Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Untuk suhu dan tekanan tetap:
Disubstitusi persamaan (7.5) ke persamaan (7.4) sehingga diperoleh:
Bila T lingkungan dan sistem sama:
Energi bebas gibbs:
Maka reaksi spontan jika:
Energi Bebas Standar (G
0
)
Kondisi standar pengukuran energi bebas adalah
-Padatan: Zat murni pada P= 1 atm
-Cairan: Zat murni pada P=1 atm
-Gas: Gas ideal pada Pparsial = 1 atm
-Larutan: Larutan ideal konsentrasi 1 mol
Ketergantungan G pada T dan P
Energi bebas karena perubahan suhu dan tekanan:
Didiferensiasi :
Proses reversibel, kerja berupa kerja kompresi / ekspansi:
Disubstitusi :
1 mol gas ideal pada suhu tetap :
Diberi batas dan diintegralkan menjadi :
keadaan standar energi bebas untuk gas adalah gas ideal pada tekanan 1 atm, bila Pt= 1atm,
maka Gt=G, sehingga persaaan diatas menjadi:
1. Poternsial Kimia (chemical potential)
Potensial kimia adalah Gibbs molar parsial energi bebas, yang didefinisikan sebagai
T, P, nj. Definisi ini berarti bahwa potensi kimia adalah perubahan energi bebas Gibbs ketika
satu mol zat ditambahkan ke jumlah yang sangat besar sampel.
Potensial kimia adalah ukuran stabilitas kimia yang dapat digunakan untuk memprediksi dan
menafsirkan perubahan fasa dan reaksi kimia. Zat kimia dengan potensi tinggi akan bereaksi
atau bergerak dari satu fase ke yang lain untuk menurunkan keseluruhan energi bebas Gibbs
dari sistem
Pada kondisi setimbang, chemical potential bernilai nol, karena energi berada pada
minimum.
Merupakan perubahan energi bebas gibbs per satuan mol jika ditambahkan atau
dikurangkan sejumlah partikel
Pada tekanan dan suhu konstan,persamaannya disederhanakan menjadi
A. Kesetimbangan fasa
Fasa adalah bagian sistem dengan komposisi kimia dan sifat sifat fisik seragam,
yang terpisah dari bagian sistem lain oleh suatu bidang batas. Pemahaman perilaku fasa mulai
berkembang dengan adanya aturan fasa Gibbs. Untuk sistem satu komponen, persamaan
Clausius dan Clausisus Clapeyron menghubungkan perubahan tekanan kesetimbangan
dengan perubahan suhu. Sedangkan pada sistem dua komponen, larutan ideal mengikuti
hukum Raoult. Larutan non elektrolit nyata (real) akan mengikuti hukum Henry.
B. Keseimbangan Antar Fase
Jika zat cair dan uapnya dalam keadaan seimbang, maka uap itu dikatakan dalam
keadaan jenuh. Ini berarti bahwa banyaknya molekul yang menguap sama dengan molekul
yang mengembun. Keadan seimbang ini berkaitan dengan nilai tekanan dan suhu tertentu.
Jika suhu T tetap, maka tekanan P juga tetap, walaupun volumenya V berubah. Sebeb adanya
perubahan volume ini diikuti oleh adanya molekul-molekul yang menguap atau mengembun.
Oleh karena itu suatu zat dalam beberapa fase yang berada dalam keadaan seimbang
mempunyai derajat kebebasan yang lebih kecil dari pada zat itu dalam satu fase.
Dua fase dalam keadaan seimbang, memiliki beberapa syarat, diantaranya:
1. Suhu kedua fesa harus sama, yaitu
Syarat ini perlu karena apabila tidak dipenuhi, maka akan ada arus kapasitas yang
mengalir dari fase yang suhunya lebih tinggi ke fase yang suhunya lebih rendah.
2. Tekanan kedua fase harus sama,
Syarat ini perlu karena apabila tidak dipenuhi, maka akan terjadi arus di molekul-
molekul dari fase yang tekanannya lebih tinggi ke fase yang tekanannya lebih rendah.
3. Fungsi Gibbs jenis kedua fase harus sama,
dan
. Tetapi
Maka
Untuk sistem yang berada dalam kesetimbangan, potensial kimia dari tiap tiap penyusun
haruslah memiliki nilai yang sama dimanapun dalam sistem. Jika ada beberapa jenis fasa
didalam sistem, maka potensial kimia masing masing senyawa harus memiliki nilai sama
pada setiap fasa dimana senyawa itu nampak.
Untuk sistem satu komponen, = G/n. jika persamaan fundamental dibagi dengan n maka
diperoleh :
(1.1)
Dimana dan adalah entropi molar dan volume molar, sehingga :
(1.2a, b)
Turunan persamaan (1.2a, b) adalah slope dari masing masing kurva versus T dan kurva
versus p.
C. Persamaan Clapeyron
Bila dua fasa dalam sistem satu komponen berada dalam kesetimbangan, kedua fasa tersebut
mempunyai energi Gibbs molar yang sama. Pada sistem yang memiliki fasa dan ,
G
= G
Jika tekanan dan suhu diubah dengan tetap menjaga kesetimbangan, maka
dG
= dG
dT
T
G
dP
P
G
dT
T
G
dP
P
G
P T
P T
|
|
.
|
\
|
c
c
+
|
|
.
|
\
|
c
c
= |
.
|
\
|
c
c
+ |
.
|
\
|
c
c
| |
o o
Dengan menggunakan hubungan Maxwell, didapat
dT S dP V dT S dP V
| | o o
=
V
S
V V
S S
dT
dP
A
A
=
=
o |
o |
Karena :
T
H
S
A
= A
maka :
V T
S
dT
dP
A
A
=
Persamaan di atas disebut sebagai Persamaan Clapeyron, yang dapat digunakan untuk menentukan
entalpi penguapan, sublimasi, peleburan, maupun transisi antara dua padat. Entalpi sublimasi,
peleburan dan penguapan pada suhu tertntu dihubungkan dengan persamaan
penguapan peleburan asi sub
H H H A + A = A
lim
Persamaan Clausius Clapeyron
Untuk peristiwa penguapan dan sublimasi, Clausius menunjukkan bahwa persamaan
Clapeyron dapat disederhanakan dengan mengandaikan uapnya mengikuti hukum gas ideal dan
mengabaikan volume cairan (V
l
) yang jauh lebih kecil dari volume uap (V
g
).
g l g
V V V V ~ = A
Bila :
g
V
P
RT
=
maka persamaan menjadi :
2
RT
H P
dT
dP
v
A
=
dT
RT
H
P
dP
v
2
A
= dT
T R
H
dP
P
T
T
v
P
P
} }
A
=
2
1
2
1
2
1 1
(
|
|
.
|
\
|
A
=
1 2 1
2
1 1
ln
T T R
H
P
P
v
( )
2 1
1 2
1
2
ln
T RT
T T H
P
P
v
A
=
Persamaan di atas disebut Persamaan Clausius Clapeyron. Dengan menggunakan persamaan di
atas, kalor penguapan atau sublimasi dapat dihitung dengan dua tekanan pada dua suhu yang berbeda.
Bila entalpi penguapan suatu cairan tidak diketahui, harga pendekatannya dapat diperkirakan
dengan menggunakan Aturan Trouton, yaitu
mol K J
T
H
S
didih
penguapan
penguapan
. / 88 ~
A
= A
D. Hukum ketiga Termodinamika
Suatu reaksi kimia diandaikan di dalam sebuah bejana pada tekanan tetap P. bejana
itu berhubungan dengan sebuah reservoir yang suhunya T seperti terlihat pada gambar.
Jika suhu naik karena reaksi ini, maka sejumlah bahang G akan mengalir ke dalam
reservoir , sehingga suhu bejana dengan isinya akan turun kembali menjadi T. Dari
definisi besaran H, maka :
(sebab P tetap). Jadi
tanda negative digunakan karena bahang keluar dari system. Dalam hal ini Q adalah
bahang reaksi. Andaikan reaksi kimia itu adalah
Selanjutnya diandaikan pula bahwa H
1
adalah entalpi untuk zat sebelum reaksi, yaitu
Ag dan HCl, dan H
2
entalpi zat setelah bereaksi , yaitu AgCl dan H
2
. proses (reaksi)
spontan akan terjadi, bila G negative atau G0.
(
Atau
(
Jadi
Yang dapat ditulis lagi menjadi
(
Hukun ketiga Termodinamika juga mengandung arti bahwa tidak mungkin untuk
menurunkan suhu suau system menjadi nol dengan sejumlah operasi yang terhingga.