Вы находитесь на странице: 1из 7

1) Esterifikasi Fischer

Ester dapat dibuat dengan mereaksikan asam karboksilat dan alkohol


menggunakan katalis asam (HCl atau H
2
SO
4
). Biasanya reaksi berjalan dengan
disertai pemanasan. Pembuatan ester dengan cara demikian disebut estefikasi Fischer.
Persamaan umumnya dituliskan:



Reaksi tersebut merupakan reaksi kesetimbangan. Untuk mendapatkan hasil yang
banyak, dapat dilakukan dengan menggunakan alkohol atau asam berlebihan. Hasil
ester yang banyak bisa juga diperoleh dengan cara memisahkan ester yang banyak
terbentuk agar kesetimbangan bergeser ke kanan.
Tinjau pembuatan n-butil asetat dengan mereaksikan asam asetat dan n-butil alkohol
dan menggunakan katalis asam. Persamaan reaksinya adalah:



Mekanisme reaksi esterifikasi yang dapat difikirkan adalah:
Mekanisme I:



Pertanyaan yang timbul, benarkan mekanisme tersebut?
Dari mekanisme tersebut terlihat bahwa oksigen pada gugus OR dari ester bukan
berasal dari alkohol melainkan dari asam karboksilat. Hasil percobaan menunjukkan
bahwa senyawa ester yang dihasilkan mengandung isotop
18
O. Jadi mekanisme
seperti dituliskan di atas adalah tidak benar.
Mekanisme II





Dengan mekanisme ini terlihat bahwa atom oksigen -OR ester berasal dari alkohol,
sehingga pada molekul ester terdapat isotp
18
O.
Pembicaraan tersebut di atas menggambarkan penggunaan metode sain dalam
Kimia Organik Modern. Dalam metode sain ada tiga hal yang harus diikuti, yaitu
fakta, hipotesis dan verifikasi. Pada analisis di atas faktanya adalah:


Hipotesis adalah mekanisme yang dapat dipertimbangkan untuk reaksi esterfikasi
yaitu mekanisme I atau mekanisme II.
Verifikasi adalah penggunaan isotop R-
18
OH untuk menentukan kebenaran diantara
ke dua mekanisme yang diramalkan secara pasti.


Secara sederhana mekanisme reaksi di atas dapat dituliskan:



Reaksi seperti ini merupakan reaksi substitusi nukleofilik terhadap gugus karboksil.
Atom karbon gugus karbonil pada masa karboksilat dan ester berada dalam sp
2

dihibrid, sedangkan atom karbon tersebut pada senyawa antara memiliki orbital
hibrida sp
3
yang berbentuk tettahedral.
Esterifikasi merupakan reaksi kesetimbangan. Oleh karena itu, ester dapat
dihidrolisis dengan adanya air berlebihan. Hidrolisis ester dapat dikerjakan dengan
katalis asam atau basa.

2) Penyabunan (Saponifikasi)
Kata saponifikasi atau saponify berarti membuat sabun (Latin sapon,= sabun dan
fy adalah akhiran yang berarti membuat). Bangsa Romawi kuno mulai membuat
sabun sejak 2300 tahun yang lalu dengan memanaskan campuran lemak hewan dengan
abu kayu. Pada abad 16 dan 17 di Eropa sabun hanya digunakan dalam bidang
pengobatan. Barulah menjelang abad 19 penggunaan sabun meluas. Sabun dibuat dari
proses saponifikasi lemak hewan (tallow) dan dari minyak. Gugus induk lemak
disebut fatty acids yang terdiri dari rantai hidrokarbon panjang (C-12 sampai C18)
yang berikatan membentuk gugus karboksil. Asam lemak rantai pendek jarang
digunakan karena menghasilkan sedikit busa. Reaksi saponifikasi tidak lain adalah
hidrolisis basa suatu ester dengan alkali (NaOH, KOH), reaksi umumnya adalah:





Mekanisme reaksi penyabunan (saponifikasi) dapat ditulis sebagai berikut:
1) Nucleophilic attack by hydroxide


2) Leaving group removal


3) Deprotonation



Dengan memperhatikan mekanisme diatas, basa yang ditambahkan pada awal reaksi
tidak muncul pada akhir reaksi. Ini menunjukkan bahwa basa bukan sebagai katalis.
Berbeda dengan esterifikasi, reaksi penyabunan bukan merupakan reaksi
kesetimbangan. Hal ini terjadi karena pada akhir reaksi, ion alkoksida yang
merupakan basa kuat mengikat proton asam karboksilat membentuk ion karboksilat
dan alkohol secara irreversibel.
Sabun dapat dibuat melalui proses batch atau kontinu Pada proses batch, lemak
atau minyak dipanaskan dengan alkali (NaOH atau KOH) berlebih dalam sebuah
ketel. Jika penyabunan telah selesai, garam garam ditambahkan untuk mengendapkan
sabun. Lapisan air yang mengaundung garam, gliserol dan kelebihan alkali
dikeluarkan dan gliserol diperoleh lagi dari proses penyulingan. Endapan sabun gubal
yang bercampur dengan garam, alkali dan gliserol kemudian dimurnikan dengan air
dan diendapkan dengan garam berkali-kali. Akhirnya endapan direbus dengan air
secukupnya untuk mendapatkan campuran halus yang lama-kelamaan membentuk
lapisan yang homogen dan mengapung. Sabun ini dapat dijual langsung tanpa
pengolahan lebih lanjut, yaitu sebagai sabun industri yang murah. Beberapa bahan
pengisi ditambahkan, seperti pasir atau batu apung dalam pembuatan sabun gosok.
Beberapa perlakuan diperlukan untuk mengubah sabun gubal menjadi sabun mandi,
sabun bubuk, sabun obat, sabun wangi, sabun cuci, sabun cair dan sabun apung
(dengan melarutkan udara di dalamnya).
Pada proses kontinu, yaitu yang biasa dilakukan sekarang, lemak atau minyak
hidrolisis dengan air pada suhu dan tekanan tinggi, dibantu dengan katalis seperti
sabun seng. Lemak atau minyak dimasukkan secara kontinu dari salah satu ujung
reaktor besar. Asam lemak dan gliserol yang terbentuk dikeluarkan dari ujung yang
berlawanan dengan cara penyulingan. Asam-asam ini kemudian dinetralkan dengan
alkali untuk menjadi sabun. Pada umumnya, alkali yang digunakan dalam pembuatan
sabun pada umumnya hanya NaOH dan KOH, namun kadang juga menggunakan
NH
4
OH. Sabun yang dibuat dengan NaOH lebih lambat larut dalam air dibandingkan
dengan sabun yang dibuat dengan KOH. Sabun yang terbuat dari alkali kuat (NaOH,
KOH) mempunyai nilai pH antara 9,0 sampai 10,8 sedangkan sabun yang terbuat dari
alkali lemah (NH
4
OH) akan mempunyai nilai pH yang lebih rendah yaitu 8,0 sampai
9,5.

Contoh soal :
Tuliskan persamaan dalam reaksi penyabunan metil benzoat
Jawab:












KIMIA ORGANIK II

ESTERIFIKASI FISCHER DAN SAPONIFIKASI


DISUSUN OLEH
1. HABIBBULLAH (E1M0120 )
2. NENY NURINDANI (E1M012043)
3. NI NENGAH DIAN ISWARI (E1M012044)
4. TRIAPRIANTINI (E1M0120 )




PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MATARAM
2014

Вам также может понравиться