Вы находитесь на странице: 1из 21

LAPORAN KASUS OBSGYN

Trainer : dr. Orisa Sativa












Disusun Oleh :
1. Dewi Purnamasari H2A009013
2. Erni Hastirini H2A009018
3. Gharini Sumbaga N. H2A009020
4. Indah Ichtiani H2A009025
5. Juhan Baidowi H2A009026
6. Supartiningsih H2A009044
7. Zulfa H. P. H2A009050
8. Eko Setiono S. H2A008016
9. Yuli Kusuma W. H2A008048


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2013


KASUS
Seorang wanita berusia 36 tahun datang dengan keluhan haid tidak teratur.

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Ny. Nani
Umur : 36 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Jalan Singosari, Semarang
Nama Suami : Tn. Doni
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Suku/bangsa : Jawa / Indonesia
Pekerjaan : Karyawan di perusahaan swasta
Alamat : Jalan Singosari, Semarang

II. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamesis pada tanggal 24 April 2013 jam
09.00 WIB.
A. Keluhan Utama : Haid tidak teratur biasa
B. Riwayat Penyakit Sekarang
Sejak dua tahun yang lalu pasien mulai mengeluhkan haid tidak teratur
dengan jumlah banyak tidak seperti biasanya. Untuk mengurangi rasa nyeri saat haid,
pasien minum panadol. Pasien belum pernah periksa ke dokter.
Lima bulan yang lalu melakukan pap smear dan hasilnya tidak ada kelainan.
Dua bulan yang lalu pasien merasakan mulai timbul benjolan di perut bagian
kanan bawah yang dapat digerakkan. Pasien merasa benjolan semakin membesar, rasa
nyeri (-), kencing semakin sering.

Saat ini masih haid, hingga 10 hari belum selesai, darah semakin banyak,
warna merah kehitaman, gumpalan (+), bau (-), nyeri haid (+) saat hari pertama dan
kedua. Pasien juga merasakan pusing (+), lemas (+) sampai mengganggu aktivitas.
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya.
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
Riwayat keputihan : disangkal
Riwayat mondok : disangkal
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini.
Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal
Riwayat kencing manis : disangkal
Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal
Riwayat asma : disangkal
E. Riwayat Pribadi
Riwayat Haid
Umur menarche : 12 tahun
Lama haid : 7 hari
Siklus haid : 30 hari
Nyeri haid : (-)
Riwayat Pernikahan
Menikah satu kali dengan suami sekarang selama 16 tahun yang lalu.
Riwayat Obstetri
G2P2A0. Selama hamil tidak pernah mengalami gangguan, rajin periksa ke
bidan setiap bulan, tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Anak pertama (15

tahun) dan anak kedua (12 tahun) yang dilahirkan secara normal.
Riwayat KB
Tidak memakai KB sejak 13 tahun yang lalu. Terakhir memakai KB suntik
yang 3 bulan.
Riwayat Seksual
Saat berhubungan suami-istri tidak terasa nyeri dan tidak keluar darah.
Terakhir berhubungan 1 bulan yang lalu.
F. Riwayat Sosial Ekonomi
Biaya pengobatan ditanggung sendiri.

III. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 April 2013, Pukul 09.00 WIB
A. Keadaan umum : Tampak sakit ringan
B. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E
4
, V
5
, M
6
)
C. Status Gizi : Kesan baik
D. Vital sign
1. TD : 120/80 mmHg
2. Nadi : 80 x/menit
3. RR : 20 x/menit (reguler)
4. Suhu : 37 C (aksiler)
5. TB : 160 cm
6. BB : 60 kg
E. Status Internus
1. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit turun (-), ikterik (-), petekie
(-)
2. Kepala : kesan mesosefal, rambut hitam lurus, luka (-)
3. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat,
central, reguler dan isokor 3mm

4. Hidung : nafas cuping hidung (-), sekret (-)
5. Telinga : serumen (-/-), nyeri tekan tragus (-/-), nyeri tekan mastoid
(-/-)
6. Mulut : bibir kering (-), bibir sianosis (-), bibir pucat (+), lidah
kotor (-), gusi berdarah (-)
7. Leher : pembesaran kelenjar limfe (-), deviasi trakea (-)
8. Thorax :
Paru
Paru depan Paru belakang
Inspeksi
Statis



Dinamis

Normochest, simetris, kelainan
kulit (-/-), sudut arcus costa dalam
batas normal, ICS dalam batas
normal

Pengembangan pernafasan paru
Normal

Normochest, simetris, kelainan
kulit (-/-)


Pengembangan pernapasan paru
normal
Palpasi

Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-),
ICS dalam batas normal, taktil
fremitus dalam batas normal
Simetris (N/N), Nyeri tekan (-
/-), ICS dalam batas normal,
taktil fremitus dalam batas
normal
Perkusi
Kanan

Kiri

Sonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru.

Sonor seluruh lapang paru

Sonor seluruh lapang paru.
Auskultasi

Suara dasar vesicular, Ronki (-/-),
Wheezing (-/-)
Suara dasar vesicular, Ronki (-/-),
Wheezing (-/-)


Tampak anterior paru Tampak posterior paru




SD : vesikuler SD : vesikuler
ST : ronki (-), wheezing (-) ST : ronki (-)
wheezing (-)
J antung
Inspeksi : ictus cordis tidak tampak
Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial
midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus
parasternal (-), sternal lift (-)
Perkusi
batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra
batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula
sinistra
konfigurasi jantung : dalam batas normal
Auskultasi
regular
suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler
suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)






9. Abdomen
Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar,
ikterik (-), tampak bekas striae gravidarum
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Perkusi : Pekak di regio inguinal dextra
Pekak sisi (-), pekak alih (-)
Tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra
Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrum (-), Tidak
teraba pembesaran hepar, lien dan ginjal tidak teraba,
teraba benjolan pada regio inguinalis kanan
(berbatas tegas, bisa digerakkan, kenyal, ukuran 7
cm x 5 cm, permukaan berbenjol, bentuk bulat)

10. Ekstremitas
Superior Inferior
Akral hangat
Oedem
Sianosis
Gerak
Reflek fisiologis
Reflek patologis
-
-
-
+
+
-
-
-
-
+
+
-

F. Status Obstetri
Inspeksi : labia mayor/labia minor/vagina tanda-tanda
peradangan (-), tanda chadwick (-), tumor (-), darah
(+)
Palpasi : labia mayor/labia minor/vagina nyeri tekan (-), tumor
(-), nyeri tekan kelenjar Batollini (-)

Pemeriksaan VT : Flx (+), Flr (-)
V/U/V : t.a.k
CUT : sebesar telur angsa
Portio : licin, sebesar ibu jari, tidak berbenjol
OUE : tertutup
AP/CD : t.a.k
Pemeriksaan RT : tidak dilakukan

IV. RESUME
Sejak dua tahun yang lalu pasien mulai mengeluhkan haid tidak teratur
dengan jumlah banyak tidak seperti biasanya. Untuk mengurangi rasa nyeri saat haid,
pasien minum panadol. Pasien belum pernah periksa ke dokter.
Lima bulan yang lalu melakukan pap smear dan hasilnya tidak ada kelainan.
Dua bulan yang lalu pasien merasakan mulai timbul benjolan di abdomen
regio inguinalis dextra yang dapat digerakkan. Pasien merasa benjolan semakin
membesar, rasa nyeri (-), kencing semakin sering.
Saat ini masih haid, hingga 10 hari belum selesai, darah semakin banyak,
warna merah kehitaman, gumpalan (+), bau (-), nyeri haid (+) saat hari pertama dan
kedua. Pasien juga merasakan pusing (+), lemas (+) sampai mengganggu aktivitas.
Pemeriksaan fisik ditemukan mata konjungtiva anemis, bibir pucat, pada
perkusi abdomen ditemukan pekak di regio inguinal dekstra dan teraba benjolan
(berbatas tegas, bisa digerakkan, kenyal, ukuran 7 cm x 5 cm, permukaan berbenjol,
bentuk bulat), dan dari pemeriksaan VT ditemukan corpus uterus berukuran sebesar
telur angsa.






V. DAFTAR ABNORMALITAS

VI. PROBLEM
1. Massa ovarium : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10

VII. DIAGNOSA BANDING
1. Adenomyosis
2. Polips uterus
3. Khoriokarsinoma
4. Karsinoma endomerium
5. Endometriosis
6. Neoplasma ovarium




Anamnesis
1. Hipermenore
2. Dismenore
3. Poliuri
4. Massa di abdomen bagian inguinal
dextra
5. Nyeri kepala ringan
Pemeriksaan Fisik
6. Tampak sakit ringan lemah
7. konjungtiva anemis
8. Bibir pucat
9. Teraba benjolan pada regio
inguinalis kanan (berbatas tegas,
bisa digerakkan, kenyal, ukuran
7 cm x 5 cm, permukaan
berbenjol, bentuk bulat)
Status Obstetri
10. CUT : sebesar telur angsa


VIII. RENCANA PEMECAHAN MASALAH
INISIAL PLAN
a. IpDx
Darah rutin
Pap smear
USG abdomen dan transvaginal
Histeroskopi
Kuretase
b. IpTx
Fe PO 200 mg x 2 tab per hari
Asam mefenamat PO 500 mg x 3 tab perhari
Rujuk
c. IpMx
Monitoring hasil pemeriksaan penunjang
Monitoring perkembangan massa
d. IpEx
Edukasi tentang kemungkinan penyakit, penyebab, dan komplikasi
Edukasi untuk merujuk ke dokter spesialis
Meningkatkan asupan nutrisi

MIOMA UTERI
Definisi
Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel
jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut juga
dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena
jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak
yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan
gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.


Anatomi Uterus
Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang
sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di
belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan
mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah
7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57
gram.
Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama
dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini
pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu
serabutserabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar
estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause,
uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran
pada masa predolesen.

Pembagian Uterus
a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak
antara kedua pangkal saluran telur.
b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus
uterimempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga
yangterdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim.
c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio,
hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu
bagian serviks yang ada di atas vagina.
Pembagian dinding uterus
a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium
terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak
pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid
endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh

menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah
bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin.
b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan
disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat
lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting
pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan
menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka.
c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang
memfiksasi dan menguatkan uterus yaitu:
1) Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang
terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan
ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral
dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara
lain vena dan arteria uterine.
2) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks
bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan.
3) Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang
menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari
sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri
cepat karena uterus berkontraksi kuat.
4) Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi
tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung
jaringan ikat.
5) Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan
tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di
dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan
vena ovarika.


Gambar Anatomi Uterus dan Mioma Uteri


Klasifikasi Mioma Uteri
Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu:
a. Mioma Uteri Subserosum
Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja,
dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai.
Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut
sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga
peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya

menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum.
Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari
uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini
dikenal sebagai mioma jenis parasitik.
b. Mioma Uteri Intramural
Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multipel. Apabila masih
kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus
berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak
memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa
tumor di daerah perut sebelah bawah.
c. Mioma Uteri Submukosum
Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan
tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan
besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar
dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum
walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina.
Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.

Perubahan Sekunder
Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada
mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat
degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang
mioma. Perubahan sekunder yang sering terjadi :
a. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri
menjadi kecil.
b. Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita
berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat
meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada seolah-olah
memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.

c. Degenerasi Kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana
sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang
tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang
luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan
konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau
suatu kehamilan.
d. Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration) : terutama terjadi pada
wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan
adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi
keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen.
e. Degenerasi Merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi
pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis sub
akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang
mioma seperti daging mentah berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen
hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi
pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam dan kesakitan.
Tumor uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini
seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma yang bertangkai.
f. Degenerasi lemak : jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin.

Komplikasi
Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif
yang terjadi pada penderita akibat mioma uteri.
a. Degenerasi Ganas
Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 - 0,6 %
dari seluruh mioma, serta merupakan 50 75 % dari seluruh sarkoma uterus.
Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan
apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.

b. Torsi (Putaran Tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan
sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome
abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini
hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma
dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi
yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi
pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan
gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.

Pencegahan Mioma Uteri
a. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau
sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan
mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah.
b. Pencegahan Primer
Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang
menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan
mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu
wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon
estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen
dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil
sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar
estrogen.
c. Pencegahan Sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri,
tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang
dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.


Diagnosa
a. Gejala Subyektif
Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada
pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala
subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan
komplikasi yang terjadi.
Gejala subjektif pada mioma uteri :
Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai.
Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan
metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara
lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium,
permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium,
dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang mioma di antara
serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang
melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis
karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi.
Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala
ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang
disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma
submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan
kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore.
Tanda penekanan, gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma
uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada
uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan
hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan
tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat
menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.


b. Gejala Obyektif
Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli
medis. Gejala obyektif mioma uteri ditegakkan melalui :
1. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan abdomen dan
pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat
dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area
perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan
Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma
submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat
pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan
noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan
vaskular. Uterus sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan
patologik pada adneksa.
2. Pemeriksaan Penunjang. Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka
pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui
pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat
dilakukan.

Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri
a. Pengobatan Konservatif
Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan
Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis
selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di
miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan
mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh
karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi.
b. Pengobatan Operatif
Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang
menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif,

tindakan operatif yang dilakukan antara lain :
1. Miomektomi
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara
akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan
memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%.
Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan
apabila tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada tumor
dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila
tidak mioma dapat diambil dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan,
sebab perdarahan dapat berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan.
2. Histerektomi
Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan
terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan
tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12
minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat
membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum.
Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan.
Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan
timbulnya karsinoma serviks uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya
dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus
keseluruhan.

Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita melakukan
pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk
meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Pada dasarnya
hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri,
namun merupakan gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang

dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya.
Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa
pemulihannya.

Вам также может понравиться