Ivan Laurentius S 102011265 / A1 Mahasiswa FK UKRIDA Semester 7 FK UKRIDA 2011 Jalan Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 E-mail: archgear@gmail.com
Skenario 2 Seorang bayi berusia 3 minggu dirujuk untuk dilakukan pemeriksaan analisis kromos dengan indikasi disorder of sex development (DSD). Pada pemeriksaan fisik ditemukan genitalia eksterna dengan kelamin yang meragukan (sex ambigua) yaitu berupa suatu penoscrotal hypospadia dengan urethra di daerah perineum. Pemeriksaan USG abdomen tidak menunjukkan sesuatu yang jelas karena bayi masih terlalu kecil. Anamnesa Riwayat keluarga Kematian perinatal / neonatal Infertilitas Kosanguinitas Riwayat kesulitan penentuan jenis kelamin saat lahir Anggota keluarga dengan anomali genital dan hernia inguinalis dengan gonad prolaps Anamnesa Riwayat kehamilan (trimester 1) gangguan endokrin pada ibu selama kehamilan usia kehamilan penggunaan progesteron, androgen dan alkohol pada ibu hamil Pemeriksaan Fisik (Bayi) Tampak seperti laki-Iaki Testis bilateral tidak teraba pada bayi cukup bulan Hipospadia berhubungan dengan pelepasan sakus skrotum Undescended testis dengan hipospadia Mikropenis
Indeterminate Ambiguous genitalia misalnya ekstrofi kloakal
Tampak seperti seperti wanita Hipertrofi klitoris Foreshortened vulva dengan satu lubang Hernia inguinal berisi gonad
Pemeriksaan Fisik (Remaja) Ambiguous genitalia yang tidak dikenali Hernia inguinal pada wanita Pubertas terlambat atau tidak lengkap Virilisasi pada wanita Amenorea primer Pertumbuhan payudara pada lelaki Pemeriksaan Penunjang Analisis Kromosom (FISH) Profil Hormonal (Tes Stimulasi HCG) Serum Elektrolit (risk CAH) Imaging USG Pelvic & Abdomen Genitografi MRI Diagnosa Disorder of Sex Development (DSD)
Gangguan perkembangan seks dimulai dari tingkat kromosom, gonad maupun anatomi
Penegakan diagnosa dini penting untuk aspek psikologis dan sosial serta mecegah risk CAH yang disertai pemborosan garam Diagnosa Sindrom Turner Sindrom Klinefelter Diagnosa Penoscrotal Hypospadia (Mixed Gonadal Dysgenesis) Ovotesticular DSD (Tetragametic Chimerism) Diagnosa 46,XX DSD 46,XY DSD Patofisiologi Diferensiasi seks : satu kesatuan karakteristik gonad, traktus genitalia interna & eksterna Janin bersifat bipotensial, dapat menjadi fenotipe laki-laki atau perempuan normal Fenotipe Laki-laki / perempuan tergantung keberadaan gen SRY (Sex Reversing Y) +/-
Patofisiologi Gen SRY - 1. Gonad janin primitif ovarium 2. Substansi inhibitori duktus Mulleri - duktus Wolff degenerasi genitalia perempuan
Genitalia Ambigu: perkembangan testis abnormal, defek biosintesis testosteron atau DHT, produksi androgen endogen berlebih, atau defek reseptor androgens
Manifestasi Klinis Neonatus Perempuan: klitoromegali, pembengkakan daerah inguinal Laki-laki: tidak terabanya testis, atau hipospadia Pubertas terhambatnya pertumbuhan seks sekunder Perempuan: amenore primer, adanya virilisasi Laki-laki: ginecomastia dan infertilitas Prinsip Tatalaksana Penentuan jenis kelamin setelah evaluasi yang lengkap Evaluasi dan managemen jangka panjang dengan melibatkan tim multidisipliner yang terlatih Komunikasi terbuka dengan pasien dan keluarganya; mereka harus dihargai dan dirahasiakan keberadaannya
Tim Penatalaksana Bedah anak Urologi anak Bedah rekonstruksi urogenital Psikolog Pekerja sosial Psikiater Endokrin anak Orang tua pasien Tatalaksana Penentuan Jenis Kelamin Potensi fertilitas Kemampuan untuk fungsi seksual normal Fungsi endokrin Perubahan malignansi Konseling psikologis pada anak dan orangtua Pembedahan rekonstruksi Pola Asuh Gender Terapi Hormonal Terapi Bedah Konseling Genetik Tujuan: mengumpulkan data- data medis maupun genetik dari pasien ataupun keluarga pasien yang berpotensi dan menjelaskan langkah-langkah yang dapat dilakukan Tiga Aspek Konseling Aspek diagnosis Perkiraan risiko Tindakan suportif
Kesimpulan DSD : Gangguan perkembangan seks pada tingkat kromosom, gonad, maupun anatomi Diagnosa dan klasifikasi DSD berdasarkan anamnesa, PF, dan PP Tatalaksana: menentukan jenis kelamin, pola asuh gender, terapi hormonal, dan terapi bedah