Вы находитесь на странице: 1из 27

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Dewasa ini kita dapat lihat perkembangan epidemiologi sebagai suatu bidang ilmu yang
mempelajari keadaan dan sifat karakteristik suatu kelompok penduduk tertentu,dengan
memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada penduduk tersebut yang mempengaruhi
derajat kesehatan dan kehidupan sosialnya.Berbagai definisi dan pengertian telah
dikemukakan oleh para ahli epidemiologi yang pada dasarnya memeliki kesamaan pengertian
yakni epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari,menganalisis,serta berusaha
memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan
kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu (Budiarto, 2003).
Di dalam mengikuti perkuliahan Epidemiologi ada beberapa Bab pembahasan yang
perlu diperhatikan diantaranya yang penting adalah pembahasan tentang Epidemiologi
deskriptif. Epidemiologi deskriptif bertujuan Menganalisa masalah yang ada dalam suatu
populasi tertentu serta menerangkan keadaan dan sifat masalah tersebut termasuk berbagai
faktor yang erat hubungannya dengan timbulnya masalah(Budiarto, 2003).
Di dalam mengikuti perkuliahan Epidemiologi ada beberapa Bab pembahasan yang
perlu diperhatikan diantaranya yang penting adalah pembahasan tentang Perkembangan
Epidemiologi. Epidemiologi sebagai suatu ilmu berkembang dari waktu ke waktu.
Perkembangan itu dilaterbelakangi oleh beberapa hal:
1. Tantangan zaman dimana terjadi perubahan masalah dan perubahan pola penyakit.
Sewaktu zaman John Snow, epidemiologi mengarahkan dirinya untuk masalah penyakit
infeksi dan wabah. Dewasa ini telah terjadi perubahan pola penyakit ke arah penyakit tidak
menular, dan epidemiologi tidak hanya dihadapkan dengan masalah penyakit semata tetapi
hal-hal baik yang berkaitan langsung ataupun tidak langsung dengan penyakit, serta masalah
kesehatan secara umum.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan lainnya. Pengetahuan kedokteran klinik
berkembang begitu pesat disamping perkembangan ilmu-ilmu lainnya seperti biostatistik,
administrasi dan ilmu perilaku. Perkembangan ilmu-ilmu ini juga membuat ilmu
epidemiologi semakin berkembang.
1
2

Dengan demikian, terjadilah perubahan dan perkembangan dasar berpikir para ahli
kesehatan masyarakat, khususnya epidemiologi dari masa ke masa sesuai dengan kondisi
zaman dimana mereka berada (Budiarto, 2003).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa pengertian epidemiologi?
2. Bagaimana Konsep penyakit
3. Apa saja Tahap penyakit?
4. Bagaimana Metode penelitian epidemiologi?
5. Bagaimana Pencegahan penyakit?
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui epidemiologi dan cabang-cabangnya
2. Untuk mengetahui dan mengerti apa itu penyakit dan bagaimana riwayatnya dan
pencegahannya?
3. Mampu menjelaskan metode penelitian epidemiologi
1.4 Hipotesa
1. Epidemiologi berperan penting dalam mengidentifikasi dan menangani masalah
kesehatan untuk meningkatkan derajat hidup masyarakat









3

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. EPIDEMIOLOGI
2.1.1. Sejarah Epidemiologi
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta
determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Epidemiologi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor-faktor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan dan pengambilan
keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Epidemiologi adalah studi tentang
penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi
semacam itu. Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini
berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi,
sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit
pada manusia di dalam konteks lingkungannya (Bustan, 2002).
Mencakup juga studi tentang pola-pola penyakit serta pencarian determinan-determinan
penyakit tersebut. Dapat disimpulkan bahwa epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari
tentang penyebaran penyakit serta determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit
tersebut. Epidemiologi merupakan ilmu yang telah dikenal lewat catatan sejarah pada zaman
dahulu kala dan bahkan berkembang bersamaan dengan ilmu kedokteran karena kedua
disiplin ilmu ini berkaitan satu sama lainnya. Epidemiologi dalam pelaksanaan program
pencegahan dan pemberantasan penyakit butuh ilmu kedoteran seperti ilmu faal, biokimia,
patologi, mikrobiologi dan genetika. Perbedaan antara ilmu kedokteran dengan ilmu
epidemiologi terletak pada cara penanganan masalah kesehatan. Ilmu kedokteran
menekankan pada pelayanan kasus demi kasus sedangkan epidemioogi menekankan pada
kelmpok individu. Oleh karena itu, selain membutuhkan ilmu kedokteran, epidemiologi juga
membutuhkan disiplin lmu-ilmu lain seperti demografi, sosiologi, antropologi, geologi,
lingkungan fisik, ekonomi, budaya dan statiska. Dalam perkembangan ilmu epidemiologi
sarat dengan hambatan-hambatan karena belum semua ahli bidang kedokteran setuju metode
3
4

yang di gunakan pada epidemioogi. Hal ini disebabkan karena perbedaan paradigma dalam
menangani masalah kesehatan antara ahli pengobatan dengan metode epidemiologi terutama
pada saat berlakunya paradigma bahwa penyakit disebabkan oleh roh jahat. Keberhasilan
menembus paradigma tersebut berkat perjuangan yang gigih para ilmuwan terkenal di kala
itu. Seperti sekitar 1000 SM Cina dan India telah mengenalkan variolasi, Abad ke 5 SM
muncul Hipocrates yang memperkenalkan bukunya tentang air,water and places, selanjutnya
Galen melengkapi dengan faktor atmosfir, faktor internal serta faktor predisposisi. Abad 14
dan 15 terjjadi karantina berbagai penyakit yang di pelopori oleh V. Fracastorius dan
Sydenham, selanjutnya pada tahun 1662 John Graunt memperkenalkan ilmu biostat dengan
mencatata kematian PES & data metriologi. Pada tahun 1839 William Farr mengembangkan
analisis statistik, matematik dalam epidemiologi dengan mengembangkan sistem
pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian dibandingkan pola kematian
antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis
pekerjaannya di inggris. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem
pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk
perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder
of modern epidemiology(Bustan, 2002).
Selanjutnya pada tahun 1848, John Snow menggunakan metode Epidemiologi dalam
menjawab epidemi cholera di London, Kemudian berkembang usaha vaksinasi, analisis
wabah, terakhir penggunaan metode epidemiologi pada penyakit keracunan dan kanker.
Perkembangan epidemiologi surveilans setelah perang dunia II disusul perkembangan
epidemiologi khusus. hal yang sama juga dilakukan Edwin Chadwik Pada tahun 1892 yaitu
melakukan riset tentang masalah sanitasi di inggeris, serta Jacob henle, robert koch, Pasteur
mengembangkan teori kontak penularan (Bustan, 2002).
Dari tokoh-tokoh tersebut paling tidak telah meletakkan konsep epidemiologi yang masih
berlaku hingga saat ini. Konsep-konsep tersebut antara lain:
1. Pengaruh lingkungan terhadap kejadian suatu penyakit
2. Penggunaan data kuantitatif dan statistik
3. Penularan penyakit
5

4. Eksprimen pada manusia
Di dalam perkembangan batasan epidemiologi selanjutnya mencakup sekurang-kurangnya
3 elemen, yakni :
1. Mencakup semua penyakit
Epidemiologi mempelajari semua penyakit, baik penyakit infeksi maupun penyakit
non infeksi, seperti kanker, penyakit kekurangan gizi (malnutrisi), kecelakaan lalu
lintas maupun kecelakaan kerja, sakit jiwa dan sebagainya. Bahkan di negara-negara
maju, epidemiologi ini mencakup juga kegiatan pelayanan kesehatan.
1. Populasi
Apabila kedokteran klinik berorientasi pada gambaran-gambaran dari penyakit-
penyakit individu maka epidemiologi ini memusatkan perhatiannya pada distribusi
penyakit pada populasi (masyarakat) atau kelompok.
2. Pendekatan ekologi
Frekuensi dan distribusi penyakit dikaji dari latar belakang pada keseluruhan
lingkungan manusia baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Hal inilah
yang dimaksud pendekatan ekologis. Terjadinya penyakit pada seseorang
dikaji dari manusia dan total lingkungannya.
2.1.2 Ruang Lingkup Epidemiologi
Ruang lingkup epidemiologi mencakup (Sutrisna, 2010):
1. Etiologi: mengidentifikasikan penyebab penyakit dan masalah kesehatan lainnya.
2. Efikasi, berkaitan dengan efek atau daya optimal dari adanya intervensi kesehatan
3. Efektivitas, besarnya hasil yang dapat diperoleh dari suatu tindakan
4. Efisiensi, untuk mengetahui kegunaan dan hasil yang diperoleh berdasarkan
besarnya biaya
5. Evaluasi, melihat dan memberi nilai keberhasilan program seutuhnya
6. Edukasi, peningkatan pengetahuan kesehatan masyarakat.

2.1.3 Jenis-jenis Epidemiologi
1. Epidemiologi penyakit menular
Bentuk ini yang telah banyak memberikan peluang dalam usaha pencegahan dan
penanggulangan penyakit menular tertentu.
6

2. Epidemiologi penyakit tidak menular
Pada saat ini sedang berkembang pesat dalam usaha mencari berbagai faktor yang
memegangperanan dalam timbulnya berbagai masala penyakit tidak menular seperti
kanker, penyakit sistematik serta berbagai masalah penyakit menahun lainnya.
3. Epidemiologi klinik
Bentuk ini merupakan salah satu bidang epidemiologi yang sedang dikembangkan oleh
para klinis/dokter tentang cara pendekatan masalah melalaui disiplin ilmu epidemiologi
dalam penggunaan epidemiologi klnik sehari-hari.
4. Epidemiologi pengelohaan pelayanan kependudukan
Merupakan salah satu cabang ilmu epidemiologi yang menggunakan sistem pendekatan
epidemiologi dalamk menganalisis berbagai permasalahan yang berkaitan dengan
bidang demografi serta faktor-faktor yang mempengaruhi berbagai perubahan
denografis yang terjadi didalam masyarakat.
5. Epidemiologi pengolahan kesehatan
Merupakan salah satu sistem pendekatan manajemen dalam menganalisis masalah,
mencai faktor penyebab timbulnya suatu masalah serta penyusunan rencana pemecahan
masalah tersebut scara menyeluruh dan terpadu.
6. Epidemiologi lingkungan dan kesehatan kerja
Bentuk ini merupakan salah satu bagian epidemiologi yang mempelajari serta
menganalisis keadaaan kesehatan tenaga kerja akibat pengaruh keterpaparan pada
lingkungan kerja, baik yang bersifat fisik kimiawi, biologis maupun social budaya, serta
kebiasaan hidup pekerja.
7. Epidemiologi kesehatan jiwa
Merupakan salah satu dasar pendekatan dan analisis masalah gangguan jiwa dalam
masyarakat, baik mengenai keadaan kelainan jiwa kelompok penduduk tertentu, maupun
analisis berbagai faktor yang mempengaruhi timbulnya gangguan jiwa dalam
masyarakat dengan meningkatkannya berbagai keluhan anggota masyarakat yang lebih
banyak mengarah ke masalah kejiwan disertai dengan perubahan sosial yang berkaitan
dengan epidemiologi kesehatan jiwa tidak lagi merupakan masalah sosial masyarakat.
8. Epidemiologi gizi
Dewasa ini banyak digunakan dalam analisis masalah gizi masyarakat di mana masalah
ini erat hubungannya dengan berbagai faktor yang menyangkut pola hidup
masyarakat(Budioro, 2007).
7

2.1.4 Metode Epidemiologi
Terdapat 3 tipe pokok pendekatan yaitu (Bustan, 2002):
1. Epidemiologi deskriptif
Didalam Epidemiologi deskriptif mempelajari frekuensi penyakit menurut perubahan
variable epidemiologi yang terdiri dari orang, tempat,dan waktu.
Epidemiologi deskriptif perorangan meliputi :
1) Umur
2) Jenis kelamin
3) Kelas Sosial
4) Jenis Pekerjaan
5) Penghasilan
6) Golongan Etnik
7) Status Perkawinan
8) Besarnya Keluarga
9) Struktur Keluarga
10) Paritas
2. Epidemiologi deskriptif tempat :
Tempat sangat berperan peting dalam epidemiologi yaitu tempat tinggal.Faktor yang
mempengaruhi pola sakit dari kota ke desa dan imigrasi kota ke desa terhadap pola
penyakit.Angka kesakitan dan angka kematian antar daerah atau tempat tinggal dapat
dilihat dari :
1) Susunan umur
2) Susunan kelamin
3) Kualitas data
4) Data setiap penduduk
3. Epidemiologi deskriptif waktu :
Waktu sangat berperan penting dalam epidemiologi merupakan kebutuhan dasar.
Waktu menunjukkan adanya perubahan angka kesakitan dan angka kematian.yang
berlangsung dalam periode waktu yang panjang dan secara berulang-ulang antara
beberapa hari,bertahun-tahun.
2. Epidemiologi Analitik
Epidemiologi analitik memiliki 2 studi yaitu :
1) Studi riwayat khusus
Yaitu dua kelompok yang terkena dan tidak terkena penyebab penyakit
8

Studi kohort, yaitu sekelompok orang yang dipaparkan penyebab penyakit
3. Epidemiologi Eksperimen
Epidemiologi eksperimen itu dilakukan dengan cara ekperimen yaitu percobaan
kelompok subjek dibandingkan dengan kelompok kontrol.setelah beberapa tahun dilihat
kemungkinan timbul nya penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
2.1.5 Sistem Pengukuran Epidemiologi
Ada beberapa cara pengukuran yang akan dikemukakan diantaranya (Sutrisna,
2010):1,6,7
1. Ferlity Rate (Angka Kesuburan)
a.Incidence Rate ( Angka Insidens)

Rumus:
Incidence rate= Jumlah kasus baru suatu penyakit selama satu periode tertentu
Populasi yg mempunyai resiko

b.Prevalence Rate (Angka Prevalensi)

prevalence rate= Jumlah kasus baru suatu penyakit
Populasi yg mempunyai resiko

3). Mortality Rate(Angka Kematian)

a. Crude Death Rate ( Angka Kematian Kasar)

Rumus:
CDR= Jumlah kematian dikalangan penduduk di suatu dsersh dlm 1 tahun
jumlah rerata penduduk(peretengahan tahun) di daerah dan tahun yg sama

b. Age Spesific Death Rate (Angka Kematian Usia Tertentu)
Rumus:
age spesific death rate= Jumlah kematian antara 20-30 th di suatu daerah dlm 1 th
jumlah rerata penduduk20-30th di daerah dan tahun yg sama

c. Spesific Cause of Death (Penyebab Spesifik Kematian)
9

Rumus:
Cause of Death= jumlah kematian karena tb di suatu daerah dalam jangka setahun
jumlah rerata penduduk(peretengahan tahun)pd daerah dan th yg sama

2.1.6 Peran Epidemiologi
Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan factor-faktor penyebab
masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan, maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat, berupa (Sutrisna,
2010):
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan menjadi penyebab penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan
3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan
4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.
Dalam berbagai masalah kesehatan masyarakat, epidemiologi mempunyai tiga fungsi
utama(Sutrisna, 2010):
1. Menerangkan tentang besarnya masalah dan gangguan kesehatan (termasuk
penyakit) serta penyebarannya dalam suatu penduduk tertentu.
2. Menyiapkan data atau informasi yang esensial untuk keperluan perencanaan,
pelaksanaan program, serta evaluasi berbagai kegiatan pelayanan (kesehatan) pada
masyarakat, baik yang bersifat pencegahan dan penanggulangan penyakit maupun
bentuk lainnya serta menentukan skala prioritas terhadap kegiatan tersebut.
3. Mengidentifikasi berbagai faktor yang menjadi penyebab masalah atau faktor yang
berhubungan dengan terjadinya masalah tersebut.
Intinya, peranan epidemiologi sebagai alat dan metode atau pendekatan. Epidemiologi
sebagai alat karena dapat memberikan ukuran atau diagnosis, dengan menanyakan siapa,
dimana, dan kapan. Dikatakan sebagai metode atau pendekatan karena dengan adanya
metode-metode epidemiologi, kita dapat menganalisis penyebab serta mengapa penyakit
tersebut dapat menyebar (Sutrisna, 2010).
10


2.2 Pencegahan Penyakit Menular(P2M)
2.2.1Definisi Penyakit Menular dan Penyakit Tidak Menular
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah orang yang satu ke
orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit ini ditandai
dengan adanya agen atau sumber penyakit yang hidup dan dapat berpindah. faktor yaitu
agent, host dan route of transmission. Sedangkan penyakit tidak menular adalah penyakit
yang diderita pasien yang pada umumnya disebabkan bawaan atau keturunan, kecacatan
akibat kesalahan proses kelahiran, dampak dari berbagai penggunaan obat, konsumsi
makanan ataupun minuman termasuk rokok (Bonita, 1997).
Istilah penyakit tidak menular mempunyai kesamaan dengan sebutan penyakit kronik,
penyakit non-infeksi, New Communicable Disease dan penyakit degeneratif.
Di sebut penyakit kronik karena kelangsungan penyakit tidak menular biasanya bersifat
kronik (menahun) atau lama. Penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab penyakit tidak
menular biasanya bukan mikroorganisme. Namun bukan berarti tidak ada peran
mikroorganisme dalam terjadinya penyakit tidak menular. Di sebut penyakit degeneratif
karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi/ketuaan sehingga penyakit tidak
menular banyak ditemukan pada usia lanjut. Sebutan New Communicable Disease karena
penyakit ini dianggap dapat menular yakni melalui gaya hidup. Gaya hidup dalam dunia
modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak seperti penularan klasik penularan
penyakit menular yang lewat suatu rantai penularan tertentu. Berikut perbedaan antara
penyakit menular dan penyakit tidak menular (Bonita dkk, 1997):
Penyakit Menular
Penyakit Tidak Menular
Ditemui di negara berkembang, ditemui di negara industri , rantai penularan yang jelas.
Tidak ada rantai penularan. Perlangsungan akut, perlangsungan kronik.
Etiologi mikroorganisme jelas, etiologi tidak jelas . Bersifat single kausa biasanya multiple-
kausa. Diagnosis mudah, diagnosis sulit agak mudah mencari penyebabnya
Sulit mencari penyebabnya biaya relatif murah biaya mahal jelas muncul di permukaan
ada iceberg phenomen morbiditas&mortalitas lebih rendah morbiditas&mortalitas tinggi

2.2.2 Penyebab Timbulnya Penyakit
Penyebab dari suatu penyakit itu adalah sebuah peristiwa, kondisi, karakteristik atau
kombinasi dari faktor-faktor tersebut yang memainkan sebuah peranan yang amat penting
11

dalam menghasilkan penyakit (Bustan, 2000).
Faktor-faktor dalam hubungan sebab akibat:
1. Faktor predisposisi
Misalkan umur, jenis kelamin, dan penyakit terakhir yang di idap, mungkin dapat saja
menciptakan sebuah keadaan yang rentan terhadap sebuah penyakit.
2. Faktor yang memungkinkan
Misalnya pendapatan rendah, gizi buruk, perumahan kumuh, dan perawatan medis yang
tidak menjamin mungkin saja dapat mendorong ke arah terjadinya pengembangan penyakit.
Sebaliknya, keadaan yang membantu dalam menyembuhkan penyakit atau dalam perawatan
kesehatan yang baik dapat juga disebut sebagai faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya
suatu penyakit.
3. Faktor pencetus
Misalkan paparan terhadap agent penyakit yang spesifik atau agent beracun yang
mungkin berasosiasi dengan terjadinya penyakit atau keadaan yang tertentu.
4. Faktor pemberat
Misalkan pengulangan paparan dan kerja keras yang tidak beraturan mungkin dapat
mendorong ke arah terjadinya sebuah penyakit yang tertentu pula.
Penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua golongan,yaitu:
1) Golongan axogen
Golongan axogen adalah penyebab penyakit yang terdekat diluar tubuh manusia yang
dapat menyerang perorangan dan masyarakat. Golongan axogen dibagi dalam:
(a) Yang nyata dan hidup
Penyebab penyakit ini sering disebut bibit penyakit, berupa bakteri, virus, ricketsia,
jamur, protozoa, cacing dan sebagainya.
(b) Yang nyata dan tak hidup
1. Zat-zat kimia: racun, asam atau alkali kuat, logam, dsb.
2. Trauma : Trauma elektrik,seperti terkena arus listrik
3. Trauma mekanik, seperti terpukul, tertabrak.
4. Trauma termik, seperti terbakar.
5. Makanan : kekurangan beberapa zat makanan seperti protein, vitamin, lemak
dan kekurangan makanan secara keseluruhan( kelaparan).
(c) Yang abstrak
Bidang ekonomi: kemiskinan
Bidang sosial: sifat anti-sosial
12

Bidang mental: kegelisahan, rasa takut, cemas.
2) Golongan endogen
Golongan endogen adalah penyebab penyakit dalam tubuh manusia yang menyerang
perseorangan dan masyarakat. Golongan endogen ini terdiri dari komplek sifat seseorang
yang dasarnya sudah ditentukan sejak lahir yang memudahkan timbulnnya suatu penyakit. Ke
dalam golongan ini termasuk:
a) Habitus (perawakan, misalnya habitus asthemicus yaitu perawakan yang tinggi,kurus,
dada sempit dikatakan mudah terserang penyakit tuberkulosa.
b) Penyakit turunan, misalnya: asma, buta warna, dan hemofili.
c) Faktor usia daya tahan tubuh pada bayi, anak-anak, orang dewasa dan pada usia lanjut
berbeda.
Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat
ke suatu proses kejadian penyakit, yaitu proses interaksi antara manusia dengan berbagai
sifatnya dengan penyebab(agent) serta lingkungannya(environment) (Bustan, 2000).
1. Unsur penyebab( agent)
Pada dasarnya tak satu pun penyakit yang dapat timbul hanya disebabkan oleh 1 faktor
penyebab tunggal semata. Pada umumnya, kejadian penyakit disebabkan oleh sumber atau
unsur yang secara bersama-sama mendorong terjadinya penyakit. Namun demikian, secara
dasar unsur penyebab penyakit dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu:
a) Penyebab kausal primer
Unsur ini di anggap sebagai faktor kausal terjadinya penyakit, dengan ketentuan bahwa
walaupun unsur ini ada belum tentu terjadinya penyakit , tetapi sebaliknya. Unsur kausal ini:
Unsur penyebab biologis,yaitu semua unsur penyebab yang tergolong makhluk hidup
termasuk mikro organisme seperti: virus, bakteri, protozoa, jamur, kelompok cacing, dan
insekta. Unsur penyebab ini pada umumnya dijumpai pada penyakit infeksi dan menular.
Unsur penyebab nutrisi, yaitu semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat nutrisi dan
dapat menimbulkan penyakit tertentu karena kekurangan maupun kelebihan zat nutrisi
tertentu seperti protein, lemak, vitamin, dan air.
Unsur penyebab kimiawi, yaitu semua unsur dalam bentuk senyawa kimia yang dapat
menimnbulkan gangguan kesehatan atau penyakit tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal
dari luar tubuh termasuk berbagai jenis zat racun, obat-obatan keras,berbagai senyawa kimia
tertentu dan lain-lain. Bentuk senyawa kimia dapat berbentuk cair, gas, uap dan padat.
13

Unsur penyebab fisika, yaitu semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit melalui proses
fisika, misalnya panas, irisa, tikaman,pukulan dan lain-lain.
Unsur penyebab psikis, yaitu semua unsur bertalian dengan kejadian penyakit gangguan jiwa
serta gangguan tingkah laku sosial.
b) Unsur pejamu ( Host)
Yang dimaksud dengan unsur pejamu atau host adalah semua faktor yang terdapat pada diri
manusia yang dapat mempengaruhi timbulnya serta perjalanan suatu penyakit.
Manusia sebagai makhluk biologis memiliki sifat biologis tertentu,seperti: umur,jenis
kelamin, ras, keturunan, bentuk anatomi tubuh, fungsi fisiologis tubuh, keadaan imunitas
terhadap berbagai sumber atau unsur dari luar maupun dalam tubuh, kemampuan interaksi
antara pejamu dengan penyebab secara biologis, status gizi dan status kesehatan secara
umum. Manusia sebagai makhluk sosial mempunyai berbagai sifat khusus, yaitu: kelompok
etnik, temasuk adat, kebiasaan, agam, dan hubungan keluarga dan hubungan sosial
kemasyarakatan, kebiasaan hiduo dan kehidupan sosial sehari-hari termasuk kebiasaan hidup
seha (Bustan, 2000).
c) Unsur lingkungan
1. Lingkungan biologis
a) Segala flora dan fauna yang berada disekitar manusia, antara lain:
Berbagai mikro patogen dan tidak patogen,
b) Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat mempengaruhi kehidupan
manusia, baik sebagai sumber kehidupan maupun reservoir.
c) Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai vektor penyakit tertentu
terutama penyakit menular.
2. Lingkungan fisik
Termasuk unsur kimia radiasi, meliputi:
a) Udara, keadaan cuaca, geografis, dan geologis.
b) Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai bentuk pencemaran pada
air, dan
c) Unsur kimiawi lainnya pencemaran udara, tanah dan air, dsb.
3. Lingkungan sosial
a) Lingkungan ini meliputi : Sistem hukum, administrasi dan kehidupan sosial
politik, serta sistem ekonomi yang berlaku.
Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku setempat.
14

b) Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan hidup sehat masyarakat setempat
c) Kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga dan berbagai sistem kehidupan
sosial lain (Bustan, 2000).
2.2.3 Konsep Terjadinya Penyakit
Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit. Pada mulanya, konsep terjadinya penyakit
didasarkan pada adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan dari yang maha
pencipta. Pada tahap berikutnya, hipocrates mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit
disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, tanah, udara, cuaca, dan lain
sebagainya. Namun, teori ini tidak menjelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam
interaksi tersebut, factor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit. Dalam
kehidupan masyarakat Cina dikenal pula teori terjadinya penyakit yang timbul karena adanya
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia (teori humoral). Menurut teori ini,
dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan, yaitu cairan putih, kuning, merah dan
hitam. Bila terjadi gangguan keseimbangan tersebut, akan timbul penyakit tertentu.
Kemudian berkembang teori terjadinya penyakit karena sisa-sisa makhluk hidup yang telah
mengalami pembusukan, sehingga meninggalkan pengotoran udara di lingkungan sekitarnya.
Contoh pengaruh teori tersebut adalah timbulnya penyakit malaria yang dikira karena sisa-
sisa pembusukan binatang dan tumbu-tumbuhan yang ada di rawa-rawa (malaria artinya
daerah yang jelek). Akhirnya pada abad-abad selanjutnya, terjadi perubahan yang cukup
besar dalam konsep terjadinya penyakit, dengan ditemukannya mikroskop, sehingga konsep
penyakit beralih ke jasad renik. Perkembangan selanjutnya mengantar para ahli kea rah
hormonal yang semakin berkembang. Orang-orang mulai optimis dalam menghadapi
berbagai penyakit dengan antibiotic, system imunitas dan lain sebagainya (Notoatmojo,
2003).
Pada saat ini, teori tentang factor penyabab penyakit tidak dapat dipisahkan dengan
berbagai factor penyabab penyakit yang berperan dalam proses kejadian penyakit yang
dikembangkan melalui teori ekologi lingkungan yang didasarkan pada konsep bahwa
manusia berinteraksi dengan berbagai factor penyabab dalam lingkungan tertentu dan pada
keadaan tertentu akan menimbulkan penyakit yang tertentu pula.
Konsep penyebab dan proses terjadinya Penyakit
Pengertian penyebab penyakit dalam epidemiologi berkembang dari rantai sebab akibat ke
suatu proses kejadian penyakit, yakni proses interaksi antara manusia
15

(pejamu) dengan berbagai sifatnya (biologis, filosofis, psikologis, sosiologis, antropologis)
dengan penyabab (agent), serta dengan lingkungan (environment).
Hubungan interaksi host, agent, dan environment . Host environment agent. Dalam teori
keseimbangan, maka interaksi antara ketiga unsur tersebut harus dipertahankan keadaan
keseimbangannya. Dan bila terjadi gangguan keseimbangan antara ketiganya, akan
menyebabkan timbulnya penyakit tertentu. Pada keadaan normal, kondisi keseimbangan
proses interaksi tersebut dapat dipertahankan. Melalui intervensi alamiah terhadap salah satu
dari ketiga unsur tersebut di atas, maupun melalui usaha tertentu manusia dalam bidang
pencegahan maupun dalam bidang peningkatan derajat kesehatan(Notoatmoo, 2003).
2.2.4 Mekanisme Penyebaran Penyakit Menular
Faktor penyebab penyakit menular
faktor penyebab atau agent yaitu organisme penyebab penyakit
sumber penularan yaitu reservoir maupun resources cara penularan khusus melalui mode of
transmission

2.2.5 Fase-fase Penyakit Menular
1. Tahap Prepatogensis
Pada tahap ini individu berada dalam keadaan normal/sehat tetapi mereka pada dasarnya peka
terhadap kemungkinan terganggu oleh serangan agen penyakit (stage of suseptibility).
Walaupun demikian pada tahap ini sebenarnya telah terjadi interaksi antara penjamu dengan
bibit penyakit. Tetapi interaksi ini masih terjadi di luar tubuh, dalam arti bibit penyakit masih
ada diluar tubuh pejamu dimana para kuman mengembangkan potensi infektifitas, siap
menyerang peniamu. Pada tahap ini belum ada tanda-tanda sakit sampai sejauh daya tahan
tubuh penjamu masih kuat. Namun begitu penjamunva lengah ataupun memang bibit
penyakit menjadi lebih ganas ditambah dengan kondisi lingkungan yang kurang
menguntungkan pejamu, maka keadaan segera dapat berubah. Penyakit akan melanjutkan
perjalanannya memasuki fase berikutnya, tahap patogenesis (Notoatmojo, 2003).
2. Tahap Patogenesis
Tahap ini meliputi 4 sub-tahap yaitu:- Tahap Inkubasi, - Tahap Dini, - Tahap Lanjut,
dan -Tahap Akhir.
a. Tahap Inkubasi
Tahap inkubasi merupakan tenggang diwaktu antara masuknya bibit penyakit ke
dalam tubuh yang peka terhadap penyebab penyakit, sampai timbulnya gejala
16

penyakit. Masa inkubasi ini bervariasi antara satu penyakit dengan penyakit lainnya.
Dan pengetahuan tentang lamanya masa inkubasi ini sangat penting, tidak sekadar
sebagai pengetahuan riwayat penyakit, tetapi berguna untuk informasi diagnosis.
Setiap penyakit mempunyai masa inkubasi tersendiri, dan pengetahuan masa
inkubasi dapat dipakai untuk identifikasi jenis penyakitnya.
b. Tahap Dini
Tahap ini mulai dengan munculnya gejala penyakit yang Kelihatannya ringan.
Tahap ini sudah mulai menjadi masalah kesehatan karena sudah ada gangguan
patologis (pathologic changes), walaupun penyakit masih dalam masa subklinik
(stage of subclinical disease). Seandainya memungkinkan, pada tahap ini sudah
diharapkan diagnosis dapat ditegakkan secara dini.
c. Tahap Lanjut
Merupakan tahap di mana penyakit bertambah jelas dan mungkin tambah berat
dengan segala kelainan patologis dan gejalanya (stage of clinical disease). Pada
tahap ini penyakit sudah menunjukkan gejala dan kelainan klinik yang jelas,
sehingga diagnosis sudah relatif mudah ditegakkan. Saatnya pula, setelah diagnosis
ditegakkan, diperlukan pengobatan yang tepat untuk menghindari akibat lanjut yang
kurang baik,
3. Tahap Akhir/ pasca patogenesis.
Berakhirnya perjalanan penyakit dapat berada dalam lima pilihan keadaan, yaitu:
a) Sembuh sempurna, yakni bibit penyakit menghilang dan tubuh menjadi pulih, sehat
kembali.
b) Sembuh dengan cacat, yakni bibit penyakit menghilang, penyakit sudah tidak ada,
tetapi tubuh tidak pulih sepenuhnya, meninggalkan bekas gangguan yang permanen
berupa cacat.
c) Karier, di mana tubuh penderita pulih kembali, namun
d) penyakit masih tetap ada dalam tubuh tanpa memperlihatkan gangguan penyakit.
e) Penyakit tetap berlangsung secara kronik.
f) Berakhir dengan kematian (Notoatmojo, 2003).




17

2.2.6 Tingkat Pencegahan Penyakit Menurut Level dan Clark
Dalam kesehatan masyarakat ada 5 (lima) tingkat pencegahan penyakit menurut
Leavell and Clark (1958). Pada point 1 dan 2 dilakukan pada masa sebelum sakit dan point
3,4,5 dilakukan pada masa sakit (Bustan, 2000):
1. Peningkatan atau promosi kesehatan (health promotion)
Promosi kesehatan adalah ilmu dan seni membantu masyarakat menjadikan gaya
hidup mereka sehat optimal. Kesehatan yang optimal didefinisikan sebagai
keseimbangan kesehatan fisik, emosi, sosial, spiritual, dan intelektual. Ini bukan
sekedar pengubahan gaya hidup saja, namun berkairan dengan pengubahan
lingkungan yang diharapkan dapat lebih mendukung dalam membuat keputusan
yang sehat.
Pengubahan gaya hidup dapat difasilitasi melalui penggabunngan:
1. menciptakan lingkungan yang mendukung
2. mengubah perilaku, dan
3. meningkatkan kesadaran.10
Peningkatan atau promosi kesehatan ini jugak dapat dilakukan dengan cara:
a. Penyediaan makanan sehat dan cukup (kualitas maupun kuantitas)
b. Perbaikan hygiene dan sanitasi lingkungan, misalnya penyediaan air bersih,
pembuangan sampah, pembuangan tinja dan limbah.
c. Pendidikan kesehatan kepada masyarakat. Misal untuk kalangan menengah ke
atas di negara berkembang terhadap resiko jantung koroner.
d. Olahraga secara teratur sesuai kemampuan individu.
e. Kesempatan memperoleh hiburan demi perkembangan mental dan sosial.
2. Perlindungan umum dan khusus terhadap penyakit-penyakit tertentu (general and specific
protection)
a. Memberikan immunisasi pada golongan yang rentan untuk mencegah penyakit
b. Isolasi terhadap penderita penyakit menular, misal yang terkena flu burung.c.
Pencegahan terjadinya kecelakaan baik di tempat umum maupun tempat kerja.
d. Perlindungan terhadap bahan-bahan yang bersifat karsinogenik, bahan-bahan
racun maupun alergi.
e. Pengendalian sumber-sumber pencemaran.
18

3. Penegakkan diagnosa secara dini dan pengobatan yang cepat dan tepat (early diagnosis and
prompt treatment:
a. Mencari kasus sedini mungkin.
b. Mencari penderita dalam masyarakat dengan jalan pemeriksaan . Misalnya
pemeriksaan darah, rontgent paru.
c. Mencari semua orang yang telah berhubungan dengan penderita penyakit
menular (contact person) untuk diawasi agar bila penyakitnya timbul dapat segera
diberikan pengobatan.
d. Meningkatkan keteraturan pengobatan terhadap penderita.
e. Pemberian pengobatan yang tepat pada setiap permulaan kasus.
4. Pembatasan kecacatan (dissability limitation)
a. Pengobatan dan perawatan yang sempurna agar penderita sembuh dan tak terjadi
komplikasi.
b. Pencegahan terhadap komplikasi dan kecacatan.
c. Perbaikan fasilitas kesehatan sebagai penunjang untuk dimungkinkan
pengobatan dan perawatan yang lebih intensif.
5. Pemulihan kesehatan (rehabilitation)
a. Mengembangkan lembaga-lembaga rehabilitasi dengan mengikutsertakan
masyarakat.
b. Menyadarkan masyarakat untuk menerima mereka kembali dengan memberikan
dukungan moral setidaknya bagi yang bersangkutan untuk bertahan.
c. Mengusahakan perkampungan rehabilitasi sosial sehingga setiap penderita yang
telah cacat mampu mempertahankan diri.
d. Penyuluhan dan usaha-usaha kelanjutan yang harus tetap dilakukan seseorang
setelah ia sembuh dari suatu penyakit.
Beaglehole (WHO, 1993) membagi upaya pencegahan menjadi 3 bagian : primordial
prevention (pencegahan awal) yaitu pada pre patogenesis, primary prevention (pencegahan
pertama) yaitu health promotion dan general and specific protection , secondary prevention
(pencegahan tingkat kedua) yaitu early diagnosis and prompt treatment dan tertiary
prevention (pencegahan tingkat ketiga) yaitu dissability limitation dan rehabilitation.

2.2.7 Penanggulangan Penyakit Menular
Yang dimaksud dengan penanggulangan penyakit menular (kontrol) adalah upaya
untuk menekan peristiwa penyakit menular dalam masyarakat serendah mungkin sehingga
19

tidak menjadi gangguan kesehatan bagi masyarakat tersebut. Seperti halnya pada upaya
pencegahan penyakit, maka upaya penanggulangan penyakit menular dapat pula
dikelompokkan pada tiga kelompok sesuai dengan sasaran utamanya,yang meliputi:
Sasaran langsung pada sumber penularan pejamu
a. Sumber penularan adalah binatang
b. Sumber penularan adalah manusia
Sasaran ditujukan pada cara penularan
Sasaran ditujukan pada pejamu potensial
Peningkatan kekebalan khusus
Peningkatan kekebalan umum(Bustan, 2000)

2.3 Pencegahan Penyakit

2.3.1 Macam-macam Kekebalan
Kekebalan terhadap suatu penyakit dapat digolongkan menjadi dua, yakni(Bustan, 2000):
a. Kekebalan tidak spesifik
Yang dimaksud adalah pertahanan tubuh pada manusia secara alamiah dapat
dilindungi badan dari suatu penyakit, misalnya kulit, air mata , cairan-cairan khusus
yang keluar dari usus, adanya reflek-reflek tertentu misalnya batuk dan bersin,dan
sebagainya.
b. Kekebalan spesifik
Kekebalan spesifik dapat diperoleh dari dua sumber,yaitu:
c. Genetik
Kekebalan yang berasal dari sumber genetik ini biasanya berhubungan dengan ras,
misalnya orang kulit hitam atau negro cenderung lebih resisten terhadap penyakit
malaria jenis vivax.
d. Kekebalan yang diperoleh
Kekebalan ini diperoleh dari luar tubuh anak atau orang yang bersangkutan.
Kekebalan dapat bersifat aktif, dan dapat bersifat pasif. Kekebalan aktif dapat
diperoleh setelah orang sembuh dari penyakit tertentu. Misalnya anak yang telah
sembuh dari penyakit campak ia akan kebal terhadap penyakit campak. Kekebalan
aktif juga dapat diperoleh melalui imunisasi. Kekebalan pasif diperoleh melalui
ibunya mmelalui plasenta. Ibu yang telah memperoleh kekebalan terhadap penyakit
tertentu, misalnya campak, malaria dan tetanus, maka anak bayi akan memperoleh
20

kekebalan terhadap penyakit tersebut untuk beberapa bulan pertam. Kekebalan pasif
juga dapat diperoleh melalui serum anti body dari manusia atau binatang.1
2.3.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kekebalan
Faktor yang mempengaruhi kekebalan tubuh secara umum terdiri atas:
a) Umur
Orang pada usia sangat muda atau usia tua lebih rentan, kurang kebal terhadap
penyakit-penyakit menular tertentu. Orang pada usia ini memiliki daya tahan tubu8h
yang lebih rendah.
b) Sex
Penyakit menular tertentu seperti polio dan diphteria lebih parah terjadi pada wanita
daripada pria.
c) Kehamilan
Wanita hamil lebih rentan terhadap penyakit-penyakit menular tertentu seperti polio,
pneumia, atau malaria.
d) Gizi
Gizi yang baik akan meningkatkan resistensi tubuh terhadap penyakit-penyakit
infeksi.
e. Truma
Stres merupakan salah satu trauma yang dapat mempengaruhi kerentanan seseorang
terhadap suatu penyakit infeksi tertentu.
e) Kekebalan Masyarakat ( Herd Imunity)
f) Apabila herd imunity rendah, maka masyarakat tersebut akan lebih mudah terjangkit
suatu wabah penyakit.
g) Masa Inkubasi
h) Masa inkubasi adalah jarak waktu dari mulai terjadi infeksi di dalam diri seseorang
sampai muncul gejala-gejala atau tanda-tanda penyakit pada orang tersebut. Tiap
penyakit infeksi memiliki masa inkubasi yang berbeda-beda.

2.3.3 Definisi Imunisasi
Imunisasi berasaldari kata imun yang artinya adalah kekebalan atau resisten. Imunisasi
adalah pemberian vaksin untuk mencegah terjadinya penyakit. Vaksin adalah suatu obat yang
diberikan untuk membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu tubuh menghasilkan
antibodi. Antibodi ini berfungsi melindungi terhadap penyakit(Entjang 2000).

21

2.3.4 Tujuan Pemberian Imunisasi
Menurut Depkes RI (2001), tujuan imunisasi adalah untuk mencegah penyakit dan kematian
bayi dan anak-anak yang disebabkan oleh wabah yang sering muncul.
Tujuan pemberian imunisasi adalah untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan dari
penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi(Entjang, 2000).

2.3.5 Faktor yang Mempengaruhi Pemberian Imunisasi
1.usia
Imunisasi pada usia dewasa dapat di berikan sebagai imunidadi ulangan atau pertama
2.usia di atas 60 tahum
Pada usia di atas 60 tahun terjadi penurunan respons umum yang sekunder.
3.penyakit kronis
Vaksin dan vaksin virus influenza yang di lemahkan di anjurkan untuk di berikan kepada
penderita.
4.resiko pekerjaam
a.imunisasi terhadap berbagai infeksi seperti hepatitis B,Q fever,pes,dll.
b.vaksin antraks untuk mereka yang bekerja dengan kulit tulang binatang
c.vaksin rabies di berikan kepada dokter hewan,mahasiswa calon dokter hewan
5.Rubela seronegatif
Kepada mereka perlu di berikan imunisasi sebelum pubertas dengan vaksin yang di lemahkan
HIV,pasien transplantasi sumsum tulang belakang.
6.golongan resiko lain
Golongan ini dengan aktivitas seksual yang tinggi,penyalahgunaan obat suntik adiktif,bayi
lahir dari ibu pengidap penyakit hepatitis / AIDS (Entjang, 2000).








22

BAB III
KONSEP MAPPING




























23


BAB IV
PEMBAHASAN

Dewasa ini kita dapat lihat perkembangan epidemiologi sebagai suatu bidang ilmu yang
mempelajari keadaan dan sifat karakteristik suatu kelompok penduduk tertentu,dengan
memperhatikan berbagai perubahan yang terjadi pada penduduk tersebut yang mempengaruhi
derajat kesehatan dan kehidupan sosialnya.Berbagai definisi dan pengertian telah
dikemukakan oleh para ahli epidemiologi yang pada dasarnya memeliki kesamaan pengertian
yakni epidemiologi adalah suatu ilmu yang mempelajari,menganalisis,serta berusaha
memecahkan berbagai masalah kesehatan maupun masalah yang erat hubungannya dengan
kesehatan pada suatu kelompok penduduk tertentu(Budiarto, 2003).
Epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari tentang penyebaran penyakit serta
determinan-determinan yang mempengaruhi penyakit tersebut. Epidemiologi dapat diartikan
sebagai ilmu tentang distribusi (penyebaran) dan determinan (faktor-faktor penentu) masalah
kesehatan masyarakat yang bertujuan untuk pembuatan perencanaan dan pengambilan
keputusan dalam menanggulangi masalah kesehatan. Epidemiologi adalah ilmu pengetahuan
mengenai terjadinya penyakit pada populasi manusia. Epidemiologi adalah studi tentang
penyebaran dan penyebab frekuensi penyakit pada manusia dan mengapa terjadi distribusi
semacam itu. Epidemiologi pada mulanya diartikan sebagai studi tentang epidemi. Hal ini
berarti bahwa epidemiologi hanya mempelajari penyakit-penyakit menular saja tetapi dalam
perkembangan selanjutnya epidemiologi juga mempelajari penyakit-penyakit non infeksi,
sehingga dewasa ini epidemiologi dapat diartikan sebagai studi tentang penyebaran penyakit
pada manusia di dalam konteks lingkungannya (Budiarto, 2003).

Dari kemampuan epidemiologi untuk mengetahui distribusi dan factor-faktor penyebab
masalah kesehatan dan mengarahkan intervensi yang diperlukan, maka epidemiologi
diharapkan mempunyai peranan dalam bidang kesehatan masyarakat, berupa (Bustan, 2000):
1. Mengidentifikasi faktor-faktor yang berperan menjadi penyebab penyakit atau
masalah kesehatan dalam masyarakat
2. Menyediakan data yang diperlukan untuk perencanaan kesehatan dan pengambilan
keputusan
24
24

3. Membantu melakukan evaluasi terhadap program kesehatan yang sedang atau telah
dilakukan
4. Mengembangkan metodologi untuk menganalisis keadaan suatu penyakit dalam
upaya untuk mengatasi atau menanggulanginya
5. Mengarahkan intervensi yang diperlukan untuk menanggulangi masalah yang perlu
dipecahkan.
Penyakit menular adalah penyakit yang dapat ditularkan (berpindah orang yang satu ke
orang yang lain, baik secara langsung maupun melalui perantara). Penyakit ini ditandai
dengan adanya agen atau sumber penyakit yang hidup dan dapat berpindah. faktor yaitu
agent, host dan route of transmission. Sedangkan penyakit tidak menular adalah penyakit
yang diderita pasien yang pada umumnya disebabkan bawaan atau keturunan, kecacatan
akibat kesalahan proses kelahiran, dampak dari berbagai penggunaan obat, konsumsi
makanan ataupun minuman termasuk rokok(Bustan, 2000).
Istilah penyakit tidak menular mempunyai kesamaan dengan sebutan penyakit kronik,
penyakit non-infeksi, New Communicable Disease dan penyakit degeneratif.
Di sebut penyakit kronik karena kelangsungan penyakit tidak menular biasanya bersifat
kronik (menahun) atau lama. Penyakit non-infeksi dipakai karena penyebab penyakit tidak
menular biasanya bukan mikroorganisme. Namun bukan berarti tidak ada peran
mikroorganisme dalam terjadinya penyakit tidak menular. Di sebut penyakit degeneratif
karena kejadiannya bersangkutan dengan proses degenerasi/ketuaan sehingga penyakit tidak
menular banyak ditemukan pada usia lanjut. Sebutan New Communicable Disease karena
penyakit ini dianggap dapat menular yakni melalui gaya hidup. Gaya hidup dalam dunia
modern dapat menular dengan caranya sendiri, tidak seperti penularan klasik penularan
penyakit menular yang lewat suatu rantai penularan tertentu (Bustan, 2000).
Perkembangan Teori Terjadinya Penyakit. Pada mulanya, konsep terjadinya penyakit
didasarkan pada adanya gangguan makhluk halus atau karena kemurkaan dari yang maha
pencipta. Pada tahap berikutnya, hipocrates mengembangkan teori bahwa timbulnya penyakit
disebabkan oleh pengaruh lingkungan yang meliputi air, tanah, udara, cuaca, dan lain
sebagainya. Namun, teori ini tidak menjelaskan bagaimana kedudukan manusia dalam
interaksi tersebut, factor lingkungan bagaimana yang dapat menimbulkan penyakit. Dalam
kehidupan masyarakat Cina dikenal pula teori terjadinya penyakit yang timbul karena adanya
gangguan keseimbangan cairan dalam tubuh manusia (teori humoral). Menurut teori ini,
dalam tubuh manusia terdapat empat macam cairan, yaitu cairan putih, kuning, merah dan
25

hitam. Bila terjadi gangguan keseimbangan tersebut, akan timbul penyakit tertentu.
Kemudian berkembang teori terjadinya penyakit karena sisa-sisa makhluk hidup yang telah
mengalami pembusukan, sehingga meninggalkan pengotoran udara di lingkungan sekitarnya.
Contoh pengaruh teori tersebut adalah timbulnya penyakit malaria yang dikira karena sisa-
sisa pembusukan binatang dan tumbu-tumbuhan yang ada di rawa-rawa (malaria artinya
daerah yang jelek). Akhirnya pada abad-abad selanjutnya, terjadi perubahan yang cukup
besar dalam konsep terjadinya penyakit, dengan ditemukannya mikroskop, sehingga konsep
penyakit beralih ke jasad renik. Perkembangan selanjutnya mengantar para ahli kea rah
hormonal yang semakin berkembang. Orang-orang mulai optimis dalam menghadapi
berbagai penyakit dengan antibiotic, system imunitas dan lain sebagainya (Bustan, 2000).






















26


BAB V
PENUTUP

5.1 KESIMPULAN
Dari pembahasan yang telah kami paparkan, kami menarik kesimpulan bahwa
epidemiologi merupakan ilmu yang penting untuk dipelajari karena cabang ilmu
ini memberikan kita pengetahuan tentang penyakit menular maupun tidak
menular sehingga kita dapat menyembuhkan penyakit tersebut atau bahkan
mencegahnya.
5.2 SARAN
Seluruh pihak masyarakat Indonesia maupun pemerintah dapat bekerja sama
dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia. Bagi
penyelenggara sistem kesehatan sebaiknya meningkatkan kinerjanya supaya
dapat meningkatkan kesehatan masyarakat, lebih memperhatikan keadaan
lingkungan sekitar. Bagi masyarakat sebaiknya berperan aktif pada setiap
kegiatan yang berhubungan dengan peningkatan kesehatan.










27
27

DAFTAR PUSTAKA
Azwar, asrul.dr.m.ph.1988. Pengantar Epidemiologi. Jakarta: PT. Binarupa Aksara
Budioro.B.2007.Pengantar Epidemiologi Edisi II. .Semarang : Badan Penerbit Undip.
Budiarto,eko.2002. pengantar epidemiologi edisi 2.jakarta
www.google.co.id
Budiarto, Eko.2003. Pengantar Epidemiologi.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC
Bustan, M.N.2000. Epidemiologi Penyakit Tidak Menular,Jakarta:PT.Rineka Cipta.
Bustan, M.N. 2006. Pengantar Epidemiologi Edisi Revisi. Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Entjang,2000.Ilmu Kesehatan Masyarakat.Bandung.PT.Citra Adya Bhakti.
Notoatmojo.2003.Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta.PT. Rineka
Cipta
Sutrisna, Bambang.dr.M.H.Sc.1986.Pengantar Metoda Epidemiologi. Jakarta: PT. Dian
Rakyat.

Вам также может понравиться