Вы находитесь на странице: 1из 15

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Fisiologi merupakan ilmu mengenai fungsi tubuh yang hidup. Ilmu mengenai fisiologi
didasarkan pada fungsi selular dan molecular. Jantung adalah organ berongga, berotot, yang
terletak di tengah toraks dan ia menempati rongga antara paru dan diafragma. Beratnya
sekitar 300 gram (10,6 oz), meskipun berat dan ukurannya dipengaruhi oleh usia, jenis
kelamin, berat badan, beratnya latihan dan kebiasaan fisik dan penyakit jantung. Fungsi
jantung adalah memompa darah ke jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil
mengangkut karbon dioksida dan sampah hasil metabolisme. Fisiologi jantung mencakup
pengaliran darah yang membawa oksigen dan sirkulasi paru ke sisi kiri jantung dan jaringan
serta mengalirkan darah yang tidak mengandung oksigen ke sistem pulmonary dan
membuang produk sisa metabolism seluler melalui pompa jantung, sistem vascular sirkulasi
dan integrasi sistem lainnya (misalnya sistem pernafasan, pencernaan, dan ginjal) (McCance
dan Huether, 1994)








2

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana mekanisme jantung sebagai pemompa darah?
2. Bagaimana sistem konduksi listrik jantung?
3. Bagaimana mekanisme kontraksi otot jantung?
4. Bagaimana pembuluh darah arteri, vena dan sistem kapiler?
5. Bagaimana tekanan darah dan mekanisme regulasi tekanan darah?

C. Tujuan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme jantung sebagai pemompa darah.
2. Untuk mengetahui bagaimana sistem konduksi listrik jantung.
3. Untuk mengetahui bagaimana mekanisme kontraksi otot jantung.
4. Untuk mengetahui bagaimana pembuluh darah arteri, vena dan sistem kapiler.
5. Untuk mengetahui bagaimana tekanan darah dan mekanisme regulasi tekanan darah.

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah :
1. Menambah wawasan dan pengetahuan mahasiswa tentang fisiologi sistem kardiovskuler.
2. Mahasiswa mengetahui bagaimana fisiologi jantung dalam hubungannya dengan anatomi
jantung dan sistem hantaran jantung normal.






3

BAB II
FISIOLOGI SISTEM KARDIOVASKULER

A. Mekanisme Jantung sebagai Pompa.


Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua
paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Dua pertiga jantung terletak di sebelah kiri garis
midsternal. Jantung dilindungi mediastinum. Jantung berukuran kurang lebih sebesar kepalan
tangan pemiliknya. Bentuknya seperti kerucut tumpul. Ujung atas yang lebar (dasar)
mengarah ke bahu kanan; ujung bawah yang mengerucut (apeks) mengarah ke panggul kiri.
Basis yang berbentuk sirkular pada kerucut ini menghadap ke atas dan ke kanan, sedangkan
puncaknya mengarah ke bawah, ke depan dan ke kiri. Puncak jantung biasanya terletak
setinggi interkostal kelima, sekitar 9 cm dari garis tengah. Ukuran jantung sekitar 12 cm dari
basis ke puncak, dengan lebar sekitar 9 cm dan tebal sekitar 6 cm.
4

Sebenarnya terdapat dua pompa jantung yang terletak di kanan dan kiri. Keluaran jantung
kanan seluruhnya di distribusikan ke paru melalui arteri pulmonaris dan keluaran jantung kiri
seluruhnya di distribusikan ke bagian tubuh lain melalui aorta. Kedua pompa itu
menyemburkan darah secara bersamaan dengan kecepatan keluaran sama.
Kedua pemompa jantung dijalankan oleh kontraksi dan relaksasi ritmik dinding otot.
Selama kontraksi otot (sistolik), kamar jantung menjadi lebih kecil karena darah disemburkan
keluar. Selama relaksasi otot dinding jantung (diastolic), kamar jantung akan terisi darah
sebagai persiapan untuk penyemburan berikutnya. Jantung dewasa normal berdetak sekitar
60 sampai 80 kali per menit, menyemburkan sekitar 70 ml darah dari kedua ventrikel per
detakan dan keluaran totalnya sekitar 5L/menit.
Kerja pompa jantung sangat penting untuk mempertahankan aliran oksigen. Efektifitas
pompa yang menurun seperti yang terjadi pada penyakit arteri koroner (coronary arteri
disease, CAD) dan kondisi kardiomiopati, menyebabkan volume curah jantung menurun,
volume darah yang dikeluarkan dari ventrikel menurun. Perdarahan dan dehidrasi
menurunkan keefektifan pompa dengan menurunkan volume darah yang bersirkulasi,
sehingga menurunkan jumlah darah yang dikeluarkan melalui ventrikel.
Jantung dilapisi oleh perikardium dan rongga pericardial. Perikardium yaitu kantong
berdinding ganda yang dapat membesar dan mengecil, membungkus jantung dan pembuluh
darah besar. Kantong ini melekat pada diafragma, sternum dan pleura yang membungkus
paru-paru.
1. Lapisan fibrosa luar pada perikardium tersusun dari serabut kolagen yang membentuk
lapisan jaringan ikat rapat untuk melindungi jantung.
2. Lapisan serosa dalam terdiri dari 2 lapisan yaitu :
a. Membran visceral (epikardium) menutup permukaan jantung.
b. Membran parietal melapisi permukaan bagian dalam fibrosa pericardium.
Rongga perikardial adalah ruang potensial antara membran viseral dan parietal. Ruang
ini mengandung cairan perikardial yang disekresi lapisan serosa untuk melumasi membran
dan menggurangi friksi.
5

Dinding jantung tersusun dari 3 lapisan yaitu
1. Epikardium luar yang tersusun dari lapisan sel-sel mesotelial yang berada di atas
jaringan ikat.
2. Miokardium tengah terdiri dari jaringan otot jantung yang berkontraksi untuk
memompa darah. Ketebalan miokardium bervariasi dari satu ruang jantung ke ruang
lainnya. Serabut otot yang tersusun dalam berkas-berkas spiral melapisi ruang
jantung. Kontraksi miokardium menekan darah keluar ruang menuju arteri besar.
3. Endokardium dalam tersusun dari lapisan endoterial yang terletak di atas jaringan
ikat. Lapisan ini melapisi jantung, katup, da menyambung dengan lapisan endothelial
yang melapisi pembuluh darah yang memasuki dan meninggalkan jantung.

Ada empat ruang pada jantung yaitu atrium kanan dan atrium kiri atas yang
dipisahkan oleh septum intratrial, ventrikel kanan dan ventrikel kiri bawah dipisahkan
oleh septum interventrikular.

B. Sistem Konduksi Listrik Jantung

Relaksasi dan kontraksi atrium serta ventrikel yang berirama tergantung kepada transmisi
impuls yang terorganisasi dan kontinu. Impuls ini digerakan dan ditransmisi melalui sistem
6

konduksi jantung. Sistem konduksi jantung menggerakan potensi kerja yang dibutuhkan dan
mengkonduksi impuls yang dibutuhkan untuk memulai rangkaian peristiwa listrik, yang
menghasilkan denyut jantung. Sistem saraf otonom mempengaruhi frekuensi gerakan impuls
sama seperti kecepatan transmisi melalui alur konduksi dan kekuatan kontraksi atrial dan
ventrikel.
Serabut saraf simpatis yang meningkatkan frekuensi gerakan impuls dan keceptan
transmisi impuls, mempersarafi semua bagian atrium dan ventrikel. Serabut saraf
parasimpatis dari saraf fagus yang menurunkan frekuensi ini, juga mempersarafi bagian-
bagian ini sama seperti nodus atriovntrikular dan sinoatrial (McCance dan Huether, 1994).
Sistem konduksi berasal dari nodus sinoatrial (SA), suatu sistem pacu jantung. Nodus
SA terdapat di atrium kanan dan di sebelah pintu masuk vena kava superior (McCance dan
Huether, 1994). Impuls dimulai pada nodus SA pada kecepatan intrinsik 60 sampai 100 kali
denyut/menit. Frekuensi denyut jantung orang dewasa yang berisitirahat rata-rata adalah 75
kali denyut/menit.
Impuls listrik kemudian ditransmisikan melalui atrium di sepanjang alur intraatrial ke
nodus atrioveatriakular (AV). Setelah nodus AV memediasi impuls antara atrium dan
ventrikel. Nodus ini membantu pengosongan atrium dengan menghambat impuls sebelum
mentransmisikannya melalui berkas His dan jaringan serat Purjinke ventrikular.
Aktivitas lisrik sistem konduksi direfleksikan dengan elektrokardiogram (EKG). EKG
memantau keteraturan dan alur impuls listrik melalui sistem konduksi, namun EKG tidak
merefleksikan kerja otot jantung. Rangkaian normal pada EKG disebut irama sinus (ISN).
ISN mengindikasikan impuls, yang berasal dari nodus SA dan mengikuti rangkaian
normal melalui sistem konduksi. Gelombang P merupakan konduksi listrik melalui arium.
Dalam kondisi normal, atrium mengikuti gelombang P. Interval PR mewakili waktu
perjalanan impuls melalui nodus AV, berkas His, dank e serat Purkinje. Panjang interval PR
normal adalah 0,12 sampai 0,20 detik. Peningkatan waktu mengindikasikan dimulainya
impuls liatrik dari suatu sumber lain selain nodus SA.
7

Kompleks QRS mengindikasikan impuls listrik telah berjalan melalui ventrikel. Durasi
QRS normal adalah 0,6 sampai 0,12 detik. Peningkatan durasi QRS mengindikasikan suatu
penundaan waktu konduksi melalui ventrikel. Kontraksi ventrikular biasanya terjadi setelah
kompleks QRS.
Interval QT mewakili waktu yang dibutuhkan untuk depolarisasi dan repolarisasi
ventrikular. Perubahan nilai elektrolit, seperti hipokalsemia atau terapi dengan obat-obatan,
seperti quinidin, disopiramid, amiodaron, dan teofinlin dapat meningkatkan interval QT.
Pemendekan interval QT akan terjadi jika diberikan terapi digitalis, hiperkalemia dan
hiperkalsemia (Purcell, 1993).

C. Mekanisme Kontraksi Otot Jantung
Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium,kalium dan
kalsium) bergerak menembus membran sel. Perbedaan muatan listrik yang tercatat dalam
sebuah sel mengakibatkan apa yang dinamakan potensial aksi jantung.
Pada keadaan istirahat, otot jantung terdapat dalam keadaan terpolarisasi artinya terdapat
perbedaan muatan listrik antara bagian dalam membran yang bermuatan negative dan bagian
luar bermuatan positif. Siklus jantung bermula saat dilepaskannya impils listrik, mulailah
fase depolarisasi. Permeabilitas membrane sel berubah dan ion bergerak melintasinya.
Dengan bergeraknya ion kedalam sel, maka bagian dalam sel akan menjadi positif. Kontraksi
otot terjadi setelah depolarisasi. Sel otot jantung normalnya akan mengalami depolarisasi
ketika sel-sel tetangganya mengalami depolarisasi (meskipun dapat juga terdepolarisasi
akibat stimulasi listrik eksternal). Depolarisasi sebuah sistem hantaran khusus yang memadai
akan mengakibatkan depolarisasi dan kontraksi seluruh miokardium. Repolarisasi terjadi saat
sel kembali ke keadaan dasar ( menjadi lebih negative ), dan sesuai dengan relaksasi otot
miokardium.
Setelah influks natrium cepat kedalam sel selama depolarisasi, permeabilitas membrane
sel terhadap kalsium akan berubah, sehingga memungkinkan ambilan kalsium ke dalam sel.
Influks kalsium, yang terjadi selama fase plateau repolarisasi, jauh lebih lambat disbanding
8

natrium dan berlangsung lama. Interaksi antara perubahan voltase membran dan kontraksi
otot dinamakan kopling elektromekanikal.
Otot jantung, tidak seperti otot lurik atau otot polos, mempunyai periode refraktori yang
panjang, pada saat sel tidak dapat distimulasi untuk berkontraksi. Hal tersebut untuk
melindungi jantung dari kontraksi berkepanjangan (tetani) yang dapat mengakibatkan henti
jantung mendadak.
Kopling elektromekanikal dan kontraksi jantung yang normal tergantung pada komposisi
cairan interstisial sekitar otot jantung. Komposisi cairan tersebut pada gilirannya tergantung
pada komposisi darah. Maka perubahan konsentrasi kalsium dapat mempengaruhi kontraksi
serabut jantung. Perubahan konsentrasi kalium darah juga penting, karena kalium
mempengaruhi voltase listrik normal sel.

D. Pembuluh Darah Arteri, Vena dan Sistem Kapiler
Pembuluh darah adalah serangkaian tuba tertutup yang bercabang dan membawa darah
dari jantung ke jaringan kemudian kembali ke jantung. prasarana jalan bagi aliran darah ke
seluruh tubuh. Saluran ini merupakan sistem tertutup dan jantung sebagai pemompa darah.
Pembuluh darah berfungi untuk mengangkut darah dari jantung ke seluruh bagian tubuh dan
mengangkut kembali darah yang sudah dipakai kembali ke jantung.
Ada 3 jenis pembuluh darah utama yaitu arteri, vena dan kapiler.
1. Arteri berfungsi untuk membawa darah meninggalkan jantung. Struktur dinding arteri
tersusun dari tiga lapisan yaitu :
a. Adventisia terluar terdiri dari jaringan ikat fibrosa.
b. Media tengah dari otot polos dan/ atau serabut elastis.
c. Intima dalam suatu tuba tipis yang terbentuk dari sel-sel endothelial.
Jenis arteri :
a. Arteri elastik. Arteri terbesar pada jantung memiliki dinding yang tersusun terutama
dari jaringan terutama dari jaringan elastik. Distensi jaringan saat sistole dan
9

pengerutan saat diastole berperan penting dalam kontinuitas aliran darah, di luar
pengaruh sifat pulsatil denyut jantung.
b. Arteri muskular. Arteri elastis bercabang menjadi arteri muskular berukuran sedang
dan memiliki serabut otot polos pada dindingnya untuk merespons stimulus saraf.
Arteri ini disebut arteri penyebar (penghantar); ukuran lumennya diatur sistem
saraf, sehingga volume darah yang dikirim ke berbagai bagian tubuh untuk memenuhi
kebutuhan tertenu dapat dikendalikan.
c. Arteri kecil tersusun dari otot dan serabut elastis dalam jumlah yang beragam.
Komposisi jumlahnya bergantung pada ukuran dan posisi arteri. Serabut ini menahan
aliran pulsatil darah menjadi aliran yang tenang.
d. Arteriol yang merupakan arteri kecil dengan lumen sempit dan dinding muskular
tebal, membawa darah ke jaringan kapilar. Pembuluh ini disebut arteri tahanan
karena di bawah pengaruh saraf simpatis, pembuluh ini menyediakan sisi tahanan
utama untuk meningkatan tekanan darah.
2. Kapilar
Kapilar adalah saluran mikroskopik untuk pertukaran nutrient dan zat sisa
diantara darah dan jaringan. Kapiler menghubungkan arteriol dan venula. Seluruh
jaringan memiliki kapiler, kecuali kartilago, rambut, kuku dan kornea mata.
a. Pada sisi kapilar yang berasal dari satu arteriol, sebuah sfingter prekapilar otot polos
mengendalikan aliran darah yang masuk ke jarring-jaring kapilar. Sfingter
berkontraksi dan berelaksasi secara intermiten (vasomotion) dan lebih sering terbuka
pada jaringan yang aktif.
b. Velositas aliran darah dalam jarring-jaring kapilar terlalu lambat untuk
memungkinkan terjadinya pertukaran nutrien, zat sisa dan gas-gas.
c. Keseluruhan kapilar sangat luas, dengan area permukaan diperkirakan sekitar 7.000
meter persegi pada tubuh orang dewasa
d. Anastomosis arteriovena (saluran pintas AV) adalah saluran alternatif yang
memungkinkan darah mengalir langsung dari sirkulasi arteri ke sirkulasi vena tanpa
harus melalui kapiler.

3. Vena
10

Vena membawa darah kembali ke atrium jantung. Lapisan dinding arteri, tetapi
otot polos dan serabut elastisnya lebih sedikit dan jaringan ikat fibrosanya lebih banyak.
Sistem vena berdinding tipis dan dapat mengembang (distensible). Vena menampung
75% volume darah total dan mengembalikan darah ke jantung dalam tekanan yang sangat
rendah.
Vena memiliki katup yang muncul seperti kelapak dari lapisan terdalamnya,
untuk memncegah aliran balik. Sistem vena berawal dari ujung vena jarring-jaring kapilar
dengan venula postkapilar yang menyatu menjadi venula dan kemudian menjadi vena
kecil, sedang dan vena besar.
E. Tekanan Darah dan Mekanisme Regulasi Tekanan Darah

Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan
jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh darah.
Peningkatan tekanan darah disebbakan peningkatan volume darah atau penurunan elastisitas
pembuluh darah. Sebaliknya, penurunan volume darah akan menurunkan tekanan darah.
Darah yang dipompa jantung akan mengalir ke dalam pembuluh darah arteri. Pada saat darah
mengalir ke dalam arteri, arteri meregang namun karena sifatnya yang elastisitas arteri akan
kembali ke ukuran semula dan dengan demikian darah akan mengalir ke daerah yang lebih
distal.
Tekanan darah ditentuan oleh curah jantung atau cardiac output (CO) dikali Total
Peripheral Resistance (TPR). Curah jantung normal adalah 5 liter/menit dan dipengaruhi
oleh usia, posisi tubuh, olahraga, obat-obatan (digitalis) dan penyakit intrakardial atau
ekstrakardial. Definisi curah jantung adalah jumlah darah yang dapat dipompa oleh ventrikel
setiap menitnya. Darah mengalir melalui sistem pembuluh tertutup karena ada perbedaan
tekanan atau gradient tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan.
1. Tekanan ventrikel kiri berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 0
mmHg saat diastole.
11

2. Tekanan Aorta berubah dari setinggi 120 mmHg saat sistole sampai serendah 80
mmHg saat diastole. Tekanan diastolic tetap dipertahankan dalam arteri karena adanya
efek lontar balik dan dinding elastis aorta. Rata-rata tekanan aorta adalah 100 mmHg.
3. Perubahan tekanan sirkulasi sistemik. Darah mengalir dari aorta (dengan tekanan 100
mmHg) menuju arteri (dengan tekanan dari 100 ke 40 mmHg) ke arteriol (dengan
tekanan 25 mmHg di ujung arteri sampai 10mmHg di ujung vena) masuk ke vena
(dengan perubahan tekanan 10 mmHg ke 5 mmHg) menuju vena kava superior dan
inferior (dengan tekanan 2 mmHg) dan sampai ke atrium kanan (dengan tekanan 0
mmHg).
Pengaturan tekanan darah meliputi pengaturan saraf dan pengaturan kimia dan
hormonal. Pengaturan saraf, pusat vasomotorik pada medulla otak mengatur tekanan darah.
Pusat kardioakselerator dan kardiioinhibitor mengatur curah jantung. Pengaturan kimia dan
hormonal yaitu ada sejumlah zat kimia yang secara langsung atau tidak langsung
mempengaruhi tekanan darah. Zat tersebut meliputi hormon medulla adrenal, hormon
antidiuretik dan oksitosin, angiotensin, berbagai amina dan peptide seperti histamine,
glucagon, kolesistokinin, skretin dan bradikinin serta prostaglandin.
Tekanan darah diukur secara tidak langsung melalui metode auskultasi dengan
menggunakan metode sfigmomanometer. Peralatannya terdiri dari sebuah manset lengan
untuk menghentikan aliran darah arteri brakial, sebuah manometer raksa untuk membaca
tekanan, sebuah bulb pemompa manset untuk menghentikan aliran darah arteri brakial dan
sebuah katup untuk mengeluarkan udara dari manset.
Sebuah stetoskop dipakai untuk mendeteksi awal dan akhir bunyi Korotkoff yaitu bunyi
semburan darah yang melalui sebagian pembuluh yang tertutup. Bunyi dan pembacaan angka
pada kolom raksa secara bersamaan merupakan cara untuk menentukan tekanan sistolik dan
diastolik. Pada pemeriksaan fisik, bunyi lup pertama yang terdengar adalah tekanan darah
sistole. Tekanan darah diastole adalah tekanan darah yang terjadi pada saat jantung
berelaksasi (distole).
Pada saat diastole tidak ada darah mengalir dari jantung ke pembuluh darah sehingga
pembuluh darah dapat kemballi ke ukuran normalnya sementara darah di dorong ke bagian
12

arteri yang lebih distal. Pada pemeriksaan fisik, tekanan darah diastole dapat ditentukan
melalui bunyi dup terakhir yang terdengar. Tekanan darah rata-rata pada pria dewasa
muda adalah sistolik 120 mmHg dan diastolik adalah 80 mmHg, biasanya ditulis 120/80.
Tekanan darah pada wanita dewasa muda baik sistolik maupun diastolik biasanya lebih kecil
10 mmHg dari laki-laki dewasa muda.
Mekanisme Regulasi Tekanan Darah (SISTEM RAAS)
Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai menjadi angiotensin II dikenal dengan Renin
Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Sistem tersebut memegang peranan penting dalam
patogenesis hipertensi baik sebagai salah satu penyebab timbulnya hipertensi, maupun dalam
perjalanan penyakitnya (Ismahun, 2001). RAAS merupakan sistem hormonal yang kompleks
berperan dalam mengontrol sistem kardiovaskular, ginjal, kelenjar andrenal, dan regulasi
tekanan darah (Kostova et al. 2005).
Pelepasan renin dari ginjal yang bertindak sebagai enzim dan memotong 10 residu
pertama asam amino angiotensinogen (protein yang dibuat dalam hati, dan yang beredar
dalam darah). Sejumlah 10 residu ini kemudian dikenal sebagai angiotensin I. Angiotensin I
kemudian diubah menjadi angiotensin II oleh angiotensin converting enzyme (ACE) yang
menghilangkan residu residu lebih lanjut dan ditemukan dalam sirkulasi paru serta dalam
endotelium pembuluh darah.
13


Fungsi angiotensin II adalah meningkatkan efek saraf simpatis diantaranya
vasokonstriksi (penyempitan pembuluh darah), yang dapat menyebabkan tekanan darah
meningkat dan hipertensi; Konstriksi arteriol eferen ginjal, menyebabkan tekanan perfusi
meningkat pada glomeruli.
Fungsi AT II lainnya: Renovasi ventrikel jantung, yang dapat menyebabkan hipertrofi
ventrikel dan CHF; rangsangan dari korteks adrenal untuk melepaskan aldosteron,yaitu
hormon yang bekerja pada tubulus ginjal untuk mempertahankan ion natrium dan klorida dan
mengekskresikan kalium; Jika natrium reabsorpsi maka akan diikuti masuknya air ke dalam
pembuluh darah sehingga air juga dipertahankan, yang menyebabkan volume darah
meningkat, maka tekanan darah meningkat; stimulasi hipofisis posterior untuk melepaskan
vasopresin (juga dikenal sebagai anti-diuretik hormon (ADH)) yang juga bekerja pada ginjal
untuk meningkatkan reabsorbsi air.
ACE inhibitor menghambat konversi angiotensin I menjadi angiotensin II. Mereka
resistensi arteriol Oleh karena itu lebih rendah dan meningkatkan kapasitas vena;
14

meningkatkan output jantung dan cardiac index, bekerja stroke dan volume, resistensi
renovaskular lebih rendah, dan menyebabkan peningkatan natriuresis (ekskresi natrium
dalam urin).
Menggunakan inhibitor ACE, efek angiotensin II dicegah, menyebabkan tekanan darah
menurun. Studi epidemiologis dan klinis telah menunjukkan bahwa ACE inhibitor
mengurangi kemajuan nefropati diabetik secara independen dari efek menurunkan tekanan
darah. Aksi ACE inhibitor digunakan dalam pencegahan gagal ginjal, diabetes. ACE
inhibitors telah terbukti efektif untuk indikasi lain dari hipertensi bahkan pada pasien dengan
tekanan darah normal. Sistem secara umum bertujuan untuk meningkatkan tekanan darah
dengan meningkatkan jumlah garam dan air tubuh mempertahankan, walaupun angiotensin
juga sangat baik menyebabkan pembuluh darah untuk mengencangkan (suatu vasokonstriktor
kuat) (Anderson, 2002). Captopril adalah derivate prolin yang merupakan ACE-Inhibitor
pertama yang digunakan. Catopril digunakan pada hipertensi ringan sampai berat dan pada
dekompensasi jantung.
Senyawa penghambat ACE, seperti captopril, enalapril, lisinopril, perindopril, ramipril,
kuinapril, benazepril, fosinopril, silazapril dan delapril merupakan antihipertensi yang kuat
dengan efek samping relatif ringan, seperti kelesuan, sakit kepala, diare, batuk dan mual.
Captopril mengandung gugus SH yang dapat berinteraksi membentuk kelat dengan ion Zn
dalam tempat aktif ACE, terjadi hambatan secara kompetitif ACE sehingga peredaran
angiotensin II dan kadar aldostron menurun. Akibatnya tidak terjadi vasokonstriksi dan
retensi Na, sehingga tekanan darah menurun. Mekanisme yang lain dari senyawa
penghambat ACE adalah menghambat pemecahan bradikinin menjadi fragmen tidak
aktif,sehingga kadar bradikinin dalam darah meningkat,menyebabkan vasodilatasi dan
penurunan tekanan darah (Siswandono, 2008). Namun, pengingkatan bradikinin ini membuat
captopril mempunyai efek bantuk, karena bradikinin memicu timbulnya batuk.


15

BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Jantung adalah organ berongga dan memiliki empat ruang yang terletak antara kedua
paru-paru di bagian tengah rongga toraks. Fungsi jantung adalah memompa darah ke
jaringan, menyuplai oksigen dan zat nutrisi lain sambil mengangkut karbon dioksida dan
sampah hasil metabolism
2. Relaksasi dan kontraksi atrium serta ventrikel yang berirama tergantung kepada transmisi
impuls yang terorganisasi dan kontinu. Impuls ini digerakan dan ditransmisi melalui
sistem konduksi jantung.
3. Aktivitas listrik jantung terjadi akibat ion (partikel bermuatan seperti natrium,kalium dan
kalsium) bergerak menembus membran sel.
4. Ada 3 jenis pembuluh darah utama yaitu arteri, vena dan kapiler.
5. Tekanan darah adalah daya dorong darah ke semua arah pada seluruh permukaan yang
tertutup yaitu pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah.
6. Rangkaian dari seluruh sistem renin sampai menjadi angiotensin II dikenal dengan Renin
Angiotensin Aldosteron System (RAAS).

B. SARAN
Kita sebagai seorang perawat harus mempelajari dan memahami lebih dalam tentang
fisiologi sistem kardiovaskuler. Sistem kardiovaskuler merupakan sistem yang sangat penting
yang ada dalam tubuh kita. Mempelajari fungsi sistem kardiovaskuler ini akan menambah
pengetahuan kit. Sebagai seorang perawat kita akan harus mengetahui bagaimana fungsi
kardiovaskkuler yang normal dalam hubungannya dengan anatomi jantung dan sistem
hantaran normal jantung.

Вам также может понравиться