Вы находитесь на странице: 1из 7

*yg dikumpul rabu itu laporan sementara, jadi ...

MOHON KERJASAMANYA
KUMPUL PALING LAMBAT HARI SELASA (30 SEPTEMBER
2014) PUKUL 18.00 WIB KE EMAIL auliyabella@gmail.com
JANGAN LUPA DAFTAR PUSTAKA

Skenario A Blok 27
1 jam sebelum masuk RS, Bujang dianiaya oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong
kayu. Bujang pingsan kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali dan melaporkan kejadian
ini ke kantor polisi terdekat. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan visum et
repertum, di RSUD Bujang mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri
kepala hebat dan muntah.
Dari hasil pemeriksaan didapatkan:
RR: 28 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50 x/menit, GCS: E4 M6 V5, pupil
isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif.
Regio Orbita: Dextra et sinistra tampak hematom, sub-conjungtival bleeding (-)
Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul dengan
dasar fraktur tukang linier.
Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung
Tak lama setelah selesai dilakukan pemeriksaan, tiba-tiba pasien tidak sadarkan diri.
Dari hasil pemeriksaan pada saat terjadi penurunan kesadaran didapatkan:
Pasien ngorok, RR 24 x/menit, nadi 50 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg.
Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, dan mengerang dalam bentuk kata-kata. Pupil
anisokor dextra, reflek cahaya pupil kanan negatif, reflek cahaya pupil kiri reaktif/normal.
Pada saat itu Anda merupakan Dokter jaga UGD di RSUD tersebut dibantu oleh 3 orang
perawat.


Klarifikasi Istilah
1. Visum et repertum :
2. Memar : jejas pada suatu bagian karena kerusakan kulit.
3. Pupil anisokor : ketidaksamaan ukuran diameter kedua pupil mata.
4. Pupil isokor : ukuran diameter kedua pupil mata sama.
5. Hematom : pengumpulan darah setempat, umumnya menggumpal, dalam
organ, rongga, atau jaringan, akibat pecahnya dinding
pembuluh darah.
6. Muntah : pengeluaran isi lambung melalui mulut
7. Sub-conjungtival bleeding :
Identifikasi Masalah
1. Bujang dianiaya oleh tetangganya dengan menggunakan sepotong kayu, Bujang pingsan
kurang lebih 5 menit kemudian sadar kembali.
2. Polisi mengantar Bujang ke RSUD untuk dibuatkan visum et repertum, di RSUD Bujang
mengeluh luka dan memar di kepala sebelah kanan disertai nyeri kepala hebat dan muntah.
3. Pemeriksaan sadar
4. Pemeriksaan saat penurunan kesadaran
Analisis Masalah
1. Apa saja mekanisme trauma yang terjadi pada kasus ini? bellin, ferry, memey
2. Apa saja kemungkinan trauma yang terjadi pada kasus ini? tafdhil, puti
3. Jenis-jenis cedera kepala? bellin, memey
4. Makna klinis pingsan 5 menit kemudian sadar lagi dan pingsan lagi? Ridhya, ferry, puti
5. Apa tujuan dibuat visum et repertum? tafdhil, bellin
6. Bagaimana sistematika dalam membuat visum et repertum? memey, amel
7. Bagaimana mekanisme luka dan memar di kepala sebelah kanan, nyeri kepala hebat, dan
muntah? Tafdhil, ferry, ridhya
8. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan saat sadar?
RR: 28 x/menit, tekanan darah 130/90 mmHg, nadi: 50 x/menit (amel, bellin, ridhya)
GCS: E4 M6 V5, pupil isokor, reflex cahaya: pupil kanan reaktif, pupil kiri reaktif
(puti, ferry)
Regio Orbita: Dextra et sinistra tampak hematom, sub-conjungtival bleeding (-)
(ridhya, amel, memey)
Regio temporal dextra: tampak luka ukuran 6x1 cm, tepi tidak rata, sudut tumpul
dengan dasar fraktur tukang linier. (tafdhil, ferry, puti)
Regio nasal: tampak darah segar mengalir dari kedua lubang hidung (bella,
ferdy, kardiyus)
-Pukulan di depan ruptur pembuluh darah Kiesselbach darah segar mengalir
dari hidung
Pada kasus ini, terjadi epistaksis bagian anterior. Apabila terjadi epistaksis anterior
berarti kemungkinan mengenai pleksus kieselbach dan arteri ethmoidalis anterior.
Jadi, epistaksis anterior disini disebabkan karena factor trauma local akibat dari
benturan benda tumpul


9. Bagaimana interpretasi dan mekanisme abnormal dari hasil pemeriksaan saat terjadi
penurunan kesadaran?
Pasien ngorok, RR 24 x/menit, nadi 50 x/menit, tekanan darah 140/90 mmHg (syahid,
puput, raven)
Pasien membuka mata dengan rangsang nyeri, dan mengerang dalam bentuk kata-kata
(kiky, ferdy)
Pupil anisokor dextra, reflek cahaya pupil kanan negatif, reflek cahaya pupil kiri
reaktif/normal (raven, bella, syahid)
10. Bagaimana cara penegakkan diagnosis dan pemeriksaan tambahan dalam kasus ini?
(puput, kiky, ferdy)
11. Apa diagnosis banding pada kasus ini? (raven, syahid, bella)
12. Epidemiologi cedera kepala? (kiky, kardiyus, puput)
13. Bagaimana tatalaksana di UGD pada kasus ini (1 dokter jaga di UGD dan 3 orang
perawat)? (kardiyus, syahid)
Bersihkan luka pada kepala dan tutup luka dengan kasa atau perban yang bersih.
Lakukan dan amankan ABC pada pasien.
Airway dengan kontrol servikal
Mengenal patensi airway ( inspeksi, auskultasi, palpasi)
Penilaian secara cepat dan tepat akan adanya obstruksi
Lakukan chin lift dan atau jaw thrust dengan kontrol servikal in-line immobilisasi
Bersihkan airway dari benda asing bila perlu suctioning dengan alat yang rigid.
Pasang tampon pada hidung untuk menghentikan epistaksis.

Breathing
Pemasangan airway orofaringeal
Prosedur ini digunakan untuk ventilasi sementara pada penderita yang tidak sadar
sementara intubasi penderita sedang dipersiapkan.
Pilih airway yang cocok ukurannya. Ukuran yang cocok sesuai dengan jarak dari
sudut mulut penderita sampai kanalis auditivus eksterna.
Buka mulut penderita dengan manuver chin lift atau teknik cross-finger (scissors
technique).
Sisipkan spatula lidah diatas lidah penderita, cukup jauh untuk menekan lidah, hati-
hati jangan merangsang penderita sampai muntah.
Masukkan airway ke posterior, dengan lembut diluncurkan diatas lengkungan lidah
sampai sayap penahan berhenti pada bibir penderita.
Airway tidak boleh mendorong lidah sehingga menyumbat airway.
Tarik spatula lidah.
Ventilasi penderita dengan alat bag-valve-mask.

Ventilasi bag-valve-mask- teknik dua orang
Pilih ukuran masker yang cocok dengan wajah penderita.
Hubungkan selang oksigen dengan alat bag-valve-mask, dan atur aliran oksigen
sampai 12 L/ menit.
Pastikan airway penderita terbuka dan dipertahankan dengan teknik-teknik yang telah
dijelaskan sebelumnya.
Orang pertama memegang masker pada wajah penderita, dan menjaga agar rapat
dengan dua tangan.
Orang kedua memberikan ventilasi dengan memompa kantong dengan dua tangan.
Kecukupan ventilasi dinilai dengan memperhatikan gerakan dada penderita.
Penderita diberi ventilasi dengan cara seperti ini tiap 5 detik.
Intubasi orotrakeal dewasa
Pastikan bahwa ventilasi yang adekuat dan oksigenasi tetap berjalan, dan
peralatan penghisap berada pada tempat yang dekat sebagai kesiagaan bila
penderita muntah.
Kembangkan balon pipa endotrakeal untuk memastikan bahwa balon tidak bocor,
kemudian kempiskan balon.
Sambungkan daun laryngoskop pada pemegangnya, dan periksa terangnya lampu.
Minta seorang asisten mempertahankan kepala dan leher dengan tangan.
Leher penderita tidak boleh di-hiperekstensi atau di-hiperfleksi selama prosedur ini.
Pegang laringoskop dengan tangan kiri.
Masukkan laringoskop pada bagian kanan mulut penderita , dan menggeser lidah
kesebelah kiri.
Secara visual identifikasi epiglotis dan kemudian pita suara.
Dengan hati-hati masukkan pipa endotrakeal kedalam trakea tanpa menekan gigi atau
jaringan-jaringan di mulut.
Kembangkan balon dengan udara secukupnya agar tidak bocor. Jangan
mengembangkan balon secara berlebihan.
Periksa penempatan pipa endotrakeal dengan cara memberi ventilasi dengan bag
valve tube.
Secara visual perhatikan pengembangan dada dengan ventilasi.
Auskultasi dada dan abdomen dengan stetoskop untuk memastikan letak pipa.
Amankan pipa (dengan plester). Apabila penderita dipindahkan, letak pipa harus
dinilai ulang.
Apabila intubasi endotrakeal tidak bisa diselesaikan dalam beberapa detik atau selama
waktu yang diperlukan untuk menahan napas sebelum ekshalasi, hentikan percobaan
intubasinya, ventilasi penderita dengan alat bag-valve-mask, dan coba lagi.
Penempatan pipa harus diperiksa dengan teliti. Foto toraks berguna untuk menilai
letak pipa, tetapi tidak dapat menyingkirkan intubasi esofageal.
Hubungkan alat kolorimetris CO2 ke pipa endotrakeal antara adaptor dengan alat
ventilasi. Penggunaan alat kolorimetrik merupakan suatu cara yang dapat diandalkan
untuk memastikan bahwa letak pipa endotrakeal berada dalam airway.
Pasang alat pulse oxymeter pada salah satu jari penderita (perfusi perifer harus masih
ada) untuk mengukur dan memantau tingkat saturasi oksigen penderita.
Pulse oxymeter berguna untuk memantau tingkat saturasi oksigen secara terus
menerus dan sebagai cara menilai segera tindakan intervensi.

Pemantauan oksimetri pulsa/pulse oxymetri
Pulse oxymeter didesain untuk mengukur saturasi oksigen dan laju nadi pada sirkulasi
perifer. Apabila menilai hasil pulse oxymeter, nilailah pembacaan pembacaan awal:
Apakah laju nadi sesuai dengan monitor EKG?
Apakah saturasi oksigen cocok/sesuai?
Apabila pulse oxymeter memberikan hasil yang rendah atau sangat sulit membaca
penderita, carilah penyebab fisiologisnya, jangan menyalahkan alatnya.

Circulation
Akses vena perifer
Pilih tempat yang baik di salah satu anggota badan, misalnya pembuluh di
sebelah depan dari siku, lengan depan, pembuluh kaki (safena).
Pasang turniket elastis di atas tempat punktur yang dipilih.
Bersihkan tempat itu dengan larutan antiseptis.
Tusuklah pembuluh tersebut dengan kateter kaliber besar dengan plastik di atas jarum,
dan amatilah kembalinya darah.
Masukkan kateter ke dalam pembuluh di atas jarum kemudian keluarkan jarum dan
buka torniketnya.
Pada saat ini boleh ambil contoh darah untuk pemeriksaan laboratorium.
Sambunglah kateter dengan pipa infus intravena dan mulailah infusi larutan RL atau
normal saline.
Amatilah infiltrasi yang mungkin terjadi dari cairan ke jaringan.
Tambatkan kateter dan pipa ke kulit anggota badan.
Pasang kateter untuk pengeluaran cairan pada alat urogenital pasien

Obat-obatan
Mannitol, 0,25 sampai 1 g/kg secara bolus intravena, untuk mengurangan peningkatan
ICP.

Jika ABC pasien tidak ada masalah langsung rujuk ke dokter bedah, agar dilakukan
operasi untuk mengurangi tekanan intracranial.


14. Apa komplikasi pada kasus ini? Jelaskan! (ferdy, raven)
15. Bagaimana prognosis pada kasus ini? (puput, kardiyus)
Vitam : Dubia at bonam
Fungsionam : Dubia


16. Apa SKDI kasus ini? (bella, kiky)

Hipotesis
Bujang mengalami perdarahan epidural dengan fraktur basis cranii karena trauma tumpul
kepala.
LI
Anatomi kepala (ferry, memey, ridhya)
Cedera kepala (bella, puput, kardiyus, ferdy)
Visum et repertum (tafdhil, amel, bellin)
Initial assesment (syahid, raven, puti, kiky)

Вам также может понравиться