Вы находитесь на странице: 1из 10

Selvi Anggun S (160110110091)

1

Halogen dan Halogen Releasing Compound
Halogen dan halogen releasing compound termasuk beberapa dari
senyawa antimicrobial yang paling efektif untuk disinfeksi dan antisepsis. Iodine
dan klorin merupakan halogen yang paling efektif. Halogen releasing compound
merupakan bahan aktif dalam beberapa antiseptic obat kumur yang digunakan
untuk control plak dan perawatan gingivitis.
Klorin
Klorin banyak digunakan oleh bagian kesehatan masyarakat sebagai
disinfektan air. Klorin bersifat bakterisidal, fungisidal, virusidal, dan amebisid.
Sebagai disinfektan, klorin relatif lebih murah, mudah, dan efektif.
1. Cara Kerja Klorin
Klorin dapat membunuh bakteri dalam waktu 15 hingga 30
detik pada konsentrasi 0.10 hingga 0.25 ppm. Klorin di dalam air akan
berubah menjadi asam klorida. Zat ini kemudian dinetralisasi oleh sifat
basa dari air sehingga akan terurai menjadi ion hidrogen dan ion
hipoklorit.

Klorin sebagai disinfektan terutama bekerja dalam bentuk asam
hipoklorit (HOCl) dan sebagian kecil dalam bentuk ion hipoklorit
(OCl
-
). Asam hipoklorit ini lah yang nantinya akan mempengaruhi
enzim-enzim metabolik dari mikroorganisme menyebabkan kematian
mikroorganisme tersebut. Klorin dapat bekerja dengan efektif sebagai
desinfektan jika berada dalam air dengan pH sekitar 7. Jika nilai pH
lebih dari 8,5 maka 90% dari asam hipoklorit akan mengalami ionisasi
menjadi ion hipoklorit. Dengan demikian, khasiat desinfektan yang
dimiliki klorin akan menjadi lemah atau berkurang.
Selvi Anggun S (160110110091)

2

2. Keuntungan penggunaan klorin :
a. Biaya penggunaan klorin lebih hemat dibandingkan metode
disinfeksi lainnya
b. Residu klorin yang tersisa di air limbah dapat memperpanjang
disinfeksi
c. Disinfeksi menggunakan klorin dapat diandalkan dan efektif
terhadap spektrum yang luar dari mikroorganisme.
d. Dosis yang fleksibel memungkinkan kontrol disinfeksi yang
lebih besar mengingat karakteristik air limbah dapat bervariasi
dari waktu ke waktu.
e. Klorin dapat menghilangkan bau tidak sedap

3. Kerugian penggunaan klorin :
a. Residu klorin meskipun pada konsentrasi yang kecil, memiliki
efek toksik sehingga terkadang dibutuhkan deklorinasi
b. Semua bentuk klorin korosif dan beracun
c. Klorin mengoksidasi bahan organik dalam air limbah, dan
terkadang menciptakan senyawa yang dapat berbahaya bagi
manusia dan lingkungan
d. Beberapa mikroorganisme menunjukan adanya resistensi
terhadap dosis rendah klorin
e. Efek jangka panjang dari pemakaian senyawa untuk deklorinasi
ke lingkungan tidak diketahui.

4. Prinsip Pemberian Klorin
Terdapat beberapa prinsip yang pelu diperhatikan ketika
melakukan proses klorinasi, antara lain:
a. Air harus jernih dan tidak keruh karena kekeruhan pada air
akan menghambat proses klorinisasi
Selvi Anggun S (160110110091)

3

b. Kebutuhan klorin harus diperhitungkan secara cermat agar
dapat dengan efektif mengoksidasi bahan-bahan organik dan
dapat membunuh kuman patogen
c. Tujuan klorinisasi pada air adalah untuk mempertahankan sisa
klorin sebesar 0,2 mg/l didalam air. Nilai tersebut merupakan
margin of safety (nilai batas keamanan) pada air untuk
membunuh kuman patogen yang mengontaminasi pada saat
penyimpanan dan pendistribusian air.
d. Dosis klorin yang tepat adalah jumlah klorin dalam air yang
dapat dipakai untuk membunuh kuman patogen serta untuk
mengoksidasi bahan organik.

5. Efek Samping
Paparan klorin dengan tingkat yang rendah dapat menyebabkan
iritasi kulit dan mata. Paparan yang lebih tinggi dapat menyebabkan
ulserasi dan luka bakar kima. Jika tertelan, kerusaka korosif akan
terjadi di saluran pencernaan. Apabila terhirup, akan memberikan
beberapa efek terhadap tubuh, inhalasi ringan menyebabkan iritasi
kulit dan mata, sakit tenggorokan, dan batuk. Konsentrasi yang lebih
tinggi dapat menyebabkan sesak dada, dyspnea, dan bronkospasme.
Paparan yang lebih parah dapat menyebabkan edema paru non-
kardiogenik dan bahkan kematian.
Lithium dan Kalsium Hipoklorit
Keduanya merupakan chlorinated lime yang digunakan sebagai
desinfektan air (proses klorinasi). Penggunaan utamanya adalah untuk mengontrol
alga,bakteri dan jamur air kolam renang, dan kolam air panas. Lithium hipoklorit
memiliki keuntungan yaitu aplikasinya yang lebih praktis, dan tingkat
keamanannya yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan kalsium hipoklorit,
namun memiliki kelemahan yaitu harganya yang cukup mahal.
Selvi Anggun S (160110110091)

4

1. Keamanan dalam Penggunaan
Baik kalsium hipoklorit maupun lithium hipoklorit keduanya
merupakan substansi yang berbahaya, dapat menyebabkan iritasi mata dan
juga kulit, oleh karenanya, pada saat proses penggunaan yang harus
diperhatikan adalah penggunaan sarung tangan dan juga kaca mata
pengaman.

2. Bentuk Penyimpanan
Harus disimpan di tempat yang sejuk, gelap, tertutup dan juga wadah atau
tempat yang tahan terhadap korosi.

Sodium Hipoklorit (NaOCl)
Sodium hipoklorit merupakan cairan irigasi saluran akar yang palng sering
digunakan secara luas. Ia juga biasa ditemukan didalam cairan pembersih, dan
penjernih air. Sodium hipoklorit memiliki aktivitas antimikrobial yang tinggi.
1. Cara Kerja
Didalam sodium hipoklorit terdapat asam hipokorit, dimana asam
ini adalah agen yang bertanggung jawab atas inaktivasi dari bakteri dengan
cara mengganggu fosforilasi oksidatif dan juga membran sel bakteri serta
mengganggu sintesis DNA dari bakteri.

2. Indikasi
Sodium hipoklorit digunakan untuk proses penjernihan air,
mencegah dan mengobati infeksi pada kulit dan jaringan, dan dapat
digunakan sebagai cairan irigasi di kedokteran gigi.

3. Kontraindikasi
Alergi terhadap sodium hipoklorit dan senyawa klorin.

Selvi Anggun S (160110110091)

5

4. Efek Samping
Dapat menyebaban iritasi mata, iritasi kulit dan reaksi alergi seperti
ruam gatal-gatal, kesulitan bernafas, sesak di dada, pembengkakan mulut,
wajah, bibir, atau lidah.

5. Kegunaan dalam Kedokteran Gigi
Pada kedokteran gigi sodium hipoklorit biasa digunakan sebagai
bahan irigasi untuk saluran akar dengan konsentrasi 0.5 6 %. Kombinasi
sodium hipoklorit dengan chlorhexidine dapat meningkatkan aktivitas
antimikroba keduanya. Penggunaan kombinasi sodium hipoklorit dan
chlorhexidine dengan konsentrasi NaOCl 2,5% dan CHX 0,2% dianjurkan
untuk penggunaan irigasi saluran akar
.
6. Cara Penyimpanan
Stabilitas solusi hipoklorit akan berkurang dalam keadaan pH
rendah, adanya ion metalik, adanya paparan cahaya, tempat penyimpanan
yang terbuka, dan temperatur tinggi.
Oleh karena itu penyimpanan sodium hipoklorit harus pada tempat
atau wadah yang kedap udara, light-proof (polythene atau gelas opak) dan
juga disimpan pada keadaan temperatur yang sejuk. Hindari penggunaan
wadah dari metal.
Iodine
Senyawa iodine memiliki sejarah yang sudah lama yaitu sejak awal tahun
1800an sebagai antiseptik dan disinfektan. Iodine relatif tidak toxic dan tidak
korosif, aktivitasnya tidak diinhibisi dengan adanya kompon organic dan memiliki
aktivitas spectrum luas. Iodine mendekati agen antimikrobial yang ideal. Biasa
digunakan sebagai iodine elemental (dengan potassium iodide atau sodium iodide
yang ditambah untuk meningkatkan solubilitas) dalam solusi aqueous atau
tincture (solusi alcohol), iodine memiliki kekurangan yaitu merubah warna dan
material lainnya, memiliki bau, dan menimbulkan nyeri pada luka yang terbuka.
Selvi Anggun S (160110110091)

6

Iodine bersifat bakterisid, sporosid, fungisid, dan virusidal. Efektif juga terhadap
bakteri gram positif dan gram negatif. Iodium bersifat poten dan kerjanya cepat.
Pada kulit, tingtur iodine akan membunuh bakteri kulit (kadar 1% dalam 90 detik,
kadar 5% dalam 60 detik, dan kadar 7% dalam 15 detik).
1. Cara Kerja Iodine
Peran iodine sebagai antimikroba diduga berhubungan dengan
kemampuannya berpenetrasi dinding sel mikroorganisme dan
kemampuannya mempengaruhi struktur dan fungsi dari enzim bakteri dan
merusak fungsi sel bakteri dengan menghalangi pengikatan hidrogen dan
mengubah struktur membran.
2. Penggunaan Dalam Terapi
a. Tingtur iodine terutama digunakan untuk desinfektan kulit.
b. Iodine dalam air (larutan) efektif dengan konsentrasi 0,5-2% untuk
luka dan abrasi kulit, sedangkan yang 0,1% digunakan untuk irigasi.
c. Larutan iodine 2% dalam gliserin digunakan untuk membran
mukosa.
d. Tingtur iodine biasanya efektif untuk infeksi kulit yang disebabkan
oleh bakteri atau fungi.
e. Larutan iodine konsentrasi tinggi bersifat keratolitik.
f. Kadang-kadang tingtur iodine digunakan untuk pemersihan air yang
terkontaminasi oleh ameba, bakteri, dan giardia.

3. Penggunaan dalam kedokteran gigi
Larutan iodine dapat diaplikasikan pada mukosa mulut, gigi, atau
rubber dam untuk tujuan antibakteri. Namun, dapat menyebabkan iritasi
mukosa, menghasilkan sensasi panas atau gatal-gatal, atau pembentukan
blister. Iodine juga dapat menghasilkan noda pada mukosa mulut, gigi,
rubber dam, akrilik, dan restorasi porselen. Noda ini dapat dihapus dengan
alkohol.
Selvi Anggun S (160110110091)

7


4. Toksisitas Iodine
Iodine dalam air bersifat kurang toksis, tetapi pemberian pada kulit
dengan konsentrasi tinggi (7%) menyebabkan kulit terbakar. Kadang-
kadang menyebabkan reaksi alergi yang disertai demam dan beberapa
gambaran erupsi kulit. Intoksikasi yang fatal dapat terjadi bila terminum
30-250 ml karena tingtur iodine bersifat korosif pada saluran cerna, serta
efek sistemiknya dapat menimbulkan syok karena kehilangan cairan dari
saluran cerna, hipoksia jaringan, dan kadang-kadang terjadi keracunan
etanol.

Iodofor
Pembentukan iodofor (iodine atau triiodide kompleks dengan polimer
alami seperti polyvinyl pyrrolidone atau glikol polieter) mengarah pada
penerimaan iodine sebagai disinfektan. Iodofor memiliki sedikit atau tidak sama
sekali bau, meningkatkan solubilitas iodine, dan mengurangi perubahan warna
permukaan.
Povidone Iodine
1. Indikasi
a. Infeksi di mulut atau tenggorokan
b. Luka ringan, luka lecet, luka bakar dan luka pasca operasi
c. Pencegahan infeksi luka
d. Kandidiasis vagina

2. Kontraindikasi
a. Hipersensitivitas terhadap iodine
b. Penyakit tiroid
c. Gagal ginjal
d. Luka bakar yang luas
Selvi Anggun S (160110110091)

8


3. Farmakokinetik
Povidone iodine diabsorpsi melalui kulit. Penyerapan sistemik
tergantung pada status dan penggunaan obat (luas, kulit, membran
mukosa, luka, rongga dalam tubuh). Iodine diekskresikan oleh ginjal.

4. Efek samping
Penggunaan perawatan dalam jangka panjang dapat menimbulkan
fungsi kelenjar tiroid yang abnormal, insufisiensi hati dan ginjal,
peritonitis kimiawi, neutrogena, dan sebagainya. Iritasi lokal dan
sensitivitas (jarang terjadi), aplikasi pada area yang luas dengan kulit tidak
berambut akan menyebabkan efek sistemik saat absorbsi iodine.

5. Dosis dan Administrasi
a. Obat kumur: bilas mulut dengan larutan povidone iodine (1%) 10mL
selama 30 detik, tidak boleh digunakan selama lebih dari 14 hari.
b. Antiseptik topikal: Bersihkan kulit yang terkena dan kering. Usap luka
dengan kapas lembut yang telah diaplikasikan povidone iodine (5-
10%). Bisa ditutup dengan kasa atau perban perekat.
c. Pembersih Kulit: Tuangkan sejumlah kecil di telapak tangan dan
encerkan dengan air. Aplikasikan pada kulit selama 15 detik. Bilas
bersih dengan air.
d. Cream: Kulit yang terkena harus dibersihkan dan dikeringkan.
Aplikasikan dan tutup dengan perban. Betadine cream dapat digunakan
sesering yang diperlukan. Untuk pengobatan luka bakar setiap 8 jam;
dalam perawatan lain, biasanya digunakan satu kali sehari.
e. Salep: Kulit yang terkena harus dibersihkan dan dikeringkan.
Aplikasikan dan tutup dengan perban. Jika perlu, Betadine salep dapat
digunakan sesering yang diperlukan.

6. Penggunaan dalam Kedokteran Gigi
Selvi Anggun S (160110110091)

9

Povidone iodine merupakan kombinasi dari polyvinylpyrrolidone
dan iodine, biasa digunakan untuk mencegah infeksi pada kulit. Di
kedokteran gigi povidone iodine bisa digunakan sebagai bahan irigasi di
poket periodontal, untuk gingivitis, dan untuk oral ulcer.


















Selvi Anggun S (160110110091)

10

Daftar Pustaka


Chandra, Budiman. 2005. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC
Hiremath, SS. 2007. Textbook of Preventive and Community Dentistry. New
Delhi: Elsevier.
Weinberg, Mea & Stuart Froum. 2013. The Dentists Drug and Prescription
Guide. Danvers: Wiley-Blackwell.
Yagiella, John A. 2011. Pharmacology and Therapeutics for Dentistry. Missouri :
Mosby Elsevier.
www.mims.com

Вам также может понравиться