Вы находитесь на странице: 1из 26

Oleh

Arif rahman H, S.Ked


Bagoes ario bimo, S.Ked

Pembimbing
Dr. Andre Steven Tjahya, Sp.KFR
Bells Palsy adalah suatu kelumpuhan akut nervus fasialis perifer
yang tidak diketahui penyebabnya.
Sir Charles Bell (1821) meneliti beberapa penderita dengan
wajah asimetrik.
Rehabilitasi Medik pada penderita BP
membantu memperlancar vaskularisasi,
pemulihan kekuatan otot-otot fasialis
mengembalikan fungsi yang terganggu akibat kelemahan
otot-otot fasialis sehingga penderita dapat kembali
melakukan aktivitas kerja sehari-hari dan bersosialisasi
dengan masyarakat.


Bells Palsy (BP) adalah kelumpuhan fasialis perifer akibat proses
non-supuratif, non-neoplastik, non-degeneratif primer maupun
sangat mungkin akibat edema jinak pada bagian nervus
fasialis di foramen stilomastoideus atau sedikit proksimal dari
foramen tersebut, yang mulainya akut dan dapat sembuh
sendiri tanpa pengobatan.
Di Amerika Serikat ditemukan 23 penderita BP pada 100.000
penduduk per tahun.
Semua umur
pria dan wanita hampir sama.
Sering ditemukan adanya riwayat terekspos udara dingin atau
paparan angin yang terus-menerus.
Ada 4 teori yang dihubungkan dengan etiologi Bells palsy yaitu:
1. Teori Iskemik vaskuler
gangguan regulasi sirkulasi darah di kanalis fasialis.
2. Teori Infeksi virus
Herpes Simplex Virus (HSV), yang terjadi karena proses
reaktivasi dari HSV (khususnya tipe 1).
3. Teori herediter
kanalis fasialis yang sempit pada keturunan atau keluarga
tersebut, sehingga menyebabkan predisposisi untuk terjadinya
paresis fasialis.
4. Teori imunologi
terjadi akibat reaksi imunologi terhadap infeksi virus yang
timbul sebelumnya atau sebelum pemberian imunisasi.

Hingga kini belum ada kesesuaian pendapat. Teori yang
dianut saat ini yaitu teori vasculer. Pada BP terjadi iskemi
primer N7 yang disebabkan vasodilatasi pembuluh darah
yang terletak antara N7 dan dinding kanalis facialis.
Sebab vasodilatasi ini bermacam-macam, antara lain;
infeksi virus dan proses imunologi.

Iskemi primer yang terjadi menyebabkan gangguan
mikrosirkulasi intraneural yang menimbulkan iskemi
sekunder dengan akibat gangguan fungsi N7.
Terjepitnya N7 di daerah foramen stylomastoideus pada BP
bersifat akut oleh karena foramen stylomastoideus merupakan
Neuron Lesion bangunan tulang keras.

Perubahan patologik yang ditemukan pada N7 sebagai
berikut:
Tidak ditemukan perubahan patologik kecuali edema
Terdapat demielinisasi atau degenerasi myelin
Terdapat degenerasi akson
Seluruh jaringan saraf dan jaringan penunjang rusak

Perubahan patologik ini bergantung kepada beratnya
kompresi
Manifestasi klinik BP khas dengan memperhatikan riwayat
penyakit dan gejala kelumpuhan yang timbul.
Pada anak 73% didahului ISPA yang erat hubungannya
dengan cuaca dingin
Perasaan nyeri, pegal,linu dan rasa tidak enak pada telinga
atau sekitarnya sering merupakan gejala awal yang segera
diikuti oleh gejala kelumpuhan otot wajah berupa:

Dahi tidak dapat dikerutkan atau lipat dahi hanya terlihat
pada sisi yang sehat
Kelopak mata tidak dapat menutupi bola mata pada sisi
yang lumpuh (lagoptalmus)
Gerakan bola mata pada sisi yang lumpuh lambat, disertai
bola mata berputar ke atas bila memejamkan mata(
fenomena Bell Sign)
Sudut mulut tidak dapat diangkat, lipat nasolabialis
mendatar pada sisi yang lumpuh dan mencong ke sisi yang
sehat
Selain gejala-gejala diatas, dapat juga ditemukan gejala lain
yang menyertai antara lain: gangguan fungsi pengecap,
hiperakusis dan gangguan lakrimasi
Anamnesis :
Rasa nyeri
Gangguan atau kehilangan pengecapan.
Riwayat pekerjaan dan adakah aktivitas yang
dilakukan pada malam hari di ruangan terbuka
atau di luar ruangan.
Riwayat penyakit yang pernah dialami oleh
penderita seperti infeksi saluran pernafasan, otitis,
herpes, dan lain-lain.
Pemeriksaan :
Pemeriksaan neurologis ditemukan parese N.VII tipe
perifer.
Gerakan volunteer yang diperiksa, dianjurkan
memakai skala Ugo Fisch untuk mengevaluasi
kemajuan motorik penderita Bells palsy.
Posisi Nilai Persentase (%) Skor
Istirahat
20
Mengerutkan
dahi
10
Menutup mata
30
Tersenyum
30
Bersiul
10
Total
Penilaian presentase:
0% : asimetris komplit, tidak ada gerakan volunter
30% : simetri, poor/jelek, kesembuhan yang ada
lebih dekat ke asimetris komplit dari pada simetris
normal.
70% : simetris, fair/cukup, kesembuhan parsial yang
cenderung ke arah normal.
100% : simetris, normal komplit.
Grade I. Normal
Fungsi fasial normal, simetri pada semua area





Grade II. Disfungsi Ringan
Kelemahan ringan yang hanya dapat terlihat dengan
pemeriksaan yang teliti.
Dapat menutup mata sempurna dengan sedikit usaha
Asimetris ringan ketika tersenyum dengan usaha maksimal











Grade III. Disfungsi Sedang
Jelas terlihat kelemahan, tetapi tidak terlihat mencolok.
Bisa tidak mampu mengangkat alis mata
Dengan usaha keras dapat menutup mata sempurna tetapi
gerakan mulut asimetris.




Grade IV. Disfungsi Sedang- Berat
Jelas terlihat kelemahan
Tidak dapat mengangkat alis mata
Tidak dapat menutup mata dengan sempurna meskipun
dengan usaha yang maksimal


Grade V. Disfungsi Berat
Hanya sedikit gerakan yang terlihat
Asimetris saat istirahat




Grade VI Paralisis Total
Tidak ada gerakan sama sekali



Semua paralisis N VII perifer yang bukan BP
Kelumpuhan N VII sentral
Herpes zooster ootikus
Otitis Media supurativa dan mastoiditis
Trauma capitis
GBS
Miastenia Gravis
SOL Intrakranial
Bergantung pada derajat kerusakan N VII.
anak 90% akan mengalami penyembuhan tanpa gejala
sisa.
75-90% Sembuh spontan (minggu atau dalam 1-2 bulan)
Jika dengan medikamentosa dan Fisioterapi selama 3 minggu
belum mengalami penyembuhan, besar kemungkinan akan
terjadi gejala sisa berupa kontraktur otot-otot wajah, dan
sinkinesis.
Crocodile tear phenomenon

Synknesis
Hemifacial spasme
Kontraktur
Terapi medikamentosa: Golongan kortikosteroid sampai
sekarang masih kontroversi juga dalam diberikan neurotropik.
Terapi operatif : Tindakan bedah dekompresi masih kontroversi.
Rehabilitasi Medik
Tujuan
Mengurangi/mencegah paresis menjadi bertambah
Membantu mengatasi problem sosial serta psikologinya agar
penderita tetap dapat melaksanakan aktivitas kegiatan sehari-
hari

Program Fisioterapi
Pemanasan
Stimulasi listrik
Latihan otot-otot wajah dan massage wajah
Program Terapi Okupasi
Program Sosial Medik
Program Psikologik
Program Ortotik Prostetik
Kompres hangat daerah sisi wajah yang sakit selama 20 menit.
Massage wajah yang sakit ke arah atas dengan
menggunakan tangan dari sisi wajah yang sehat .
Latihan tiup lilin, berkumur, makan dengan mengunyah disisi
yang sakit, minum dengan sedotan, mengunyah permen karet.
Perawatan mata: 1) Beri obat tetes mata (golongan artifial
tears) 3x sehari; 2) Memakai kacamata gelap sewaktu
berpergian siang hari; 3) Biasakan menutup kelopak mata
secara pasif sebelum tidur.

Вам также может понравиться