Вы находитесь на странице: 1из 6

Salah satu penelitian menunjukkan bahwa pemberian kortikosteroid pada fase

akut dapat memberikan hasil yang baik pada kasus Stevens Johnson Syndrome.
4
Pada kasus yang akut dan berat kortikosteroid diberikan dengan dosis tinggi dan
dalam waktu yang singkat.
8, 14
Bila pemberian kortikosteroid dilakukan dalam jangka waktu
yang panjang maka akan memperparah keadaan pasien dan akan menimbulkan kelainan
lainnya.
8
Pada kasus yang akut, pemberian kortikosteroid yang dianjurkan melalui intravena
yaitu metilprednisolone, sedangkan regimen yang dianjurkan untuk peresepan oral ialah
Prednisone. osis pemberian yang tinggi bertujuan untuk segera mengontrol proses yang
terjadi.
4
osis pemberian peroral dikatakan tinggi bila telah men!apai 1 mg"#gBB atau $%
mg"hari pada preparat Prednison, atau &%%mg"hari pada preparat metil prednisolon dan di
turunkan perlahan dalam jangka waktu 1 hingga ' minggu. Bila penggunaan kurang dari ()
4 minggu maka penggunaan kortikosteroid dapat segera dihentikan tanpa menurunkan
dosis terlebih dahulu.
*
Bila pemberian kortikosteroid lebih dari 4 minggu maka harus dilakukan penurunan
dosis, untuk menghindari krisis adrenal. Penurunan dosis paling baik dengan melakukan
dosis alternate. Pertama)tama dengan menurunkan dosis menjadi 4%)&% mg Prednisone.
Setiap harinya dosis dikurangi & mg, dapat pula dinaikan dosisnya selama 1 hari kemudian
dikembalikan lagi pada dosis yang ditinggalkan.
*
Pemberian terapi disamakan dengan fisiologis tubuh, dimana pada pagi hari yaitu
jam 8 pagi akan terjadi pun!ak dari produksi kortisol. Bila regimen yang diberikan adalah
16
intravena maka pemberiannya se!ara perlahan selama ')( jam pada pagi hari 1 kali sehari
selama ( hari dan dilanjutkan dengan Prednison peroral dengan dosis ma+imal
(mg"#gBB"hari.
*
Setelah sampai pada dosis alternate & mg"hari, maka dibutuhkan terapi rumatan.
Sampai minggu ke 4 post terapi dengan dosis & mg" hari akan di !ek kadar kortisol pada
saat jam 8 pagi. Bila kadar kortisol dalam darah kurang dari 1%,g"d- maka dosis alternate
dilanjutkan dengan penurunan dosis 1 mg" hari tiap 1)' minggu hingga di!apai dosis
rumatan ' mg"hari. Setelah ter!apai dosis rumatan maka kadar kortisol di dalam plasma
harus dikontrol pada bulan kedua, bila kadar kortisol di dalam plasma lebih dari 1%,g"d-
maka terapi dapat dihentikan. .ungsi /P0 0ksis akan kembali dalam 1 bulan kedepan.
*
Bila selama perjalanan penurunan dosis terjadi stres, seperti trauma, operasi, diare
atau demam yang lebih dari (8
%
2 dapat terjadi insufisiensi akut kelenjar adrenal. alam
keadaan seperti ini penderita diberikan Prednisone '&)*& mg"hari atau 1%%)(%% mg kortisol
dalam dosis terbagi.
*
3bat yang tersangka sebagai kausanya segera dihentikan, termasuk jamu dan aditif.
4ika keadaan umum baik dan lesi tidak menyeluruh !ukup diobati dengan prednisone (%5
4% mg sehari. 6amun bila keadaan umumnya buruk dan lesi menyeluruh harus diobati
se!ara tepat dan !epat7 dan pasien harus rawat inap. Penggunaan obat kortikosteroid
merupakan tindakan file)saving dan dapat digunakan deksametason se!ara intravena
dengan dosis permulaan 4)$ + & mg sehari. 8mumnya masa krisis diatasi dalam beberapa
hari. Pasien stevens)johnson syndrome berat harus segera dirawat inap dan berikan
deksametason $+& mg intravena. Biasanya setelah beberapa hari 9')( hari: masa krisis
telah teratasi, keadaan membaik, dan tidak timbul lesi baru, sedangkan lesi lama tampak
17
mengalami involusi. osisnya segera diturunkan se!ara !epat, setiap hari diturunkan tiap &
mg, setelah dosis men!apai & mg sehari lalu diganti dengan tablet kortikosteroid, misalnya
prednisone, yang diberikan keesokan harinya dengan dosis '% mg sehari7 sehari kemudian
diturunkan menjadi 1% mg sehari, kemudian obat tersebut dihentikan. 4adi lama
pengobatan kira)kiran 1% hari
Selain deksametason dapat digunakan pula metilprednisolon dengan dosis serupa.
#elebihan metilprednisolon adalah efek sampingnya lebuh sedikit dibandingkan dengan
deksametason karena termasuk golongan kerja sedang, sedangkan deksametason termasuk
golongan kerja lama, namun harganya lebih mahal. #arena pengobatan dengan
kortikosteroid dalam waktu singkat pemakaian kedua obat tersebut tidak banyak perbedaan
mengenai efek sampingnya. ;appering off hendaknya dilakukan !epat karena umumnya
penyebab SS4 ialah eksogen 9alergi:, jadi berbeda dengan penyakit autoimun 9endogen:
misalnya pemfigus.
Bila tappering off tidak lan!ar hendaknya dipikirkan faktor lain. <ungkin antibiotik
yang sekarang diberikan menyebabkan alergi sehingga masih timbul lesi baru. #alau
demikian harus diganti dengan antibiotik lain. #emungkinan lain kausanya bukan alergi
obat, tetapi infeksi 9pada sebagian ke!iol kasus:. 4adi kultur darah hendaknya dikerjakan.
2ara pengam,bila sampel yang terbaik ialah kulit tempat akan diambil darah dikompres
dengan spiritus dilutus dengan kassa steril selama setengah jam untuk menghindari
kontaminasi.
18
Pada waktu penurunan dosis kortikosteroid sistemik dapat timbul miliaria kristalina
yang sering disangka sebagai lesi baru dan dosis kortikosteroid dinaikkan kembali, yang
seharusnya diturunkan.
engan dosis kortikosteroid setinggi itu, maka imunitas pasien akan berkurang,
karena itu harus diberikan antibiotik untuk men!egah terjadinya infeksi, misalnya
brokopneumonia yang dapat menyebabkan kematian. 0ntibiotik yang dipilih hendaknya
yang jarang menimbulkan alergi, berspektrum luas, bersifat bakterisidal, dan atau sedikit
nefrotoksik. /endaknya antibiotik yang akan diberikan jangan yang segolongan atau yang
rumusnya mirip dengan antibiotik yan diduga menyebabkan alergi untuk men!egah
sensitisasi silang. 3nbat yang memenuhi syarat tersebut misalnya ialah siprofloksasin '+
4%% mg iv. #lindamisin meskipun tidak berspektrum luas, sering kami gunakan karena
juga efektif untuk kuman anaerob, dosisnya '+$%% mg iv. 3bat lain juga dapat digunakan,
misalnya !eftriakson dengan dosis ' gram, sehari 1 kali 1. /endaknya diingat obat tersebut
akan memberikan sensitisasi silang dengan amoksisilin karena keduanya termasuk
antibiotik betalaktam. 8ntuk mengurangi efek samping kortikosteroid dapat diberikan diet
yang miskin garanm dan tinggi protein karena kortikosteroid bersifat katabolik. Setelah
seminggu diperiksa pula kadar elektrolit dalam darah. Bila terdapat penurunan kalium
dapat diberikan #2l (+&%% mg peros.
/al yang perlu diperhatikan ialah mengatur keseimbangan !airan"elektrolit dan
nutrisi, terlebih)lebih karena pasien sukar atau tidak dapat menelan akibat lesi dimulut dan
di tenggorokan dan kesadaran dapat menurun. 8ntuk itu, dapat diberikan infus, misalnya
dekstrose &=, 6a2- 1 =, -aktat ringer 1>1>1 dalam 1 labu yang diberikan 8 jam sekali.
19
4ika dengan terapi tersebut belum tampak perbaikan dalam ' hari maka dapat
diberikan transfusi darah sebanyak (%% !! selama ' hari berturut)turut. ?fek transfusi darah
9whole blood: ialah sebagai imunorestorasi. Bila terdapat leukopenia prognosisnya menjadi
buruk. Setelah diberi transfusi leukosit !epat menjadi normal.
Selain itu, darah juga mengandung banyak sitokin dan leukosit, jadi meninggikan
daya tahan.
4adi indikasi pemberian transfusi pada SS4 dan 6?; yang dilakukan ialah>
1. Bila telah diobati dengan kortikosteroid dengan dosis adekuat setelah '
hari belum ada perbaikan. osis adekuat untuk SS4 (% mg deksametason sehari dan 6?;
4% mg sehari.
'. Bila terdapat purpura generalisata.
(. 4ika terdapat leukopenia.
;entang kemungkinan terjadinya polisitemia tidak perlu dikawatirkan karena
pemberian darah untuk transfusi hanya selama ' hari. /b dapat naik sedikit namun !epat
turun.
Pada kasus dengan purpura yang luas dapat pula ditambahkan vitamin 2 &%% mg
atau 1%%% mg sehari iv.
;erapi topikal tidak sepenting terapi sistemik. Pada daerah erosi dan ekskoriasi
dapat diberikan krim sulfodia@in)perak. 8ntuk lesi dimulut dapat diberikan kenalog in
20
orabase dan betadine kumur. 8ntuk bibir yang kelainannnya berupa krusta tebal kehitaman
dapat diberikan emolien misalnya krim urea 1%=.
21

Вам также может понравиться