Вы находитесь на странице: 1из 23

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN
LUKA BAKAR PADA ANAK



Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Keperawatan Anak




Disusun Oleh :

Arifin Silegar
Asep Chandra Nugraha




PROGRAM S1 KEPERAWATAN
STIKES BUDI LUHUR
CIMAHI
2014
i

KATA PENGANTAR


Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah Keperawatan Anak yang membahas tentang Asuhan Keperawatan Luka
Bakar Pada Anak ini dengan tepat pada waktunya.
Diharapkan makalah ini dapat bermanfaat baik dan serta mudah-mudahan
dapat memberikan wawasan dan pengetahuan khususnya bagi penyusun
umumnya dan bagi pembacanya.
Namun kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna,
oleh karena itu kami harapkan kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat
membangun demi kesempurnaan makalah ini.


Cimahi, Mei 2014

Penyusun

ii

KATA PENGANTAR

KATA PENGANTAR .................................................................................. i
DAFTAR ISI ................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar belakang ....................................................................... 1
B. Tujuan .................................................................................... 2
BAB II TINAJAUN TEORI
A. Pengertian ............................................................................. 3
B. Etiologi ................................................................................. 4
C. Patofisiologi .......................................................................... 4
D. Jenis-jenis Luka Bakar .......................................................... 6
E. Penilaian Derajat Luka Bakar ................................................ 9
F. Luas Luka Bakar .................................................................. 10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................. 18
B. Saran ....................................................................................... 18
DAFTAR PUSTAKA














iii






BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter,
jenis yang beratmemperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif
tinggi dibandingkan dengan cederaoleh sebab lain .Biaya yang dibutuhkan
juga cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab lukabakar selain karena
api ( secara langsung ataupun tidak langsung ), juga karena pajanan suhutinggi
dari matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api (misalnya tersiram panas) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga.(Sjamsuhidajat, 2005 )
The National Institute of Burn Medicine yang mengumpulkan data-
data statistik dariberbagai pusat luka bakar di seluruh AS mencatat bahwa
sebagian besar pasien (75%) merupakan korban dari perbuatan mereka sendiri.
Tersiram air mendidih pada anak- anak yangbaru belajar berjalan, bermain-
main dengan korek api pada usia anak sekolah, cedera karenaarus listrik pada
remaja laki- laki, penggunaan obat bius, alkohol serta rokok pada orang
dewasasemuanya ini turut memberikan kontribusi pada angka statistik tersebut
(Brunner & Suddarth,2001)
Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena
pada kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan
yang lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa
menimbulkan kecacatan yang menetap, sehingga penanganan luka bakar
sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari tim spesialis bedah (bedah
plastik, bedah toraks, bedah anak), intensitas, spesialis penyakit dalam
2

(khususnya hematologi, gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikolog, namun celakanya seringkali
menimpa orang-orang yang tidak mampu.
Luka bakar pada penatalaksanaan antara anak dan dewasa pada
prinsipnya sama namun pada anak akibat luka bakar dapat menjadi lebih
serius. Hal ini disebabkan anak memiliki lapisan kulit yang lebih tipis, lebih
mudah untuk kehilangan cairan, lebih rentan untuk mengalami hipotermia
(penurunan suhu tubuh akibat pendinginan).
Prognosis dan penangangan luka bakar terutama tergantung pada
dalam dan luasnya permukaan luka bakar; dan penanganan sejak fase awal
sampai penyembuhan. Selain itu faktor letak daerah yang terbakar, usia, dan
keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan penyembuhan.
Oleh karena itu, semua orang khususnya orangtua, harus meningkatkan
pengetahuan mengenai luka bakar dan penanganannya, terutama pada anak-
anak.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tujuan umum peneliti adalah memberikan asuhan keperawatan
pada pasien luka bakar sesuai dengan diagnosa yang muncul.
2. Tujuan Khusus
Secara khusus peneliti bertujuan agar mahasiswa :
a. Dapat melakukan pengkajian dengan cara mencari data subyektif dan
data obyektif pada pasien luka bakar.
b. Dapat menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien luka bakar
berdasarkan data yang didapatkan.
c. Dapat menyusun rencana asuhan keperawatan pada pasien luka bakar.
d. Dapat melakukan tindakan keperawatan pada pasien luka bakar
e. Dapat melakukan evaluasi pada pasien luka bakar.



3




4

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Pengertian
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang
disebabkan oleh energi panas atau bahan kimia atau benda-benda fisik yang
menghasilkan efek baik memanaskan atau mendinginkan.Luka bakar
(combustio) adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan
kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan
radiasi (Moenajat, 2001).
Luka bakar merupakan ruda paksa yang disebakan oleh tehnis.
Kerusakan yang terjadi pada penderita tidak hanya mengenai kulit saja, tetapi
juga organ lain. Penyebab ruda paksa tehnis ini berupa api, air, panas, listrik,
bahkan kimia radiasi, dll. Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas
kulit atau mukosa terputus akibat trauma api, air panas, uap metal, panas, zat
kimia dan listrik atau radiasi.
Luka bakar adalah luka yang disebabkan kontak dengan suhu tinggi
seperti api, air panas, bahkan kimia dan radiasi, juga sebab kontak dengan
suhu rendah (frosh bite). (Mansjoer 2000 : 365).
Apabila luka bakar digolongkan berdasarkan usia pasien dan jenis
cedera maka polanya adalah:
1. Toddler lebih sering menderita luka bakar akibat tersiram air panas
2. Anak-anak yang lebih besar lebih cenderung mengalami luka bakar akibat
api
3. 20% dari semua kasus pediatrik dapat disebabkan oleh penganiaan anak
(Herndon dkk,1996)
4. Anak-anak yang bermain korek api atau pemantik api menyebbabkan 1
dari 10 kasus kebakaran rumah.
Luasnya destruksi jarinang ditentukan dengan mempertimbangkan
intensitas sumber panas, durasi kontak atau pajanan, konduktifitas jariangan
yang terkena, ddan kecepatan energi panas meresap kedalam kulit. Pajanan
singkat terhadap panas berintensitas tinggi akibat api dapat mengakibatkan
5

luka bakar yang sama dengan luka bakar akibat pajanan lama terhadap panas
berintensitas dalam air panas (Wong, 2008).

B. Etiologi
Luka bakar disebabkan oleh perpindahan energi dari sumber panas
ketubuh. Panas tersebut mungkin dipindankan melalui konduksi atau radiasi
elektromagnetik. Berbagai faktor dapat menjadi penyebab luka bakar.
Beratnya luka bakar juga dipengaruhi oleh cara dan lamanya kontak dengan
sumber panas (misal suhu benda yang membakar, jenis pakaian yang terbakar,
sumber panas : api, air panas dan minyak panas), listrik, zat kimia, radiasi,
kondisi ruangan saat terjadi kebakaran dan ruangan yang tertutup.
Faktor yang menjadi penyebab beratnya luka bakar antara lain :
1. Keluasan luka bakar
2. Kedalaman luka bakar
3. Umur pasien
4. Agen penyebab
5. Fraktur atau luka luka lain yang menyertai
6. Penyakit yang dialami terdahulu seperti diabetes, jantung, ginjal, dll
7. Obesitas
8. Adanya trauma inhalasi

C. Patofisiologi
Cedera panas menghasilkan efek lokal dan efek sistemik yang
berkaitan dengan luasnya destruksi jaringan. Pada luka bakar suferfisial,
kerusakan jaringan minimal. pada luka bakar ketebalan/sebagian terjadi edema
dan kerusakan kapiler yang lebih parah. Dengan luka bakar mayor lebih dari
30% TBSA, terdapat respons sistemik yang menyebabkan peningkatan
permeabilitas kapiler, yang memungkinkan protein plasma, cairan, dan
elektroloit hilang. Pembentukan edema maksimal pada luka kecil terjadi
sekitas 8 sampai 12 jam setelah cedera. Setelah cedera yang lebih besar,
hipovolemia, yang dikaitkan dengan fenomena tersebut, akan melambatakan
6

laju pementukan edema, dengan efek maksimum terjadi pada 18 sampai 24
jam.
Respon sistemik lainnya adalah anemia, yang disebbakn oleh
penghancuran sel darah merah secara langsung oleh panas, hemolisis sel darah
merah yang cedera, dan terjebaknya sel darah merah dalam trombi
mikrovaskular sel-sel yang rusak. Peneurunan jumlah sel-sel darah merah
dalam jangka-panjang dapat mengakibatkan pengurangan masa hidup sel
darah merah. Pada awalnya terdapat peningkatan aliran darah ke jantung, otak,
dan ginjal dengan penurunan aliran darah ke saluran gastrointestinal.
Terrdapat peningkatan metabolisme untuk mempertahankan panas tubuh, yang
disediakan untuk memenuhi peningkatan kebutuhan energi tubuh.(Wong,
2008)
Fisiologi syok pada luka bakar akibat dari lolosnya cairan dalam
sirkulasi kapiler secara massive dan berpengaruh pada sistem kardiovaskular
karena hilangnya atau rusaknya kapiler, yang menyebabkan cairan akan lolos
atau hilang dari compartment intravaskuler kedalam jaringan
interstisial. Eritrosit dan leukosit tetap dalam sirkulasi dan menyebabkan
peningkatan hematokrit dan leukosit. Darah dan cairan akan hilang melalui
evaporasi sehingga terjadi kekurangan cairan.
Kompensasi terhadap syok dengan kehilangan cairan maka tubuh
mengadakan respon dengan menurunkan sirkulasi sistem gastrointestinal yang
mana dapat terjadi ilius paralitik, tachycardia dan tachypnea merupakan
kompensasi untuk menurunkan volume vaskuler dengan meningkatkan
kebutuhan oksigen terhadap injury jaringan dan perubahan sistem. Kemudian
menurunkan perfusi pada ginjal, dan terjadi vasokontriksi yang akan berakibat
pada depresi filtrasi glomerulus dan oliguri.
Repon luka bakar akan meningkatkan aliran darah ke organ vital dan
menurunkan aliran darah ke perifer dan organ yang tidak vital. Respon
metabolik pada luka bakar adalah hipermetabolisme yang merupakan hasil
dari peningkatan sejumlah energi, peningkatan katekolamin; dimana terjadi
peningkatan temperatur dan metabolisme, hiperglikemi karena meningkatnya
pengeluaran glukosa untuk kebutuhan metabolik yang kemudian terjadi
7

penipisan glukosa, ketidakseimbangan nitrogen oleh karena status
hipermetabolisme dan injury jaringan. Kerusakan pada sel daerah merah dan
hemolisis menimbulkan anemia, yang kemudian akan meningkatkan curah
jantung untuk mempertahankan perfusi. Pertumbuhan dapat terhambat oleh
depresi hormon pertumbuhan karena terfokus pada penyembuhan jaringan
yang rusak.
Pembentukan edema karena adanya peningkatan permeabilitas kapiler
dan pada saat yang sama terjadi vasodilatasi yang menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dalam kapiler. Terjadi pertukaran elektrolit yang
abnormal antara sel dan cairan interstisial dimana secara khusus natrium
masuk kedalam sel dan kalium keluar dari dalam sel. Dengan demikian
mengakibatkan kekurangan sodium dalam intravaskuler.
Skema berikut menyajikan mekanisme respon luka bakar terhadap
injury pada anak dan perpindahan cairan setelah injury thermal.
1. Dalam 24 jam pertama
Luka Bakar
Meningkatnya permeabilitas kapiler
Hilangnya plasma, protein, cairan dan elektrolit dari volume sirkulasi
ke dalam rongga interstisial : hypoproteinemia, hyponatremia,
hyperkalemia
Hipovolemi
Syok
2. Mobilisasi kembali cairan setelah 24 jam
Edema jaringan yang terkena luka bakar
Compartment intravaskular
Hypervolemia, hypokalemia, hypernatremia

D. Jenis-jenis Luka Bakar
1. Luka bakar listrik
Cedera listrik yang disebabkan oleh aliran listrik dirumah
merupakan insiden tertinggi pada anak-anak yang masih kecil, yang sering
8

memasukkan bnda konduktif kedalam colokan listrik dang menggigit atau
mengisap kabel listrik yang tersambung (Herndon, dkk,1996)
Disebabkan oleh kontak dengan sumber tenaga bervoltage tinggi
akibat arus listrik dapat terjadi karena arus listrik mengaliri tubuh karena
adanya loncatan arus listrik atau karena ledakan tegangan tinggi antara lain
akibat petir. Arus listrik menimbulkan gangguan karena rangsangsan
terhadap saraf dan otot. Energi panas yang timbul akibat tahanan jaringan
yang dilalui arus menyebabkan luka bakar pada jaringan tersebut. Energi
panas dari loncatan arus listrik tegangan tinggi yang mengenai tubuh akan
menimbulkan luka bakar yang dalam, arus bolak balik menimbulkan
rangsangan otot yang hebat berupa kejang kejang. Urutan tahanan
jaringan dimulai dari yang paling rendah yaitu saraf, pembuluh darah, otot,
kulit, tendo dan tulang. Pada jaringan yang tahanannya tinggi akan lebih
banyak arus yang melewatinya, maka panas yang timbul akan lebih tinggi.
Karena epidermisnya lebih tebal, telapak tangan dan kaki mempunyai
tahanan listrik lebih tinggi sehingga luka bakar yang terjadi juga lebih berat
bila daerah ini terkena arus listrik.
Ada dua jenis luka bakar listrik:
a. Luka bakar listrik kecil, yang biasanya ditimbulkan oleh gigitan kabel
penyambung. Cedera ini menyebabkan luka bakar mulut setempat,
biasanya meliputi bibir atas dan bawah, yang berhubungan langsung
dengan kabel peyambung. Karena bukan merupakan cedera konduksi (
tidak meluas keluar dari tempat cedera), anak tidak perlu rawat inap
dan perawatan ditujukan pada daerah cedera yang kelihatan.
Pengobatan dengan krem antibiotic sudah cukup.
b. Karakteristik luka bakar listri yang lebih penting adalah luka bakar
kabel tegangan tinggi. Penderuta harus dimandokkan tampa
memandang luasnya daerah yang terbakar. Sering terjadi cedera otot
dalam yang tidak selalu dapat dilihat pada awal terjadinya cedera luka
bakar. Cedera ii biasanya barasal dari tegangan tinggi ( > 1000 volt).
Misalnya pada anak kecil yang memanjat tiang listrik dank arena
9

keingintahuannya menyentuh kotak listrik atau secara tidak segaja
menyentuh kabel listrik tegangan tinggi. (Bherman,1996).

2. Luka bakar kimia
Luka bakar akibat zat kimia teramati pada populai pediatrik dan
dapat menyebabkan luka bakar yang luas. Tingkat keparahna cedera
dikaitkan dengan agen kimia (asam, basa, atau senyawa organik) dan durasi
kontak. Mekanisme cedera berbada dengan luka bakar lainnya,
perbedaannya yaitu terdapat gangguan kimia dan perubahan kandungan
fisik pada area tubuh yang terkena (Wong, 2008).
Luka bakar kimia dapat disebabkan oleh zat asam, zat basa dan zat
produksi petroleum. Luka bakar alkali lebih berbahaya daripada oleh asam,
karena penetrasinya lebih dalam sehingga kerusakan yang ditimbulkan
lebih berat. Sedang asam umumnya berefek pada permukaan saja. Zat
kimia dapat bersifat oksidator sepert kaporit, kalium permanganate dan
asam kromat. Bahan korosif seperti fenol dan fosfor putih juga larutan basa
seperti kalium hidroksida dan natrium hidroksida menyebabkan denaturasi
protein. Denaturasi akibat penggaraman dapat disebabkan oleh asam
formiat, asetat, tanat, flourat, dan klorida. Asam sulfat merusak sel karena
bersifat cepat menarik air. Beberapa bahan dapat menyebabkan keracunan
sistemik. Asam florida dan oksalat dapat menyebabkan hipokalsemia.
Asam tanat, kromat, pikrat dan fosfor dapat merusak hati dan ginjal kalau
diabsorpsi tubuh. Lisol dapat menyebabkan methemoglobinemia.
3. Luka bakar radiasi
Luka bakar radiasi disebabkan oleh terpapar dengan sumber
radioaktif. Tipe injuri ini seringkali berhubungan dengan penggunaan
radiasi ion pada industri atau dari sumber radiasi untuk keperluan
terapeutik pada dunia kedokteran. Terbakar oleh sinar matahari akibat
terpapar yang terlalu lama juga merupakan salah satu tipe luka bakar
radiasi.


10

E. Penilaian Derajat Luka Bakar
Kedalaman luka bakar dapat dibagi ke dalam 4 kategori (lihat tabel 3)
yang didasarkan pada elemen kulit yang rusak.
1. Superficial (derajat I), dengan ciri-ciri sbb:
a. Hanya mengenai lapisan epidermis
b. Luka tampak pink cerah sampai merah (eritema ringan sampai berat)
c. Kulit memucat bila ditekan
d. Edema minimal
e. Tidak ada blister
f. Kulit hangat/kering
g. Nyeri / hyperethetic
h. Nyeri berkurang dengan pendinginan
i. Discomfort berakhir kira-kira dalam waktu 48 jam
j. Dapat sembuh spontan dalam 3-7 hari
2. Partial thickness (derajat II), dengan ciri sbb.:
a. Partial tihckness dikelompokan menjadi 2, yaitu superpicial partial
thickness dan deep partial thickness
b. Mengenai epidermis dan dermis
c. Luka tampak merah sampai pink
d. Terbentuk blister
e. Edema
f. Nyeri
g. Sensitif terhadap udara dingin
h. Penyembuhan luka :
1) Superficial partial thickness : 14 21 hari
2) Deep partial thickness : 21 28 hari (Namun demikian
penyembuhannya bervariasi tergantung dari kedalaman dan ada
tidaknya infeksi).
3. Full thickness (derajat III)
a. Mengenai semua lapisan kulit, lemak subcutan dan dapat juga
mengenai permukaan otot, dan persarafan dan pembuluh darah
11

b. Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan
coklat atau hitam
c. Tanpa ada blister
d. Permukaan luka kering dengan tektur kasar/keras
e. Edema
f. Sedikit nyeri atau bahkan tidak ada rasa nyeri
g. Tidak mungkin terjadi penyembuhan luka secara spontan
h. Memerlukan skin graft
i. Dapat terjadi scar hipertropik dan kontraktur jika tidak dilakukan
tindakan preventif
4. Fourth degree (derajat IV)
a. Mengenai semua lapisan kulit, otot dan tulang.

F. Luas Luka Bakar
Luas cedera luka bakar digambarkan dalam persentase TSBA. Luas
luka bakar paling efektif ditentukan denggan menggunakan bagan yang
dirancang sesuai dengan usia. Pengukuran akan lebih efisien dengan
menggunakan bagan yang dirancang untuk mengukur proporsi tubuh pada
anak dengan usia berbeda. Berbagai metode dalam menentukan luas luka
bakar :
1. Rumus Sembilan (Rule of Nines)
Estimasi luas permukaan tubuh yang terbakar disederhanakan
dengan menggunakan Rumus Sembilan. Rumus Sembilan merupakan cara
yang cepat untuk menghitung luas daerah yang terbakar. Sistem tersebut
menggunakan persentase dalam kelipatan sembilan terhadap permukaan
tubuh yang luas.
Merupakan cara yang baik dan cepat untuk mengukur luas luka
bakar pada orang dewasa. Tubuh dibagi menjadi area 9%, dan total daerah
yang terkena luka bakar dapat dihitung. Tetapi cara ini tidak akurat pada
anak-anak. Pada anak dan bayi digunakan rumus lain karena luas relatif
permukaan kepala anak jauh lebih besar dan luas relatif permukaan kaki
lebih kecil. Karena perbandingan luas permukaan bagian tubuh anak kecil
12

berbeda, dikenal rumus 10 untuk bayi dan rumus 10-15-20 untuk anak.
Untuk anak, kepala dan leher 15 %, badan depan dan belakang masing-
masing 20 %, ekstremitas atas kanan dan kiri masing-masing 10 %,
ekstremitas bawah kanan dan kiri masing-masing 15 %.

gambar rumus sembilan (rule of nines) pada anak-anak

2. Metode Lund and Browder
Metode yang lebih tepat untuk memperkirakan luas permukaan
tubuh yang terbakar adalah metode Lund dan Browder yang mengakui
bahwa persentase luas luka bakar pada berbagai bagian anatomik,
khususnya kepala dan tungkai, akan berubah menurut pertumbuhan.
Dengan membagi tubuh menjadi daerah-daerah yang sangat kecil dan
memberikan estimasi proporsi luas permukaan tubuh untuk bagian-bagian
tubuh tersebut, kita bisa memperoleh estimasi tentang luas permukaan
tubuh yang terbakar. Evaluasi pendahuluan dibuat ketika pasien tiba di
rumah sakit dan kemudian direvisi pada hari kedua serta ketiga paska luka
bakar karena garis demarkasi biasanya baru tampak jelas sesudah periode
tersebut.
13

Tabel ini, apabila digunakan dengan benar, merupakan cara yang
paling akurat. Tabel ini mengkompensasi variasi bentuk tubuh dengan
umur, sehingga dapat memberikan perhitungan luas luka bakar yang
akurat pada anak-anak.


Metode Lund and Browder

3. Metode Telapak Tangan
Pada banyak pasien dengan luka bakar yang menyebar, metode
yang dipakai untuk memperkirakan persentase luka bakar adalah metode
telapak tangan (palm method). Lebar telapak tangan pasien kurang lebih
sebesar 1% luas permukaan tubuhnya. Lebar telapak tangan dapat
digunakan untuk menilai luas luka bakar.

14

4. Komplikasi
Anak yang mengalami cedera panas rentan mengalami komplikasii
serius, baik dari luka maupun dari perubahan sistemik akibat cedera.
Ancaman yang paling cepat mengancam jiawa anak berkaitan dengan
gangguan jalan nafas dan syok. Selam penyembuhan, infeksi-baik lokal
maupun sepsis sitemik-merupkan komplikasi utama. Angka kematian
akibat trauma panas pada anak-anak meningkat seiring dengan keparahan
cedera dan menurun seiring dengan pertambahan usia.pada nak-anak yang
berusia lebih dari 3 tahun, angka mortalitas sama dengan dewasa. Dibawah
usia ini, angka keselamtan anak yang menderita luka bkar dan komplikasi
penyertaannya berkurang secara bermakna.
Cedera pennafasan yang tidak teralalu tampak adalah inhalasi
karbon monoksida. Karbon monoksida memiliki kemampuan mengikat
hemoglomin lebih besar daari pada oksigen. Dengan demikian
menghilangkan oksigen yang diperlukan oleh jaringan feriper dan oragan-
organ yang bergantung pada oksigen( seperti jantung dan otak) utnuk
bertahan hidup. Terapi untuk mengatasi kedua masalah tersebut adalah
oksigen 100%, yang akan membalik kondisi dengan cepat.
Masalah paru merupakan penyebab utama kematian pada anak-
anak yang mengalami luka bakar panas atau komplikasi dalam saluran
pernafaan. Maslah pernafasan mencakup cedera inhalasi, aspirasi pada
pasien ayng tidak sadar, pneumonia bakteri, edema paru, embolus paru,
insufisiensi paru pasca trauma, dan atelektasis. Penyebab gagal nafas yang
paling sering pada kelompok usia pediatrik adalah pnemonia bakteri, yang
memerlukan intubasi dalam waktu lama dan kadang-kadang membutuhkan
trakheostomi. Trakeostomi meningkatkan insidensi keseriusan komplikasi,
dan dilakukan hanya pada kasus yang ekstrim.
Komplikasi yang lebih jarang terjadi adalah dedema paru akibat
kelebihan beban cairan atau sindrom gawat panas akut (ARDS, acute
respiratory disters syndrome) yang menyertai sepsis gram negatif. Sindrom
ini di akibatkan oleh kerusakan kapiler paru dan kebocoran cairan kedalam
ruang interstisial paru. Kehilangan kemampuan mengembang dan
15

gangguan oksigenasi merupkan akibat dari insufisiensi paru dalam
hubungannya dengan siepsis sistemik (Wong, 2008).
5. Penatalaksanaan
a. Fase Akut atau Intermediet Perawatan Luka Bakar
Pada fase akut ini dilakukan perawatan luka umum seperti:
1) Pembersihan Luka
Hidroterapi dengan perendaman total dan bedside bath adalah
terapi rendaman disamping tempat tidur. Selama berendam, pasien
didorong agar sedapat mungkin bergerak aktif. Hidroterapi
merupakan media yang sangat baik untuk melatih ekstremitas dan
membersihkan luka seluruh tubuh.
2) Terapi Antibiotik Topikal
Ada tiga preparat topikal yang sering digunakan yaitu silver
sulfadiazin, silver nitrat, dan mafenide asetat.
3) Penggantian balutan
Dalam mengganti balutan, perawat harus menggunakan APD.
Balutan atau kasa yang menempel pada luka dapat dilepas tanpa
menimbulkan sakit jika sebelumnya dibasahi dengan larutan salin
atau bial pasien dibiarkan berandam selama beberapa saat dalam
bak rendaman. Pembalut sisanya dapat dilepas dengan hati-hati
memakai forseps atau tangan yang menggunakan sarung tangan
steril. Kemudian luka dibersihkan dan didebridemen untuk
menghilangkan debris, setiap preparat topikal yang tersisa,
eksudat, dan kulit yang mati. Selama penggantian balutan ini,
harus dicatat mengenai warna, bau, ukuran, dan karakteristik lain
dari luka.
4) Debridemen
Tujuannya adalah untuk menghilangkan jaringan yang
terkontaminasi oleh bakteri dan benda asing sehingga pasien
dilindungi dari invasi bakteri dan untuk menghilangkan jaringan
yang sudah mati. Debridemen ada 3 yaitu:
a) Alami : jaringan mati akan memisahkan diri secara spontan
16

b) Mekanis : penggunaan gunting bedah dan forsep untuk
memisahkan dan mengangkat jaringan mati
c) Bedah : tindakan operasi dengan melibatkan eksisi primer
seluruh tebal kulit sampai mengupas kulit yang terbakar
5) Graft Pada Luka Bakar
Adalah pencacokan kulit. Selama proses penyembuhan luka akan
terbentuk jaringan granulasi. Jarinagn ini akan mengisi ruangan
ditimbulkan oleh luka, membentuk barier yang merintangi bakteri
dan berfungsi sebagai dasar untk pertumbuhan sel epitel.
6) Dukungan Nutrisi
Nutrisi yang diberikan adalah TKTP untuk membantu
mempercepat penyembuhan luka.
Kebutuhan metabolik dan katabolisme yang tinggi pada
luka bakar berat membuat kebutuhan nutria sangat penting dan
sering kali sulit dipenuhi. Diet harus menyediaka kalori yang
cukup untuk memenuhi peningkatan kebutuhan metabolic dan
protein untuk menghindari peecahan protein.
Diet tinggi protein dan tinggi kalori di anjurkan setelah
resolusi ileusparalitik. Akan tetapi, banyak anak memilki nafsu
makan buruk dan tidak mampu memenuhi kebutuhan energy hanya
dengan pemberian makanan secara oral. Sebagian besar anak
dengan luka bakar ayng lebih dari 22% TSBA memerlukan
tambahan makanan melalui selang.
7) Terapi penggantian cairan
Tujuan terapi cairan adalah mengkompensasi kehilngan air
dan natrium pada area trauma dan ruang interstitial,mengganti
kekurangan natrium, mengemblikan volume sirkulasi
memberikankan perfusi yang adekuat dan meningkatkan fungsi
ginjal.
Penggantian cairan diperlukan selama 24 jam pertama
karena perpindahan cairan tengah terjadi. Banyak formul yang
digunakan untuk menghitung kebutuhan ini,dan formula yang
17

dipakai bergantung pada pilihan praktisi. Larutan kristaloid
digunakan selama fase awal terapi. Keadekuatan resusitasi cairan
ditentukan oleh parameter, misalnya tanda-tanda vital (terutama
frekuensi nadi), volume haluaran urin, keaekuatan pengisian
kapiler dan status snsorium. Setelah periode 24 jam pertama,
secara teoritis terjadi sumbat kapiler dan permiabelitas kapiler
membaik. Larutan koloid seperti albumin, plasmalit atau plasma
segera beku bermanfaat dalam mempertahankan volume plasma.
Meski demikian, anak dengan cedera luka bakar biasanya
memerlukan cairan lebih dari perhitungan rumatan dan
penggantian volume.
b. Fase Rehabilitasi
Meskipun aspek jangka panjang pada perawatan luka bakar
berada pada tahap akhir, tetapi proses rehabilitasi harus segera dimulai
segera setelah terjadinya luka bakar sama seperti periode darurat. Fase
ini difokuskan pada perubahan citra diri dan gaya hidup yang dapat
terjadi. Kesembuhan luka, dukungan psikososial dan pemulihan
aktifitas fungsional tetap menjadi prioritas. Fokus perhatian terus
berlanjut pada pemeliharaan keseimbangan cairan dan elekrolit serta
perbaikan status nutrisi. Pembedahan rekonstruksi pada bagian
anggota tubuh dan fungsinya yang terganggu mungkin diperlukan.
Untuk perawatan lanjutan dapat bekerjasama dengan fisioterapi agar
dapat melatih rentang gerak (Smeltzer, 2001, 1918).
Tindakan penyelamatan jiwa, meliputi hal berikut:
1. Pastikan dan pertahankan jalan nafas yang memadai dengan
menggunakan oksigen lembab melalui sungkup atau, jika perlu,
intubasi nasotrakhea ( terutama jika penderita mengalami luka
bakar atau jika luka bakar bertambah di ruang tertutp). Sebelum
edema muka dan laring menjadi jelas. Jika dicurigai ada hipoksia
atau keracunan karbon monoksida, harus diberikan oksegen 100%.
2. Resusitasi cairan intravena : anak dengan luka bakar lebih dari 15%
luas permukaan tubuh memerlukan resusitasi cairan intravena
18

untuk mempertahankan perfusi yang memadai. Semua penderita
dengan inhalsi, tanpa melihat luasnya luas permukaan tubuh yang
terbakar, memerlukan jalur intravenna untuk mengendalikan
masuknya cairan. Semua cedera elektrik dan tegangan tinggi
memerlukan jalur intravena untuk melakukan deuresis alkali pasca
jika terjadi cedera otot dan mioglobinuria. Larutan ringer laktat, 10-
20 ml/kg/jam ( dapat digunakan larutan salin normal jika tidak ada
ringer laktat), di infuskan sampai dapat dihitung penggantian cairan
yang sesuai.
3. Evaluasi cedera yang menyertai, yang sering terjadi pada penderita
dengan riwayat luka bakar elektrik tegangan tinggi, terutama jika
jatuh dari ketinggian. Dapat terjadi cedera tulang belkang, tulang
dan organ thorak arau intra-abdomen. Ada resiko amata tinggi
kelainan jantung, seperti takikardi atau fibriasi ventrikel akibat
konduktifitas voltage elektrik tinggi.
4. Penderita dengan luka bakar lebih besar dari 15% luas permukaan
tubuh tidak boleh diberi cairan peroral (pada awalnya). Karena
penderita ini tidak dapat mengalami ileus dan mungkin
memerlukan pemasangan pipa nasogastrik diruang gawat darurat
untuk mencegah erjadinya aspirasi.
5. Semua luka haruss di bungkus dengan haduk steril sampai
diputuskan melakukan terapi rawat jalan atau dirujuk ke fasilitas
perawatan yang lebih sesuai (Behrman,1999).



19

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Luka bakar adalah suatu bentuk kerusakan atau hilangnya jaringan
yang disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, air panas, bahan
kimia, listrik, dan radiasi. Luka bakar merupakan salah satu jenis trauma yang
mempunyai angka morbiditas dan mortalitas tinggi yang memerlukan
penatalaksanaan khusus sejak awal (fase syok ) sampai fase lanjut.
Luka bakar merupakan ruda paksa yang disebakan oleh tehnis.
Kerusakan yang terjadi pada penderita tidak hanya mengenai kulit saja, tetapi
juga organ lain. Penyebab ruda paksa tehnis ini berupa api, air, panas, listrik,
bahkan kimia radiasi, dll. Luka bakar adalah suatu keadaan dimana integritas
kulit atau mukosa terputus akibat trauma api, air panas, uap metal, panas, zat
kimia dan listrik atau radiasi.
Pada kasus luka bakar ini harus diperhatikan berbagai aspek, karena
pada kasus luka bakar memerlukan biaya yang sangat besar, perlu perawatan
yang lama, perlu operasi berulang kali, bahkan meskipun sembuh bisa
menimbulkan kecacatan yang menetap, sehingga penanganan luka bakar
sebaiknya dikelola oleh tim trauma yang terdiri dari tim spesialis bedah (
bedah plastik, bedah toraks, bedah anak ), intensitas, spesialis penyakit dalam
(khususnya hematologi, gastroenterologi, ginjal dan hipertensi), ahli gizi,
rehabilitasi medik, psikiatri, dan psikolog, namun celakanya seringkali
menimpa orang-orang yang tidak mampu.

B. Saran
Adapun saran dari penulis yakni, pembaca dapat memahami dan
mengerti tentang luka bakar, tingkat luka bakar, tindakan perawatan pada luka
bakar dan dapat bermanfaaat dan berguna bagi pembaca dan masyarakat
umumnya.


20

DAFTAR PUSTAKA


Wong, Donna L,dkk. 2008. buku ajar keperawatan pediatric vol.2. Jakarta:EGC
Behrman, Richard E,dkk. 1999. Ilmu kesehatan anak nelson. Jakarta:EGC.
Smeltzer, Suzanne,dkk.2002. buku ajar keperawatan medical bedah.
Jakarta:EGC.
Suriadi & Yuliani, (2001) Asuhan Keperawatan pada Anak, jakarta: CV. Sagung
Seto.
http://sakuralanhome.blogspot.com/2012/04/asuhan-keperawatan-luka-bakar-
pada-anak.html
http://rezasyahbandi.blogspot.com/2013/02/askep-luka-bakar.html

Вам также может понравиться