasanya dalam bentuk batu pulpa / kalsifikasi
yang difus) muncul sebagai respon terhadap trauma, karies, penyakit
periodontal / iritan lainnya
3. Degenerasi atrofik
4. Degenerasi fibrous
5. Artifak pulpa
6. Pulpitis hiperpastik kronis
7. Polip pulpa adalah suatu inflamasi pulpa produktif yang disebabkan
C.
Nekrosis koagulasi
Bagian jaringan yang dapat larut mengendap atau diubah menjadi
bahan solid pengejuan (caseation): bentuk nekrosis koagulasi
yang jaringannya berubah menjadi massa seperti keju.
b.
Nekrosis likuefaksi
Terjadi bila enzim proteolitik mengubah jaringan menjadi massa
yang melunak, suatu cairan atau debris amorfur.
Hiperemi pulpa
adalah
penumpukan
darah
secara
berlebihan
pada
pulpa,
yang
silikat/akrilik,
bahan
sterilisasi
dentin
(fenol,
H2O2,
ALKOHOL)
3. Bakteri, dapat menyebar melalui lesi karies atau tubulus dentin ke
pulpa
Gejala
Bukan karena penyakit, tp suatu tanda ketahanan pulpa normal telah
ditekan sampai kritis. Ditandai dengan rasa sakit tajam dan pendek. Rasa
sakit timbul karena rangsangan air, makanan atau udara dingin juga
karena makanan manis atau asin. Rasa sakit ini tidak spontan dan tidak
berlanjut jika rangsangAn dihilangkan
Bahan Pulpotomi
1. Bahan yang meningkatkan penyembuhan pulpa, yaitu kalsium hidroksida
2.
Bahan
yang
mendisinfeksi
dan
memfiksasi
jaringan
pulpa,
yaitu
formokresol.
Bahan
ini
mengandung
tricalcium
silikat,
tricalcium
aluminate,
pembentukan
dentin bridge dan pemeliharaan vitalitas pulpa yang lebih baik dan lebih
cepat. Juga terdapat aktivitas normal dari sitokin pada pembentukan
tulang dan sementum.
Pulpitis Irreversibel
a. Definisi
Pulpitis Ireversibel adalah inflamasi pulpa yang persisten (tetap)
dan parah yang tidak bisa pulih walaupun penyebabnya di hilangkan,
pulpitis ini dapat simtomatik maupun asimtomatik (tanpa gejala).
b. Gejala
1. Nyeri spontan
2. Nyeri tajam (meningkat karena rangsangan panas/dingin)
3. Nyeri lama sampai berjam-jam karena perubahan tekanan intrapulpa
4. Rasa sakitnya menyebar
5. Rasa sakitnya berdenyut-denyut.
Indikasi dan Kontraindikasi
Indikasi:
1. pulpa vital, bebas dari pernanahan atau tanda nekrosis lainnya
2. pulpa terbuka karena faktor mekanis selama preparasi kavitas yang
kurang hati-hati
3. pulpa terbuka karena trauma dan sudah lebih dari dua jam, tetapi
belum melebihi 24 jam, tanpa terlihat adanya infeksi pada bagian
periapeks
4. gigi masih dapat diperbaiki dan minimal didukung lebih dari dua
pertiga panjang akar
5. tidak ada kehilangan tulang pada bagian interradikal
6. pada gigi posterior yang eksterpasi pulpa sulit dilakukan
Kontraindikasi:
A. PULPOTOMI
Definisi:
Pengambilan pulpa yang telah mengalami infeksi di dalam kamar pulpa dan
meninggalkan jaringan pulpa dibagian radikular.
Tujuan: mempertahankan vitalitas pulpa radikular dan membebaskar rasa
sakit pada pasien dengan pulpagia akut.
Keuntungan dari pulpotomi:
1) Dapat diselesaikan dalam waktu singkat satu atau dua kali kunjungan.
2) Pengambilan pulpa hanya di bagian korona hal ini menguntungkan karena
pengambilan pulpa di bagian radikular sukar, penuh ramikasi dan sempit.
3) Iritasi obat obatan instrumen perawatan saluran akar tidak ada.
4) Jika perawatan ini gagal dapat dilakukan pulpektomi.
Pulpotomi diklasifikasikan berdasar bahan dressing yang digunakan:
1.
Bahan
yang
meningkatkan
penembuhan
pulpa,
yaitu
kalsium
hidroksida
Indikasi
Kontraindikasi
Sensitivitas
luar
biasa
terhadap
panas
dingin,
pulpagia
kronis,
pulpa
Perubahan radiografik periradikular
Penyempitan kamar pulpa atau saluran akar
Foramen terbuka
Pada pasien pulpitis irreversible
pulpotomi,
beberapa
normal
mengalami
kembali
setelah suatu
inflamasi
kronis
dan
formokresol
10
Indikasi
Untuk
perawatan
gigi
sulungyang
pulpanya
terlibat,
dengan
Kontaindikasi
Gigi sulung yang luar biasa sensitiv terhadap panas dan dingin yang
resorpsi
interna.
Berdasarkan
penelitian,
menurut
Finn
histologis.
Reaksi
formokresol
terhadap
jaringan
pulpa
yaitu
membentuk area yang terfiksasi dan pulpa di bawahnya tetap dalam keadaan
vital. Pulpotomi vital dengan formokresol hanya dilakukan pada gigi sulung
dengan singkat dan bertujuan mendapat sterilisasi yang baik pada kamar
pulpa.
Indikasi
O Gigi sulung dan gigi tetap muda vital, tidak ada tanda tanda gejala
peradangan pulpa dalam kamar pulpa.
O Terbukanya pulpa saat ekskavasi jaringan karies / dentin lunak prosedur
pulp capping indirek yang kurang hati hati, faktor mekanis selama preparasi
kavitas atau trauma gigi dengan terbukanya pulpa.
11
O Gigi masih dapat dipertahankan / diperbaiki dan minimal didukung lebih dari
2/3 panjang akar gigi.
O Tidak dijumpai rasa sakit yang spontan maupun terus menerus.
O Tidak ada kelainan patologis pulpa klinis maupun rontgenologis.
Kontra indikasi
O Rasa sakit spontan.
O Rasa sakit terutama bila diperkusi maupun palpasi.
O Terlihat radiolusen pada daerah periapikal, kalsifikasi pulpa, resorpsi akar
interna maupun eksterna.
O Ada mobiliti yang patologik.
O
Keadaan umum yang kurang baik, di mana daya tahan tubuh terhadap
12
resorpsi
interna
akibat
stimulasi
yang
berlebihan
dari
Ca(OH)2
yang
Kunjungan kedua
13
14
15
Pulpektomi Vital
Biasanya pada gigi anterior dengan karies yang telah meluas sampai
pulpa gigi/gigi yang mengalami fraktur
Perawatan
Kunjungan I
Anastesi Lokal
Isolasi
Pembersihan biomekanis
dengan jarum eksterpasi,
Kunjungan II
2
Preparasi kavitas
16
Irigasi
H2O2
3%
+
NaOCL 5% keringkan
dengan paper point
Tambalan
sementara
Zn(PO) 4 atau OSE
Tambalan tetap
b. Pulpektomi Nonvital
Kontraindikasi :
-
17
Perawatan
Diagnosis(foto
Kunjunga
Kunjunga
II
Kunjungan
III
IV
roentgen)
Isolasi(relative/
absolute)
Trepanasi
preparasi
foto
kavitas,
jarum(foto
preparasi
saluran
secara
Kunjungan
3
akar
II)
manual
endomete
dan ultrasonic
Irigasi
roentgen
H2O2
3%, NaOCL 5%
keringkan
saluran
akar
dengan
paper
point
4
Peletakan
bahan
desinfektan,
Peletakan
kapas
septomixine dll
Tambalan
steril
6
sementara
semen
Zinc
phospat
R/
antibiotic,
R/
18
analgesic( hany
a kalau ada rasa
sakit
Pengisian
saluran
akar
dengan
guta
perca + pasta
Tambalan
sementara
roentgen III)
Tambalan tetap
Interval
kunjungan
2
2-3 hari
2-3 hari
1-2 hari
saluran akar.
Teknik pengisian saluran akar kondensasi lateral
Teknik pengisian saluran akar kondensasi lateral dengan menggunakan
satu gutta percha utama, kemudian ditambahkan gutta percha
tambahan di sekelilingnya. Diindikasikan pada saluran akar berbentuk
lonjong atau saluran akar yang dipreparasi dengan teknik step-back.
c.
Pulpektomi Devital
Sering dilakukan pada gigi posterior yang telah mengalami pulpitis atau
pada gigi
anterior pada pasien yang tidak tahan terhadap anastesi.
Perawatan ini sekarang sudah jarang digunakan pada gigi tetap, biasanya
langsung
dilakukan pulpektomi vital walaupun pada gigi posterior.
pulpektomi devital masih sering dilakukan pada gigi sulung, dengan
mempergunakan
bahan bahan devitalisasi
komposisi
19
Perawatan
- Diagnosis (foto
roentgen)
- isolasi
(relative/absolute)
- Preparasi kavitas,
keringkan
- Peletakan bahan
devitalisasi
- Tambalan
sementara, semen
oksida seng
eugenol atau
semen Zinc
phospat R/
Analgetik
- Eksterpasi pulpa,
preparasi saluran
akar, Irigasi NaOCL
5%, H2O2 3% , foto
jarum,
endometer( foto
roentgen II),
ultrasonic
- Keringkan,
peletakan kapas
steril, tambalan
sementara
- Pengisian saluran
akar dengan pasta
tubli seal + gutap
semen
Kunjungan I
Kunjungan II
Kunjungan III
2
3
Sampai orifisum
20
Tambalan tetap
Interval Kunjungan
ANASTESI LOKAL
a. Definisi
Anestesi lokal menurut Kamus Kedokteran Dorland adalah agen,
misalnya lidokain, prokain, atau tetrakain, yang menimbulkan anestesi
dengan melumpuhkan ujung saraf sensorik atau serabut saraf pada
tempat
pemberian
obat.
Konduksi
impuls
saraf
disekat
dengan
Cara
Jarum dimasukkan ke dalam lipatan mukobuccal agak mesial dari gigi
yang akan dianestesi dan dibawa ke arah apeks akar sampai tulang
ditemukan.
b. Anestesi Blok/Konduksi
1. Blok Alveolar Inferior
Indikasi
- Mandibular posterior mulut
- Pengambilan pulpa pada gigi premolar dan molar (gigi posterior)
Cara Kerja
21
Adanya konduksi dari saraf alveolar inferior dan saraf buccal; anestesi
blok ini lebih efektif untuk menganestesi kedua saraf tersebut karena
aktivitas
saraf
perifal
atau
penurunan
pH
jaringan
yang
bergantung
pada
rapat
tidaknya
jarum
22
di
sebelah
proksimal
sepanjang akar gigi (pada gigi posterior, jarum ditekuk hingga sesuai
dan
-
ditekan
sehingga
mengeluarkan
sekitar
0,2
ml
ke
arah
ANATOMI PULPA
A. Gigi Sulung
Ciri umum ruang pulpa gigi geligi susu
1. Kedalaman
dentin
antara
rongga
pulpa
dan
enamel
lebih
lebih
besar
daripada
gigi
geligi
tetap
23
Gigi ini mempunyai tanduk pulpa tunggal, yang sesuai dengan morfologi luar
mahkota. Pada potongan melintang, saluran akar tampak mendatar pada sisi
mesial dan distal, yang memeberikan bentuk agak oval. Sepetiga apical
cenderung membengkok ke distal.
Gigi molar susu
Kamar pulpa relative lebih besar daropada dimensi luar mahkota. Kamar pulpa
mempunyai tanduk pulpa yang am jumlahnya dengan jumlah kuspis pada
mahkota dan meluas cukup jauh di bawah cusp. Saluran akar tidak teratur,
serta sering berbentuk pita dan jauh lebih rumit daripada molar tetap.
B. Gigi Permanen
Incisivus Sentral Maksiler
Panjang gigi rata rata 21,8 mm. Kamar pulpa terletak di pusat mahkota, ovoid
ke mesiodistal. Memiliki 1 akar dengan 1 saluran akar; saluran akar meluas di
bagian labiopalatal. Mayoritas akar lurus (75%). Saluran akar mengikuti arah
akar yang membengkok. Foramen apical terletak di pusat apeks anatomic
pada 12% kasus.
Incisivus Lateral Maksiler
Panjang gigi rata rata 23,1 mm. bentuk kamar pulpa menyerupai I sentral
maksiler , tapi lebih kecil dan meluas di bagian incisal. Saluran akar berbentuk
konis.
Terdapat
penyempitan
halus
menjelang
apeks.
Mayoritas
akar
24
Panjang gigi rata rata 22,6mm. Kamar pulpa menyerupai I cntral mandibular,
tapi dimensi lebih besar. Mayoritas akar lurus. Foramen apical terdapat di
pusat apeks radiografik pada 20% kasus.
Kaninus Maksiler
-
waktu mencapai
1/3
tengah,
berangsur-angsur
meruncing
menjadi
suatu
penyempitan apical
Kaninus Mandibular
-
semua dimensi
Biasanya mempunyai akar tunggal
Premolar 1 Maksiler
-
Premolar 2 Maksiler
-
Premolar 1 Mandibular
-
25
Premolar 2 Mandibular
-
baik
Mempunyai kar tunggal, trtapi pada keadaan yang langka terdapat 2-3
akar
Molar 1 Maksilar
Molar 2 Maksilar
Molar 3 Maksilar
Banyak variasi
Rahang Bawah
Molar 1 Mandibular
26
Molar 2 Mandibular
3 saluran akar
Molar 3 Mandibular
Daftar Pustaka
Grossman, Louis I. 1995. Ilmu Endodontik dalam Praktek. Jakarta: EGC.
Richard E.Walton, Louis I. 2008. Prinsip & Praktik Ilmu Endodontik . Jakarta:
EGC
Tarigan, Rasinta. 2004. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta: EGC.
Walton and Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodontia 3rd Ed.
Jakarta: EGC
27
28