Вы находитесь на странице: 1из 89

1

EVALUASI PEMBERIAN DOSIS KOAGULAN ALUMINIUM SULFAT


CAIR DAN BUBUK PADA SISTEM DOSING KOAGULAN DI INSTALASI
PENGOLAHAN AIR MINUM PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI


SKRIPSI



AMANDA DESVIANI PULUNGAN
F44080050





DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL DAN LINGKUNGAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012




2

EVALUATION OF LIQUID AND POWDER ALUMINIUM COAGULANT
DOSING ON WATER TREATMENT PLANT COAGULANT DOSING SYSTEM
AT PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI


Amanda Desviani Pulungan
Department of Civil and Environmental Engineering, Faculty of Agricultural Technology Bogor
Agricultural University, IPB Dramaga Campus, PO Box 220, Bogor, West Java
Indonesia
email : amanda.pulungan@gmail.com

ABSTRACT

Surface water before being used for particular purposes must be processed first in order to
be viable consumed. One of the worth attempts is by building a water treatment such as the
installation of Water Treatment Plant that been practiced by PT. Krakatau Tirta Industri, Cilegon.
One of the processes is coagulation using aluminium sulphate powder and liquid as the coagulant.
This research purpose is to find the optimum dose of Alum Sulfate (liquid) at PT. KTI by comparing
the quality and the production cost. The methods including several stages such as preparation phase,
data collection, data processing and analysis and presentation of results. The optimum dose for
powder using is 60 ppm and for liquid is 100 ppm. The production cost of aluminium sulphate (liquid)
using wet alumina is Rp 6.491.838,36 and the cost of goods is Rp 1.131,17/kg and for dry alumina the
production cost is Rp 8.829.278,36 and the cost of goods is Rp 1.538,46/ kg the cost are cheaper than
the aluminium sulfate powder cost of goods Rp 1.760/kg. As resulted from the sensitivity test, the most
sensitive variable from the cost of goods is sulfate acid for wet alumina and dry alumina for alum
sulfate that using dry alumina as the raw material.
Key words:.coagulation, alum sulfate, production cost, optimum, sensitivity











3

Amanda Desviani Pulungan. F44080050. Evaluasi Pemberian Dosis Koagulan
Aluminium Sulfat Cair dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan di Instalasi
Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri. Di bawah bimbingan
Satyanto K. Saptomo dan M. Budi Saputra. 2012

RINGKASAN

Air permukaan sebelum dimanfaatkan untuk tujuan tujuan tertentu harus diolah terlebih dahulu
agar layak dikonsumsi. Salah satu upaya yang dapat dilakuan adalah dengan melakukan pengolahan
air seperti dengan membangun instalasi pengolahan air seperti yang dilakukan oleh PT. Krakatau Tirta
Industri, Cilegon. Koagulan atau Flokulan pembantu biasa dibubuhkan ke dalam air yang dikoagulasi
yang bertujuan untuk memperbaiki pembentukan flok dan untuk mencapai sifat spesifik flok yang
diinginkan. Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di
dalam suspensi.
Tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan aluminium sulfat
cair sebagai koagulan yang digunakan oleh PT. KTI dari segi biaya produksi dan dari kualitas air yang
diperoleh. Serta dapat ditentukan dosis dan waktu penggunaan aluminium sulfat cair yang tepat pada
proses koagulasi. Karena penggunaan aluminium sulfat cair sebagai koagulan masih merupakan upaya
yang baru dilakukan PT. KTI sembilan bulan belakangan ini maka masih diperlukan evaluasi dari
penggunaannya. aluminium sulfat cair itu sendiri terbuat dari campuran alumina (alumina basah atau
alumina kering) dan asam sulfat.
Metode penelitian yang dilakukan meliputi beberapa tahap, yakni melakukan probabilitas dosis
aluminium sulfat bubuk dengan kualitas air , hubungan diantara dosis alum sulfat bubuk dengan
parameter kualitas air, hubungan antara dosis aluminium sulfat dengan kekeruhan dan warna,
perhitungan biaya produksi dan harga pokok produksi aluminium sulfat cair perhitungan biaya
produksi dan harga pokok produksi aluminium sulfat cair berdasarkan nilai di lapangan, perhitungan
biaya aluminium sulfat powder dan cair per m
3
air dan perhitungan sensitivitas.
Dari penelitian yang dilakukan diperoleh dosis optimum untuk penggunaan aluminium sulfat
bubuk sebagai koagulan sebesar 60 ppm dan untuk aluminium sulfat cair sebesar 100 ppm.
Berdasarkan kualitas air yang diperoleh penggunaan aluminium sulfat bubuk sebagai koagulan sudah
memenuhi kriteria kualitas air yang ditetapkan oleh PT. Krakatau Tirta Industri. Biaya produksi
aluminium sulfat cair (alumina basah) per produksi adalah Rp 6.491.838,36 dan harga pokok
produksinya Rp1.131,17/ kg sedangkan untuk alumina kering biaya produksinya Rp 8.829.278,36 dan
harga pokok produksinya Rp 1.538,46 / kg. Harga ini jauh lebih murah dibandingkan harga pokok
produksi aluminium sulfat bubuk yakni Rp 1.760/kg. Dan berdasarkan uji sensitivitas harga pokok
produksi aluminium sulfat cair, variabel yang paling mempengaruhi ketika digunakan bahan baku
alumina basah adalah asam sulfat sedangkan untuk alumina kering adalah harga alumina kering itu
sendiri.






4

EVALUASI PEMBERIAN DOSIS KOAGULAN ALUMUNIUM SULFAT CAIR PADA
SISTEM DOSING KOAGULAN DI INSTALASI PENGOLAHAN AIR MINUM
PT. KRAKATAU TIRTA INDUSTRI

SKRIPSI
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Meraih Gelar
SARJANA TEKNIK
di Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan
Fakultas Teknologi Pertanian
Institut Pertanian Bogor


Oleh :
AMANDA DESVIANI PULUNGAN
F44080050






FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2012




5

Judul Skripsi : Evalusi Pemberian Dosis Koagulan Aluminium Sulfat Cair dan Bubuk Pada
Sistem Dosing Koagulan di Instalasi Pengolahan Air Minum di PT. Krakatau
Tirta Industri

Nama : Amanda Desviani Pulungan

NIM : F44080050


Menyetujui,
Pembimbing I, Pembimbing II,



(Dr. Satyanto K. Saptomo,S.TP, M.Si) (M. Budi Saputra, S.T, M.Eng)
NIP. 19730411 200501 1 002 NIP. 00197


Mengetahui :
Ketua Departemen,




(Prof. Dr. Ir. Asep Sapei, M.S)
NIP. 19561025 198003 1 003









Tanggal Lulus :





6

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Evalusi Pemberian
Dosis Koagulan Aluminium Sulfat Cair dan Bubuk Pada Sistem Dosing Koagulan di Instalasi
Pengolahan Air Minum di PT. Krakatau Tirta Industri adalah hasil karya saya sendiri dengan
arahan Dosen Pembimbing Akademik, dan belum diajukan dalam bentuk apapun pada perguruan
tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di
bagian akhir skripsi ini.



Bogor, Juli 2012
Yang membuat pernyataan



Amanda Desviani Pulungan
F44080050




7

Hak cipta milik Amanda Desviani Pulungan, tahun 2012
Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis
dari Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun,
baik cetak, fotokopi, mikrofilm, dan sebagainya



8

RIWAYAT PENULIS
Penulis bernama lengkap Amanda Desviani Pulungan, dilahirkan
di Jakarta, 25 Desember 1990 dari ayah Ir. H. Baginda M.A Pulungan,
MM dan ibu Dra. Hj Novida H. Lubis sebagai anak kedua dari dua
bersaudara.
Pada tahun 2002 penulis menamatkan pendidikan dasar di SD
Taman Asuhan Pematang Siantar, kemudian tahun 2005 lulus dari SMP
An Nizam Medan. Penulis menamatkan SMA pada tahun 2008 dari
SMA Negri 1 Medan dan pada tahun yang sama pula penulis diterima di
IPB melalui jalur BUD (Beasiswa Utusan Daerah) dengan Program Studi Teknik Sipil dan
Lingkungan.
Selama mengikuti perkuliahan penulis aktif dalam berbagai kegiatan seperti menjadi
pengurus selama dua periode di Himpunan Profesi Mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan
(HIMATESIL) sebagai bendahara dan menjadi pengurus di IAAS ( International Association of
Student in Agriculture and Related Sciences) divisi Science and Technology. Selain itu penulis juga
masuk dalam kepanitian World Congress (WOCO) yang dilakukan oleh IAAS komite Bogor pada
tahun 2010 dan mengikuti Konfrensi Nasional Mahasiswa Teknik Sipil DEDIKASI di Universitas
Hassanudin, Makassar, Sulawesi Selatan. Penulis juga pernah menjadi Asisten Praktik untuk mata
kuliah Teknik Lingkungan Biofisik pada tahun 2011. Penulis melakukan kegiatan Praktik Lapangan di
PT. PerkebunanNusantara 4 Medan dengan topik Pemanfaatan Tandan Kosong dan Cangkang
Sebagai Bahan Bakar Alternatif.



i

KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan rasa puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini.
Penelitian dengan judul Evaluasi Pemberian Dosis Koagulan Alum Cair dan Bubuk Pada Sistem
Dosing Koagulan di Instalasi Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri sejak bulan April
hingga Juni 2012.
Dengan telah selesainya penelitian hingga tersusunnya skripsi ini, penulis ingin
menyampaikan penghargaan dan terima kasih yang sebesar besarnya kepada :
1. Kedua orangtua Penulis Ir. H. Baginda M.A Pulungan ,MM dan Dra. Hj. Novida H.
Lubis serta saudara laki laki penulis M. Haekal Izmanda Pulungan,S.T. yang tidak
pernah lelah mendoakan dan memberikan dorongan moril selama Penulis melakukan
studi di Departemen Teknik sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor
2. Dr. Satyanto Krido Saptomo, STP, M.Si sebagai dosen pembimbing skripsi yang banyak
memberikan ilmu, pengarahan, nasehat dan bimbingannya selama ini.
3. Bapak M. Budi Saputra, S.T, M.Eng selaku pembibing di PT. Krakatau Tirta Industri
selama penulis melakukan penelitian yang banyak memberikan arahan, nasehat dan
bimbingan.
4. Sahabat sahabat terkasih Indri Puspita Riyanto dan Fadjar Djuniardi yang selalu
memberi semangat tanpa henti.
5. Rekan rekan sebimbingan Yanuar Chandra, Andri Budi Wicaksono dan Enhar Hakim
6. Seluruh mahasiswa Teknik Sipil dan Lingkungan angkatan 45 atas kebersamaan dan
kerjasamanya selama menuntut ilmu di IPB selama kurang lebih 3 tahun. Semoga tali
persaudaraan tetap terjalin.
7. Seluruh pihak yang tidak dapat disebut satu persatu yang selalu dengan ikhlas
memberikan bantuan kepada Penulis.

Akhirnya Penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat dan memberikan kontribusi yang
nyata terhadap perkembangan ilmu pengetahuan di bidang Teknik Sipil dan Lingkungan.


Bogor, Juli 2012



Amanda Desviani Pulungan







ii

DAFTAR ISI
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................................................... iv
I. PENDAHULUAN ................................................................................................................ 1
1.1 Latar Belakang ......................................................................................................... 1
1.2 Tujuan Penelitian ..................................................................................................... 1
II. TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................................... 2
2.1 Proses Koagulasi dan Koagulan .............................................................................. 2
2.2 Aluminium Sulfat .................................................................................................... 3
2.3 Jar Test ..................................................................................................................... 5
2.4 Karakteristik Air Bersih ........................................................................................... 5
2.5 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas ............................................................... 7
2.6 Crystal Ball .............................................................................................................. 9
III. METODOLOGI .................................................................................................................. 19
3.1 Lokasi dan Waktu .................................................................................................. 19
3.2 Alat dan Bahan ...................................................................................................... 19
3.3 Prosedur Penelitian ................................................................................................ 19
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................................... 26
4.1 Deskripsi Perusahaan ............................................................................................ 26
4.2 Dosis Aluminium Sulfat dengan Kualitas Air ....................................................... 27
4.3 Perhitungan Biaya dan Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair ................ 40
4.4 Sensitivitas Biaya ................................................................................................... 43
V. KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................................... 47
5.1 Kesimpulan ............................................................................................................ 47
5.2 Saran ...................................................................................................................... 47
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................................... 48




iii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air ........................................................... 2
Tabel 2. Distribusi pada Crystal Ball ...................................................................................................11
Tabel 3. Sensitivitas koagulan aluminium sulfat bubuk .......................................................................39
Tabel 4. Sensitivitas koagulan aluminium sulfat cair ...........................................................................39
Tabel 5. Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina basah .........................40
Tabel 6. Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina kering ........................40
Tabel 7. Harga pokok produksi aluminium sulfat cair .........................................................................41
Tabel 8. Konsumsi aluminium sulfat cair ............................................................................................42
Tabel 9. Biaya produksi per m3 air ......................................................................................................43



















iv

DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Grafik tornado ....................................................................................................................17
Gambar 2. Grafik non monotonic .........................................................................................................18
Gambar 3. Distribusi normal .................................................................................................................20
Gambar 4. Kurva distribusi normal crystal ball ....................................................................................21
Gambar 5. Fit Distribution yang dipilih ................................................................................................21
Gambar 6. Pemilihan Probability ..........................................................................................................22
Gambar 7. Nilai Percentiles yang diperoleh .........................................................................................22
Gambar 8. Metode penelitian untuk menentukan nilai dosis koagulan optimal ...................................25
Gambar 9. Diagram alir proses pengolahan air .....................................................................................26
Gambar 10. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm .............................................29
Gambar 11. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm ..............................................29
Gambar 12. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm ........................................30
Gambar 13. Turbiditas vs warna sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm .......................................30
Gambar 14. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm .............................................31
Gambar 15. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2009 dosis 60 ppm ..............................................31
Gambar 16. Turbiditas vs Warna sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm .......................................32
Gambar 17. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm .............................................32
Gambar 18. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2010 dosis 55 ppm ..............................................33
Gambar 19. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm ........................................33
Gambar 20. Turbiditas vs pH sebelum jar test dosis100 ppm ...............................................................34
Gambar 21. Turbiditas vs pH sesudah jar test dosis100 ppm ..............................................................35
Gambar 22. Turbiditas vs warna sebelum jar test dosis100 ppm ..........................................................35
Gambar 23. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs warna .....................................37
Gambar 24. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs turbiditas ................................38
Gambar 25. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs zat organik .............................38
Gambar 26. Grafik harga pokok produksi aluminium sulfat cair ..........................................................41
Gambar 27. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina basah ...............................................43
Gambar 28. Tornado Chart HPP alumina basah ...................................................................................44
Gambar 29. Tornado Chart HPP alumina kering ..................................................................................45
Gambar 30. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina kering ..............................................45






v

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Tabel biaya produksi ........................................................................................................50
Lampiran 2. Data jar test tahun 2008 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm ....................................53
Lampiran 3. Data jar test tahun 2009 alumunium sulfat bubuk dosis 60 ppm .....................................54
Lampiran 4. Data jar test tahun 2010 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm .....................................57
Lampiran 5. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter
turbiditas................................................................................................................................................59
Lampiran 6. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter
warna .....................................................................................................................................................60
Lampiran 7. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter
turbiditas................................................................................................................................................61
Lampiran 8. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter
warna .....................................................................................................................................................62
Lampiran 9. Tabel delta parameter air tahun 2011 ...............................................................................63
Lampiran 10. Data probabilitas 90% ....................................................................................................76




















1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Air merupakan salah satu kebutuhan yang esensial bagi kehidupan makhluk hidup di bumi
ini. Air dibutuhkan tidak hanya untuk mencukupi kebutuhan pokok sehari hari tetapi juga untuk
kepentingan pertanian, perikanan, industri, lingkungan, transportasi dan kebutuhan pokok
lainnya. Seiring dengan kemajuan industri dan pertumbuhan penduduk yang kian meningkat
keberadaan air sebagai sumber daya alam yang penting pun mulai diperhatikan. Pencemaran
yang kian meningkat sebagai dampak dari keberadaan industri dan kepadatan penduduk tersebut
mulai mempengaruhi kualitas air untuk dikonsumsi tersebut. Berbagai usaha telah banyak
dilakukan agar kehadiran pencemaran terhadap air dapat dihindari atau setidaknya diminimalkan.
Masalah pencemaran serta efisiensi penggunaan sumber daya air merupakan masalah pokok. Hal
ini mengingat keadaan perairan alami di banyak negara yang cenderung menurun, baik kualitas
maupun kuantitas.
Air permukaan sebelum dimanfaatkan untuk tujuan tujuan tertentu harus diolah terlebih
dahulu. Pengolahan ini dapat berupa proses untuk menurunkan parameter kekeruhan, warna, dan
kandungan bakteri lainnya. Salah satu upaya yang dapat dilakuan adalah dengan melakukan
pengolahan air seperti dengan membangun instalasi pengolahan air minum yang mana air yang
diproduksi telah layak dikonsumsi untuk kemudian didistribusikan kepada masyarakat. Salah satu
perusahaan yang telah menerapkan upaya dengan pembangunan instalasi tersebut adalah PT.
Krakatau Tirta Industri di Cilegon. PT. Krakatau Tirta Industri merupakan perusahaan
pengolahan dan distribusi yang juga merupakan anak perusahaan dari PT. Krakatau Steel. Pada
salah satu proses pengolahan yang dilakukan yakni koagulasi digunakan koagulan berupa
aluminium sulfat. Saat ini aluminium sulfat yang digunakan berupa cairan yang telah
menggantikan aluminium sulfat cair jenis bubuk (powder). Keputusan pihak PT. KTI untuk
menjadikan aluminium sulfat cair sebagai koagulan pada proses koagulasi adalah selain untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusianya juga untuk efisiensi biaya produksi karena PT.
KTI memproduksi sendiri alumunium sulfat cair dengan menggunakan bahan baku berupa
alumina (bersifat optional antara penggunaan dengan alumina kering atau alumina basah) , asam
sulfat dan air. Namun masih perlu dilakukan evaluasi terkait penggunaan aluminium sulfat cair
ini sebagai koagulan terutama dari efesiensi biaya dan kualitas air yang diperoleh.
1.2 Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ialah untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan aluminium sulfat
cair sebagai koagulan yang digunakan oleh PT. KTI dari segi biaya produksi dan dari kualitas air
yang diperoleh. Serta dapat ditentukan dosis dan waktu penggunaan aluminium sulfat cair yang
tepat pada proses koagulasi.







2

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Proses Koagulasi dan Koagulan
2.1.1 Koagulasi
Koagulasi adalah proses yang bersifat kimia yang bertujuan untuk menghilangkan
kekeruhan dan material atau zat yang dapat meghasilkan warna pada air yang kebanyakan
merupakan partikel partikel koloidal ( berukuran 1- 200 milimikron) seperti alga, bakteri, zat
organik anorganik dan partikel lempung (Lin, 2007). Proses koagulasi perlu dilakukan apabila
kekeruhan air melebihi 30 50 Ntu. Dari bangunan intake, air akan dipompa ke bak koagulasi ini.
Pada proses koagulasi ini dilakukan proses destabilisasi partikel koloid, karena pada dasarnya air
sungai atau air-air kotor biasanya berbentuk koloid dengan berbagai partikel koloid yang
terkandung di dalamnya. Destabilisasi partikel koloid ini bisa dengan penambahan bahan kimia
berupa tawas, ataupun dilakukan secara fisik dengan rapid mixing (pengadukan cepat), hidrolis
(terjunan atau hydrolic jump), maupun secara mekanis (menggunakan batang pengaduk).
Biasanya pada instalasi pengolahan air dilakukan dengan cara hidrolis berupa hydrolic jump.
Lamanya proses adalah 30 90 detik.

2.1.2 Koagulan
Koagulan atau Flokulan pembantu biasa dibubuhkan ke dalam air yang dikoagulasi yang
bertujuan untuk memperbaiki pembentukan flok dan untuk mencapai sifat spesifik flok yang
diinginkan. Koagulan adalah zat kimia yang menyebabkan destabilisasi muatan negatif partikel di
dalam suspensi. Zat ini merupakan donor muatan positif yang digunakan untuk mendestabilisasi
muatan negatif partikel. Dalam pengolahan air sering dipakai garam Aluminium, Al ( III) atau
garam besi (II) dan besi (III) Koagulan yang umum digunakan pada pengolahan air adalah seperti
yang terlihat pada tabel di bawah ini :
Tabel 1. Koagulan yang Umum Digunakan Pada Pengolahan Air
Nama Formula Bentuk
Reaksi Dengan
Air
Ph Optimum
Aluminium
sulfat,
Alum sulfat,
Alum, Salum
Al
2
(SO
4
)3.xH
2
O
x = 14,16,18
Bongkah, bubuk Asam 6,0 7,8
Sodium aluminat
NaAlO
2
atau
Na
2
Al
2
O
4

Bubuk Basa 6,0 7,8
Polyaluminium
Chloride, PAC
Aln(OH)mCl3n-m Cairan, bubuk Asam 6,0 7,8
Ferri sulfat Fe
2
(SO
4
)3.9H
2
O Kristal halus Asam 4 9
Ferri klorida FeCl
3
.6H
2
O Bongkah, cairan Asam 4 9


3

Ferro sulfat FeSO
4
.7H
2
O Kristal halus Asam > 8,5

2.2 Aluminium Sulfat

2.2.1 Kegunaan Alumunium Sulfat
Tawas atau alumunium sulfat merupakan bahan koagulan yang paling banyak
digunakan karena bahan ini paling ekonomis, mudah diperoleh di pasaran serta mudah
penyimpanannya.Alumunium sulfat digunakan secara luas dalam industri kimia, alumunium
sulfat banyak digunakan sebagai koagulan dalam proses pengolahan air bersih, pengolahan air
limbah dan juga digunakan dalam pembuatan kertas untuk meningkatkan ketahanan dan
penyerapan tinta. Alumunium sulfat jarang ditemukan dalam bentuk garam anhydrous biasanya
alumunium sulfat membentuk garam hyrous dengan kandungan H
2
O yang berbeda beda dan
yang paling umum dalam bentuk heksadecahydrate. Alumunium sulfat dapat juga digunakan
sebagai mordan saat dying dan pencetakan tekstil. Ketika dilarutkan dalam air yang mengandung
alkali alumunium sulfat akan membentuk aluminium hidroksida AL(OH)
3
yang berbentuk
gelatin.dalam proses dying dan pencetakan kain, zat gelatin tersebut akan membantu celupan
bertahan pada serabut pakaian karena pigmennya menjadi tidak larut. Kadang alumunium sulfat
digunakan untuk menurunkan pH lahan perkebunan. Jumlah pemakaian tawas tergantung kepada
turbiditas (kekeruhan) air baku. Semakin tinggi turbiditas air baku maka semakin besar jumlah
tawas yang dibutuhkan. Pemakain tawas juga tidak terlepas dari sifat-sifat kimia yang
dikandung oleh air baku tersebut. Alumunium dan garam garam besi adalah bahan kimia yang
efektif bekerja pada kondisi air yang mengandung alkalin. Reaksi yang terjadi sebagai berikut :
Al
2
(SO
4
)
3
2 Al
+3
+ 3(SO
4
)
-2


Air mengalami

H
2
O H
+
+ OH
-

Sehingga


2 Al
+3
+ 6OH
-
2Al(OH)
3


Selain itu akan dihasilkan asam :

3(SO
4
)
-2
+ 6H
+
3H
2
SO
4


Dengan demikian makin banyak dosis tawas yang ditambahkan maka pH akan semakin
turun, karena dihasilkan asam sulfat sehingga perlu dicari dosis tawas yang efektif antara pH
5,8-7,4. Apabila alkalinitas alami dari air tidak seimbang dengan dosis tawas perlu
ditambahkan alkalinitas,biasanya ditambahkan larutan kapur (Ca(OH)
2
) atau soda abu
(Na
2
CO
3
). Reaksi yang terjadi :

Al
2
(SO
4
)
3
+ 3Ca(HCO
3
)
2
2Al(OH
3
) + 3CaSO
4 +
6CO
2


Al
2
(SO
4
)
3
+ 3Na
2
CO
3
+ 3H
2
O 2Al(OH
3
) + 3Na
2
SO
4
+3CO
2


Al
2
(SO
4
)
3
+ 3Ca(OH)
2
2Al(OH
3
)+ 3CaSO
4



4

Partikel pengotor air biasanya berbentuk koloid yang melayang didalam air dan
mempunyai 2 lapisan muatan listrik di permukaannya, positif dan negatif. Walaupun secara alami
ada yang disebut gaya tarik menarik antar partikel (Van der Walls force) namun karena adanya
lapisan negatif dipermukaan koloid tersebut, terjadi gaya tolak menolak (repulsion force) yang
menyebabkan koloid tidak pernah bergabung. Kondisi tersebut stabil sepanjang tidak ada campur
tangan dari luar.


Beberapa sifat dari tawas / alumunium sulfat

1. Bentuk bongkahan atau bubuk berwarna putih
2. Kelarutan dalam air 700 gr / lt
3. Konsentrasi larutan yang umum 50 100 gr / lt (5 10 %)
4. Tidak mudah terbakar
5. Larut dalam air, bereaksi asam kuat dan bersifat korosif
6. Larutannya berbahaya bagi paru paru , mata dan kulit
7. Bila debunya terhisap menimbulkan rasa nyeri pada alat
pernafasan
8. Bila larutan tersebut kena mata akan menimbulkan rasa
pedih

2.22 Pembuatan Koagulan Alum Sulfat

a. Bahan Baku yang Digunakan

1. Alumina
Alumina diproduksi dari proses pemurnian bauksit, untuk menghasilkan alumina
bauksit digiling dan dicampur dengan kapur dan kaustik soda. Campuran tersebut
kemudian dipompa ke dalam tanki tekanan tingi dan dipanaskan. Alumunium oksida
akan larut dalam kaustik soda dan dikeluarkan secara cepat dari larutan, kemudian
dicuci dan dipanaskan untuk menghilangkan air yang tersisa. Hasil dari proses ini
yaitu powder berwarna putih yang disebut alumina. Alumina dipasaran rata rata
mempunyai konsentrasi sekitar 99, 0 99,7%

2. Asam Sulfat
Asam sulfat diproduksi dari belerang menggunakan proses kontak, dimana
belerang direaksikan dengan oksigen untuk membentuk sulfur dioksida. Sulfur
dioksida kemudian direaksikan lagi dengan oksigen untuk membentuk sulfur
trioksida. Hasil reaksi ini kemudian direkasikan lagi dengan air untuk membentuk
asam sulfat. Asam sulfat dipasaran terdiri dari 2 macam yaitu dengan asam sulfat
teknis dengan konsentrasi 96 98% dan asam sulfat absolut dengan konsentrasi lebih
dari 99%

b. Proses Produksi Alumunium Sulfat dari Alumina

Untuk memproduksi alumunium sulfat bahan baku yang terdiri dari alumunium
hidroksida, asam sulfat dan air dimasukkan kedalam tanki reaktor. didalam reaktor
tersebut bahan bahan tersebut diaduk selama waktu tertentu dan akan menghasilkan
uap air yang dibuang melalui cerobong. Tangki reaktor harus dibuat dari bahan yang
tahan asam dan panas pembentukan karena reaksi ini bersifat eksosentris. Operasi
biasanya dilakukan secara batch. Reaksi yang terjadi yaitu :

2Al(OH)
3
+ 3H
2
SO
4
+ 8H
2
O Al
2(
SO
4)3. 14
H
2
O



5

Reaksi pembuatan alumunium sulfat ini membutuhkan waktu sekitar 6 menit dan
bersifat eksotermis sehingga setelah bahan bahan dicampur didalam reaktor maka
temperatur reaksi akan naik menjadi 115 - 118 C. Selama reaksi berlangsung akan
terjadi penguapan air akibat terjadinya kenaikan suhu sehingga pada tangki reaktor perlu
dipasang corong untuk membuang uap yang terbentuk. Langkah selanjutnya setelah
alumunium terbentuk, jika diinginkan alumunium yang diinginkan berbentuk liquid
maka produk yang keluar dari tangki dilairkan kedalam tangki yang diisi dengan air agar
menjadi dingin. Alumunium cair tersebut kemudian disaring dan dialirkan ke tangki
penyimpanan. Jika diinginkan dalam bentuk solid maka larutan dialirkan kedalam pan
dan didinginkan menggunakan kipas. Pan kemudian disimpan didalam rak, sesudah itu
alumunium yang sudah berbentuk padat diambil dan dimasukkan kea lat penggiling,
setelah hancur alumunium dialirkan kedalam hoper untuk dimasukkan ke karung
(packaging).
2.3 Jar Test
Jar test merupakan metode standar yang dilakukan untuk menguji proses koagulasi
(Kemmer,2002). Data yang didapat dengan melakukan jar test antara lain dosis optimum
penambahan koagulan, lama pengendapan serta volume endapan yang terbentuk. Jar test
sebaiknya dilakukan setiap beberapa hari, bulan atau tahun bahkan musim terutama pada saat
dimana terjadi perubahan keadaan air secara kimia. Jar test terdiri dari enam buah batang
pengaduk yang masing masing mengaduk satu buah gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah
gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi operasi dapat bervariasi diantara lima gelas yang
tersisa. Penggunaan sebuah pengukuran rpm di bagian atas petangkat jar test ini berperan sebagai
pengontrol keseragaman kecepatan pencampuran pada keenam gelas tersebut. Hasil dari uji ini
menjadi acuan dalam pemberian dosis koagulan pada proses koagulasi.

2.4 Karakteristik Air Bersih
Karakteristik air bersih dapat dilihat dari dua aspek yakni secara fisik dan kimia. Karakter
fisik dalah karakter air secara fisik . Sedangkan karakteristik kimia merupakan karakteristik air
dilihat dari kandungan zat kimia yang terkandung didalamnya.
2.4.1 Karakteristik Fisik Air
A. Kekeruhan
Kekeruhan air dapat ditimbulkan oleh adanya bahan-bahan anorganik dan organik
yang terkandung dalam air seperti lumpur dan bahan yang dihasilkan oleh buangan
industri.

B. Suhu
Suhu merupakan salah satu faktor yang penting dalam mengatur proses kehidupan
dan penyebaran organisme. Tinggi rendahnya suhu air berkaitan dengan besarnya
intensitas cahaya matahari yang masuk ke perairan, karena intensitas cahaya yang
masuk menentukan derajat panas. Semakin banyak sinar matahari yang masuk maka
suhu semakin tinggi, sedangkan bertambahnya kedalaman akan mengakibatkan suhu
menurun (Welch, 1980 dalam Kristianiarso, 2009). Kadar oksigen terlarut yang terlalu
rendah akan menimbulkan bau yang tidak sedap akibat degradasi anaerobik yang
mungkin saja terjadi.

C. Warna
Warna air dapat ditimbulkan oleh kehadiran organisme, bahan-bahan tersuspensi


6

yang berwarna dan oleh ekstrak senyawa-senyawa organik serta tumbuh-tumbuhan.
Satuan untuk parameter warna yang biasa digunakan adalah PtCo (Platinum Cobalt
Scale)

D. Solid (Zat padat)
Kandungan zat padat menimbulkan bau busuk, juga dapat meyebabkan
turunnya kadar oksigen terlarut. Zat padat dapat menghalangi penetrasi sinar matahari
kedalam air.

E. Bau dan rasa
Bau dan rasa dapat dihasilkan oleh adanya organisme dalam air seperti alga serta
oleh adanya gas seperti H
2
S yang terbentuk dalam kondisi anaerobik, dan oleh
adanya senyawa-senyawa organik tertentu

2.3.2 Karakteristik Kimia Air

A. pH
Pembatasan pH dilakukan karena akan mempengaruhi rasa, korosifitas air dan
efisiensi klorinasi. Beberapa senyawa asam dan basa lebih toksid dalam bentuk
molekuler, dimana disosiasi senyawa-senyawa tersebut dipengaruhi oleh pH. Pengaturan
pH dapat dilakukan dengan penambahan asam atau basa (Teng, 2000). Air normal yang
memenuhi syarat untuk suatu kehidupan mempunyai pH berkisar antara 6,5 7,5. Air
dapat bersifat asam atau basa tergantung besar kecilnya pH air. Air yang memiliki pH
lebih kecil dari pH normal akan bersifat asam sedangkan air yang memiliki pH diatas
normal bersifat basa (Wardhana, 2004). Pada umumnya bakteri tumbuh dengan baik
pada pH netral dan alkalis sedangkan jamur lebih menyukai pH rendah (kondisi asam).
Oleh karena itu proses dekomposisi bahan organik berlangsung lebih cepat pada kondisi
netral atau alkalis (Effendi, 2003).
B. DO (Dissolved Oxygent)
DO adalah jumlah oksigen terlarut dalam air yang berasal dari fotosintesa dan
absorbs atmosfer/udara. Kadar oksigen terlarut di perairan alami bervariasi bergantung
pada suhu, salinitas, turbulensi air dan tekanan atmosfer (Effendi, 2003). Semakin
banyak jumlah DO maka kualitas air semakin baik. Satuan DO biasanya
dinyatakan dalam persentase saturasi.

C. BOD (Bological Oxygent Demand)
BOD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan oleh mikroorgasnisme untuk
menguraikan bahan-bahan organik (zat pencerna) yang terdapat di dalam air buangan
secara biologi. BOD dan COD digunakan untuk memonitoring kapasitas self
purification badan air penerima.

D. COD( Chemical Oxygent Demand)
COD adalah banyaknya oksigen yang di butuhkan untuk mengoksidasi bahan-
bahan organik secara kimia, baik yang dapat didegradasi secara biologis, maupun yang
sukar didegradasi secara bilogis menjadi CO
2
dan H
2
O. Jika pada perairan terdapat
bahan organik yang resisten terhadap degradasi biologis, misalnya selulosa, tannin,
lignin, fenol dan sebagaiinya maka lebih cocok dilakukan pengukuran nilai COD
dibandingkan dengan nilai BOD. Pengukuran COD didasrkan pada kenyataan bahwa
hampir semua bahan organic dapat dioksidasi menjadi CO
2
dan dan H
2
O dengan


7

bantuan oksidator kuat (kalium dikromat) dalam suasana asam.

E. Kesadahan
Kesadahan air yang tinggi akan mempengaruhi efektifitas pemakaian sabun, namun
sebaliknya dapat memberikan rasa yang segar. Di dalam pemakaian untuk industri (air
ketel, air pendingin, atau pemanas) adanya kesadahan dalam air tidaklah
dikehendaki. Kesadahan yang tinggi bisa disebabkan oleh adanya kadar residu terlarut
yang tinggi dalam air.

F. Senyawa-senyawa kimia yang beracun
Kehadiran unsur arsen (As) pada dosis yang rendah sudah merupakan racun
terhadap manusia sehingga perlu pembatasan yang agak ketat ( 0,05 mg/l). Kehadiran
besi (Fe) dalam air bersih akan menyebabkan timbulnya rasa dan bau ligam,
menimbulkan warna koloid merah (karat) akibat oksidasi oleh oksigen terlarut yang
dapat menjadi racun bagi manusia.

2.5 Perhitungan Biaya Berdasarkan Aktivitas
2.5.1 Biaya Produksi dan Overhead
Perhitungan biaya berdasarkan fungsi dan aktivitas membebankan biaya pada objek biaya
seperti produk, pelanggan, pemasok, bahan baku dan jalur pemasaran. Ketika biaya dibebankan
kepada objek biaya, biaya per unit dihitung dengan membagi jumlah biaya yang dibebankan
dengan jumlah unit dari objek biaya tertentu. Biaya per unit adalah jumlah biaya yang berkaitan
dengan unit yang diproduksi dibagi dengan jumlah unit yang diproduksi. Biaya produk sering
didefinisikan sebagai biaya produksi yaitu jumlah dari bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead produksi (Hansen& Mowen,2009)
Biaya produk dapat juga berguna untuk membuat beberapa keputusan tertentu sebagai
contoh biaya produk dapat menjadi input penting dalam penetapan harga penawaran dan juga
dapat digunakan untuk mengilustrasikan perbedaan antara pendekatan pembebanan biaya
berdasarkan fungsi dan aktivitas.
Perhitungan biaya produksi berdasarkan fungsi membebankan biaya dari bahan baku
langsung dan tenaga kerja langsung pada produk dengan menggunakan penelusuran langsung.
Di lain pihak, biaya overhead dibebankan dengan menggunakan biaya penelusuran penggerak
dan alokasi. Secara spesifik perhitungan membebankan biaya overhead pada produk. Penggerak
aktivitas tingkat unit adalah faktor faktor yang menyebabkan perubahan dalam biaya seiring
dengan perubahan jumlah unit yang diproduksi. Penggunaan penggerak berdasarkan unit semata
mata untuk membebankan biaya overhead pada produksi memiliki asumsi bahwa overhead
yang digunakan produk berkorelasi tingi jumlah unit yang diproduksi. Untuk biaya overhead
dimana asumsi ini berlaku, pembebanan berdasarkan unit sesuai dengan penelusuran penggerak.
Untuk biaya biaya overhead yang tidak sesuai dengan asumsi, pembeabana biaya merupakan
suatu proses alokasi. Tarif perkiraan overhead berdasarkan fungsi membutuhkan spesifikasi dari
penggerak tingkat unit, yaitu suatu perkiraan dari kapasitas yang diukur penggerak dan dan
perkiraan dari overhead yang diharapkan.

2.5.2 Harga Pokok Produksi
Harga pokok dikenal dengan nama singkatnya HPP adalah salah satu komponen dari
laporan laba rugi, yang menjadi perhatian manajemen perusahaan dalam mengendalikan


8

operasional perusahaan. Bila berbicara mengenai HPP, terdapat tiga macam harga pokok yaitu
harga pokok persediaan, harga pokok produksi dan harga pokok penjualan. Ketiganya adalah
komponen yang yang saling terkait namun bila mendengar perkataan HPP, maka harus konsen
mana yang dimaksudkan. Permasalahan itu timbul karena perbedaan kebutuhan masing-masing
tingkat manajemen. Manajer bagian pembelian (Purchase Manager) lebih fokus pada harga
pokok persediaan, manajer produksi (production manager) atau manajer operasional (operation
manager) lebih fokus pada harga pokok produksi. Manajemen tingkat puncak tentunya akan
lebih cenderung fokus pada harga pokok penjualan.

Komponen yang paling besar dalam operasional perusahaan pada perusahaan dagang
maupun perusahaan industri adalah persediaan. Karena harga pokok persediaan adalah bagian
dari persediaan yang telah digunakan, Jadi perhatian lebih besar ditujukan pada harga pokok
persediaan cukup beralasan. Namun hal itu tidak cukup bagi manajer operasional karena
komponen biaya produksi baik biaya tenaga kerja langsung maupun biaya overhead pabrik juga
merupakan komponen penting yang berada dalam ruang lingkup tugasnya. Karena itu manajer
produksi atau manajer operasional pada perusahaan industri akan fokus pada harga pokok
produksi yaitu Harga pokok persediaan ditambah biaya produksi. Perusahaan Jasa tidak
memiliki kedua komponen tersebut sehingga pada perusahaan jasa jelas hanya harga pokok yang
terdiri dari biaya biaya operasional.

Walaupun harga pokok adalah bagian dari laporan laba rugi namun laporan harga pokok
juga dilaporkan secara terpisah. Bentuk laporan harga pokok disesuaikan dengan kebutuhan
manajemen dan metode akuntansi yang dipilih. Metode pepertual inventory adalah metode yang
banyak digunakan pada system akuntansi computer namun masih banyak akuntan yang sangat
familiar dengan metode fisikal inventori. Metode fisikal inventori semakin ditinggalkan karena
sistem akuntansi komputer dengan metode perpetual dapat memberikan informasi setiap saat
tanpa harus menunggu perhitungan fisik persediaan bahkan dapat menampilkan hasil
perhitungan harga pokok untuk suatu produk yang akan diproduksi. Dengan demikian diperoleh
laporan harga pokok dalam bentuk rencana dan laporan harga pokok realisasi.

Laporan harga pokok adalah sebuah kertas kerja berupa perhitungan secara sistematis.
Pada sistem akuntansi Manual biasanya hanya ditampilkan secara periodik namun sistem
akuntansi komputer dengan menerapkan metode perpetual inventory dapat menghasilkan
informasi secara visual kapan saja. Hal ini dapat dilakukan karena metode perpetual melakukan
perhitungan berdasarkan transakasi yang telah di catat ke sistem komputer sedangkan
metode Phisik melakukan perhitungan berdasarkan selisih antara persediaan awal ditambah
mutasi dan dikurangi dengan sisa. Untuk mendapatkan sisa tentunya melalui perhitungan phisik.
Metode phisik biasanya hanya menampilkan harga pokok produksi secara keseluruhan pada
satu periode tertentu sedangkan metode perpetual menghasilkan laporan harga pokok produksi
secara spesifik misalnya untuk satu produk tertentu.

Untuk memahami komponen dari harga pokok, berikut adalah hubungan dari komponen
komponen yang saling berhubungan :
a. Harga Pokok Penjualan = Harga Pokok Produksi + Biaya Penjualan
b. Harga Pokok Produksi = Harga Pokok Persediaan + Biaya Produksi
c. Harga Pokok Persediaan = Bagian Persediaan Bahan Baku yang digunakan dalam
proses produksi
d. Persediaan = Pembelian bahan baku + biaya pembelian
e. Biaya penjualan = Biaya yang diperlukan untuk menjual produk



9

Selanjutnya komponen komponen dapat disusun secara hirarki menjadi :

Harga Pokok Penjualan
a. Harga Pokok Persediaan
1. Biaya bahan baku yang dipakai
2. Biaya pembelian
b. Biaya Tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead pabrik
1. Biaya bahan pembantu/penolong
2. Biaya tenaga kerja tidak langsung
3. Biaya listrik dan penerangan pabrik
4. Biaya penyusutan gedung pabrik
5. Biaya penyusutan mesin
6. Biaya proses produksi lainnya
d. Biaya Penjualan
1. Biaya pengepakan
2. Ongkos angkut penjualan (Biaya Delivery)
3. Biaya Penjualan lainnya
2.6 Crystal Ball
Crystal Ball adalah program untuk simulasi data yang menyediakan dua pilihan metode
sampling, yaitu Monte Carlo dan latin Hypercube. Seperti halnya User friendly program pada
umumnya, Crystal Ball pada dasarnya mudah dioperasikan dan dipahami. Beberapa hal yang
sebaiknyadikethaui erlebih dahulu sebelum menggunakan Crystal Ball seperti Central Limit
Theorem dan beberapa pilihan tes seperti Kolmograv Sminov, Darling and Chi Square dan
juga karakteristik ditribusi yang menjadi knowledge base program ini hendaknya diketahui agar
memudahkan untuk beradaptasi saat penggunaan atau membaca hasil analisa.
Penggunaan Crystal Ball dapat diawali dengan pemahaman terhadap tiga macam
karakteristik sel yang digunakan, yaitu :
1. Assumption Cell atau sel sel asumsi
2. Forecast Cell atau sel sel peramalan
3. Decision Cell atau sel sel keputusan
Assumption Cell adalah nilai atau variabel yang tidak diketahui pasti masalah yang akan
diselesaikan. Sel ini harus berupa nilai numerik dan bukan formula atau teks dan didefinisikan
sebagai sebuah distribusi probabilitas. Distribusi probabilitas yang terdapat pada Crystal Ball
yaitu distribusi Normal, Uniform, Geometric, Webull, Beta, Hyper Geometric, Gamma, Logistic,
Pareto, Extreme, Value, Negative, Binominal dan Costum. Decision Cell berisi nilai numerik
atau angka bukan formula atau teks atau menjelaskan variable yang memiliki interval nilai
tertentu dimana dapat dikontrol oleh pengguna untuk memperoleh nilai optimal. Sedangkan
Forecast Cell merupakan Cell Formula dari Assumption Cell.
2.6.1 Distribusi Probabilitas
Distribusi probabilitas adalah sebuah model matematis yang dipergunakan untuk
mendeskripsikan sifat sifat sebuah populasi (bentuk, pusat dan penyebaran). Probabilitas
dinyatakan dalam pecahan (1/4, , ) atau persen (25%, 50%, 75%) dan besarnya antara 0
dan 1. Tidak pernah ada probabilitas negatif ataupun lebih besar dar 1. Probabilitas sama


10

dengan 0 berarti sesuatu tidak pernah terjadi dan probabilitas sama dengan 1 berarti sesuatu
akan selalu atau pasti terjadi (Mulyono,2006) .
Distribusi probabilitas normal banyak digunakan pada kehidupan sehari hari yang
digambarkan sebagai fenomenal random seperti test score dan berat. Rumusan untuk
ditribusi normal yaitu :
F(x) =
1
2
2

( )
2
/ 2
2
(1)
Dengan rata rata dan varians
2
dan harus memenuhi syarat - < x <
Ciri ciri utama distribusi adalah :
1. Kurvanya mempunyau puncak tunggal
2. Kurvanya berbentuk seperti lonceng
3. Rata rata terletak di tengah distribusi dan distribusinya di sekitar garis tegak
lurus yang ditari melalui rata rata
4. Kedua ekor kurva memanjang tak terbatas dan tak pernah memotong sumbu
horizontal
Untuk mencari probabilitas suatu interval dari variabel random kontinyu, dapat
dipermudah dengan bantuan distribusi normal standar yang memiliki rata rata (mean)= 0
dan standar deviasi S= 1. Variabel random dalam distribusi normal standar dengan symbol Z.
Rumus untuk memperoleh variabel normal standar Z adalah :
Z =


(2)
Jika X = nilai variabel random
= rata rata variabel random
= deviasi standar variabel random
Maka :

(3)

Variabel normal standar Z dapat diartikan sebagai berapa kali deviasi standar suatu
nilai variabel random menyimpang dari rata ratanya. Lebih dari 99% area banyak yang
berada dibawah distribusi terlampir dalam range - 3 x + 3 yang dikenal dengan 6-
sigma limits (Taha, 1997).
Memilih satu distribusi untuk satu asumsi adalah salah satu dari tahap yang dilakukan
dalam membuat satu model Crystal Ball. Crystal Ball memiliki 22 distribusi yang terdiri dari
kontinyu dan diskret yang dapat digunakan untuk menggambarkan satu asumsi, dimasukkan
sebagai distribusi pilihan yang dapat digunakan untuk kombinasi range (data) kontinyu dan
diskrit.
a. Distribusi kontinyu mengansumsikan semua nilai dalam range (rentang) termasuk
juga range yang tanpa batasan (tidak terhingga). Distribusi ini memiliki lengkungan
yang halus dan berbentuk kurva padat (solid).


11

b. Distribusi probabilitas diskrit menggambarkan suatu perbedaan terbatas pada
umumnya adalah bilangan bulat. Distribusi ini menyerupai kolom ketinggian yang
berbeda satu dengan yang lainnya.

Tabel 2. Distribusi pada Crystal Ball
Distribusi Kondisi Aplikasi Contoh
a. Nilai rata rata
kemungkinan
besar paling sering
muncul
b. Simetrikal dengan
nilai tengah
c. Nilai
kemungkinan
besar lebih dekat
dengan nilai
tengah
dibandingkan nilai
terjauh
Fenomena Natural Tinggi manusia,
Tingkat Reproduksi,
Inflasi

a. Nilai maksimum
dan minimum
ditetapkan
b. Pada rentangan
terdapat sebuah
nilai
kemungkinan
besar , segitiga
terbentuk dari
nilai maksimum
dan minimum
Ketika diketahui
nilai maksimum,
minium dan
kemungkinan
besar sangat
berguna pada
penggunaan data
yang terbatas
Perkiraan penjualan,
Jumlah mobil yang
terjual dalam
seminggu, Jumlah
persediaan, Harga
pemasaran
a. Nilai atas dan
bawah tidak
terbatas
b. Distribusi positif
berbentuk miring
dengan sebagian
besar nilai berada
di dekat batas
bawah
c. Logaritma natural
dari distribusi
adalah distribusi
normal
Situasi dimana nilai
positif berbentuk
miring
Harga Real Estate ,
Harga Stok, Skala
pembayaran,
Ukuran reservoir
minyak


12


a. Nilai minimum
ditentukan
b. Nilai maksimum
ditentukan
c. Semua nilai dalam
rentang yang sama
mungkin terjadi
d. Seragam diskrit
merupakan nilai
ekuivalen diskrit
dari distribusi
seragam
Jika diketahui
rentang dan semua
nilai yang mungkin
adalah
kemungkinan yang
sama
Penaksiran harga
Real Estate,
Kebocoran pada
pipa

a. Untuk masing
masing percobaan,
hanya dua hasil
yang mungkin
terjadi, biasanya
berhasil atau gagal
b. Probabilitas sama
untuk setiap
percobaan
c. Distribusi Yes No
ekuivalen
terhadap distribusi
binomial dengan
satu kali
percobaan

Menggambarkan
nilai dari waktu
yang mungkin
terjadi pada
percobaan dengan
nilai yang tetap,
juga digunakan
pada logika
Boolean ( benar /
salah atau hidup /
mati)
Nilai dari sisi 10
kali pelemparaan
sebuah koin,
kemungkinan
terjadinya kegagalan
atau keberhasilan.

a. Rentang antara
nilai maksimum
dan minimum
berada diantara 0
dan nilai positif
b. Bentuknya dapat
dispesifikasi
dengan dua nilai
positif, yaitu alfa
dan beta

Menampilkan
variabilitas
terhadap sebuah
rentang yang tetap,
menjelaskan data
empiris
Menampilkan
reabilitas dari
perangkat suatu
perusahaan
a. Nilai minimum
dan maksimum
ditentukan
b. Pada rentangan
terdapat sebuah
nilai
kemungkinan
besar , segitiga
Ketika diketahui
nilai maksimum
dan minimum, nilai
kemungkinan
besar , sangat
berguna pada data
yang terbatas
Hampir sama
dengan segitiga,
terutama pada
manajemen proyek


13

terbentuk dari
nilai maksimum
dan minimum,
formula
BetaPERT
merupakan kurva
yang diperhalus
pada bagian dasar
segitiga

a. Distribusi
menggambarkan
waktu diantara
kejadian
b. Distribusi tidak
dipengaruhi
kejadian
sebelumnya
Menggambarkan
kejadian yang
terjadi secara acak
Rentang waktu
panggilan telepon,
waktu kedatangan
konsumen
a. Kejadian yang
mungkin dari
suatu pengukuran
yang tidak terbatas
b. Kejadian yang
berdiri sendiri
c. Nilai rata rata
dari kejadian
adalah konstan
dari setiap unit
Diterapkan pada
kuantitas fisikal,
seperti waktu
diantara kejadian
dimana proses
kejadian tidak
sepenuhnya acak
Permintaan dari
suatu barang yang
terjual pada waktu
pemesanan, proses
metereologi

a. Fleksibilitas
distribusi ini dapat
mengasumsi sifat
dari distribusi
lainnya
b. Ketika bentuk dari
parameter sama
dengan 1, ini
identik dengan
distribusi
Eksponensial ,
ketika sama
dengan maka
identik dengan
Rayleigh
Kuantitas fisik atau
uji kegagalan
Kegagalan pada
sebuah studi
reabilitas,
menghilangkan
kekuatan bahan
pada sebuah uji
kontrol


14


Kondisi dan parameter
kompleks.
Menjelaskan nilai
terbesar
( Maksimum
ektrim) atau nilai
terkecil dari sebuah
respon pada suatu
waktu ataupun
penghilangan
kekuatan material
Nilai banjir terbesar
atau terkecil, curah
hujan, dan gempa
bumi

Kondisi dan parameter
kompleks
Menjelaskan
pertumbuhan
Pertumbuhan
populasi yang
sebagai fungsi
waktu, suatu reaksi
kimia
a. Nilai titik tengah
merupakan nilai
kemungkinan
besar
b. Secara simetrikal
merupakan nilai
rata rata
c. Menyerupai
distribusi normal
ketika derajat
kebebasan sama
dengan atau lebih
besar dari 30

Data ekonomi Nilai pertukaran

Kondisi dan parameter
kompleks Lihat Fishman,
G. Springer Series in
Operations Research. NY:
Springer- Verlag, 1996
Menganalisis
distribusi lainnya
yang berhubungan
dengan fenomena
empris
Menyelidiki
distribusi yang
berhubungan
dengan kota, ukuran
populasi, besarnya
perusahaan, dan
fluktuasi harga
a. Nilai dari
kemungkinan
suatu kejadian
adalah tidak
terbatas
b. Kejadian yang
yang tidak
berhubungan
dengan kejadian
lainnya
c. Nilai rata rata
Menjelaskan nilai
dari waktu kejadian
yang terjadi pada
interval yang
diberikan (
biasanya waktu)
Jumlah panggilan
telepon setiap
waktu, jumlah
kerusakan pada
material


15

kejadian dari satu
unit ke unit
lainnya adalah
sama
a. Jumlah satuan
ditetapkan
b. Sampel ukuran (
jumlah percobaan
) merupakan
sebuah porsi dari
populasi
c. Probabilitas dari
keberhasilan
berubah setelah
setiap percobaan
dilakukan


Menjelaskan
jumlah waktu dari
suatu peristiwa
terjadi dalam suatu
percobaan dengan
jumlah yang
ditetapkan, namun
percobaan
tergantung dari
hasil percobaan
sebelumnya
Kemungkinan suatu
bagian yang dipilih
menjadi rusak dari
suatu kotak

a. Jumlah dari
percobaan tidak
ditetapkan
b. Percobaan
berlanjut hingga
ke- r kali sukses (
percobaan tidak
pernah kurang dari
r)
Probabilitas
kesuksesan dari
satu percobaan ke
percobaan lain
adalah sama
Model distribusi
jumlah percobaan
atau kegagalan
hingga ke r
hingga kesuksesan
terjadi
Jumlah dari
penawaran sebelum
mengakiri 10
pesanan

a. Jumlah dari
percobaan tidak
tetap
b. Percobaan
berlanjut hingga
keberhasilan yang
pertama
Probabilitas
keberhasilan dari
satu percobaan ke
percobaan lain
adalah sama
Menjelaskan
jumlah dari
percobaan hingga
keberhasilan
pertama terjadi
Jumlah pemutaran
roulette, jumlah
sumur yang digali
sebelum
menemukan minyak


16

a. Distribusi yang
sangat fleksibel ,
digunakan untuk
menampilkan
sebuah situasi
yang tidak dapat
dijelaskan oleh
distribusi lain
b. Dapat berbentuk
diskrit atau
kontinu
c. Digunakan untuk
memasukkan
seluruh nilai data
dari sebuah
rentang sel

(Sumber : User Manual for Crystal Ball. 2008)
2.6.2 Uji Goddes of Fit
Satu cara yang cepat untuk memeriksa apakah suatu himpunan data mentah tertentu sesuai
dengan distribusi teoritis tertentu adalah dengan membandingkan secara grafik distribusi empiris
kumulatif dengan fungsi kepadatan kumulatif yang bersesuain dari distribusi teoritis yang
bersangkutan. Jika kedua fungsi tersebut tidak memperlihatkan deviasi yang berlebihan, terdapat
kemungkinan yang cukup besar bahwa distribusi teoritis itu sesuai dengan data mentah tersebut.
Gagasan untuk membandingkan distribusi empiris dan distribusi teoritis adalah dasar untuk
uji Kolmogrov Smirnov. Uji ini yang hanya dapat diterapkan untuk variabel acak kontinyu,
memanfaatkan sebuah statik untuk menerima atau menolak distribusi yang dihipotesis dengan
tingkat signifikan tertentu (Taha, 1997)
Uji statistik lainnya yang berlaku untuk variable acak diskrit maupun kontinyu adalah uji
chi- kuadrat atau Chi- square. Uji ini didasari oleh perbandingan fungsi kepadatan probabilitas
daripada fungsi kepadatan kumulatif seperti dalam uji Kolmogrov Sminorv. Langkah perama
dalam prosedur chi- kuadrat adalah mengembangkan sebuah histogram frekuensi. Dengan
menggambarkan histrogram frakuensi secara visual dapat diputuskan fungsi kepadatan teoritis
mana yang paling sesuai dengan data dalam bentuk histogram tersebut. Uji ini didasari oleh
pengukuran jumlah deviasi antara fungsi kepadatan empiris dan teoritis. Untuk mencapai tugas
ini, anggap [

- 1,

] mewakili batas batas interval I sebagaimana didefinisikan dalam


distribusi empiris dan asumsikan bahwa f(t) adalah fungsi kepadatan teoritis yang dihipotesiskan.
Dengan diketahui sampel dan mentah ukuran n, maka frekuensi teoritis yang berkaitan dengan
interval I dihitung sebagai
Ni =

i= 1,2,..,m (4)
Dimana m adalah jumlah sel yang dipergunakan dalam mengembangkan fungsi kepadatan
empiris. Dengan diketahui ni, sebuah ukuran deviasi antara frekuensi empiris dan yang diamati
dihitung sebagai berikut :

2
=
(


)
2

=1
(5)


17

Dimana
2
cenderung chi- kuadrat secara asimtut m . Angka derajat dari chi-
kuadrat adalah m-k-1, dimana k adalah jumlah parameter yang diestimasi dari data mentah untuk
dipergunakan dalam mendefinisikan distribusi teoritis yang bersangkutan. Misalnya, untuk
menggunakan distribusi eksponensial sebagai distribusi teoritis yang dihipotesiskan untuk
histogram empiris, nilai mean dari variable acak ekponensial dari data mentah perlu diestimasi.
Ini berarti bahwa k= 1 dalam kasus distribusi eksponensial (Taha,1997)
Dengan menganggap
2
m-k-1, 1- sebagai nilai chi kuadrat untuk derajat kebebasan m
k-1 dan tingkat signifikasi hipotesis nol yang menyatakan bahwa data mentah yang diamati
ditarik dari distribusi teoritis f(t) diterima jika
2
<
2
m-k-1, 1- jika tidak hipotesis tersebut
ditolak.
2.6.3 Tornado Chart
Tornado chart adalah salah satu alat bantu yang disediakan oleh Crystal Ball yang dapat
berguna untuk mengukur dampak dari model variabel pada suatu waktu yang bersamaan pada
target forecast. Hasilnya ditampilkan dengan Tornado Chart dan Spider Chart. Metode ini
berbeda dengan metode berbasis korelasi yang terdapat di Crystal Ball, alat ini menguji setiap
asumsi, variabel keputusan, preseden atau sel secara independen. Ketika menganalisi satu
variabel, alat ini mem beku kan variabel lainnya sebesar nilai basis mereka. Ini mengukur
pengaruh dari setiap variabel di forecast cell ketika memindahkan efek dari variabel lain. Metode
ini juga dikenal dengan one-at-a-time-pertubation atau parametric analysis .
Tornado Chart berguna untuk :
a. Mengukur nilai sensitivitas dari suatu variable yang ditetapkan pada saat
penggunaan Crystal Ball
b. Dengan cepet menyaring variabel pada model yang telah dibangun untuk
menentukan kandidat terbaik yang kemudian ditetapkan sebagai asumsi atau
decision variables.

Gambar 1. Grafik tornado (User Manual for Crystal Ball. 2008)

Tornado chart menguji jarak dari setiap variabel pada persentil yang dispesifikasi dan
kemudian menghitung nilai forecast (ramalan) dari setiap poin. Tornado chart mengilustrasikan
perubahan antara nilai maksimum dan minimum dari nilai forecast (ramalan) setiap variabel.
Variabel yang menyebabkan perubahan nilai terbesar akan muncul pada bagian paling atas dan
variabel yang menyebabkan perubahan paling kecil akan muncul dibagian paling bawah. Variabel


18

yang terdapat dibagian atas memiliki efek terbesar terdahadap forecast (peramalan) dan variable
dibagian bawah memiliki efek yang paling kecil atau sedikit di forecast (peramalan).
Batang batang yang terdapat disebelah variabel mewakili selang perubahan nilai forecast
terhadap variabel yang diujikan. Yang berada disebelah batang tersebut adalah nilai dari variabel
variabel yang menghasilkan perubahan terbesar pada nilai forecast. Warna dari batang
mengindikasikan arah dari hubungan antara variabel variabel dengan forecast (ramalan). Untuk
variabel yang memiliki efek positif atau peningkatan nilai terhadap forecast (peramalan)
ditunjukkan dengan warna biru akan menuju arah kanan dan yang menghasilkan penurunan nilai
akan kearah kiri dan diindikasikan dengan warna merah. Pada saat hubungan antara variabel
dengan forecast (peramalan) tidak terjadi peningkatan atau penurunan yang signifikan hal ini
disebut dengan non- monotomic. Dengan kata lain apabila nilai minimum atau maksimum dari
rentang forecast tidak terjadi di titik akhir ekstrim pada rentangan uji terhadap variabel, maka
variabel memiliki hubungan non- monotonic dengan forecast (peramalan).


Gambar 2. Grafik non monotonic (User Manual For Crystal Ball. 2008)














19

III. METODOLOGI

3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan pada bulan Maret Juni 2012 di PT. Krakatau Tirta Industri,
Cilegon, Banten.
3.2 Alat dan Bahan

3.2.1 Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah Microsoft Excel dan Crystal Ball

3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian adalah berupa data sekunder terdiri dari :
a. Data Harian Hasil Jar Test yang dilakukan oleh Laboratorium Kualitas Air PT.
Krakatau Tirta Industri dari tahun 2001 hingga 2012
b. Data laporan penggunaan alumunium sulfat cair di lapangan
c. Data produksi alumunium sulfat cair
d. Data untuk perhitungan biaya produksi dan harga pokok produksi alumunium sulfat
cair
3.3 Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui efisiensi dari penggunaan alumunium sulfat cair
sebagai koagulan pada proses koagulasi di PT. Krakatau Tirta Industri. Beberapa tahapan yang
dilakukan pada penelitian ini:
3.3.1 Menentukan Dosis Optimum Alumunium Sulfat Bubuk dan Cair
Dengan menggunakan grafik di Microsoft Excel dilakukan perbandingan antara turbiditas
dengan pH dan turbiditas dengan warna sesuai dengan nilai yang diperoleh dari pencatatan hasil
jar test. Grafik dibuat dengan membandingkan nilai sebelum dan sesudah dilakukan jar test atau
pembubuhan koagulan. Data hasil jar test yang digunakan dari tahun 2008 2010 untuk
alumunium sulfat bubuk sedangkan untuk alumunium sulfat cair adalah data sembilan bulan masa
operasi pabrik alumunium sulfat cair (Juli 2011 April 2012). Dari grafik yang diperoleh
dilakukan perhitungan efisiensi dan alkalinitas dosis optimumnya. Langkah yang sama dilakukan
untuk menentukan dosis optimum alumunium sulfat cair.

Nilai efisiensi diperoleh dengan menggunakan persamaan :

=


x 100% (6)

dan nilai alkalinitas diperoleh dengan menggunakan persamaan (7) :
1. Diketahui bahwa 6 buah mol HCO
3
-
digunakan untuk masing masing mol
aluminium yang ditambahkan
2. Nilai mol / L aluminium yang digunakan :

Dosis (
mg
L
alum )
BM alum



20

3. mol/ L HCO
3
-
yang digunakan
6 (Nilai mol / L aluminium)
4. Konversi ke Mg/ L
= (mol/ L HCO
3
-
) (BM HCO
3
-
)
= (mol/ L HCO
3
-
) (61 gr/ mol)

3.3.2 Melakukan Probabilitas Dosis Aluminium Sulfat Bubuk dengan Kualitas Air
Nilai akhir dari probabilitas yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk grafik yang akan
menampilkan gambaran dari nilai probabilitas dosis, parameter air yang terdiri dari warna,
kekeruhan dan kandungan zat organik. Dari data jar test yang diperoleh kemudian diolah dengan
menggunakan Crystal Ball sehingga diperoleh nilai probabilitasnya. Nilai probabilitas yang dicari
pada penelitian kali ini adalah probabilitas 90%.
1. Langkah awal yang dilakukan adalah dengan meyusun data dosis aluminium sulfat
bubuk yang diberikan, warna, kekeruhan atau turbiditas dan kandungan zat organik
dari rentang tahun 2001 hingga 2011. Data untuk masing masing variabel (dosis,
warna, kekeruhan dan kandungan zat organik) disusun per bulan dari tahun 2001
hingga 2011. Pengolahan dilakukan satu persatu seperti diwalai dengan dosis untuk
bulan januari 2001 2011 dilanjutkan dengan dosis untuk bulan februari tahun 2001
hingga 2011 begitu seterusnya dilanjutkan juga untuk parameter lainnya dengan
cara yang sama. Lalu dengan menggunakan Crystal Ball dilakukan Define
Assumption dengan menggunakan distribusi normal

Gambar 3. Distribusi Normal


21


Gambar 4. Kurva Distribusi Normal Crystal Ball
2. Distribution of Fit yang dipilih adalah Normal dan Chi Square untuk Goddes
of Fit nya dan dan masukkan Range dengan data yang telah disusun, misal dosis
bulan Januari dari tahun 2001 hingga 2011 yang diatur secara horizontal.


Gambar 5. Fit Distribution yang Dipilih



22


Gambar 6. Pemilihan Probability
3. Dari nilai percentiles tersebut tersaji nilai percentiles dari 0% hingga 100% dari data
tersebut


Gambar 7. Nilai Percentiles yang diperoleh
4. Dari nilai nilai percentile yang diperoleh tersebut kemudian dapat diperoleh grafik
probabilitas untuk masing masing variabel yang diuji.

3.3.3 Sensitivitas Alumunium Sulfat dengan Kekeruhan dan Warna
Dengan menggunakan grafik Microsoft Excel data berupa dosis aluminium sulfat baik
aluminium sulfat bubuk dan cair dibandingkan dengan parameter kualitas air yakni warna dan
kekeruhan sehingga dapat terlihat sensitivitas dari peningkatan atau penurunan dosis terhadap
warna dan kualitas air.



23

3.3.4 Perhitungan Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi Alumunium Sulfat Cair
Perhitungan biaya produksi dilakukan dengan menjumlahkan seluruh variabel yang terdiri
dari :
a. Bahan baku ( Alumina Basah/ Alumina Kering, Asam Sulfat)
b. Biaya listrik
c. Biaya penyusutan
d. Biaya tenaga kerja
e. Biaya perawatan
Untuk penjumlahan harga satuan dikalikan dengan jumlah total masing masing variabel.
Untuk perhitungan penyusutan digunakan Metode garis lurus :
d=
PF
n
(6)
Dimana :
d = depresiasi / penyusutan
P = harga perolehan
F = nilai residu / nilai sisa
n = umur ekonomis
3.3.5 Perhitungan Biaya Produksi dan Harga Pokok Produksi Alumunium Sulfat Cair
Berdasarkan Nilai di Lapangan
Variabel yang digunakan sama dengan variabel yang digunakan pada perhitungan biaya
produksi dan harga pokok produksi alumunium sulfat cair, namun ada sedikit tambahan dengan
mengalikan jumlah hari produksi setiap bulannya yang dilakukan oleh pihak pabrik.
a. Bahan baku ( Alumina Basah/ Alumina Kering, Asam Sulfat)
b. Biaya listrik
c. Biaya penyusutan
d. Biaya tenaga kerja
e. Biaya perawatan
Untuk penjumlahan harga satuan dikalikan dengan jumlah total masing masing variabel.
Untuk perhitungan penyusutan digunakan Metode Garis Lurus :
d=
PF
n
(7)
Dimana :
d = depresiasi / penyusutan
P = harga perolehan
F = nilai residu / nilai sisa
n = umur ekonomis


24

3.3.6 Perhitungan Biaya Alumunium Sulfat Powder dan Cair per

air
Perhitungan biaya alumunium sulfat powder dan cair per m
3
air memerlukan data :
a. Harga Pokok Produksi untuk semua aluminium sulfat yang diperoleh dari
perhitungan 3.3.4
b. Rasio pemakaian yang diperoleh dari perbandingan nilai dosis yang diberikan
antara di lapangan dan di laboratorium ( jar test)
c. Nilai PPM
d. Nilai produksi air
e. Nilai pemakaian alumunium yang diperoleh dari perkalian nilai PPM dengan
produksi air
f. Nilai perbandingan pemakaian alumunium sulfat cair dengan aluminium sulfat
powder
g. Biaya produksi baik dengan alumina basah, alumina kering dan alumunium
powder yang diperoleh dari perkalian harga pokok produksi dengan jumlah
pemakaian alumunium
h. Biaya m
3
air diperoleh dengan membagikan nilai dari biaya produksi dengan
jumlah produksi air

Perhitungan ini disajikan dalam bentuk tabel dan menggunakan bantuan Microsoft Excel.

3.3.7 Perhitungan Sensitivitas
Perhitungan ini dilakukan dengan menggunakan bantuan Crystal Ball. Data yang diperlukan
adalah data untuk mengitung biaya produksi yakni :
a. Harga satuan bahan baku dan jumlah bahan baku yang diperlukan
b. Biaya penyusutan
c. Biaya tenaga kerja
d. Biaya listrik
e. Biaya perawatan
Perhitungan dilakukan dengan menggunakan Crystal Ball yang disajikan dalam Tornado
Chart. Data variabel biaya produksi merupakan median (nilai tengah) selanjutnya dilakukan
asumsi untuk menentukan nilai minimum dan maksimum untuk masing masing variabel
tersebut. Untuk nilai tengah asumsi yang digunakan pada saat Define Asumption adalah
triangular. Untuk nilai maksimum dan minimum yang digunakan adalah nilai yang diasumsikan
sebelumnya. Nilai yang dijadikan Forecast adalah nilai dari harga pokok produksi yang
diperoleh.







25

Prosedur penelitian dalam bentuk diagram alir dsajikan pada Gambar 9 berikut ini :
Tahap I Tahap II Tahap III
Analisa kebutuhan dan harga koagulan optimal Variabel proses koagulasi Menentukan pola



















Gambar 8. Metode penelitian untuk menentukan nilai dosis koagulan optimal





Melakukan analisa terhadap
kebutuhan dan dosis koagulan
cair serta parameter kualitas air
yang ingin dicapai

Pengumpulan Data

Menghitung kriteria
berhasil pemilihan
kombinasi koagulan
secara kualitas dan harga
Menentukan kriteria
berhasil pemilihan
kombinasi dosis
koagulan

Menentukan
variable proses
koagulasi

Membangun fungsi tujuan
optimum dosis koagulan
Mengukur prioritas
variabel proses koagulasi
Pilihan alternatif dosis koagulan
yang akan digunakan
Membangun prioritas variabel
operasi untuk menentukan pola
operasi
Menghitung total besaran
kesuksesan dari setiap alternatif
operasi
Menentukan Nilai
Optimal



26

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Perusahaan

4.1.1 Profil Perusahaan

PT Krakatau Tirta Industri yang didirikan pada tanggal 28 Februari 1996, merupakan
anak perusahaan yang sahamnya 99,99% dimiliki oleh PT Krakatau Steel (Persero) dan 0,01%
dimiliki oleh PT Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT KIEC). Perusahaan ini sebelumnya
merupakan unit penunjang kegiatan operasional PT Krakatau Steel (Persero) dalam bidang
penyediaan air bersih yang mulai beroperasi sejak 1978. Sebagian besar air bersih yang
dihasilkan digunakan untuk kebutuhan industri dan sebagian lain untuk kebutuhan masyarakat
kota Cilegon.
Air baku yang diolah diambil dari sungai Cidanau yang bersumber dari danau alam Rawa
Dano. Air kemudian dialirkan menggunakan pipa diameter 1,4 m sepanjang 28km untuk
diolah menjadi air bersih di unit pengolahan air, yang terdiri dari beberapa tahapan proses yaitu
koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi, yang diikuti dengan netralisasi dan desinfeksi.
Kapasistas yang terpasang di unit pengolahan air saat ini adalah sebesar 2.000 liter /det, dan
digunakan 60% untuk utilisasinya.
4.1.2 Instalasi Pengolahan Air Minum PT. Krakatau Tirta Industri
Proses pengolahan air yang dilakukan oleh PT. KTI terlihat pada Gambar 10 yang
menampilkan proses dari sumber air baku hingga air dapat didistribusikan ke konsumen. Proses
pengolahan air terdiri dari beberapa tahap yakni koagulasi, flokulasi, sedimentasi, filtrasi,
netralisasi dan desinfeksi.









Gambar 9. Diagram alir proses pengolahan air
PT. Krakatau Tirta Industri (Sumber PT. KTI)
Air baku dari sungai Cidanau di Pump Station I (PS I) sepanjang 27,2 km dipompa ke
Instalasi Pengolahan Air Minum (IPAL) Krenceng, dialirkan ke Distribution Structure (bak
Raw Water
Intake
Cidanau
Sand Trap
Surge
Tank
Pump Station
I
By Pass &
Sump Pump
Krenceng Reservoir
Pump
Station II
27.2 km
Alum
Sulphate
Shock Chlorine
Distribution
Structure
Shock
Chlorine
Sludge
Blow of
Sump
Accelator Clarifier
Distribution
Chamber
Vaccum Tank
Sludge Field
Green Leaf
Filter
Wash Water
Outlet Sump
Reservoir
Pump
Station III
Pump
Station IV
Consumer
Water Tower
Lime Hydrate
Chlorine
Bak Penampung
Backwash


27

pembagi) yang berfungsi untuk mengalirkan air yang datang dari Cidanau maupun Waduk
(Pump Station II) ke instalasi pengolahan air dan jika debitnya melebihi kebutuhan pengolahan
maka sebagian akan dialirkan ke waduk. Dari bak pembagi air baku masuk ke Distribution
Chamber, pada bak ini ditambahkan larutan koagulan alumunium sulfat. Setelah diberi
koagulan air masuk ke Accelator (3 unit) dan terjadi proses koagulasi,flokulasi serta sedimentasi
dan menghasilkan lumpur slurry yang ditampung di sludge field sebanyak 3 unit dengan
kapasitas tampung 12.000 m
3
/unit, dengan cara diuapkan secara alami maka akan didapatkan
lumpur padat. Kemudian lumpur padat secara berkala diambil dan dikumpulkan ditempat
penampungan akhir/ limbah padat yang berada di sekitar Waduk Krenceng.
Air dari Accelator mengalir secara gravitasi masuk ke Green Leaf Filter (5 unit filter, tiap
unit filter memiliki 4 sel filter sehingga total filter sebanyak 20 sel filter) terjadi proses aerasi,
disini air proses mengalami kontak langsung dengan udara luar guna mengurangi bau, warna dan
kation yang terlarut (Fe, Al, Mn) dalam air proses. Pada proses filtrasi di Green Leaf Filter
digunakan media filter pasir yang berfungsi untuk menyaring sisa partikel yang tidak
mengendap pada proses sedimentasi, setelah pasir jenuh oleh partikel, maka filter harus dicuci
dengan sistem cuci balik (backwash). Air backwash sebanyak 600 m
3
/sel mengalir melewati
kanal ditampung dalam bak penampungan air backwash yang berfungsi untuk menampung air
backwash yang akan diproses kembali masuk dalam Distribution Chamber.
Air setelah mengalami proses filtrasi secara fisik sudah jernih namun perlu ditambahkan
larutan kapur untuk proses netralisasi dan penambahan gas klorin untuk membunuh kuman dan
bakteri yang berbahaya bagi kesehatan sepert bakteri E. Coli. Air bersih ditampung dalam bak
penampungan air bersih (reservoir) dan sebelum air bersih didistribusikan ke konsumen, air
dianalisa secara rutin di laboratorium PT. Krakatau Tirta Industri sesuai dengan Peraturan
Menteri Kesehatan No.416/MENKES/PER/IX/1990 mengenai syarat syarat dan pengawasan
kualitas air.

4.2 Dosis Aluminium Sulfat dengan Kualitas Air
4.2.1 Mekanisme Koagulasi di dalam Air
Koloid adalah sekelompok atom atau molekul berukuran sangat kecil yang tidak dapat
diendapkan secara gravitasi namun tetap terlarut dalam air. Karena terlarut, koloid bersifat stabil.
Stabilitas ini disebabkan oleh terjadinya tolak - menolak diantara partikel koloid (Sincero, 2003).
Secara umum koagulasi merupakan proses kimia dimana ion- ion yang muatannya berlawanan
dengan muatan koloid dimasukkan ke dalam air, sehingga meniadakan kestabilan koloid. Dalam
suatu suspensi koloid mengendap (bersifat stabil) dan terpelihara dalam keadaan terdispensi
karena memiliki gaya elektrostatis yang diperoleh dari ionisasi bagian permukaan serta adsorpsi
ion ion dari larutan sekitar. Bila koagulan ditambahkan kedalam air, reaksi yang terjadi antara
lain:
a. Pengurangan zeta potensial (potensial elektrostatis) sehingga suatu titik dimana gaya van
der walls dan agitasi yang diberikan menyebabkan partikel yang tidak stabil bergabung
serta membentuk flok
b. Agresi partikel melalui rangkaian inter partikulat diantara berbagai kelompok reaktif pada
koloid
c. Penangkapan partikel kolid negatif oleh flok flok hidroksida yang mengendap
Pada penggunaan alumunium sulfat sebagai koagulan, air baku harus memilki alkanitas
yang memadai agar dapat bereaksi dengan alumunium sulfat menghasilkan flok hidriksida.
Reaksi kimia sederhana pada pembentukan flok adalah sebagai berikut:


28

Al
2
(SO
4
)
3
. 14 H
2
o + 3 Ca (HCO
3
)
2
2 Al (OH)
3
+ 3 CaSO
4
+ 14 H
2
O + 6 CO
2
Pemilihan koagulan sangat penting agar tercapainya proses koagulasi yang baik. Jenis
koagulan yang biasanya digunakan adalah koagulan garam logam dan koagulan polimer kationik.
Contoh dari koagulan logam diantaranya adalah
a. Aluminium sulfat (Al
2
(SO
4
)
3
. 14 H
2
O), nilai 14 bervariasi dari 13 18
b. Feri klorida (FeCl
3
)
c. Fero klorida (FeCl
2
)
d. Feri sulfat ( Fe
2
(SO
4
)
3
)
Koagulan garam logam yang biasa digunakan adalah tawas atau aluminium sulfat dan
koagulan polimer atau sintesis contohnya adalah
a. Poli Aluminium Klorida (PAC)
b. Sitosan
c. Currie flock
Koagulan yang digunakan oleh PT. KTI adalah aluminium sulfat bubuk dengan
konsentrasi 8% dan aluminium sulfat cair dengan konsentrasi 17% yang merupakan koagulan
baru yang digunakan sejak Juli 2011. Pembubuhan dosis koagulan pada proses koagulasi
mengacu pada hasil dari jar test yang dilakukan di laboratorium kualitas air PT. KTI setiap
harinya dengan batas toleransi peningkatan dosis di bak koagulasi sebesar 5 10 ppm.
Prosedur jar test yang dilakukan oleh PT. KTI sama seperti prosedur jar test yang biasa
dilakukan. Terdapat enam buah batang pengaduk yang masing masing mengaduk satu buah
gelas dengan kapasitas satu liter. Satu buah gelas berfungsi sebagai kontrol dan kondisi operasi
dapat bervariasi diantara lima gelas yang tersisa. Pengadukan dilakukan dengan kecepatan 65
rpm. Pengujian dilakukan setiap harinya, sejak tahun 2007 jar test dalam satu hari dilakukan
sebanyak 3 shift yang awalnya hanya dilakuakn 1 shift per hari. Pencatatan hasil jar test berupa
beberapa parameter seperti pH, turbiditas, konduktivitas dan warna serta dosis koagulan yang
diberikan.
4.2.2 Penentuan Dosis Aluminium Sulfat Bubuk
Penentuan dosis optimum koagulan untuk aluminium sulfat bubuk dapat dilakukan dengan
membandingkan nilai parameter air (pH, warna dan turbiditas) sebelum dan sesudah dilakukan
jar test. Dengan menggunakan data tahun 2008, 2009 dan 2010 diperoleh beberapa grafik yang
menampilkan penurunan nilai parameter air untuk masing masing dosis yang diberikan.
Dilakukan pengelompokan berdasarkan dosis yang diberikan agar dapat terlihat grafik air
sebelum dan sesudah dilakukan jar test. Dosis optimum terlihat dari grafik setelah dilakukan jar
test yang menghasilkan nilai turbiditas terendah dengan pH mendekati 7. Dosis dapat dikatakan
optimum apabila dilakukan perbandingan terhadap parameter warna adalah apabila dosis
aluminium sulfat bubuk yang diberikan dapat menurunkan nilai warna air hingga mencapai nilai
20 PtCo (standar nilai warna air bersih PT. KTI).
a. Tahun 2008
Pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk yang terjadi selama tahun 2008
berkisar antara 40 115 ppm. Hasil parameter air terbaik yang diperoleh pada tahun 2008
adalah pada saat pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk sebesar 55 ppm.
Penurunan nilai turbiditas sangat signifikan hingga mencapai nilai minimum sebesar 4
NTU. Nilai tertinggi turbiditas air sebelum diberikan koagulan mencapai 225 NTU.
Sedangkan untuk pH setelah dilakukan jar test terjadi penurunan namun penurunan nilai
tersebut masih mendekati angka 7 dan scenderung berada diatas nilai 6, pH air bersih


29

terbaik yang diperoleh adalah 6,96 dengan nilai pH tertinggi sebelum jar test sebesar 8,31.
Grafik penurunan terlihat pada Gambar 10 dan Gambar 11.


Gambar 10. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm


Gambar 11. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm
Nilai warna air tertinggi sebelum dilakukan jar test mencapai 1167 PtCo dengan
nilai terendah 94 PtCo. Dengan dosis 55 ppm yang diberikan selama tahun 2008 nilai
standar warna sebesar 20 PtCo selalu tercapai. Perbandingan antara turbiditas dan warna
sebelum dilakukan jar test ditampilkan pada Gambar 12.



30


Gambar 12. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2008 dosis 55 ppm
Nilai warna setelah diberikan koagulan selalu mencapai nilai 20 PtCo. Gambar 13
menampilkan grafik ketika nilai 20 PtCo tercapai. Perbandingan dilakukan dengan
turbiditas. Walau terjadi keragaman dalam pemberian dosis koagulan namun nilai akir
yang diperoleh selalu sama yaitu 20 PtCo sehingga grafik untuk menggambarkan
penurunan warna selalu sama bentuknya seperti Gambar 13 yakni berupa garis lurus
dengan nilai dari sumbu- y nya yang tetap yakni 20 PtCo.


Gambar 13. Turbiditas vs warna sesudah jar test tahun 2008 dosis 55 ppm
b. Tahun 2009
Rentang nilai dosis koagulan aluminium sulfat bubuk yang diberikan selama tahun
2009 adalah 22 105 ppm. Hasil dari parameter terbaik yang diperoleh pada tahun 2009
adalah ketika dosis koagulan yang diberikan sebesar 60 ppm. Nilai turbiditas tertinggi
sebelum dilakukan pemberian koagulan mencapai 278 NTU dan nilai pH tertingginya
sebesar 7,7 seperti terlihat pada Gambar 15. Penurunan nilai turbiditas setelah dilakukan
jar test mencapai nilai 4 NTU dengan pH tertinggi 6,79. Nilai pH yang diperoleh secara
garis besar cenderung mendekati 7.



31


Gambar 14. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm
Nilai pH yang diperoleh cukup baik karena cenderung berada diatas 6 dengan nilai
pH terendah yang diperoleh sebesar 5,9. Gambar 14 menampilkan perbandingan kualitas air
setelah dilakukan jar test dengan membandingkan pH dan turbiditas.

Gambar 15. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2009 dosis 60 ppm

Nilai tertinggi parameter warna sebelum diberikan koagulan mencapai 1480 PtCo
dan nilai terendah 87 PtCo seperti yang terlihat pada Gambar 16. Nilai 20 PtCo berhasil
dicapai dengan pemberian dosis koagulan alumunium sulfat bubuk sebesar 60 ppm.



32


Gambar 16. Turbiditas vs Warna sebelum jar test tahun 2009 dosis 60 ppm

c. Tahun 2010
Rentang nilai dosis koagulan aluminium sulfat bubuk yang diberikan selama tahun
2010 adalah 45- 85 ppm. Hasil dari parameter air terbaik yang diperoleh pada tahun 2010
adalah ketika dosis koagulan yang diberikan sebesar 55 ppm. Nilai turbiditas tertinggi
sebelum dilakukan pemberian koagulan mencapai 284NTU dan nilai pH tertingginya
sebesar 7,39 seperti terlihat pada Gambar 17. Penurunan nilai turbiditas terendah setelah
dilakukan jar test mencapai nilai 1,75 NTU dengan pH tertinggi 6,43. Nilai pH yang
diperoleh secara garis besar cenderung mendekati 6,5.


Gambar 17. Turbiditas vs pH sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm



33



Gambar 18. Turbiditas vs pH sesudah jar test tahun 2010 dosis 55 ppm
Nilai tertinggi parameter warna sebelum diberikan koagulan mencapai 1530 PtCo
dan nilai terendah sebesar 112 PtCo seperti yang terlihat pada Gambar 19. Dengan
pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk sebesar 55 ppm nilai 20 PtCo selalu
berhasil dicapai.

Gambar 19. Turbiditas vs warna sebelum jar test tahun 2010 dosis 55 ppm
Dari Gambar 12 dan 19 yang menampilkan perbadingan antara nilai turbiditas
dengan warna terlihat semakin meningkatnya nilai turbiditas maka nilai warna juga
meningkat, menandakan bahwa nilai turbiditas dan niai warna saling mempengaruhi. Hal
ini mungkin saja terjadi karena nilai warna di suatu perairan dipengaruhi oleh nilai
turbiditas dan kandungan zat organik yang terdapat didalamnya.
Hasil perbandingan parameter air dari tahun 2008, 2009 dan 2010 terlihat parameter air
terbaik yang diperoleh ketika koagulan aluminium sulfat bubuk yang diberikan sebesar 55 dan 60
ppm. Tahun 2008 dengan dosis sebesar 55 ppm dapat diperoleh nilai turbiditas yang baik (cukup
rendah) sebesar 4 NTU dengan pH yang cenderung mendekati 7, pada tahun 2009 dengan dosis
sebesar 60 ppm dapat diperoleh nilai turbiditas yang cukup rendah yakni 4 NTU dan pH
cenderung berada di atas nilai 6 dan mendekati angka 7. Untuk tahun 2010 dengan dosis 55 ppm
dapat diperoleh turbiditas dengan nilai terendah sebesar 1,75 dan pH yang cenderung berada di
atas 5,5 dan mendekati angka 6,5. Untuk parameter warna kedua dosis baik 55 maupun 60 ppm
tetap mampu mencapai angka 20 PtCo.


34

Dapat ditarik kesimpulan bahwa dosis yang optimum diberikan adalah sebesar 60 ppm,
karena selain nilai pH yang diperoleh lebih cenderung mendekati angka 7 juga nilai turbiditas
yang diperoleh cukup rendah, sebesar 4 NTU. Pemberian dosis 55 ppm cukup memberikan
penurunan yang signifikan terhadap parameter turbiditas, namun bila melihat pH yang diperoleh
cukup rendah dibandingkan dengan pemberian dosis 60 ppm, maka dosis optimum koagulan
aluminium sulfat bubuk yang tepat adalah sebesar 60 ppm.
Dengan mengacu pada data hasil jar test pada tahun 2009 dengan dosis koagulan
aluminium sulfat bubuk yang diberikan sebesar 60 ppm maka dapat diperoleh nilai efisiensi pH
dan turbiditas dari pemberian dosis 60 ppm tersebut dengan menggunakan persamaan (6). Untuk
pH diperoleh efisiensi sebesar 11,82% dan efisiensi turbiditas sebesar 99,32%. Dengan
diperolehnya nilai efisiensi untuk turbiditas yang hampir mendekati 100% ini dapat disimpulkan
bahwa dosis 60 ppm pemberian koagulan aluminium sulfat bubuk sangat efisien untuk penurunan
nilai turbiditas air.

4.2.3 Penentuan Dosis Aluminium Sulfat Cair
Langkah langkah yang dilakukan untuk menentukan dosis yang optimum pada
penggunaan koagulan aluminium sulfat cair sama dengan langkah langkah yang dilakukan
untuk menentukan dosis optimum aluminium sulfat bubuk. Data hasil jar test yang digunakan
adalah data sejak alumunium sulfat cair mulai digunakan sebagai koagulan yakni sejak bulan Juli
tahun 2011 hingga April 2012. Dilihat dari konsentrasi aluminium sulfat cair sebesar 17% maka
dosis yang diberikan pada proses koagulasi dua kali lebih besar dibandingkan dosis yang
diberikan untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk (konsentrasi 8%). Aluminium sulfat cair
belum sepenuhnya digunakan sebagai koagulan pada proses koagulasi.


Gambar 20. Turbiditas vs pH sebelum jar test dosis100 ppm



35



Gambar 21. Turbiditas vs pH sesudah jar test dosis100 ppm
Dari data hasil jar test yang diperoleh nilai dosis yang diberikan sebesar 100, 110, 115 dan
120 ppm. Dari keempat dosis tersebut, dosis 100 ppm yang memberikan nilai hasil yang cukup
baik dengan nilai turbiditas yang yang rendah yakni 5,07 NTU dan nilai pH yang mendekati 6,5
seperti terlihat pada Gambar 22. Untuk parameter warna sebelum diberi koagulan aluminium
sulfat cair parameter nilai tertinggi mencapai 472 PtCo. Setelah diberi koagulan sebesar 100 ppm,
nilai standar 20 PtCo selalu tercapai. Pada pemberian koagulan aluminium sulfat cair dengan
dosis 110, 115 dan 120 nilai 20 PtCo tetap tercapai. Maka dapat disimpulkan baik dengan
menggunakan aluminium sulfat bubuk dan cair, nilai standar untuk parameter air sebesar 20 PtCo
selalu tercapai. untuk efisiensi dengan menggunakan persamaan (6) diperoleh nilai efisiensi
turbiditas sebesar 85,8% dan untuk pH sebesar 19,8%.

Gambar 22. Turbiditas vs warna sebelum jar test dosis100 ppm
Pada Gambar 22 yang merupakan perbandingan antara turbiditas dan pH sesudah jar test,
terlihat seiring meningkatnya nilai turbiditas maka nilai pH menurun. Hal ini dapat disebabkan
oleh mekanisme Al
2
SO
4
didalam air.
Aluminium sulfat atau tawas dengan rumus kimia Al
2
S0
4
.11H
2
O atau 14 H
2
O atau 18 H
2
O
umumnya yang digunakan adalah 18H
2
O. Semakin banyak ikatan molekul hidrat maka semakin
banyak ion lawan yang nantinya akan ditangkap akan tetapi umumnya tidak stabil. Pada pH lebih
besar dari 7 terbentuk Al (OH)
2+
, Al (OH)
2

4+
, Al
2
(OH)
2

4+
. Pada pH >7 terbentuk Al (OH)
-4
.
Flok-flok Al (OH)
3
mengendap berwarna putih.



36

Gugus utama dalam proses koagulasi adalah senyawa aluminat yang optimum pada pH
netral. Apabila pH tinggi atau boleh dikatakan kekurangan dosis maka air akan nampak seperti air
baku karena gugus aluminat tidak terbentuk secara sempurna. Akan tetapi apabila pH rendah atau
kelebihan dosis maka air akan tampak keputih putihan karena terlalu banyak konsentrasi alum
yang cenderung berwarna putih. Dalam cartesian terbentuk hubungan parabola terbuka, sehingga
memerlukan dosis yang tepat dalam proses penjernihan air. Reaksi aluminium dalam larutan
dapat dituliskan.:

Al
2
S0
4
+ 6 H
2
O Al ( OH )
3
+ 6 H
+
+ SO
4
2-


Reaksi ini menyebabkan pembebasan ion H
+
dengan kadar yang tinggi ditambah oleh
adanya ion aluminium. Ion Aluminium bersifat amfoter sehingga bergantung pada suasana
lingkungan yang mempengaruhinya. Karena suasananya asam maka alumunium akan juga
bersifat asam sehingga pH larutan menjadi turun. Warna dan kekeruhan pada air dapat berkurang
apabila suasana dalam air bersifat asam. Karena telah terjadi penurunan pH diakibatkan dari
reaksi alumunium sulfat dengan air yang terjadi maka suasana air menjadi lebih asam dari
sebelumnya, dan penurunan warna pun dapat terjadi.

4.2.4 Hubungan Dosis Koagulan dengan Kadar Alkalinitas di dalam Air
Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH
larutan. Alkalinitas terdiri dari ion ion bikarbonat (HCO
3
-
), karbonat (CO
3-
) dan hidroksida
(OH
-
) yang merupakan penyangga (buffer) terhadap pengaruh keasaman. Apabila aluminium
sulfat (Al
2
(SO
4
)
3
.14 H
2
O) ditambahkan kedalam air yang mengandung alkalinitas, reaksi yang
akan terjadi adalah sebagai berikut :

Al
2
(SO
4
)
3
.14 H
2
O + 6 HCO
3
2 Al (OH
3
) . 3H
2
O(s) + 6CO
2
+ 8 H
2
O + 3SO
4
2-
Masing masing mol aluminium yang ditambahkan menggunakan enam buah mol
alkalinitas dan menghasilkan enam molekul karbon dioksida. Reaksi ini menyebabkan pergeseran
kesetimbangan karbon dan menurunkan pH.
Dosis optimum untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk adalah sebesar 60 ppm,
diperoleh nilai alkalinitas sebesar 37,2 mg / L. Dengan menggunakan persamaan (7) langkah
langkah perhitungannya sebagai berikut :
1. Diketahui bahwa 6 buah mol HCO
3
digunakan untuk masing
masing mol alum yang ditambahkan

2. Nilai mol / L alum yang digunakan :

60mg /L alum
BM alum
=
60 mg /L
594 g/mol .1000 mg /g
= 1,01 x 10
-4
mol/ L

3. mol/ L HCO
3
-
yang digunakan
6(1,01 x 10
-4
mol/ L) = 6,06 x 10
-4
mol/ L
4. ke Mg/ L
= (6,06 x 10
-4
mol/ L) (BM HCO
3
-
)
= (6,06 x 10
-4
mol/ L) (61 gr/ mol)
= 37,2 mg / L HCO
3
-


37

Perhitungan alkalinitas juga dilakukan dengan langkah yang sama seperti pada perhitungan
alkalinitas untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk. Dosis optimum aluminium sulfat cair
adalah sebesar 100 ppm maka perhitungan alkalinitasnya :

1. Diketahui bahwa 6 buah mol HCO
3
-
digunakan untuk masing masing mol
aluminium yang ditambahkan
2. Nilai mol / L aluminium yang digunakan :

60mg /L alum
BM alum
=
100mg /L
594 g/mol .1000 mg /g
= 1,68 x 10
-4
mol/ L
3. mol/ L HCO
3
-
yang digunakan
6 (1,68 x 10
-4
mol/ L) = 1,01 x 10
-3
mol/ L
4. Konversi ke Mg/ L
= (1,01 x 10
-3
mol/ L) (BM HCO
3
-
)
= (1,01 x 10
-3
mol/ L) (61 gr/ mol)
= 61,6 mg / L HCO
3
Dari perhitungan diperoleh baik pada penggunaan aluminium sulfat cair dan aluminum sulfat
bubuk nilai alkalinitas yang diperoleh lebih besar dari 20 ppm hal ini menunjukkan bahwa
perairan tersebut relatif stabil terhadap perubahan asam atau basa sehingga kapasitas buffer basa
lebih stabil.
4.2.5 Probabilitas 90% Dosis Aluminium Sulfat Bubuk dengan Kualitas Air
Kualitas air yang dibandingkan dengan dosis aluminium bubuk yakni warna (PtCo),
turbiditas (NTU) dan zat organik (Mg/l) dari tahun 2001 2011. Grafik probabilitas
menggambarkan trend baik dari penggunaan dosis aluminium sulfat bubuk yang diberikan dan
parameter air yang dituju. Dengan menggunakan Forecast yang terdapat pada Crystal Ball maka
dapat terlihat gambaran besarnya kemungkinan suatu nilai muncul pada suatu waktu tertentu.
Probabilitas 90% ini menampilkan trend munculnya nilai tersebut (besarnya dosis, nilai zat
organik, nilai turbiditas dan warna) selama rentang waktu 10 tahun.


Gambar 23. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs warna

Terlihat bahwa grafik warna pada Gambar 23 yang cenderung stabil berada dikisaran nilai
dua puluh yang merupakan standar nilai warna PT. KTI. Walaupun terjadi peningkatan ataupun
penurunan dosis aluminium sulfat yang diberikan namun standar nilai warna yang dituju tetap
dapat diperoleh. Nilai 20 ini selalu diperoleh dengan pemberian dosis berapapun di rentang waktu
sepuluh tahun tersebut. Dapat dikatakan bahwa aluminium sulfat bubuk sensitif terhadap


38

parameter warna, sehingga apabila nilai parameter warna pada air baku tinggi, aluminium sulfat
bubuk adalah koagulan yang tepat digunakan pada proses koagulasi.



Gambar 24. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs turbiditas
Gambar 24 menampilkan grafik probabilitas 90% pemberian dosis dan nilai parameter
turbiditas. Pemberian dosis koagulan aluminium sulfat bubuk mengalami fluktuasi menyebabkan
kestabilan nilai turbiditas yang diperoleh. Dapat dikatakan aluminium sulfat bubuk sensitif
terhadap parameter turbiditas, maka apabila nilai turbiditas air baku tinggi koagulan aluminium
sulfat bubuk tepat untuk digunakan.



Gambar 25. Grafik probabilitas 90% dosis aluminium sulfat bubuk vs zat organik

Gambaran probabilitas pemberiaan dosis dan parameter kandungan zat organik
ditampilkan pada Gambar 25. Baik dosis maupun kandungan zat organik mengalami fluktuasi
setiap bulannya selama sepuluh tahun. Pada beberapa keadaan seperti pada bulan Mei, Juni dan
November peningkatan dosis yang diberikan tidak menurunkan kandungan zat organik yang
diperoleh.
Pemberian dosis aluminium sulfat bubuk yang fluktuatif ini sangat bergantung pada
keadaan dari kualitas air baku yang akan diolah. Pada bulan November terlihat peningkatan yang
signifikan dari nilai peberian dosis. Hal ini disebabkan pada bulan November disetiap tahunnya
merupakan bulan dengan curah hujan yang cukup tinggi sehingga mempengaruhi kualitas dari air
baku. Dari Gambar 23 dan Gambar 24 terlihat bahwa nilai dari parameter warna dan turbiditas


39

tetap stabil dan sesuai dengan standar nilai air bersih PT. KTI meskipun pada bulan November
parameter kualitas air baku dan dosis koagulan yang diberikan meningkat. Hal lain terlihat pada
Gambar 25 yang menampilkan peningkatan nilai dosis koagulan juga diiringi peningkatan nilai
kandungan zat organik. Maka dapat dikatakan bahwa aluminium sulfat bubuk sensitif terhadap
parameter warna dan turbiditas sehingga apabila kedua parameter tersebut pada air baku yang
akan diolah tinggi, dengan menggunakan aluminium sulfat bubuk nilai standar nilai air bersih
untuk keduanya dapat dicapai.

4.2.6 Sensitivitas Koagulan Dengan Parameter Air
Penggunaan aluminium sulfat cair yang dosisnya dua kali lipat dari dosis aluminium sulfat
bubuk yang diberikan. Hal ini diperoleh dari perbedaan konsentrasi aluminium sulfat tersebut,
dimana aluminium sulfat cair dengan konsentrasi 8% dan alumunium sulfat bubuk dengan
konsentrasi 17%. Berdasarkan bahan baku yang digunakan sejak masa beroperasinya, alumina
kering hanya digunakan pada bulan desember tahun 2011. Parameter yang dibandingkan dengan
dosis adalah warna dan turbiditas. Besarnya pengaruh masing masing koagulan terhadap
parameter dapat dilihat pada tabel sensitivitas berikut :

Tabel 3.Sensitivitas koagulan aluminium sulfat bubuk
Keterangan Sensitivitas Minimal Maksimum Mean Standar
Deviasi
Warna
2011
-1,50 25,7 1070 319,87 100,3
Warna
2012
-33,68 19,6 1724 844,32 319,07
Turbiditas
2011
-0,6 -1,21 441,98 37,167 30,85
Turbiditas
2012
-8,32 18,68 276,86 140,51 66,96

Tabel 4.Sensitivitas koagulan aluminium sulfat cair
Keterangan Sensitivitas Minimal Maksimum Mean Standar
Deviasi
Warna
2011
-1,21 25.7 672 353,35 114,21
Warna
2012
11,59 185 2275 1067,28 390,32
Turbiditas
2011
0,096 11,06 186,60 36,21 30,99
Turbiditas
2012
2,34 20,70 376,91 171,04 71,345

Nilai sensitivitas diperoleh dengan membagi nilai delta parameter dengan dosis yang
diberikan. Nilai delta itu sendiri adalah selisih antara nilai parameter air baku dan nilai parameter


40

setelah diberikan koagulan. Dari tabel terlihat bahwa sensitivitas baik untuk warna dan turbiditas
pada penggunaan aluminium sulfat bubuk bernilai negatif, hal ini menandakan bahwa walaupun
kualitas air meningkat (dimana nilai penurunan parameter air baku dan air hasil jar test
mengalami penurun yang cukup besar) apabila jumlah dosis ditambahkan, namun nilainya tidak
sebesar saat pemberian dosis yang lebih rendah. Dapat dikatakan bahwa dengan dosis yang lebih
rendah diperoleh nilai delta (selisih penurunan nilai kualitas) yang lebih besar. Dan untuk
sensitivitas yang bernilai postif hal ini menandakan bahwa dengan semakin tingginya dosis yang
diberikan maka semakin besar nilai delta (selisih penurunan nilai kualitas air) yang diperoleh.
4.3 Perhitungan Biaya dan Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair

Tabel 5.Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina basah
Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
Alumina Basah Kg 1421 1.760 2.500.960
Asam Sulfat Kg 2024 1.430 2.894.320
Biaya Listrik Kwh/batch 150 1.000 300.000
Biaya
Penyusutan
Rp 605.700,12
Biaya Tenaga
kerja
Rp 2 3.725.747 124.191,57
Biaya Perawatan Rp 2.000.000 66.666,67
Total Rp 6.491.838,36

Tabel 6.Perhitungan biaya produksi aluminium sulfat menggunakan alumina kering
Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
Alumina Kering Kg 1512 3.200 4.838.400
Asam Sulfat Kg 2024 1.430 2.894.320
Biaya Listrik Kwh/batch 150 1.000 300.000
Biaya Penyusutan Rp 605.700,12
Biaya Tenaga kerja Rp 2 3.725.747 124.191,57
Biaya Perawatan Rp 2.000.000 66.666,67
Total Rp 8.829.278,36

Dari Tabel 4 dan Tabel 5 diperoleh biaya produksi untuk aluminium sulfat cair dengan
menggunakan alumina basah sebesar Rp 6.491.838,36 per produksi dan Rp 8.829.278,36 per
produksi dengan menggunakan alumina kering. Dengan jumlah produksi sebesar 5.739 kg per


41

produksi maka diperoleh nilai untuk harga pokok produksi sebesar Rp 1.131,17/ kg untuk
aluminium sulfat dengan alumina basah dan Rp 1.538,46 / kg untuk aluminium sulfat cair dengan
alumina kering. Dari perhitungan ini terlihat bahwa harga aluminium sulfat cair sebagai koagulan
baik dengan menggunakan alumina kering atau basah lebih murah dibandingkan dengan harga
aluminium sulfat bubuk yang harganya Rp 1.760 / kg. Namun perlu dilakukan perhitungan
berdasarkan keadaan yang sebenarnya dilapangan, maka perhitungan harga pokok produksi ini
baik dengan alumina kering dan alumina basah harus disesuaikan dengan hari produksi pabrik
aluminium cair dalam memproduksi aluminium sulfat cair setiap bulannya agar lebih terlihat nilai
sebenarnya dari harga pokok aluminium sulfat cair tersebut.
Tabel 7. Harga Pokok Produksi Aluminium Sulfat Cair
Bulan Jumlah Hari Produksi
(Hari )
Harga Pokok Produksi
(Rp/kg)
Juli 2011 6 2209,94
Agustus 2011 8 1440.25
Sepetember 2011 15 1211,97
Oktober 2011 10 1282,33
November 2011 8 1152,77
Desember 2011 9 1034,39
Januari 2012 10 1075,44
Februari 2011 17 994,04
April 2011 21 1026,71


Gambar 26. Grafik harga pokok produksi aluminium sulfat cair
Dari Gambar 26 terlihat penurunan harga pokok produksi aluminium sulfat cair seiring
dengan meningkatnya hari produksi aluminium sulfat cair itu sendiri. Namun terlihat pada bulan
April 2012 terjadi peningkatan harga dibandingkan bulan Februari 2012 meskipun jumlah hari
produksinya meningkat, hal ini disebabkan oleh pengaruh yang cukup besar dari jumlah
aluminium sulfat cair yang digunakan. Jumlah konsum aluminium cair disini digunakan sebagai
faktor pembagi dari biaya produksi setiap bulannya sehingga dapat diperoleh harga pokok
produksinya.


42


Tabel 8. Tabel Konsumsi Aluminium Sulfat Cair
Bulan Konsumsi Aluminium Cair
(Kg)
Juli 2011 26.276
Agustsu 2011 48.227
Sepetember 2011 90.205
Oktober 2011 63.049
November 2011 60.254
Desember 2011 98.145
Januari 2012 69.882
Februari 2012 121.440
April 2012 139.764

Apabila jumlah hari produksi meningkat maka biaya produksi pun akan meningkat namun
hal lain yang mempengaruhi nilai akhir dari harga pokok produksi itu sendiri adalah jumlah
aluminium cair yang digunakan. Terlihat bahwa apabila hari produksi setiap bulannya lebih dari
17 hari maka dapat menyebabkan kenaikan harga pokok produksi aluminium sulfat sebab biaya
produksinya akan jauh meningkat dan harga pokok tersebut dapat turun lebih murah apabila
konsum aluminium yang digunakan juga sangat besar. Sebab nilai dari konsum aluminium yang
berfungsi sebagai pembagi. Jumlah hari produksi apabila dilihat dari harga pokok produksi yang
diperoleh setiap bulannya yang tepat adalah apabila diatas 10 hari sehingga harga yang diperoleh
tidak jauh berbeda dengan harga yang diperoleh dari perhitungan harga pokok produksi senilai Rp
1.100,31 / kg. Penggunaan alumina basah ataupun alumina kering sebagai bahan baku belum
dapat dianalisis lebih lanjut karena penggunaan alumina kering sebagai bahan baku hanya di
bulan Desember tahun 2011 saja selama sembilan bulan pabrik aluminium sulfat beroperasi. Dan
pada bulan tersebut harga pokok produksi yang diperoleh lebih rendah dari perhitungan harga
pokok produksi sebelumnya. Harga pokok produksi alum sulfat cair pada bulan Maret tidak dapat
diperoleh disebabkan keadaan dilapangan dimana pada bulan tersebut tidak dilakukan produksi
aluminium sulfat sehingga selama sebulan penuh koagulan yang digunakan adalah aluminium
sulfat bubuk.
Agar biaya produksi dapat semakin spesifik maka perlu dilakukan perhitungan biaya
produksi aluminium sulfat cair untuk per m
3
air produksi. Dengan menggunakan asumsi produksi
air sebesar 100.000 m
3
maka diperoleh perhitungan sebagai berikut





43

Tabel 9. Biaya Produksi Per m3 Air
Keterangan Satuan Alumina Basah Alumina Kering Aluminium
Sulfat Bubuk
Harga Pokok
Produksi
Rp/ kg 1.131,17 1538,46 1.760
Koefisien 2,125 2,125 1
Rasio Pemakaian 1,008 1,016 1
PPM Pemakaian ppm 107.10 107.95 50
Produksi Air m
3
100.000 100.000 100.000
Pemakaian
Aluminium
Ton 10,710 10,795 5
Perbandingan
Dengan Alum
Bubuk
Ton 5,04 5,3 5
Biaya Produksi Rp 5.559.526 7.923.500 8.800.000
Biaya produksi per
m
3

Rp 55 79 88
.
4.4 Sensitivitas Biaya

4.4.1 Sensitivitas Harga Pokok Produksi Alumina Basah


Gambar 27. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina basah


44



Gambar 28. Tornado Chart HPP alumina basah

Dengan menggunakan Crystal Ball dilakukan uji untuk mengetahui sensitivitas dari harga
pokok produksi aluminium sulfat cair baik dengan menggunakan alumina basah dan alumina
kering.dengan memasukkan variabel asumsi pada distribusi Triangular dan Normal. Pada Gambar
28 terlihat Tornado Chart yang menunjukkan besarnya nilai dari variabel yang mempengaruhi
perubahan nilai harga pokok produksi alum sulfat cair dengan bahan baku alumina basah.
Variabel yang memiliki nilai sensitivitas tertinggi adalah asam sulfat sebesar 51%, alumina basah
sebesar 15,5 %, tenaga kerja 10%, listrik 1,5 % , perawatan 0,7%, jumlah produksi -2,9 dan
penyusutan -6,6% seperti yang terlihat pada Gambar 22. Perubahan harga pokok produksi
aluminium sulfat cair dengan bahan baku alumina basah sangat dipengaruhi atau paling sensitiv
terhadap harga asam sulfat. Kenaikan HPP asam sulfat dengan alumina basah paling maksimum
yang dapat diterima adalah hingga menjadi Rp 1.200 /kg.
Apabila harga asam sulfat meningkat menjadi Rp 3.093.857 atau sebesar 23,7% maka
HPP asam sulfat dengan menggunakan alumina basah menjadi Rp 1.200. begitu juga dengan
variabel alumina basah apabila terjadi kenaikan harga menjadi Rp 2.5593.562 atau sebesar 3,7%
maka HPP asam sulfat dengan alumina basah menjadi Rp 1.200/ kg begitu juga terhadap variabel
lainnya. Kenaikan HPP pada saat itu ditentukan oleh perubahan dari satu variabel produksi saja,
bukan dari keseluruhan variabel secara bersamaan. Biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja jika
dilihat pada Tornado Chart berada pada bagian bawah (urutan keenam dan ketujuh) grafik hal ini
cukup menjelaskan bahwa pengaruh dari perubahan harga yang mungkin terjadi pada varibael
variabel tersebut tidak memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap perubahan HPP dan
nilai dari ketiga variabel tersebut cenderung tetap (biaya tetap) atau biasa disebut dengan keadaan
non- monotomik.
Biaya perawatan berada pada urutan keempat cukup memberikan dampak terhadap HPP
karena biaya perawatan mempengaruhi dari biaya overhead pabrik, dan biaya perawatan dapat
berubah- ubah setiap waktunya tergantung pada keadaan pabrik apabila pabrik mengalami


45

kerusakan alat atau sebagainya. Biaya listrik berada pada urutan ketiga hal ini dapat dilihat dari
pengaruh kemungkina perubahan harga satuan listrik sehingga dapat menyebabkan perubahan
pula pada biaya listrik yang harus dikelurakan. Pada saat pelaksanaan penggunaan alumina basah
sebagai bahan baku dalam memproduksi aluminium sulfat variabel yang perlu mendapat
perhatian khusus adalah asam sulfat dan harga dari alumina basah itu sendiri. Karena kedua
variabel ini yang menunjukkan nilai sensitivitas yang cukup tinggi.
4.4.2 Sensitivitas Harga Pokok Produksi Alumina Kering
Dengan cara yang sama dilakukan juga uji sensitivitas HPP aluminium sulfat basah dengan
menggunakan bahan baku berupa alumina kering.

Gambar 29. Tornado Chart HPP alumina kering

Gambar 30. Diagram sensitivitas harga pokok produksi alumina kering
Dari gambar 30 terlihat bahwa urutan variabel yang diperoleh hampir sama dengan
tornado chart yang diperoleh untuk uji HPP alumina basah. Perbedaan yang terlihat berada pada


46

urutan variabel pertama yaitu alumina kering dan asam sulfat berada di urutan kedua. Alumina
kering dengan nilai sensitivitas sebesar 35,7 %, asam Sulfat 33,7 %, Perawatan 16,4 %, Listrik
1,3%, biaya penyusutan 0 %, biaya tenaga kerja -0,4%, dan jumlah produksi sebesar -8,3%.
Apabila harga alumina kering meningkat menjadi Rp 5.047.568 atau sebesar 4,3% dan
juga harga asam sulfat meningkat menjadi Rp 3.093.857 atau sebesar 23,7 % maka dapat
menyebabkan peningkatan HPP asam sulfat dengan alumina kering menjadi Rp 1.650 dari HPP
awal sebesar Rp 1.538,46 / kg atau sebesar 7,23% . Sama dengan HPP asam sulfat dengan
alumina basah biaya penyusutan dan biaya tenaga kerja jika dilihat pada Tornado Chart berada
pada bagian bawah (urutan keenam dan ketujuh) grafik hal ini cukup menjelaskan bahwa
pengaruh dari perubahan harga yang mungkin terjadi pada varibael variabel tersebut tidak
memberikan dampak yang begitu signifikan terhadap perubahan HPP dan nilai dari ketiga
variabel tersebut cenderung tetap (biaya tetap) atau biasa disebut dengan keadaan non-
monotomik. Biaya perawatan berada pada urutan keempat cukup memberikan dampak terhadap
HPP karena biaya perawatan mempengaruhi dari biaya overhead pabrik, dan biaya perawatan
dapat berubah- ubah setiap waktunya tergantung pada keadaan pabrik apabila pabrik mengalami
kerusakan alat atau sebagainya. Biaya listrik berada pada urutan ketiga hal ini dapat dilihat dari
pengaruh kemungkina perubahan harga satuan listrik sehingga dapat menyebabkan perubahan
pula pada biaya listrik yang harus dikelurkan.
Jumlah dari produksi aluminium sulfat itu sendiri juga member pengaruh terhadap HPP
aluminium sulfat cair baik alum sulfat cair dengan alumina basah ataupun alumina kering. Hal itu
dapat dilihat dari semakin meningkatnya jumlah produksi akan semakin menurunkan nilai HPP
aluminium sulfat. Dari kedua uji yang telah dilakukan pada saat memproduksi alum sulfat baik
dengan bahan baku alumina basah ataupun kering hal yang harus diperhatikan adalah harga dari
asam sulfat, dari kedua tornado chart yang diperoleh asam sulfat menempati urutan teratas,
sehingga selain dari harga alumina itu sediri harga asam sulfat memberikan pengaruh yang besar
terhadap perubahan HPP yang mungkin terjadi.
Dapat dikatakan bahwa harga dari bahan baku sangat mempengaruhi dari harga pokok
produksi yang diperoleh. Dalam industri pembelian bahan baku turut menunjang keberhasilan
produksi. Berdasarkan itu, dapat dijelaskan bahwa perusahaan tidak akan berhasil memproduksi
barang berkualitas baik apabila bahan baku yang digunakannya berkualitas buruk, meskipun
dalam proses produksi telah didukung oleh mesin yang berteknologi modern serta metode dan
sumber daya manusia yang baik (Djatmiko, 2012). Secara kualitas, berdasarkan uji kualitas
parameter air yang telah dilakukan, bahan baku yang digunakan dalam memproduksi aluminium
sulfat cair sudah cukup memadai, karena kualitas air yang diolah sudah memenuhi kriteria
perusahaan. Dan secara harga selama 9 bulan sejak beroperasinya pabrik aluminium sulfat bubuk
biaya produksi untuk aluminium sulfat bubuk lebih rendah dibandingkan dengan biaya produksi
aluminium sulfat cair.










47

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
1. Penggunaan aluminium sulfat bubuk sebagai koagulan paling mempengaruhi penurunan
nilai parameter zat organik. Dalam keadaan tertentu pengaruh pemberian kadr dosis
aluminium sulfat bubuk tidak mempengaruhi penurunan nilai parameter air yang diolah.
Sehingga secara kualitas air yang diperoleh pemilihan aluminum sulfat bubuk sebagai
koagulan sudah tepat dan sesuai dengan kriteria kualitas air PT. Krakatau Tirta Industri.
2. Dosis optimum untuk penggunaan aluminium sulfat bubuk adalah sebesar 60 ppm dan
untuk aluminium sulfat cair sebesar 100 ppm.
3. Harga Pokok Produksi (HPP) aluminium sulfat cair baik dengan alumina basah ataupun
dengan alumina kering terbukti lebih murah dibandingkan aluminium sulfat bubuk.
Selama sembilan bulan masa operasi pabrik aluminium sulfat cair terlihat bahwa
semakin meningkatnya jumlah hari produksi aluminium sulfat cair semakin menurunkan
harga pokok produksinya.
4. Berdasarkan uji sensitivitas, variabel yang paling mempengaruhi kenaikan HPP
aluminium sulfat dengan bahan baku alumina basah adalah asam sulfat dan untuk
alumina kering adalah harga alumina kering itu sendiri.
5. Selama sembilan bulan masa penggunaan aluminium sulfat cair sebagai koagulan, baik
secara kualitasdan biaya produksi layak untuk dilanjutkan penggunaannya.

5.2 Saran
Peningkatan hari produksi aluminium sulfat cair sebaiknya dimaksimalkan sehingga harga pokok
produksi aluminium sulfat cair dapat lebih stabil dan tetap lebih murah dibandingkan aluminium sulfat
bubuk. Penggunaan aluminium sulfat bubuk sebaiknya tidak dihentikan sama sekali, aluminium sulfat
bubuk tetap digunakan sebagai koagulan pada keadaan tertentu, terutama pada keadaan dimana air
baku yang akan diolah memiliki nilai warna dan zat organik yang tinggi yang biasanya terjadi pada
musim penghujan.












48

DAFTAR PUSTAKA

Djatmiko, M. Budi. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Bandung : Thabi Press
Effendi, Heffni. 2003. Telaah Kualitas Air Bagi Pengelolaan Sumber Daya dan Lingkungan Perairan.
Yogyakarta: Kanisius
Feasibility Study Pabrik Aluminium Sulfat Cair PT. Krakatau Tirta Industri
Hansen, Don R.; Mowen Maryen M. 2009. Akutansi Manajerial. Jakarta : Salemba Empat
Kemmer, Frank. N.2002. The Nalco Water Handbook 3
rd
edition. New York : McGrawHill
Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.907/Menkes/ SK/ VII/ 2002
Kristianarso, Alloysius Adimas. 2009. Kondisi Kualitas Perairan di Sungai Cihideung [Skripsi].
Bogor: Departemen Manajemen Sumberdaya Perairan, FPIK, IPB Press
Laporan Harian Hasil Jar Test Laboratorium Kualitas Air PT. Krakatau Tirta Industri tahun 2001 -
2012
Laporan Harian Penggunaan Bahan Baku Produksi Aluminium Sulfat Cair
Lin, Sun Dar. 2007. Water and Wastewater Calculations Manual, 2

edition. New York : The Mac


Graw Hills Companies, Inc
Mulyono, Sri. 2006. Statistika Untuk Ekonomi dan Bisnis. Edisi Ke - 3. Jakarta : Lembaga Penerbit
Fakultas Ekonomi UI
Sincero, A. P and Sincero, G. 2003. Physical- Chemical Treatment of Water and Wastewater. London.
IWA Publishing
Sugiarto. 2006. Dasar Dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta ; UI Press

Vaux, Henry ; Schweitzer Glenn E. 2005. Water Conservation, Reuse and Recycling. Washington.
National Academy of Sciene.

Taha, Hamdy A.1997. Operations Research : An Introduction ( 6
th
edition). New Delhi. Prentice
Hall, Inc


Teng, S.T . 2000. Gambaran Umum Penanganan Limbah. Jakarta : Nusantara Water Center

User Manual for Crystal Ball. 2008

Wardhana, W. A. 2004. Dampak Pencemaran Lingkungan Edisi Revisi. Jogjakrta: CV. Andi Offset





49















LAMPIRAN








50

Lampiran 1. Tabel biaya produksi
Bahan Baku Per Produksi

Uraian Satuan
Alumina Basah Alumina Kering
Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp) Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
Asam sulfat lt 2024 1430 2894320 2024 1430 2888600
Alumina kg 1421 1705 2422805 1512 1760 2661120
Total 3445 3135 5317125 3532 3190 5549720
Biaya Listrik Pabrik Per
Produksi

Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
Batch kwh 150 1000 300000
Total

300,000.00
Biaya
Penyusutan

Penyusutan Uraian Harga (Rp) Jumlah
Mesin
Tanki storage asam sulfat 10 m3 22000000 2
Harga awal (Rp) 44000000
Harga akhir (Rp) 8800000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 3520000
Tanki storage alum 10 m3 22000000 2
Harga awal (Rp) 44000000
Harga akhir (Rp) 8800000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 3520000
Reaktor alum 385000000 1 Harga awal (Rp) 385000000


51

Harga akhir (Rp) 77000000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 30800000
Pengaduk dan motor untuk reaktor 55000000 1
Harga awal (Rp) 55000000
Harga akhir (Rp) 11000000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 4400000
Pengaduk dan motor mixing produk 33000000 2
Harga awal (Rp) 66000000
Harga akhir (Rp) 13200000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 5280000
Pompa transfer 55000000 1
Harga awal (Rp) 55000000
Harga akhir (Rp) 11000000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 4400000
Otomasi 220000000 1
Harga awal (Rp) 220000000
Harga akhir (Rp) 44000000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 17600000
Piping & aksesoris 55000000 1
Harga awal (Rp) 55000000
Harga akhir (Rp) 11000000
Nilai ekonomis
(tahun)
10
Penyusutan (Rp) 4400000


52

Subtotal 73920000
Pabrik
110000000 1
Harga awal (Rp) 110000000
Harga akhir (Rp) 55000000
Nilai ekonomis
(tahun)
30
Penyusutan (Rp) 1833333.333
Subtotal 1833333.333
Total 75753333.33
Biaya Tenaga Kerja

Uraian Satuan Jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
Helper alum sulfat orang 1 1725530 1725530
Pembantu gudang orang 1 2000217 2000217
Total 3725747

Biaya Perawatan

Uraian Satuan jumlah Harga (Rp) Biaya (Rp)
Perawatan bulan

1000000 1000000
Total 1000000





53

Lampiran 2. Data jar test tahun 2008 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm
Parameter Air Baku Dosis Parameter Jar test
pH Turbidity Warna Conduc ppm pH Turbidity Warna
7.89 19 100 124 55 6.12 4 20
8.37 19 94 133 55 6.43 4 20
8.15 22 114 130 55 6.46 4 20
8.31 22 100 129 55 6.71 4 20
8.21 23 112 132 55 5.85 4 20
8.26 37 202 128 55 6.25 4 20
7.89 39 202 125 55 6.09 5 20
7.95 39 196 122 55 6.1 5 20
8.11 40 219 98 55 6.2 5 20
7.49 41 318 145 55 6.06 5 20
7.96 41 198 195 55 6 5 20
7.78 41 211 195 55 6.17 5 20
7.82 41 177 196 55 6.44 5 20
7.68 42 231 189 55 6.47 5 20
7.58 44 229 202 55 6.91 5 20
7.39 44 287 200 55 6.96 5 20
7.66 45 243 200 55 6.65 5 20
7.47 45 284 200 55 6.69 5 20
7.35 72 418 208 55 6.38 5 20
7.37 81 433 212 55 6.43 5 20
7.05 83 437 217 55 6.71 5 20
7.05 85 506 217 55 6.82 5 20
7.37 107 549 212 55 6.8 5 20
7.33 108 564 188 55 6.78 5 20
6.91 124 662 200 55 6.76 5 20
7.12 131 676 200 55 6.39 5 20
7.07 131 656 195 55 6.05 5 20
6.98 132 734 217 55 5.85 5 20
6.96 140 854 198 55 6.27 5 20
7.05 142 724 98 55 6.14 6 20
7.04 155 924 99 55 6.43 6 20
7.02 158 810 165 55 6.75 6 20
7.11 184 986 158 55 5.54 6 20
7.03 190 990 98 55 6.24 7 20
7.03 190 990 96 55 5.63 7 20
7.22 225 1167 118 55 6.75 7 20
7.09 225 1088 120 55 5.63 7 20


54

Lampiran 3. Data jar test tahun 2009 alumunium sulfat bubuk dosis 60 ppm
Parameter Air Baku Dosis Parameter Jar test
pH Turbidity Warna Conduc ppm pH Turbidity Warna
7.51 21 96 90 60 6.40 4.00 20
7.48 21 87 110 60 6.46 4.00 20
7.67 35 214 104 60 6.33 4.00 20
7.61 44 189 147 60 6.47 4.00 20
7.30 44 241 125 60 6.48 4.00 20
7.52 44 202 121 60 6.59 4.00 20
7.18 47 242 123 60 6.15 4.00 20
6.92 51 304 131 60 6.21 5 20
7.45 53 284 135 60 6.36 5.00 20
7.60 54 296 138 60 6.25 5.00 20
7.47 55 316 145 60 6.18 5.00 20
7.46 55 309 126 60 6.43 5.00 20
7.51 55 293 140 60 6.39 5.00 20
7.07 55 262 123 60 6.25 5.00 20
7.48 56 304 132 60 6.37 5.00 20
7.61 56 202 155 60 6.33 5.00 20
7.44 56 311 157 60 6.33 5.00 20
7.69 57 282 157 60 6.48 5.00 20
7.55 57 306 150 60 6.50 5.00 20
7.57 58 408 172 60 6.50 5.00 20
7.38 58 306 142 60 6.40 5.00 20
7.51 58 302 165 60 6.54 5.00 20
7.47 59 334 180 60 6.60 5.00 20
7.47 59 316 172 60 6.52 5.00 20
7.57 59 173 148 60 6.56 5.00 20
7.55 60 283 140 60 6.56 5.00 20
7.45 60 315 161 60 6.08 5.00 20
7.56 60 327 168 60 6.36 5.00 20
7.57 60 308 170 60 5.90 6 20
7.54 60 320 164 60 6.36 6.00 20
7.48 61 326 141 60 6.11 6.00 20
7.49 61 327 151 60 6.09 6.00 20
7.51 62 259 190 60 6.21 6.00 20
7.56 62 404 185 60 6.22 6.00 20
7.23 64 318 182 60 6.33 6.00 20
7.29 64 331 188 60 6.15 6.00 20
7.52 65 329 199 60 6.14 6.00 20


55

7.25 66 412 190 60 6.38 6.00 20
7.56 66 312 190 60 6.36 6.00 20
7.55 66 324 148 60 6.31 6.00 20
7.50 67 311 201 60 6.42 6.00 20
7.56 68 387 195 60 6.39 6.00 20
7.48 68 421 187 60 6.49 6.00 20
7.45 69 328 201 60 6.51 6.00 20
7.50 69 394 190 60 6.52 6.00 20
7.19 70 294 191 60 6.43 6.00 20
7.48 75 374 186 60 6.60 6.00 20
7.70 79 439 190 60 6.51 6.00 20
7.52 81 441 194 60 6.49 6.00 20
6.95 81 445 190 60 6.55 6.00 20
7.01 82 404 190 60 6.56 6.00 20
7.27 83 438 189 60 6.54 6.00 20
7.11 83 403 192 60 6.58 6.00 20
7.57 87 368 198 60 6.57 6.00 20
7.52 88 334 200 60 6.50 6.00 20
7.36 88 327 201 60 6.29 6.00 20
7.27 88 466 205 60 6.42 6.00 20
7.38 91 492 202 60 6.69 6.00 20
7.58 91 412 225 60 6.08 6.00 20
7.37 92 497 211 60 6.21 6.00 20
7.43 92 476 215 60 6.35 6.00 20
7.12 92 441 219 60 6.40 6.00 20
7.36 96 492 222 60 6.38 6.00 20
7.34 100 748 200 60 6.41 7.00 20
7.31 101 525 221 60 6.50 7.00 20
7.50 102 560 222 60 6.57 7.00 20
7.32 105 532 252 60 6.47 7.00 20
7.32 105 471 225 60 6.49 7.00 20
6.89 106 998 220 60 6.44 7.00 20
7.36 106 728 238 60 6.55 7.00 20
7.41 108 539 208 60 6.60 7.00 20
7.50 112 632 210 60 6.58 7.00 20
7.31 116 618 205 60 6.57 7.00 20
7.46 117 630 208 60 6.60 7.00 20
7.09 119 646 225 60 6.58 7.00 20
7.33 120 624 231 60 6.59 7.00 20
7.24 122 710 195 60 6.60 7.00 20
7.16 124 738 198 60 6.60 7.00 20


56

7.22 126 648 170 60 6.52 7.00 20
7.31 128 626 148 60 6.56 7.00 20
7.40 130 686 160 60 6.35 7.00 20
7.18 133 792 157 60 6.18 7.00 20
7.40 133 768 142 60 6.08 7.00 20
7.31 143 656 161 60 6.79 7.00 20
7.39 143 686 157 60 6.06 7.00 20
7.39 158 812 158 60 6.20 7.00 20
7.32 159 945 154 60 6.01 7 20
7.33 169 836 187 60 6.43 8.00 20
7.00 176 912 202 60 6.57 8.00 20
7.00 180 958 178 60 6.60 8.00 20
7.38 209 952 150 60 6.18 8.00 20
7.25 219 1170 132 60 6.40 9.00 20
7.25 269 1332 149 60 6.25 10 20
7.49 278 1480 129 60 6.53 10.00 20


















57


Lampiran 4. Data jar test tahun 2010 alumunium sulfat bubuk dosis 55 ppm
Parameter Air Baku Dosis Parameter Jar test
pH Turbidity Warna Conduc ppm pH Turbidity Warna
6.93 21 112 140 55 5.97 1.75 20
7.37 29 166 142 55 6.05 1.97 20
7.27 31 157 132 55 5.85 1.98 20
6.99 34.8 253 138 55 6.14 2.06 20
6.98 35.1 261 137 55 6.01 2.09 20
7.02 35.1 292 134 55 5.79 2.11 20
7.12 36 194 138 55 6.13 2.17 20
7.32 37 188 138 55 6.06 2.19 20
6.85 39.7 296 133 55 5.92 2.19 20
6.85 39.8 284 136 55 6.07 2.21 20
7.03 42 264 134 55 5.77 2.26 20
6.93 43.3 312 136 55 5.85 2.36 20
7.27 44 214 112 55 6.10 2.40 20
7.05 49 282 110 55 5.97 2.42 20
6.84 49.7 436 120 55 6.00 2.57 20
6.85 54.8 375 140 55 5.72 2.57 20
7.34 56 305 131 55 5.92 2.67 20
7.03 57 290 140 55 6.10 2.80 20
7.29 57 305 85 55 5.90 2.94 20
7.09 57 326 141 55 5.88 3.11 20
7.03 58 311 142 55 6.00 3.11 20
6.94 59.4 387 132 55 5.64 3.27 20
6.82 62.7 498 135 55 6.00 3.62 20
7.13 64 328 85 55 6.10 4 20
6.25 64.4 456 115 55 5.92 4 20
7.23 65 489 130 55 6.10 4.00 20
7.07 66 345 132 55 6.12 5 20
6.99 66 352 127 55 6.17 5 20
6.69 68.3 538 124 55 6.26 5 20
7.09 72 304 128 55 6.09 5 20
6.93 74 388 135 55 6.31 5.00 20
6.97 74 384 132 55 6.37 5.00 20
6.89 74.2 495 132 55 6.19 5.00 20
6.71 75.4 528 135 55 5.63 5.00 20
6.79 76 394 132 55 6.08 5.00 20
6.74 77.1 513 135 55 6.29 5.00 20


58

6.97 78.3 524 130 55 6.15 5.00 20
6.95 82 406 126 55 6.15 5.00 20
7.19 82.8 540 130 55 6.18 5.00 20
6.97 85 430 112 55 6.10 6 20
6.85 85 417 112 55 6.14 6 20
7.20 85 451 112 55 6.14 6 20
7.35 85 441 115 55 6.18 6 20
6.95 86 441 114 55 6.08 6 20
7.39 88 463 105 55 6.43 6.00 20
7.21 92 544 105 55 6.01 6.00 20
7.19 92.7 634 112 55 6.17 6.00 20
6.91 93 489 115 55 6.14 6.00 20
7.23 93.1 602 121 55 6.04 6.00 20
7.29 96.7 612 118 55 6.25 6.00 20
7.34 107 574 114 55 6.08 6.00 20
6.86 110 741 120 55 6.19 6.00 20
7.39 118 680 100 55 6.08 7 20
7.12 127 672 102 55 6.07 7 20
7.28 134 957 95 55 6.21 7.00 20
6.83 150 840 91 55 6.13 7.00 20
6.70 152 1011 99 55 6.16 7.00 20
7.18 159 780 110 55 6.15 8 20
6.89 284 1530 97 55 6.05 8 20



59

Lampiran 5. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter turbiditas








60

Lampiran 6. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2011 dengan parameter warna







61

Lampiran 7. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter turbiditas










62

Lampiran 8. Grafik trend penggunaan koagulan alumunium sulfat tahun 2012 dengan parameter warna







63


Lampiran 9. Tabel delta parameter air tahun 2011
Dosis Air Baku Jar Test Delta
ppm Turbidity Warna Turbidity Warna Warna Turbiditas
50 76.3 542 6.85 20 522 69.45
50 82.0 610 6.10 20 590 75.90
50 79.7 604 5.62 20 584 74.08
50 58.4 429 4.51 20 409 53.89
50 55.0 401 6.85 20 381 48.15
50 58.5 452 6.50 20 432 52.00
50 56.4 439 5.96 20 419 50.44
50 50.6 411 5.66 20 391 44.94
50 43.0 338 6.70 20 318 36.30
50 42.5 342 4.71 20 322 37.79
50 52.4 417 5.94 20 397 46.46
50 42.9 340 6.70 20 320 36.20
50 55.7 466 5.92 20 446 49.78
50 49.1 397 5.89 20 377 43.21
50 43.1 354 6.27 20 334 36.83
50 52.7 476 6.36 20 456 46.34
50 47.5 371 7.02 20 351 40.48
50 59.7 496 6.49 20 476 53.21
50 45.8 373 6.00 20 353 39.80
50 36.7 328 6.28 20 308 30.42
50 40.3 351 6.17 20 331 34.13
50 60.2 400 5.75 20 380 54.45
50 59.7 398 5.34 20 378 54.36
50 58.6 392 5.97 20 372 52.63
50 55.1 492 6.08 20 472 49.02
50 44.9 338 5.70 20 318 39.20
50 52.7 401 6.82 20 381 45.88
50 41.0 319 6.50 20 299 34.50
50 38.7 297 6.00 20 277 32.70
50 43.9 392 5.91 20 372 37.99
50 37.4 289 6.00 20 269 31.40
50 39.7 308 6.30 20 288 33.40
50 41.9 364 6.41 20 344 35.49
50 37.4 293 4.91 20 273 32.49
50 36.5 273 5.70 20 253 30.80
50 38.2 284 4.93 20 264 33.27
50 38.2 284 4.93 20 264 33.27
50 40.8 322 5.35 20 302 35.45


64

50 39.7 297 5.20 20 277 34.50
50 44.3 364 6.02 20 344 38.28
50 42.5 349 3.57 20 329 38.93
50 40.0 394 5.70 20 374 34.30
50 44.9 415 5.12 20 395 39.78
50 51.8 396 5.82 20 376 45.98
50 62.1 421 4.89 20 401 57.21
50 47.2 378 6.00 20 358 41.20
50 49.7 412 5.51 20 392 44.19
50 48.2 409 5.69 20 389 42.51
50 44.9 365 6.50 20 345 38.40
50 46.2 372 4.97 20 352 41.23
50 45.7 364 5.21 20 344 40.49
50 48.1 387 6.00 20 367 42.10
50 98.1 612 5.98 20 592 92.12
50 59.6 532 5.87 20 512 53.73
50 63.3 505 6.50 20 485 56.80
50 52.1 402 6.50 20 382 45.60
50 59.3 512 5.66 20 492 53.64
52.00 43.9 358 6.40 20 338 37.50
52.00 50.6 396 6.75 20 376 43.85
52.00 48.7 412 6.21 20 392 42.49
53.00 69.1 531 3.37 20 511 65.73
53.00 57.6 499 4.92 20 479 52.68
53.00 48.8 371 7.00 20 351 41.80
53.00 49.2 398 3.75 20 378 45.45
53.00 44.7 361 4.05 20 341 40.65
53.00 44.2 377 7.50 20 357 36.70
53.00 47.9 414 4.28 20 394 43.62
53.00 43.6 357 4.97 20 337 38.63
53.00 46.2 411 5.22 20 391 40.98
53.00 52.7 498 5.14 20 478 47.56
53.00 47.8 392 5.14 20 372 42.66
53.00 51.9 482 4.81 20 462 47.09
53.00 52.7 498 5.16 20 478 47.54
53.00 39.1 330 4.22 20 310 34.88
53.00 39.8 337 4.97 20 317 34.83
50 34.8 292 6.10 20 272 28.70
50 39.7 412 5.72 20 392 33.98
50 38.1 392 5.26 20 372 32.84
50 30.6 254 5.20 20 234 25.40
55 38.7 406 4.16 20 386 34.54
55 40.9 405 4.96 20 385 35.94


65

50 35.2 287 4.10 20 267 31.10
55 32.8 276 4.00 20 256 28.80
55 39.7 312 4.21 20 292 35.49
50 30.7 275 5.00 20 255 25.70
52.5 31.1 265 3.02 20 245 28.08
52.5 35.8 364 4.76 20 344 31.04
50 33.7 352 5.24 20 332 28.46
50 36.7 382 5.81 20 362 30.89
50 32.1 274 3.54 20 254 28.56
50 34.9 325 4.73 20 305 30.17
50 42.9 476 5.18 20 456 37.72
50 33.1 254 5.2 20 234 27.90
50 40.8 335 3.92 20 315 36.88
50 38.4 304 3.61 20 284 34.79
50 36.1 288 5.75 20 268 30.35
50 39.5 316 5.44 20 296 34.06
50 35.1 285 5.27 20 265 29.83
50 41.2 372 4.91 20 352 36.29
50 447.0 398 5.02 20 378 441.98
50 36.4 297 3.24 20 277 33.16
50 37.2 301 5.26 20 281 31.94
50 43.5 348 4.80 20 328 38.70
50 35.3 283 4.20 20 263 31.10
50 50.1 365 4.91 20 345 45.19
50 41.8 328 4.00 20 308 37.80
50 34.0 277 4.40 20 257 29.60
50 35.2 305 4.97 20 285 30.23
50 42.6 326 5.10 20 306 37.50
55 31.3 252 4.00 20 232 27.30
55 37.8 330 5.83 20 310 31.97
55 45.1 347 4.00 20 327 41.10
55 34.6 280 4.10 20 260 30.50
55 47.9 374 3.42 20 354 44.48
55 37.5 297 4.00 20 277 33.50
55 42.9 334 7.10 20 314 35.80
55 46.0 345 5.31 20 325 40.69
55 33.2 273 5.76 20 253 27.44
55 44.1 339 4.85 20 319 39.25
55 49.8 375 4.22 20 355 45.58
55 33.3 282 3.20 20 262 30.10
55 44.2 325 4.44 20 305 39.76
55 45.7 351 4.27 20 331 41.43
55 39.2 309 4.24 20 289 34.96


66

55 43.8 336 5.20 20 316 38.60
55 44.9 341 5.02 20 321 39.88
55 52.7 398 5.12 20 378 47.58
55 47.4 356 4.69 20 336 42.71
55 52.3 381 5.00 20 361 47.30
55 46.4 352 5.14 20 332 41.26
55 51.9 387 5.44 20 367 46.46
55 44.4 336 4.70 20 316 39.70
55 38.7 297 3.61 20 277 35.09
55 49.8 387 4.82 20 367 44.98
55 43.6 338 3.80 20 318 39.80
55 33.7 275 4.13 20 255 29.57
55 49.8 428 4.26 20 408 45.54
50 43.9 335 3.04 20 315 40.86
55 31.4 266 4.70 20 246 26.70
55 44.1 327 5.94 20 307 38.16
55 43.5 329 7.20 20 309 36.30
55 31.4 255 4.00 20 235 27.40
55 42.6 314 6.21 20 294 36.39
56.7 4.6 397 5.82 20 377 -1.21
56.7 32.5 242 4.80 20 222 27.70
56.7 40.5 327 6.70 20 307 33.80
57.5 41.9 357 6.21 20 337 35.69
57.5 32.1 271 5.21 20 251 26.89
57.5 41.0 305 4.00 20 285 37.00
57.5 42.1 314 4.83 20 294 37.27
57.5 46.9 376 4.72 20 356 42.18
57.5 28.9 244 5.25 20 224 23.65
57.5 30.1 252 5.93 20 232 24.17
57.5 42.7 356 5.34 20 336 37.36
57.5 30.0 247 5.50 20 227 24.50
57.5 31.9 263 4.83 20 243 27.07
57.5 38.8 312 5.77 20 292 33.03
57.5 42.8 367 4.00 20 347 38.80
57.5 44.1 357 4.00 20 337 40.10
57.5 43.6 348 5.64 20 328 37.96
57.5 45.7 396 4.45 20 376 41.25
57.5 32.3 265 5.20 20 245 27.10
57.5 34.1 272 5.82 20 252 28.28
57.5 37.4 306 5.82 20 286 31.58
57.5 50.2 372 3.83 20 352 46.37
57.5 32.5 271 3.80 20 251 28.70
57.5 49.3 298 5.87 20 278 43.43


67

54.59 44.1 335 4.24 20 315 39.86
54.59 36.6 290 6.28 20 270 30.32
54.59 31.2 262 6.31 20 242 24.89
54.59 38.4 302 5.26 20 282 33.14
54.59 47.6 342 5.67 20 322 41.93
55.00 36.1 282 5.30 20 262 30.80
55.00 38.4 316 5.04 20 296 33.36
55.00 32.7 270 3.80 20 250 28.90
55.00 37.3 289 6.00 20 269 31.30
55.00 41.1 318 5.42 20 298 35.68
55.00 34.6 276 5.39 20 256 29.21
55.00 41.5 318 6.00 20 298 35.50
55.00 42.2 322 5.64 20 302 36.56
55.00 45.6 367 5.18 20 347 40.42
55.00 42.8 326 6.02 20 306 36.78
55.00 33.6 286 5.94 20 266 27.66
55.00 47.3 366 5.24 20 346 42.06
55.00 37.2 285 6 20 265 31.20
55 37.2 285 6.00 20 265 31.20
50 32.2 261 4.62 20 241 27.58
50 37.8 367 5.24 20 347 32.56
55 17.3 201 6.00 20 181 11.30
55 22.6 217 6.01 20 197 16.59
55 291 255 6.48 20 235 284.52
55 25.7 243 6.86 20 223 18.84
55 18.4 180 5.80 20 160 12.60
55 20.1 193 5.91 20 173 14.19
55 31.9 253 5.20 20 233 26.70
55 24.3 219 4.00 20 199 20.30
55 33.2 261 5.97 20 241 27.23
55 36.7 274 6.00 20 254 30.70
55 29.7 252 5.80 20 232 23.90
55 35.9 281 5.91 20 261 29.99
55 37.4 306 5.66 20 286 31.74
55 30.5 246 6.70 20 226 23.80
55 35.7 281 5.80 20 261 29.90
55 37.4 296 6.01 20 276 31.39
55 31.7 302 5.34 20 282 26.36
55 37.7 296 7.00 20 276 30.70
57.50 38.4 289 4.83 20 269 33.57
57.50 33.1 284 6.84 20 264 26.26
57.50 39.7 326 6.92 20 306 32.78
57.50 37.8 291 6.01 20 271 31.79


68

57.50 31.7 254 5.84 20 234 25.86
57.50 38.2 302 5.72 20 282 32.48
57.50 37.7 289 5.70 20 269 32.00
57.50 30.8 257 5.71 20 237 25.09
57.50 36.9 312 5.91 20 292 30.99
57.50 38.3 235 6.10 20 215 32.20
57.50 29.7 238 6.04 20 218 23.66
57.50 39.2 304 5.88 20 284 33.32
57.50 38.5 295 6.00 20 275 32.50
57.50 37.8 293 6.41 20 273 31.39
57.50 39.7 308 6.28 20 288 33.42
57.50 38.8 294 7.40 20 274 31.40
57.50 42.8 302 6.20 20 282 36.60
57.50 45.6 372 6.49 20 352 39.11
57.50 37.1 287 2.81 20 267 34.29
57.50 37.9 294 7.10 20 274 30.80
57.50 38.9 299 6.20 20 279 32.70
57.50 39.7 312 6.69 20 292 33.01
57.50 38.6 299 6.29 20 279 32.31
57.50 42 328 6.80 20 308 35.20
54.70 41.9 332 6.80 20 312 35.10
54.70 40.8 303 6.00 20 283 34.80
54.70 43.9 310 6.10 20 290 37.80
54.70 42.4 309 6.01 20 289 36.39
55.00 44.7 326 5.84 20 306 38.86
55.00 43.3 320 5.60 20 300 37.70
55.00 42.9 315 5.82 20 295 37.08
55.00 42.7 346 5.76 20 326 36.94
55.00 39.7 312 6.24 20 292 33.46
56.67 44.6 321 4.20 20 301 40.40
56.67 41.7 318 7.04 20 298 34.66
56.67 40.8 312 7.11 20 292 33.69
57.50 40 293 5.80 20 273 34.20
57.50 44.1 322 5.83 20 302 38.27
57.50 42.7 345 5.97 20 325 36.73
57.50 51.7 341 4.07 20 321 47.63
57.50 51.5 378 4.82 20 358 46.68
57.50 49.7 366 5.02 20 346 44.68
57.50 45.8 313 7.20 20 293 38.60
57.50 46.7 342 7.00 20 322 39.70
57.50 41.6 296 6.10 20 276 35.50
57.50 40.2 300 6.00 20 280 34.20
57.50 34.9 261 6.01 20 241 28.89


69

55.00 42.9 304 6.49 20 284 36.41
55.00 29.5 225 4.30 20 205 25.20
55.00 38.3 278 4.80 20 258 33.50
55.00 41.7 304 5.39 20 284 36.31
55.00 39.2 289 5.39 20 269 33.81
55.00 69 481 5.20 20 461 63.80
55.00 43.2 319 5.79 20 299 37.41
55.00 32.7 238 5.18 20 218 27.52
55.00 45.4 324 4.00 20 304 41.40
55.00 39 286 3.97 20 266 35.03
55.00 33.8 231 5.38 20 211 28.42
55.00 41.7 364 4.92 20 344 36.78
55.00 39.2 351 5.04 20 331 34.16
55.00 37.1 312 4.39 20 292 32.71
55.00 39.2 322 4.87 20 302 34.33
55.00 43.1 322 4.00 20 302 39.10
55.00 23 171 6.01 20 151 16.99
55.00 41.6 342 5.24 20 322 36.36
55.00 35.4 261 4.00 20 241 31.40
55.00 25.2 200 4.70 20 180 20.50
55.00 38.4 302 5.28 20 282 33.12
162.35 33 241 5.14 20 221 27.86
162.35 23.9 194 1.98 20 174 21.92
162.35 32.7 237 3.61 20 217 29.09
57.50 38.4 287 5.59 20 267 32.81
57.50 25.2 204 4.82 20 184 20.38
57.50 33.2 241 4.27 20 221 28.93
57.50 31.9 245 3.20 20 225 28.70
57.50 23.6 215 4.00 20 195 19.60
57.50 30.2 224 4.82 20 204 25.38
57.50 34.5 266 4.74 20 246 29.76
57.50 34.6 285 4.84 20 265 29.76
57.50 23 191 4.00 20 171 19.00
57.50 31.7 244 4.36 20 224 27.34
57.50 30.7 231 4.00 20 211 26.70
57.50 73.7 489 2.72 20 469 70.98
57.50 30.9 235 5.17 20 215 25.73
57.50 37.4 328 5.03 20 308 32.37
57.50 32.9 336 5.29 20 316 27.61
57.50 34.3 259 5.63 20 239 28.67
57.50 36.7 305 5.44 20 285 31.26
57.50 35.2 298 6.01 20 278 29.19
57.50 31.9 215 4.20 20 195 27.70


70

57.50 30.9 311 5.94 20 291 24.96
57.50 35.6 324 5.72 20 304 29.88
57.50 33.2 248 3.70 20 228 29.50
57.50 21.5 263 4.10 20 243 17.40
57.50 32.9 314 5.02 20 294 27.88
55.00 31.4 240 3.90 20 220 27.50
55.00 33.5 254 4.37 20 234 29.13
55.00 35.9 302 4.92 20 282 30.98
55 36.1 277 5.47 20 257 30.63
55 26.2 215 4.20 20 195 22.00
55 28.9 215 5.02 20 195 23.88
55 35.5 260 4.10 20 240 31.40
55 27.8 218 4.25 20 198 23.55
55 36.4 260 5.22 20 240 31.18
55 38.2 294 4.98 20 274 33.22
55 33.5 250 4.60 20 230 28.90
55 31.6 241 4.30 20 221 27.30
55 32.7 226 5.04 20 206 27.66
55 33.7 306 4.87 20 286 28.83
55 28.2 220 5.00 20 200 23.20
55 29.5 230 4.11 20 210 25.39
55 33.6 304 5.02 20 284 28.58
55 27.1 202 4.70 20 182 22.40
55 29.1 263 4.83 20 243 24.27
55 39.4 318 5.42 20 298 33.98
55 33.2 284 5.73 20 264 27.47
55 28.8 223 3.51 20 203 25.29
55 31.7 299 5.17 20 279 26.53
55 29.9 269 4.96 20 249 24.94
55 26.8 219 4.00 20 199 22.80
55 28.9 224 5.14 20 204 23.76
55 32.9 274 5.48 20 254 27.42
55 32.6 255 3.80 20 235 28.80
55 43 308 3.94 20 288 39.06
55 39.7 298 4.07 20 278 35.63
55 45.6 318 3.98 20 298 41.62
55 60.9 435 3.70 20 415 57.20
50 17.4 183 3.80 20 163 13.60
55 14 161 3.80 20 141 10.20
55 31.9 259 3.30 20 239 28.60
55 33.1 260 4.03 20 240 29.07
55 36.4 312 5.06 20 292 31.34
55 34.7 308 4.92 20 288 29.78


71

55 29.5 280 4.00 20 260 25.50
55 31.7 292 4.74 20 272 26.96
60 24 214 3.60 20 194 20.40
60 23.3 203 4.00 20 183 19.30
55 31.9 298 5.46 20 278 26.44
55 22.4 206 3.86 20 186 18.54
55 24.3 211 4.00 20 191 20.30
55 35 266 4.04 20 246 30.96
55 33.7 302 5.42 20 282 28.28
55 35.7 304 5.42 20 284 30.28
55 36.8 276 5.11 20 256 31.69
55 37.12 220 5.24 20 200 31.88
55 38.4 242 5.32 20 222 33.08
55 55.4 418 3.50 20 398 51.90
60 97 678 3.45 20 658 93.55
55 85.6 492 4.76 20 472 80.84
60 101 604 3.95 20 584 97.05
55 58.7 457 2.93 20 437 55.77
60 94.3 512 5.01 20 492 89.29
60 42.4 496 5.01 20 476 37.39
65 40 341 4.10 20 321 35.90
70 42.4 353 6.07 20 333 36.33
70 42 374 5.00 20 354 37.00
70 35.1 296 5.20 20 276 29.90
70 36.4 312 5.15 20 292 31.25
65 34.7 298 4.97 20 278 29.73
70 32.5 300 4.9 20 280 27.60
70 101 7.14 5 20 -12.86 96.00
106.67 83.6 626 5.42 20 606 78.18
106.67 107 692 4.70 20 672 102.30
106.67 71.7 507 5.20 20 487 66.50
131.67 89.3 512 5.74 20 492 83.56
131.67 97.4 568 5.28 20 548 92.12
131.67 77.4 518 5.79 20 498 71.61
140.00 53.6 475 5.72 20 455 47.88
140.00 43.8 373 5.02 20 353 38.78
140.00 59.7 404 5.79 20 384 53.91
148.33 31.5 312 4.83 20 292 26.67
148.33 64.7 385 3.10 20 365 61.60
148.33 27.3 305 7.22 20 285 20.08
165.00 25.6 288 4.70 20 268 20.90
165.00 25.2 281 6.11 20 261 19.09
165.00 49.3 426 6.08 20 406 43.22


72

190.00 20.6 304 5.60 20 284 15.00
190.00 23 296 5.64 20 276 17.36
190.00 32.7 344 5.78 20 324 26.92
195.00 192 277 5.40 20 257 186.60
195.00 23.6 330 4.10 20 310 19.50
195.00 29.7 410 4.97 20 390 24.73
140.00 25.9 390 3.92 20 370 21.98
140.00 42.6 408 5.00 20 388 37.60
140.00 20.5 376 5.02 20 356 15.48
100.00 19.3 394 5.50 20 374 13.80
100.00 22.7 412 5.65 20 392 17.05
100.00 21.2 404 5.65 20 384 15.55
100.00 35.7 472 5.07 20 452 30.63
110.00 30.9 435 5.76 20 415 25.14
110.00 21 332 5.20 20 312 15.80
115.00 18.6 328 5.71 20 308 12.89
115.00 27.9 312 2.97 20 292 24.93
120.00 22 343 6.92 20 323 15.08
115.00 23.2 339 6.84 20 319 16.36
120.00 38.6 45.7 6.26 20 25.7 32.34
120.00 42.9 536 6.78 20 516 36.12
120.00 39.3 486 6.81 20 466 32.49
120.00 17.9 186 6.84 20 166 11.06
120.00 21.9 308 6.24 20 288 15.66
120.00 20.1 281 5.47 20 261 14.63
120.00 18.3 269 5.74 20 249 12.56
120.00 27.4 302 5.38 20 282 22.02
115.00 37.4 417 4.03 20 397 33.37
115.00 19.9 400 3.13 20 380 16.77
115.00 35.4 413 4.22 20 393 31.18
70.00 89.2 603 4.00 20 583 85.20
70.00 49 407 5.40 20 387 43.60
70.00 38.7 346 4.36 20 326 34.34
70.00 34.7 345 5.74 20 325 28.96
75.00 31 303 3.13 20 283 27.87
75.00 28.4 310 5.96 20 290 22.44
80.00 33.9 365 5.26 20 345 28.64
70.00 12.8 186 4.00 20 166 8.80
70.00 12.8 176 4.00 20 156 8.80
75.00 13.4 192 5.84 20 172 7.56
75.00 19.7 204 5.62 20 184 14.08
80.00 14.5 196 5.00 20 176 9.50
80.00 18.6 248 4.27 20 228 14.33


73

80.00 26.4 312 5.04 20 292 21.36
80.00 24.2 256 4.70 20 236 19.50
80.00 20.8 239 4.66 20 219 16.14
70.00 20 230 5.22 20 210 14.78
80.00 95.2 746 5.46 20 726 89.74
80.00 53.5 445 5.62 20 425 47.88
85.00 54.5 447 4.83 20 427 49.67
85.00 67.8 512 5.24 20 492 62.56
85.00 47.6 418 4.20 20 398 43.40
85.00 66.2 554 6.54 20 534 59.66
85.00 44.9 415 4.52 20 395 40.38
85.00 41 388 3.90 20 368 37.10
85.00 43.4 401 3.53 20 381 39.87
85.00 37.1 351 6.31 20 331 30.79
85.00 73.1 531 4.00 20 511 69.10
85.00 43.8 363 3.18 20 343 40.62
100.00 96.2 772 7.16 20 752 89.04
95.00 83.6 519 5.40 20 499 78.20
95.00 36.8 297 5.20 20 277 31.60
90.00 32.4 286 5.61 20 266 26.79
90.00 36.4 312 5.74 20 292 30.66
85.00 23.6 243 4.80 20 223 18.80
85.00 30.6 267 5.86 20 247 24.74
80.00 29.3 283 5.65 20 263 23.65
80.00 18.6 232 4.40 20 212 14.20
80.00 20.7 245 4.92 20 225 15.78
80.00 17.7 204 4.31 20 184 13.39
80.00 52.9 471 5.34 20 451 47.56
80.00 15.3 192 5.20 20 172 10.10
80.00 14.4 175 5.39 20 155 9.01
80.00 31.8 295 5.68 20 275 26.12
80.00 18.7 239 5.75 20 219 12.95
85 29.3 281 5.89 20 261 23.41
85 31.2 329 6.21 20 309 24.99
90 33.7 318 5.99 20 298 27.71
70 10.4 147 3.24 20 127 7.16
80 25.1 286 7.42 20 266 17.68
90 37.4 312 5.26 20 292 32.14
85 31.8 311 4.90 20 291 26.90
85 32.6 324 5.61 20 304 26.99
85 31.4 341 5.11 20 321 26.29
85 32.5 330 5.00 20 310 27.50
85 30.6 317 5.64 20 297 24.96


74

85 29.1 327 5.19 20 307 23.91
85 31 354 6.71 20 334 24.29
80 24.5 290 3.86 20 270 20.64
85 25.5 327 4.83 20 307 20.67
85 39.9 336 5.92 20 316 33.98
85 30 265 4.80 20 245 25.20
90 34.9 334 5.04 20 314 29.86
90 36.7 372 5.12 20 352 31.58
90 19.4 249 5.50 20 229 13.90
90 36.2 349 5.48 20 329 30.72
90 26.8 344 5.87 20 324 20.93
85 32.2 341 5.71 20 321 26.49
90 27.5 339 5.10 20 319 22.40
90 28.9 353 5.64 20 333 23.26
85 31.9 367 5.24 20 347 26.66
90 262 325 4.20 20 305 257.80
90 27.6 331 4.84 20 311 22.76
85 26 337 5.42 20 317 20.58
90 31.3 357 5.35 20 337 25.95
85 27.1 322 5.51 20 302 21.59
85 16.6 250 5.64 20 230 10.96
75 21.9 226 4.77 20 206 17.13
75 10.2 135 4.21 20 115 5.99
80 14.3 213 5.19 20 193 9.11
90 32.7 341 6.40 20 321 26.30
97.17 23.3 304 3.80 20 284 19.50
97.17 17.3 225 5.17 20 205 12.13
97.17 17.6 243 4.98 20 223 12.62
160.00 16.1 204 4.00 20 184 12.10
160.00 15.1 198 5.87 20 178 9.23
160.00 20.6 231 5.77 20 211 14.83
170.00 23.4 237 5.14 20 217 18.26
170.00 14.5 214 4.80 20 194 9.70
170.00 25 229 4.61 20 209 20.39
178.33 29.3 262 4.76 20 242 24.54
178.33 20.3 229 4.00 20 209 16.30
178.33 19.6 226 5.41 20 206 14.19
180.00 56.7 435 4.69 20 415 52.01
180.00 50.6 381 4.50 20 361 46.10
180.00 46.7 335 4.00 20 315 42.70
185.00 35.8 298 4.41 20 278 31.39
185.00 39.2 316 4.60 20 296 34.60
185.00 47.6 360 4.50 20 340 43.10


75

185.00 84 556 5.61 20 536 78.39
185.00 109 856 4.39 20 836 104.61
185.00 64.2 441 4.10 20 421 60.10
80 59.9 435 4.62 20 415 55.28
85 43.5 339 4.16 20 319 39.34
75 46.7 346 5.45 20 326 41.25
70 46.4 341 4.67 20 321 41.73
70 47 374 5.17 20 354 41.83
70 44.9 353 4.83 20 333 40.07
65 33.7 279 4.00 20 259 29.70
55 17.2 192 5.42 20 172 11.78
55 14.5 159 5.63 20 139 8.87
60 12.2 132 4.70 20 112 7.50
60 11.6 145 4.22 20 125 7.38
60 9.63 109 4.26 20 89 5.37
60 13.9 174 4.32 20 154 9.58
60 8.25 108 4.70 20 88 3.55
60 10.9 126 5.22 20 106 5.68
60 13.6 142 4.98 20 122 8.62
60 9.99 107 4.40 20 87 5.59
60 10.1 122 4.50 20 102 5.60
60 12.3 147 5.01 20 127 7.29
60 8.11 86 5.00 20 66 3.11
60 11.2 127 4.91 20 107 6.29
60 9.04 108 4.96 20 88 4.08
60 12.3 129 4.80 20 109 7.50
70 26 257 4.00 20 237 22.00
70 24.6 226 4.11 20 206 20.49
70 25.7 282 5.12 20 262 20.58
70 30.6 316 6.00 20 296 24.60
70 45.9 408 6.61 20 388 39.29
70 49.3 374 3.06 20 354 46.24
70 51.8 396 4.73 20 376 47.07
70 36.4 373 5.27 20 353 31.13
70 40.4 381 5.31 20 361 35.09
70 39.6 395 5.12 20 375 34.48
70 47 419 4.7 20 399 42.30
75 49.2 422 4.62 20 402 44.58
75 175 1090 4.92 20 1070 170.08







76

Lampiran 10. Data probabilitas 90%




Bulan Organik Turbiditas Warna Dosis
Januari 43.2 9.28 21.54 92.02
Februari 43.41 8.77 21.26 69.21
Maret 35.79 7.23 21.16 67.71
April 35.03 6.62 21.32 70.73
Mei 38.65 6.57 21.75 76.13
Juni 39.73 7.04 21.68 79.7
Juli 34.42 6.8 21.58 76.64
Agustus 29.57 6.35 21.27 69.92
September 35.44 6.3 22.02 83.88
Oktober 35.32 6.52 21.44 85.31
November 46.03 8.42 22 107.43
Desember 44.33 17.63 21.26 93.75

Вам также может понравиться