Вы находитесь на странице: 1из 5

HUKUM DAGANG

A. Pengertian Hukum Dagang dan Hubungannya dengan Hukum Perdata


Hukum adalah keseluruhan peraturan tentang tingkah laku manusia yang berlaku dalam
kehidupan bersama dan dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan sanksi.
Perdagangan atau perniagaan pada umumnya ialah pekerjaan membeli barang dari suatu
tempat atau pada suatu waktu dan menjual barang itu di tempat lain atau pada waktu yang
berikut dengan maksud memperoleh keuntungan. Dalam zaman modern ini perdagangan adalah
pemberian perantaraan kepada produsen dan konsumen untuk membelikan dan menjualkan
barang-barang yang memudahkan dan memajukan pembelian dan penjualan.
Sistem hukum dagang menurut arti luas dibagi 2 : tertulis dan tidak tertulis tentang aturan
perdagangan. Hukum Dagang Indonesia terutama bersumber pada :
1) Hukum tertulis yang dikodifikasikan:
a. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) atau Wetboek van Koophandel
Indonesia (W.v.K)
b. Kitab Undang-Undang Hukum Sipil (KUHS) atau Burgerlijk Wetboek Indonesia
(BW)
2) Hukum tertulis yang belum dikodifikasikan, yaitu peraturan perundangan khusus
yang mengatur tentang hal-hal yang berhubungan dengan perdagangan (C.S.T. Kansil,
1985 : 7).
Menurut Soesilo Prajogo yang dimaksud hukum dagang adalah Pada hakekatnya sama
dengan hukum perdata hanya saja dalam hukum dagang yang menjadi objek adalah perusahaan
dengan latar belakang dagang pada umumnya termask wesel, cek, pengangkutan, asuransi, dan
kepalitan.
Hukum Perdata adalah ketentuan yang mengatur hak-hak dan kepentingan antara
individu-individu dalam masyarakat. Berikut beberapa pengartian dari Hukum Perdata:
1. Hukum Perdata adalah rangkaian peraturan-peraturan hukum yang mengatur
hubungan hukum antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan menitik
beratkan pada kepentingan perseorangan
2. Hukum Perdata adalah ketentuan-ketentuan yang mengatur dan membatasi tingkah
laku manusia dalam memenuhi kepentingannya.
3. Hukum Perdata adalah ketentuan dan peraturan yang mengatur dan membatasi
kehidupan manusia atau seseorang dalam usaha untuk memenuhi kebutuhan atau
kepentingan hidupnya.
Menurut sistematik yang ada pada hukum perdata maka hukum dagang merupakan
bagian dari hukum perdata yakni hukum dagang terletak di dalam hukum perikatan. Perikatan
merupakan suatu hubungan hukum antara dua pihak yang mengatur harta kekayaan, di mana
pihak yang satu berhak atas sesuatu prestasi sedang pihak yang lain berkewajiban untuk
memenuhi kewajiban atas prestasi itu.
Perikatan dalam hukum dagang bersumber dari dua sumber yaitu:
a. Bersumber dari perjanjian, misalnya pengangkutan, asuransi, jual beli perusahaan,
makelar, komisioner, wesel, surat berharga, dan sebagainya.
b. Bersumber dari Undang-Undang (UU), misalnya kecelakaan kerja, tabrakan
kendaraan, dan sebagainya.
Berdasar ketentuan-ketentuan tersebut maka hukum dagang pada dasarnya adalah hukum
perikatan yang timbul secara khusus dalam lapangan perusahaan.
Sifat hukum dagang yang merupakan perjanjian yang mengikat pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian. Pada awalnya hukum dagang berinduk pada hukum perdata. Namun,
seiring berjalannya waktu hukum dagang mengkodifikasi (mengumpulkan) aturan-aturan
hukumnya sehingga terciptalah Kitab Undang-Undang Hukum Dagang ( KUHD ) yang sekarang
telah berdiri sendiri atau terpisah dari Kitab Undang-Undang Hukum Perdata ( KUHP ).
Antara KUHP dengan KUHD mempunyai hubungan yang erat, hal ini dapat dilihat dari
isi Pasal 1 KUHD , yang isinya mengenai Adagium mengenai hubungan tersebut yakni, special
derogate legi generali artinya hukum yang khusus : KUHD mengesampingkan hukum yang umu
: KUHP.
Prof. Subekti berpendapat bahwa terdapatnya KUHD disamping KUHP sekarang ini
dianggap tidak pada tempatnya. Hali ini dikarenakan hukum dagang relative sama dengan
hukum perdata. Selain itu dagang bukanlah suatu pengertian dalam hukum melainkan suatu
pengertian perekonomian. Pembagian hukum sipil ke dalam KUHD hanyalah berdasarkan
sejarah saja, yaitu karena dalam hukum romawi belum terkenal peraturan-peraturan seperti yang
sekarang termuat dalah KUHD, sebab perdagangan antar Negara baru berkembang dalam abad
pertengahan.

B. Sejarah Hukum Dagang di Indonesia
Kodifikasi hukum dagang sudah dimulai sejak zaman Romawi yang mengatur tentang
peraturan-peraturan dalam perniagaan. Pada awalnya hukum dagang hanya merupakan hukum
kebiasaan, namun sejalan dengan kompleksitas masalah dan pertumbuhan lingkungan dunia
usaha maka diperlukan hukum dagang tertulis. Kodifikasi hukum dagang yang pertama dibuat di
Perancis tahun 1673 di bawah perintah raja Lodewijk XIV yaitu Ordonance du Commerce.
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) Indonesia pada dasarnya adalah turunan
secara langsung dari hukum dagang Belanda atas dasar azas konkordansi pasal 131 IS (hukum
Hindia Belanda). Hukum dagang Belanda sendiri merupakan adopsi langsung dari hukum
dagang Perancis Code du Commerce tahun 1808.

C. Sumber-sumber Hukum Dagang Indonesia
Kitab Undang-undang Hukum Dagang (KUHD) yang mulai berlaku di Indoneia pada 1
Mei 1848 terbagi atas dua kitab dan 23 bab. Di dalam KUHD jelas tercantum bahwa
implementasi dan pengkhususan dari cabang-cabang hukum dagang bersumber pada KUHD. Isi
pokok daripada KUHD Indonesia adalah:
1. Kitab pertama berjudul Tentang Dagang Umumnya, yang memuat 10 bab.
2. Kitab kedua berjudul Tentang Hak-hak dan Kewajiban-kewajiban yang Terbit dari
Pelayaran, terdiri dari 13 bab.
3. Pengaturan di luar kodifikasi
Sumber-sumber hukum dagang yang terdapat di luar kodifikasi diantaranya adalah
sebagai berikut:
a. UU No. 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas
b. UU No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal
c. UU No. 8 Tahun 1997 tentang Dokumen Perusahaan


D. Perkembangan Hukum Dagang di Indonesia
Di dunia internasional hukum dagang menjadi sangat penting apalagi pada periode
dimana pada era globalisasi sudah tidak bisa ditawar-tawar lagi. Peranan hukum dagang di
Indonesia pada dewasa ini semakin menjadi penting oleh karena adanya perkembangan yang
begitu cepat di negara Indonesia sebagai akibat adanya program pembangunan. Hukum dagang
Indonesia meskipun sebagai turunan langsung pada saat ini telah mengalami beberapa perubahan
sesuai dengan perkembangan hukum yang bersifat nasional.
Pada saat ini Indonesia telah menciptakan beberapa hukum yang mengatur bidang
perniagaan, misalnya undang-undang tentang perseroan terbatas, undang-undang Badan Usaha
Milik Negara (BUMN), undang-undang asuransi, undang-undang perkapalan, dan undang-
undang koperasi.
Pada masa sekarang ini salah satu cabang dari hukum dagang, misalnya hukum asuransi
juga semakin berkembang jenis dan ruang lingkupnya, misalnya adanya Jamsostek. demikian
juga di dalam hukum surat berharga sekarang jenis dan ruang lingkupnya menjadi semakin
bertambah atau semakin luas, misalnya dengan adanya ATM dan sebagainya.
Tantangan yang dihadapi sekarang adalah bagaimana agar hukum dagang yang sekarang
ada ini dapat dipakai sebagai sarana atau rambu-rambu hukum di bidang perdagangan era abad
21. Tidak hanya itu hukum dagang yang digunakan di Indonesia juga merupakan hukum yang
berkiblat ke hukum Belanda. Sedangkan pada era globalisasi hukum dagang di negara Indonesia
akan semakin tinggi frekuensinya untuk bersinggungan dengan hukum lain misalnya hukum
negara tetangga dan bahkan juga hukum yang berkiblat kepada hukum Inggris.










TUGAS HUKUM DAGANG
(Disusun untuk memenuhi tugas KD 1 Hukum Dagang (Bisnis) E )








Disusun oleh :
TRIYANI
NIM : E0011319



FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
2014

Вам также может понравиться