Вы находитесь на странице: 1из 32

CASE BASED DISCUSSION

ISCHIALGIA
Diajukkan untuk
Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Bagian Ilmu Penyakit Saraf
Di RSUD dr.H.Soewondo Kendal


Disusun oleh :
LISA RACHMAYANTI
01.208.5702

Pembimbing :
dr. Rr. EMMY KUSUMAWATI, Sp.S


KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT SARAF
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
DI RSUD Dr. H. SOEWONDO KENDAL
2013

BAB I
PENDAHULUAN



Trigeminal neuralgia merupakan suatu keluhan serangan nyeri wajah satu sisi yang
berulang. Disebut Trigeminal neuralgia karena nyeri di wajah ini terjadi pada satu atau lebih
saraf dari tiga cabang saraf Trigeminal. Saraf yang cukup besar ini terletak di otak dan
membawa sensasi dari wajah ke otak. Rasa nyeri disebabkan oleh terganggunya fungsi saraf
Trigeminal sesuai dengan daerah distribusi persarafan salah satu cabang saraf Trigeminal
yang diakibatkan oleh berbagai penyebab.
Serangan neuralgia trigeminal dapat berlangsung dalam beberapa detik sampai
semenit. Beberapa orang merasakan sakit ringan, kadang terasa seperti ditusuk. Sementara
yang lain merasakan nyeri yang cukup kerap, berat, seperti nyeri saat kena setrum listrik.
Prevalensi penyakit ini diperkirakan sekitar 107.5 pada pria dan 200.2 pada wanita
per satu juta populasi. Penyakit ini lebih sering terjadi pada sisi kanan wajah dibandingkan
dengan sisi kiri (rasio 3:2), dan merupakan penyakit pada kelompok usia dewasa (dekade
enam sampai tujuh). Hanya 10 % kasus yang terjadi sebelum usia empat puluh tahun.
Sumber lain menyebutkan, penyakit ini lebih umum dijumpai pada mereka yang berusia di
atas 50 tahun, meskipun terdapat pula penderita berusia muda dan anak-anak.
Trigeminal Neuralgia merupakan penyakit yang relatif jarang, tetapi sangat
mengganggu kenyamanan hidup penderita, namun sebenarnya pemberian obat untuk
mengatasi Trigeminal neuralgia biasanya cukup efektif. Obat ini akan memblokade sinyal
nyeri yang dikirim ke otak, sehingga nyeri berkurang, hanya saja banyak orang yang tidak
mengetahui dan menyalahartikan neuralgia trigeminal sebagai nyeri yang ditimbulkan
karena kelainan pada gigi, sehingga pengobatan yang dilakukan tidaklah tuntas.










BAB II
ISCHIALGIA
A. Defenisi
Iskhialgia adalah nyeri pada daerah tertentu sepanjang tungkai yang merupakan manifestasi
rangsangan saraf sensoris perifer dari nervus iskhiadikus (Sidharta,1999). Ahli lain berpendapat
bahwa iskialgia merupakan salah satu manifestasi dari nyeri punggung bawah yang dikarenakan
adanya penjepitan nervus iskiadikus. Iskialgia atau sciatika adalah nyeri yang menjalar (hipoestesia,
parestesia atau disastesia) ke bawah sepanjang perjalanan akar saraf iskidikus (Cailliet,1981).
B. Anatomi Fisiologi

Struktur utama dari tulang punggung adalah vertebrae, discus invertebralis, ligamen antara
spina, spinal cord, saraf, otot punggung, organ-organ dalam disekitar pelvis, abdomen dan
kulit yang menutupi daerah punggung.
Columna vertebralis (tulang punggung) terdiri atas :
1. Vertebrae cervicales 7 buah
2. Vertebrae thoracalis 12 buah
3. Vertebrae lumbales 5 buah
4. Vertebrae sacrales 5 buah
5. Vertebrae coccygeus 4-5 buah
Vertebra cervicales, thoracalis dan lumbalis termasuk golongan true vertebrae.
Pada vertebrae juga terdapat otot-otot yang terdiri atas :
1. Musculus trapezius
2. Muskulus latissimus dorsi
3. Muskulus rhomboideus mayor
4. Muskulus rhomboideus minor
5. Muskulus levator scapulae
6. Muskulus serratus posterior superior
7. Muskulus serratus posterior inferior
8. Muskulus sacrospinalis
9. Muskulus erector spinae
10. Muskulus transversospinalis
11. Muskulus interspinalis
Otot-otot tersebut yang menghubungkan bagian punggung ke arah ekstrremitas maupun yang
terdapat pada bagian punggung itu sendiri.Otot pada punggung memiliki fungsi sebagai
pelindung dari columna spinalis, pelvis dan ekstremitas. Otot punggung yang mengalami luka
mungkin dapat menyebabkan terjadinya low back pain.

Kedua syaraf sciatic (n. Ischiadicus) adalah syaraf terbesar dan terpanjang pada tubuh. masing-
masing hampir sebesar jari. Pada setiap sisi tubuh, syaraf sciatic menjalar dari tulang punggung
bawah ,dibelakang persendian pinggul, turun ke bokong dan dibelakang lutut. Disana syaraf sciatic
terbagi dalam beberapa cabang dan terus menuju kaki. Ketika syaraf sciatic terjepit, meradang, atau
rusak, nyeri-sciatica-bisa menyebar sepanjang panjnag syaraf sciatic menuju kaki. Sciatica terjadi
sekitar 5% pada orang
http://kuliahitukeren.blogspot.com/
C. Etiologi
Di tahun 1928, Yeoman menyebutkan bahwa 36% kasus ischialgia ditransmisikan melalui
musculus piriformis.
Terjadinya ischialgia disebabkan saraf ischiadikus yang mengalami tekanan oleh otot
piriformis bisa akibat trauma pada otot piriformis, hipertropi otot piriformis, inflamasi kronik,
bursitis tendon piriformis, dll, sehingga perjalanan impuls pada saraf ischiadikus serta
daerah-daerah yang dipersarafinya terganggu.

Pada beberapa orang, tidak ada penyebab yang bisa dikenali. Sebaliknya, penyebab tersebut
kemungkinan sebuah piringan yang hernia, proyeksi tidak teratur pada tulang, atau
pembengkakan disebabkan persendian yang keseleo. Jarang, spinal tenosis, penyakit paget,
kerusakan syaraf disebabkan diabetes (diabetic neuropathy), sebuah tumor, atau gumpalan
darah menyebabkan sciatica. Beberapa orang tampak mudah terkena sciatica.
Penyebab nyeri pinggang bawah bermacam-macam dan multifaktor. Di antaranya dapat
disebut :
1) KELAINAN KONGENITAL
Kelainan kongenital tidak merupakan penyebab nyeri pinggang bawah yang penting.
Kelainan kongenital yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah adalah :
a) Spondilolisis dan spondilolistesis
Pada Spondilolisis tampak bahwa sewaktu pembentukan korpus vertebrae itu ( in utero )
arkus vertebrae tidak bertemu dengan korpus vertebraenya sendiri.
Pada spondilolistesis korpus vertebrae itu sendiri ( biasanya L5 ) tergeser ke depan.
Walaupun kejadian ini terjadi sewaktu bayi itu masih berada dalam kandungan, namun ( oleh
karena timbulnya kelinan-kelainan degeneratif ) sesudah berumur 35 tahun, barulah timbul
keluhan nyeri pinggang. Nyeri pinggang ini berkurang / hilang bila penderita duduk atau
tidur. Dan akan bertambah, bila penderita itu berdiri atau berjalan.
Spondilolitesis dapat mengakibatkan tertekuknya radiks L5 sehingga timbul nyeri radikuler.
b) Spina Bifida
Bila di daerah lumbosakral terdapat suatu tumor kecil yang ditutupi oleh kulit yang berbulu,
maka hendaknya kita waspada bahwa didaerah itu ada tersembunyi suatu spina bifida okulta.
Pada foto rontgen tampak bahwa terdapat suatu hiaat pada arkus spinosus di daerah lumbal
atau sakral. Karena adanya defek tersebut maka pada tempat itu tidak terbentuk suatu
ligamentum interspinosum.
Keadaan ini akan menimbulkan suatu lumbo-sakral sarain yang oleh si penderita dirasakan
sebagai nyeri pinggang.
c) Stenosis kanalis vertebralis
Diagnosis penyakit ini ditegakkan secara radiologis. Walaupun penyakit telah ada sejak lahir,
namun gejala-gejalanya baru tampak setelah penderita berumur 35 tahun.
Gejala yang tampak adalah timbulnya nyeri radikuler bila si penderita jalan dengan sikap
tegak. Nyeri hilang begitu penderita berhenti jalan atau bila ia duduk. Untuk menghilangkan
rasa nyerinya maka penderita lantas jalan sambil membungkuk.
d) Spondylosis lumbal
Penyakit sendi degeneratif yang mengenai vertebra lumbal dan discus intervertebralis, yang
menyebabkan nyeri dan kekakuan.
e) Spondylitis.
Suatu bentuk degeneratif sendi yang mengenai tulang belakang . ini merupakan penyakit
sistemik yang etiologinya tidak diketahui, terutama mengenai orang muda dan menyebabkan
rasa nyeri dan kekakuan sebagai akibat peradangan sendi-sendi dengan osifikasi dan
ankilosing sendi tulang belakang.
2) TRAUMA DAN GANGGUAN MEKANIS
Trauma dan gngguan mekanis merupakan penyebab utam nyeri pinggang bawah. Pada orang-
orang yang tidak biasa melakukan pekerjaan otot atau sudah lama tidak melakukan kegiatan
ini dapat menderita nyeri pinggang bawah yang akut. Cara bekerja di pabrik atau di kantor
dengan sikap yang salah lama-lama nenyebabkan nyeri pinggang bawah yang kronis.
Patah tulang, pada orang yang umurnya sudah agak lanjut sering oleh karena trauma kecil
saja dapat menimbulkan fraktur kompresi pada korpus vertebra. Hal ini banyak ditemukan
pada kaum wanita terutam yang sudah sering melahirkan. Dalam hal ini tidak jarang
osteoporosis menjadi sebab dasar daripada fraktur kompresi. Fraktur pada salah satu prosesus
transversus terutama ditemukan pada orang-orang lebih muda yang melakukan kegiatan
olahraga yang terlalu dipaksakan.
Pada penderita dengan obesitas mungkin perut yang besar dapat menggangu keseimbangan
statik dan kinetik dari tulang belakang sehingga timbul nyeri pinggang.
Ketegangan mental terutama ketegangan dalam bidang seksual atau frustasi seksual dapat
ditransfer kepada daerah lumbal sehingga timbul kontraksi otot-otot paraspinal secara terus
menerus sehingga timbul rasa nyeri pinggang. Analog dengan tension headache maka nyeri
pinggang semacam ini dapat dinamakan tension backache.
Tidak jarang seorang pemuda mengeluh tentang nyeri pinggang, yang timbul karena adanya
anggapan yang salah yaitu bahwa karena seringnya melakukan onani di waktu yang lampau
lantas kini sumsum balakangnya telah menjadi kering dan nyeri.
3. RADANG ( INFLAMASI )
Artritis rematoid dapat melibatkan persendian sinovial pada vertebra. Artritis rematoid
merupakan suatu proses yang melibatkan jaringan ikat mesenkimal.
Penyakit Marie-Strumpell
Penyakit Marie-Strumpell, yang juga dikenal dengan nama spondilitis ankilosa atau bamboo
spine terutama mengenai pria dan teruta mengenai kolum vertebra dan persendian
sarkoiliaka. Gejala yang sering ditemukan ialah nyeri lokal dan menyebar di daerah pnggang
disertai kekakuan
( stiffness ) dan kelainan ini bersifat progresif.
4. TUMOR ( NEOPLASMA )
Tumor vertebra dan medula spinalis dapat jinak atau ganas. Tumor jinak dapat mengenai
tulang atau jaringan lunak. Contoh gejala yang sering dijumpai pada tumor vertebra ialah
adanya nyeri yang menetap. Sifat nyeri lebih hebat dari pada tumor ganas daripada tumor
jinak. Contoh tumor tulang jinak ialah osteoma osteoid, yang menyebabkan nyeri pinggang
terutama waktu malam hari. Tumor ini biasanya sebesar biji kacang, dapat dijumpai di
pedikel atau lamina vertebra. Hemangioma adalah contoh tumor benigna di kanalis spinal
yang dapat menyebabkan nyeri pinggang bawah. Meningioma adalah tumor intradural dan
ekstramedular yang jinak, namun bila ia tumbuh membesar dapat mengakibatkan gejala yang
besar seperti kelumpuhan
5. GANGGUAN METABOLIK
Osteoporosis akibat gangguan metabolik yang merupakan penyebab banyak keluhan nyeri
pada pinggang dapat disebabkan oleh kekurangan protein atau oleh gangguan hormonal
(menopause,penyakit cushing). Sering oleh karena trauma ringan timbul fraktur kompresi
atau seluruh panjang kolum vertebra berkurang karena kolaps korpus vertebra.penderita
menjadi bongkok dan pendek denga nyeri difus di daerah pinggang.
6. PSIKIS
Banyak gangguan psikis yang dapat memberikan gejala nyeri pinggang bawah.misalnya
anksietas dapat menyebabkan tegang otot yang mengakibatkan rasa nyeri,misalnya dikuduk
atau di pinggang;rasa nyeri ini dapat pula kemudian menambah meningkatnya keadaan
anksietas dan diikuti oleh meningkatnya tegang otot dan rasa nyeri.kelainan histeria,kadang-
kadang juga mempunyai gejala nyeri pinggang bawah.
Faktor resiko nyeri pinggang meliputi usia, jenis kelamin, berat badan, etnis, merokok
sigaret, pekerjaan, paparan getaran, angkat beban yang berat yang berulang-ulang,
membungkuk, duduk lama, geometri kanal lumbal spinal dan faktor psikososial. Pada laki-
laki resiko nyeri pinggang meningkat sampai usia 50 tahun kemudian menurun, tetapi pada
wanita tetap terus meningkat. Peningkatan insiden pada wanita lebih 50 tahun kemungkinan
berkaitan dengan osteoporosis.


D. Klasifikasi
Menurut Sidharta (1984), penyebab ischialgia dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a) Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer
Ischialgia sebagai perwujudan neuritis primer adalah adanya peradangan pada
saraf ischiadikus. Ischialgia ini sering berhubungan dengan diabetes melitus (DM),
masuk angin, flu, sakit kerongkongan dan nyeri pada persendian. Ischialgia ini dapat
disembuhkan dengan menggunakan NSAID (Non-Steroid Anti Inflammatory Drugs).
Gejala utama Neuritis Ischiadikus primer adalah adanya nyeri yang dirasakan berasal
dari daerah antara sacrum dan sendi panggul, tepatnya pada Foramen
Infrapiriforme atau Incisura Ischiatika dan menjalar sepanjang perjalanan n.
Ischiadikus dan lanjutannya pada n. Peroneus Communis dan n. Tibialis. Neuritis
Ischiadikus primer timbul akut, sub akut dan tidak berhubungan dengan nyeri
punggung bawah kronik. Neuritis Ischiadikus dapat diketahui dengan adanya nyeri
tekan positif pada n. Ischiadikus, m. Tibialis anterior dan m. Peroneus Longus.

b) Ischialgia sebagai perwujudan entrapment radikulitis dan radikulopati
Ischialgia ini dapat terjadi karena Nucleus Pulposus yang jebol ke dalam Kanalis
Vertebralis akibat Hernia Nucleus Pulposus (HNP, osteofit atau peradangan
(rematoid spondilitis angkilopoetika, herpes zoster, tuberkulosa) atau karena adanya
tumor pada kanalis vertebralis.
Pada kasus ini pasien akan merasakan nyeri hebat, dimulai dari
daerah lumbosacral menjalar menurut perjalanan n. Ischiadikus dan lanjutannya
pada n. Peroneus Communis dan n. Tibialis. Makin ke distal nyeri akan berkurang, ini
disebabkan karena radiks saraf yang terangsang sehingga nyeri yang dirasakan akan
berkurang. Ischialgia ini dikenal sebagai Ischialgia Disgonik.
Data-data yang dapat diperoleh untuk mengetahui adanya Ischialgia
Radikulopati antara lain: (1) Nyeri punggung (Low Back Pain), (2) Adanya
peningkatan tekanan di dalam ruang arachnoidal, seperti: batuk, bersin dan mengejan,
(3) Faktor trauma, (4) Lordosis Lumbosacral yang berkurang, (5) Adanya
keterbatasan Lingkup Gerak Sendi (LGS) lumbosacral, (6) Nyeri tekan
pada lamina L4, L5 dan S1, (7) Tes Laseque selalu positif, (8) Tes Nffiger hampir
selalu positif.

c) Ischialgia sebagai perwujudan dari entrapment neuritis
Ischialgia ini terjadi karena n. Ischiadikus terperangkap oleh proses patologis yang
terjadi di berbagai jaringan yang dilewatinya. Jaringan tersebut antara lain:
(1) Pleksus Lumbosakralis yang diinfiltrasi oleh sel-sel sarcoma
eproperitonial, karsinoma uteri dan ovari, (2) Garis persendian sakroiliaka dimana
bagian-bagian dari pleksus lumbosakralis sedang membentuk n.
Ischiadikus mengalami peradangan (sakrolitis), (3) Bursitis di sekitar trochantor
mayor femoris, (4) Bursitis pada bursa m. Piriformis, (5) Adanya metatasis
karsinoma prostat di tuber ischii.
Tempat dari proses patologi primer dari ischialgia ini dapat diketahui dengan adanya
nyeri tekan dan nyeri gerak. Nyeri tekan dapat dilakukan dengan penekanan langsung
pada sendi panggul, trochantor mayor, tuber ischii dan spina ischiadika. Sedangkan
nyeri gerak dapat diprovokasi dengan cara melakukan tes patrick dan kontra patrick.
Cara pelaksanaan dari tes patrick adalah pasien tidur terlentang dengan knee fleksi
dan tumit diletakkan di atas lutut tungkai yang satunya. Kemudian lutut yang fleksi
tadi ditekan ke bawah. Pemeriksaan ini bertujuan untuk merangsang nyeri pada sendi
panggul. Sedangkan tes kontra patrick kebalikan dari tes patrick, caranya knee fleksi
dengan arah gerakan endorotasi dan adduksi, kemudian knee didorong ke medial. Tes
ini untuk membuktikan adanya kelainan pada sendi sakroilliaka.


E. Patologi
Maggs (2010) berpendapat bahwa salah satu penyebab sindroma piriformis
adalah cedera. Otot piriformis sangat rentan untuk terjadi cedera berulang akibat
gerakan (repetitive motion injury / RMI). RMI terjadi apabila otot bekerja diluar
kemampuannya, atau tidak diberi cukup waktu untuk fase recovery, akibatnya, otot
menjadi memendek (Maggs, 2010).
Spasme yang terjadi pada musculus piriformis, selain mengiritasi dapat pula
menekan nervus ischiadicus. Hal tersebut terjadi karena apabila otot piriformis
memendek, maka n.ischiadicus terjebak. Akibatnya aliran / suplai darah ke .
ischiadicus pun terhambat, sedangkan iritasi terjadi akibat tekanan oleh otot piriformis
tersebut ( Cluett, 2004). Penekanan pada serabut N. Ischiadicus ini akan memberikan
perangsangan, sehingga akan menimbulkan nyeri yang bertolak dari daerah otot
piriformis menjalar sampai tungkai dan nyeri ini dirasakan hanya pada satu tungkai
saja, karena ada nyeri kemudian timbul spasme pada otot-otot yang dilewati
seperti m.Gluteus, m. Triscep Surae, m. Hamstring dan otot-otot para vertebra
lumbosakra.
Ischialgia oleh karena adanya penekanan saraf Ischiadicus menyebabkan nyeri seperti
sakit gigi (berdenyut ) seperti bisul mau pecah dan linu. Nyeri hebat dirasakan
bertolak dari daerah pantat dan menjalar menurut perjalanan nervus Ischiadicus dan
lalu pada nerves peroneus atau nervus tibialis.


F. Patofisiologi Nyeri Ischialgia
Nyeri merupakan suatu mekanisme perlindungan yang menyadarkan seseorang untuk
membuat tanggap rangsang yang memadai guna mencegah kerusakan lebih lanjut dari
jaringan yang bersangkutan (Parjoto, 2006). Menurut Taxonomi Committee
International Association for Study of Pain (IASP) dikutip oleh Basuki (2009), nyeri
adalah suatu pengalaman sensoris subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan
yang berkaitan dengan kerusakan jaringan baik yang aktual maupun potensial, atau
menggambarkan kondisi terjadinya kerusakan.
Nyeri timbul karena adanya stimulus yang mengaktifkan nosiseptor yang ada
dikulit, jaringan di bawah kulit dan organ visera. Stimulus yang dapat mengaktifkan
nosiseptor adalah stimulus mekanik, kimiawi maupun termal. Jaringan yang
mengalami inflamasi akan melepaskan substansi-substansi kalium, histamin,
asetilkolin, serotonin, prostalglandin, bradikinin dan substansi P dari ujung saraf
setempat. Zat-zat tersebut akan mengaktifkan nosiseptor dan nosiseptor akan
berhubungan dengan serabut saraf A- bermielin yang menghantarkan nyeri yang
tajam, menusuk dan jelas terlokalisir. Serabut saraf tipe C tidak bermielin sehingga
menghantarkan rasa terbakar , tidak mengenakkan, dan tidak terlokalisir. Nyeri bisa
terjadi bila ada stimulus yang memenuhi syarat yang dimediasi atau difasilitasi oleh
bahan kimia tertentu seperti leukotrin, prostalglandin, interleukin dan tromboksan
sehingga menimbulkan impuls nyeri atau impuls nosiseptif di nosiseptor yang dikenal
dengan proses tranduksi yang kemudian medulla spinalis, batang otak, mesensefalon,
korteks serebri dan korteks asosiasinya untuk kemudian disadari baik mengenai sifat,
lokasi, maupun berat ringannya ( Widiastuti, 1996 ).
Berdasarkan klasifikasinya nyeri dapat dikelompokan menjadi 4 tipe yaitu (1)
nyeri fisiologis, (2) nyeri nosiseptif atau nyeri inflamasi, (3) nyeri neuropatik, (4)
nyeri disfungsional ( Kuntono, 2007 ).Widiastuti (1996) mengelompokkan nyeri
menjadi ; (1) nyeri nosiseptif, (2) nyeri neuropatik, (3) nyeri idiopatik, (4) nyeri
psikogenik, (5) sindroma nyeri kronik.
Menurut Kuntono (2006) teori mekenisme nyeri ada 3 yaitu: (1) teori
spesifikasi, (2) Teori pola (pattern), (3) teori gerbang kontrol (gate control).
Teori spesifikasi ini mengemukakan bahwa reseptor dikhususkan untuk
menerima suatu stimulus yang spesifik, yang selanjutnya dihantarkan melalui serabut
A delta dan serabut tipe C di perifer dan traktus spinothalamikus di medulla spinalis
menuju ke pusat nyeri di thalamus. Teori ini tidak mengemukakan komponen
psikologis.
Teori pola ( pattern ) ini menyatakan bahwa elemen utama pada nyeri adalah
pola informasi sensoris. Pola aksi potensial yang timbul oleh adanya suatu stimulus
pada tingkat saraf perifer dan stimulus tertentu menimbulkan pola aksi potensial
tertentu. Pola aksi potensial untuk nyeri berbeda dengan pola untuk rasa sentuhan.
Melzack dan Wall (1965) yang dikutip oleh Kuntono (2006) mengemukakan
bahwa teori gerbang kontrol (gate control) merupakan teori yang dikembangkan dari
segi neuro fisiologi tentang penggolongan nyeri dari perifer maupun sentral. Konsep
dasarnya menggabungkan teori spesifik dan teori pola ditambah dengan interaksi
antra afferen perifer dan sistem modulasi yang berbeda di medulla spinalis
(substansia gelatinosa). Selain itu juga mengemukakan sistem modulasi descenden
(dari pusat ke perifer).
Ada beberapa tingkat dalam afferent dimana nyeri dapat dimodulasi yaitu: (1)
tingkat reseptor, (2) tingkat spinal, (3) tingkat supraspinal, dan (4) tingkat sentral
(Kuntono, 2000).
Pada tingkat reseptor ini sasaran modulasi pada reseptor di perifer. Modulasi
diperoleh dengan cara menurunkan ekstabilitas reseptor, menghilangkan faktor
perangsang reseptor misal dengan memperlancar proses pembuangan melalui
peredaran darah, serta menurunkan aktifitas gamma motor neuron misal dengan
pemanasan.
Pada tingkat spinal ini sasaran modulasi pada substantia gelatinosa (SG)
dengan tujuan memberikan inhibisi terhadap transmisi stimulus nyeri. Berdasarkan
teori gerbang control noleh Melzak dan Wall maka untuk dapat menghilangkan atau
mengurangi nyeri, SG harus diaktifkan sehingga gerbang menutup.
Pada tingkat supraspinal, kontrol nyeri dilakukan oleh peri aquaductal gray
matter (PAG) di mid brain. PAG mengirim stimulus ke nucleus raphe magnus (NRM)
hyang selanjutnya ke tanduk belakang medulla spinalis (PHC). NRM akan
menghambat afferent A delta. Selain itu NRM juga memacu timbulnya serotonin
PAG juga memodulasi nyeri melalui produksi endorphin di PHC dengan perantaraan
NRM. Melalui locus cerulus (LC) dan medial lateral para branchial nukleus PAG juga
memodulasi nyeri enchepalin di PHC.
Pada tingkat sentral ini komponen kognitif dan psikologis berperan didalam
memodulasi nyeri. Hal ini ditentukan oleh sikap seorang terhadap nyeri dan emosi
yang mengendalikan. Misal seorang tentara yang sedang perang tidak merasa nyeri
yang hebat meskipun menderita luka berat. Hal ini menunjukkan bahwa nyeri
meliputi dua aspek yaiti aspek sensoris dan aspek psikologis. Dengan demikian
susunan saraf pusat juga berperan dalam memodulasi nyeri.
Pada penderita iskialgia nyeri umumnya disebabkan oleh iritasi atau kompresi
radiks dorsalis di daerah lumbal. Kompresi atau iritasi juga menyebabkan nyeri
inflamasi yang kemudian diikuti oleh penekanan akson dan berakibat munculnya
nyeri neuropatik (Meliala, 2005). Menurut Kuntono (2009) patofisiologis nyeri
neuropatik terhadap sistem saraf tepi adalah serabut saraf akan terjadi injuri/cedera,
lalu terjadi oedema dan gumpalan darah terjadi pada interface topis lesi dan
selanjutnya letak cedera pada intraneural atau ekstraneural. Fungsi dari serabut saraf
akan terganggu oleh karena kerusakan sistem vaskuler (hipoksia pada akson, oedema
dan deterioration pada kapiler endothelium, dan fibrotik atau retreksi serabut saraf)


H. Tanda dan Gejala Klinis
a) Nyeri
Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan
eksistensinya diketahui bila seeorang merasakannya (Tamsuri, 2007)
Menurut International Association for Study of Pain (IASP), nyeri adalah sensori
subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat terkait dengan
kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan kondisi terjadinya
kerusakan.
Nyeri merupakan keluhan utama yang dirasakan pada penderita ischialgia. Pada kasus
ischialgia akibat spasme otot piriformis, nyeri berasal dari daerah pantat dan menjalar
menurut perjalanan n. ischiadicus dan selanjutnya pada n. tibialis dan n. peroneus
communis.
Adanya nyeri tersebut membuat pasien enggan menggerakkan badannya sehingga
lama-kelamaan akan menimbulkan keterbatasan gerak dan kelemahan otot.

b) Spasme Otot
Spasme otot sudah pasti terjadi pada daerah m. piriformis. Karena pada kasus ini
penyebabnya adalah spasme m. piriformis. Namun akibatnya juga bisa menimbulkan
spasme pada otot lain. Spasme biasanya mengenai m. erector spine dan pada m.
quadratus lumborum. Sering terdapat ketidakseimbangan tonus otot antara m. abductor
hip dan juga antar adductor hip. Pada m. hamstring juga kadang lebih tegang dari yang
lain.

c) Gangguan Aktifitas
Pada kasus ischialgia ini gangguan aktifitas terjadi karena pada tungkai yang sakit
mengalami penurunan kekuatan otot akibat nyeri sehingga kaki yang sehat menjadi
tumpuannya.

Gejala yang sering ditimbulkan akibat Ischialgia adalah: Nyeri punggung bawah,
Nyeri daerah bokong, Rasa kaku/ terik pada punggung bawah, Nyeri yang menjalar
atau seperti rasa kestrum, yang dirasakan dari bokong menjalar ke daerah paha, betis
bahkan sampai kaki, tergantung bagian saraf mana yang terjepit. Rasa nyeri sering
ditimbulkan setelah melakukan aktifitas yang berlebihan, terutama banyak
membungkukkan badan atau banyak berdiri dan berjalan. Rasa nyeri juga sering
diprovokasi karena mengangkat barang yang berat. Jika dibiarkan maka lama kelamaan
akan mengakibatkan kelemahan anggota badan bawah/ tungkai bawah yang disertai
dengan mengecilnya otot-otot tungkai bawah tersebut.


I. Komplikasi
Komplikasi yang dapat di timbulkan pada penderita ischialgia antara lain:
a) Kekakuan sendi terjadi akibat tungkai dan kaki jarang digerakkan dalam waktu yang
lama sehingga terjadi perlengketan jaringan dan kemampuan mobilitas sendi
menurun.
b) Atropi otot terjadi karena ada rasa nyeri sehingga otot tidak dikontraksikan. Hal ini
akan mempercepat proses atropi.
c) Kontraktur otot terjadi akibat tungkai dan kaki jarang digerakkan dalam waktu yang
lam asehingga terjadi perlengketan jaringan.
d) Deformitas dapat terjadi di vertebra (lordosis, skoliosis), tungkai bahkan kaki yang
disebabkan kebiasaan yang salah sebagai protaksi mengurangi nyeri.

J. Diagnosa
1. ANAMNESA
Beberapa pertanyaan yang dapat diajukan dalam menganamnesa pasien dengan
kemungkinan diagnosa Low Back Pain.
1. Apakah terasa nyeri ?
2. Dimana terasa nyeri ?
3. Sudah berapa lama merasakan nyeri ?
4. Bagaimana kuantitas nyerinya? (berat atau ringan)
5. Apa yang membuat nyeri terasa lebih berat atau terasa lebih ringan?
6. Adakah keluhan lain?
7. apakah dulu anda ada menderita penyakit tertentu?
8. bagaimana keadaan kehidupan pribadi anda?
9. bagaimana keadaan kehidupan sosial anda?
2. PEMERIKSAAN
Pemeriksaan fisik secara komprehensif pada pasien dengan nyeri pinggang meliputi
evaluasi sistem neurologi dan muskuloskeltal. Pemeriksaan neurologi meliputi
evaluasi sensasi tubuh bawah, kekuatan dan refleks-refleks
1. Motorik.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
a. Berjalan dengan menggunakan tumit.
b. Berjalan dengan menggunakan jari atau berjinjit.
c. Jongkok dan gerakan bertahan ( seperti mendorong tembok )
2. Sensorik.
a. Nyeri dalam otot.
b. Rasa gerak.
3.Refleks.
Refleks yang harus di periksa adalah refleks di daerah Achilles dan Patella, respon
dari pemeriksaan ini dapat digunakan untuk mengetahui lokasi terjadinya lesi pada
saraf spinal.
4. Test-Test
a. Test Lassegue
Pada tes ini, pertama telapak kaki pasien ( dalam posisi 0 ) didorong ke arah muka
kemudian setelah itu tungkai pasien diangkat sejauh 40 dan sejauh 90.

b. Test Patrick
Tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan pada sendi sakro iliaka.
Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi, eksorotasi dan ekstensi.


c. Test Kebalikan Patrick
Dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi, abduksi, endorotasi, dan ekstensi
meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan Patrick positif menunjukkan
kepada sumber nyeri di sakroiliaka.
PENUNJANG
FOTO
1.Plain

X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi, dan luka
degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah jarang dilakukan, sebab
sudah banyak peralatan lain yang dapat meminimalisir waktu penyinaran sehingga
efek radiasi dapat dikurangi.X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat
membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali X-ray
merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi nyeri punggung, dan
biasanya dilakukan sebelum melakukan tes penunjang lain seperti MRI atau CT scan.
Foto X-ray dilakukan pada posisi anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique
kanan dan kiri.

2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis spinal. Myelografi
merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang berwarna medium disuntikan ke kanalis
spinalis, sehingga struktur bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan
gambar X-ray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang
berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau untuk abses spinal.

3. Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance Imaging (MRI )
CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan untuk pemeriksaan
pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan ekstemitas. Gambar CT-scan seperti
gambaran X-ray 3 dimensi.
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih jelas daripada CT-
scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak mempunyai efek radiasi. MRI dapat
menunjukkan gambaran tulang secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI
dapat memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya pada

4. Electro Miography ( EMG ) / Nreve Conduction Study ( NCS )
EMG / NCS merupakan tes yang aman dan non invasif yang digunakan untuk
pemeriksaansaraf pada lengan dan kaki.
EMG / NCS dapat memberikan informasi tentang :
1. Adanya kerusakan pada saraf
2. Lama terjadinya kerusakan saraf ( akut atau kronik )
3. Lokasi terjadinya kerusakan saraf ( bagian proksimalis atau distal )
4. Tingkat keparahan dari kerusakan saraf
5. Memantau proses penyembyhan dari kerusakan saraf
Hasil dari EMG dan MRI dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi fisik pasien
dimana mungkin perlu dilakukan tindakan selanjutnya yaitu pambedahan.

K. Diagnosa Banding
a) Sindroma Stenosis Spinalis
Merupakan Ischialgia kedua sisi yang diakibatkan oleh penyempitan kanalis, sebab
tulang lamina dan periostenum menebal dan mengeras, ini akibat lanjutan
dari spondilosis, rasa tidak nyaman pada kedua tungkai yang menjalar sepanjang bagian
tulang belakang paha dan berkelanjutan ke bagian samping luar bawah, kalau berjalan
dalam waktu yang lama.

b) Sindroma Meralgia Parestetika
Merupakan parastesia yang dirasakan pada bagian anterolateral paha. Trauma,
peninggian pelvis sesisi karena pemendekan salah satu tungkai, duduk sila terlampau
lama, obesitas, kehamilan, penggunaan korset yang ketat atau tali pinggang yang terlalu
lebar merupakan factor etiologic yang bersifat mekanik dari munculnya sindroma
meralgia parastetika ini.

c) Sindroma Neuritis Obturatorius
Merupakan nyeri yang terasa berpangkal pada daerah medial inguinal dan menjalar
sepanjang medioventral dari paha. Jika hernia yang menjadi penyebabnya, maka rasa
nyeri itu dapat diprovokasi oleh bersin atau batuk.

d) Klaudikasio Intermitten
Merupakan nyeri yang menjalar pada tungkai satu sisi. Kedua sisi yang timbul sewaktu
berjalan kurang lebih 100 m. Bila dipakai untuk berjalan rasa sakit/nyeri itu timbul dan
rasa itu hilang sewaktu dipakai untuk istirahat, hal ini dsebabkan gangguan peredaran
darah pada tungkai.


L. Penatalaksanaan
Obat
1. Obat-obat analgesik
Obat-obat analgesik umumya dibagi menjadi dua golongan besar :
- Analgetik narkotik
Obat-obat golongan ini terutama bekerja pada susunan saraf digunakan untuk
menghilangkan rasa sakit yang berasal dari organ viseral. Obat golongan ini hampir
tidak digunakan untuk pengobatan LBP karena bahaya terjadinya adiksi pada
penggunaan jangka panjang. Contohnya : Morfin, heroin, dll.
- Analgetik antipiretik
Sangat bermanfat untuk menghilangkan rasa nyeri mempunyai khasiat anti piretik,
dan beberapa diantaranya juga berkhasiat antiinflamasi. Kelompok obat-obat ini
dibagi menjadi 4 golongan :
a) Golongan salisilat
Merupakan analgesik yang paling tua, selain khasiat analgesik juga mempunyai
khasiat antipiretik, antiinflamasi, dan antitrombotik. Contohnya : Aspirin
Dosis Aspirin : Sebagai anlgesik 600 900 mg, diberikan 4 x sehari
Sebagai antiinflamasi 750 1500 mg, diberikan 4 x sehari
Kontraindikasi : Penderita tukak lambung
Resiko terjadinya pendarahan
Gangguan faal ginjal
Hipersensitifitas
Efek samping : Gangguan saluran cerna
Anemia defisiensi besi
Serangan asma bronkial
b) Golongan Paraaminofenol
Paracetamol dianggap sebagai analgesik-antipiretik yang paling aman untuk
menghilangkan rasa nyeri tanpa disertai inflamasi.
Dosis terapi : 600 900 mg, diberikan 4 x sehari
c) Golongan pirazolon
Dipiron mempunyai aceptabilitas yang sangat baik oleh penderita, lebih kuat dari
pada paracetamol, dan efek sampingnya sangat jarang.
Dosis terapi : 0,5 1 gram, diberikan 3 x sehari
d) Golongan asam organik yang lain
Derivat asam fenamat
Yang termasuk golongan ini misalnya asam mefenamt, asam flufenamat, dan Na-
meclofenamat.Golongan obat ini sering menimbulkan efek samping terutama
diare.Dosis asam mefenamat sehari yaitu 4500 mg,sedangkan dosis Na-
meclofenamat sehari adalah 3-4 kali 100 mg.
Derivat asam propionat
Golongan obat ini merupakan obat anti inflamasi non steroid (AINS) yang relatif
baru, yang juga mempunyai khasiat anal getik dam anti piretik. Contoh obat
golongan ini misalnya ibuprofen, naproksen, ketoprofen, indoprofen dll.
Derifat asam asetat
Sebagai contoh golonagn obat ini ialah Na Diklofenak. Selain mempunyai efek anti
inflamasi yang kuat, juga mempunyai efek analgesik dan antipiretik. Dosis terapinya
100-150 mg 1 kali sehari.
Derifat Oksikam
Salah satu contohnya adalah Piroxicam, dosis terapi 20 mg 1 kali sehari.
Fisioterapi
a. Terapi Panas
Terapi menggunakan kantong dingin kantong panas. Dengan menaruh sebuah
kantong dingin di tempat daerah punggung yang terasa nyeri atau sakit selama 5-10
menit. Jika selama 2 hari atau 48 jam rasa nyeri masih terasa gunakan heating pad
(kantong hangat).
b. Elektro Stimulus
- Acupunture
Menggunakan jarum untuk memproduksi rangsangan yang ringan tetapi cara ini tidak
terlalu efisien karena ditakutkan resiko komplikasi akibat ketidaksterilan jarum yang
digunakan sehingga menyebabkan infeksi.
- Ultra Sound
Untuk menghangatkan

- Radiofrequency Lesioning
Dengan menggunakan impuls listrik untuk merangsang saraf
- Spinal Endoscopy
Dengan memasukkan endoskopi pada kanalis spinalis untuk memindahkan atau
menghilangkan jaringan scar.
- Percutaneous Electrical Nerve Stimulation (PENS)
- Elektro Thermal Disc Decompression
- Trans Cutaneous Electrical Nerve Stimulation ( TENS )
Menggunakan alat dengan tegangan kecil.
c. Traction
Helaan atau tarikan pada badan ( punggung ) untuk kontraksi otot.

d. Pemijatan atau massage
Dengan terapi ini bisa menghangatkan, merileksi otot belakang dan
melancarkan
perdarahan.
Operasi
Tipe operasi yang dilakukan oleh dokter bedah tergantung pada tulang
belakang/punggung pasien. Biasanya prosedurnya menyangkut pada
LAMINECTOMY yang mana menghendaki bagian yang dinagkat dari vertebral arch
untuk memperoleh kepastian apa penyebab dari LBP pasien. Jika disc menonjol atau
bermasalah, para ahli bedah akan melakukan bagian laminectomy untuk mencari tahu
vertebral kanal, mengidentisir ruptered disc ( disc yang buruk ), dan mengambil atau
memindahkan bagian yang baik dari disc yang bergenerasi, khususnya kepingan atau
potongan yang menindih saraf.
Ahli bedah mungkin mempertimbangkan prosedur kedua yaitu SPINAL FUSION,
jika si pasien merasa membutuhkan keseimbangan di bagian spinenya. Spinal fusion
merupakan operasi dengan menggabungkan vertebral dengan bone grafts. Kadang
graft tersebut dikombinasikan dengan metal plate atau dengan alat yang lain.
Ada juga sebagian herniated disc ( disc yang menonjol ) yang dapat diobati dengan
teknik PERCUTANEOUS DISCECTOMY, yang mana discnya diperbaiki menembus
atau melewati kulit tanpa membedah dengan menggunakan X-ray sebagai pemandu.
Ada juga cara lain yaitu CHEMONEUCLOLYSIS, cara ini menggunakan
penyuntikan enzim-enzim ke dalam disc. Cara ini sudah jarang digunakan.
Larangan
a. Berdiri terlalu lama tanpa diselingi gerakan seperti jongkok.
b. Membawa beban yang berat.
c. Duduk terlalu lama.
d. Memakai sepatu hak tinggi.
e. Menulis sambil membungkuk terlalu lama.
f. Tidur tanpa menggunakan alas di permukaan yang keras atau menggunakan
kasur yang terlalu empuk.
Anjuran
a. Posisikan kepala dititik tertinggi, bahu ditaruh sedikit kebelakang.
b. Duduk tegak 90 derajat.
c. Gunakanlah sepatu yang nyaman.
d. Jika ingin duduk dengan jangka wqktu yang lama, istirahatkan kaki di lantai atau
apa saja yang mnurut anda nyaman.
e. Jika mempunyai masalah dengan tidur, taruhlah bantal di bawah lutut atau jika
tidur menyamping, letakkanlah bantal diantara kedua lutut.
f. Hindari berat badan yang berlebihan.
g. Ketika memerlukan berdiri dalam waktu lama salah satu kaki diletakkan diatas
supaya sudut ferguson tidak terlalu besar ( sudut ferguson adalah sudut kemiringan
sakrum dengan garis horisontal )
























BAB III
LAPORAN KASUS

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Jumrotun
Jenis kelamin : Perempuan
Usia : 46 tahun
Status : Menikah
Agama : Islam
Alamat : Weleri, Kendal

II. DATA SUBYEKTIF
ANAMNESA
A. Keluhan Utama : Nyeri pada wajah sebelah kiri
B. Riwayat penyakit Sekarang
1. Onset: sejak 2 minggu yang lalu
2. Kualitas: Nyeri diakui pasien seperti ditusuk-tusuk dan terasa panas
menjalar pada pipi, dahi, sekitar mata ,dan rahang bawah sebelah kiri.
3. Kuantitas: Nyeri dirasakan pasien terus menerus hampir setiap hari
4. Faktor memperberat: Nyeri diakui pasien semakin terasa jika tersentuh
5. Faktor memperingan: Nyeri dirasa sedikit berkurang ketika malam hari
atau untuk tidur.
6. Gejala penyerta: Keluhan pada wajah sebelah kanan disangkal pasien.
Keluhan kelainan pada pendengaran disangkal
7. Kronologis: Awalnya nyeri hanya dirasakan pada pipi kiri dan rahang
bawah sebelah kiri serta terasa kurang dari lima menit namun lama
kelamaan nyeri menjalar hingga ke sekitar mata kiri dan dirasakan hampir
sepanjang hari.


C. Riwayat Penyakit Dahulu
- Belum pernah sakit seperti ini sebelumnya
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat hiperkolesterol (-)
- Riwayat trauma (-)
- Riwayat herpes (-)
- Riwayat konsumsi alkohol (-)
D. Riwayat Penyakit Keluarga
- tidak ada keluarga yang sakit seperti ini
- Riwayat hipertensi (-)
- Riwayat DM (-)
- Riwayat penyakit jantung (-)
- Riwayat hiperkolesterol (-)
E. Riwayat Sosial Ekonomi
Biaya pengobatan pasien ditanggung oleh ASKES
Kesan ekonomi : sedang

DATA OBYEKTIF
1. Status Present
a. Keadaan umum : baik
b. Kesadaran : composmentis E4V5M6
c. Tanda-tanda vital
- Tekanan Darah : 120/80
- HR : 80 x/menit
- RR : 22x/menit
- Suhu : 36,5
0
C
d. Status internus
- Kepala : Mesocephal
- Mata : pupil: isokor ; refleks cahaya +/+
- Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe -, kaku kuduk (-),
rangsang meningeal (-).
- Thorax hemithorax dextra et sinistra simetris
Jantung : BJ I, II reguler, murmur(-), galops (-)
Paru : SD vesikuler, rhonki -/-, wheezing -/-
- Abdomen
Inspeksi : datar; Auskultasi: Bising usus + normal; perkusi: timpani;
palpasi : nyeri tekan (-)
e. Status Psikis
- Cara berpikir : realistik
- Perasaan hati : eutimik
- Tingkah laku : normoaktif
- Ingatan : cukup
f. Status Neurologis
- Kepala
Bentuk : mesochepale
Nyeri tekan: -
Simetris : simetris kanan-kiri
Pulsasi : -
- Leher
Sikap : normal
Pergerakan : normal
Kaku kuduk : normal
g. Saraf kepala kanan kiri
- N.I (Olfaktorius) normal normal
- N.II (Optikus) normal normal
- N.III(Occulomotorius) normal normal
- N. IV (Troklearis) normal normal
- N.V (Trigeminus)
Sensorik: N. Ophtalmicus normal hiperestesi
N. Maxilaris normal hiperestesi
N. Mandibularis normal hiperestesi
Motorik : Gerakan membuka dan Menutup mulut baik
- N.VI (Abducens) normal normal
- N VII (Fascialis) normal normal
- N. VIII (Vestibulocochlearis) normal normal
- N. IX (Glossofaringeus ) normal normal
- N. X (Vagus) normal normal
- N.XI (Asesorius) normal normal
- N. XII (Hipoglosus) normal normal

Motorik Superior Inferior
Gerakan
Bebas/bebas Bebas/ bebas
Kekuatan
5/5 5/5

Tonus
N/N N/N
Klonus
-/- -/-
Ref. Fisiologis
N.N N.N
Ref. Patologis
-/- -/-









BAB IV
DIAGNOSA
DIAGNOSA KLINIS : Neuralgia Trigeminal
DIAGNOSA TOPIK : N. Trigeminus sinistra
DIAGNOSA ETIOLOGI : Idiopatik
Usulan Pemeriksaan Penunjang :
- Darah rutin
- Lemak : kolesterol, HDL/LDL, Trigleserida, Asam urat
- CT Scan/MRI













BAB V
PEMBAHASAN

Dari hasil anamnesis ditemukan:
Pasien wanita berusia 46 tahun datang ke poliklinik saraf RSUD Dr.H.Soewondo
Kendal dengan keluhan nyeri pada wajah sebelah kiri sejak 2 minggu yang lalu.
Keluhan nyeri pada wajah sebelah kiri dirasakan menjalar pada pipi, dahi , sekitar
mata ,dan rahang bawah sebelah kiri. Nyeri diakui pasien seperti ditusuk-tusuk
dan terasa panas terutama jika tersentuh. Nyeri dirasakan pasien terus menerus
hampir setiap hari.
Pada Pemeriksaan fisik didapatkan
N V (N. Trigeminus) sinistra
Sensorik : N. Ophtalmicus : hiperestesi
N. Maxilaris : hiperestesi
N. Mandibularis : hiperestesi
Motorik : Gerakan membuka dan Menutup mulut baik









BAB VI
TERAPI DAN PROGNOSIS
TERAPI
Carbamazepin 3 x 100 mg
Na Diclovenac 2 x 50 mg
B1 1 x 100 mg
B6 1 x 1
B12 1 x 1
EDUKASI
- Minum obat secara teratur
- Kontrol rutin
- Menjelaskan penyakit pada keluarga pasien
PROGNOSIS
- Quo ad Vitam : bonam
- Quoa ad Sanam : bonam
- Quo ad Fungsional : bonam

DAFTAR PUSTAKA
Kuntono, Heru Purbo. 2009. Nyeri Neuropatik pada Kondisi Neuromuskuloskeletal : Seminar dan
Pelatihan Nasional Nyeri Muskuloskeletal.

Mardiman, Sri. 2001. Modulasi Nyeri dan Mekanisme Penguran Nyeri dengan Modalitas Fisioterapi.
Makalah disajikan dalam Pelatihan Penatalaksanaan Fisioterapi Komprehensif pada Nyeri, RSOP
Surakarta 7-10 Maret.

Mardjono, Mahar dan Priguna Sidharta. 1988. Neurologi Klinis Dasar. Jakarta: PT. Dian Rakyat.

Sidharta, Priguna. 1984. Sakit Neuromuskuloskeletal dalam Praktek Umum. Jakarta:PT. Dian Rakyat.

Tamsuri, A. 2007. Konsep dan Penatalaksanaan Nyeri. Jakarta: EGC.

Wibowo, R.S. 2010. Sindroma Piriformis / Piriformis Syndrome.
(Online). http://one4share.blogspot.com/
http://imphysicaltherapist.blogspot.com/2013/03/ischialgia-akibat-spasme-otot-
piriformis.html
http://fisioterapishartanto.blogspot.com/2011/11/ischialgiaiskhialgia.html
Lumbantobing SM, Tjokronegoro A, Junada A. Nyeri Pinggang Bawah. Jakarta. Fakultas .
Kedokteran Universitas Indonesia. 1983
Nursamsu, Handono Kalim. Diagnosis dan Penatalaksanaan Nyeri Pinggang. Malang.
Lab./SMF Ilmu Penyakit Dalam FK Universitas Brawijaya. 2004
Dorland, W.A. Newman. Kamus Kedokteran Dorland. Jakarta. EGC. 2002

Вам также может понравиться