Disusun Oleh : 1. Dewi Purnamasari H2A009013 2. Erni Hastirini H2A009018 3. Gharini Sumbaga N. H2A009020 4. Indah Ichtiani H2A009025 5. Juhan Baidowi H2A009026 6. Supartiningsih H2A009044 7. Zulfa H. P. H2A009050 8. Eko Setiono S. H2A008016 9. Yuli Kusuma W. H2A008048
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG 2013
KASUS Seorang wanita berusia 36 tahun datang dengan keluhan haid tidak teratur.
I. IDENTITAS PASIEN Nama : Ny. Nani Umur : 36 tahun Jenis Kelamin : Perempuan Suku/bangsa : Jawa / Indonesia Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Alamat : Jalan Singosari, Semarang Nama Suami : Tn. Doni Umur : 40 tahun Jenis Kelamin : Laki-laki Suku/bangsa : Jawa / Indonesia Pekerjaan : Karyawan di perusahaan swasta Alamat : Jalan Singosari, Semarang
II. ANAMNESIS Anamnesis dilakukan secara autoanamesis pada tanggal 24 April 2013 jam 09.00 WIB. A. Keluhan Utama : Haid tidak teratur biasa B. Riwayat Penyakit Sekarang Sejak dua tahun yang lalu pasien mulai mengeluhkan haid tidak teratur dengan jumlah banyak tidak seperti biasanya. Untuk mengurangi rasa nyeri saat haid, pasien minum panadol. Pasien belum pernah periksa ke dokter. Lima bulan yang lalu melakukan pap smear dan hasilnya tidak ada kelainan. Dua bulan yang lalu pasien merasakan mulai timbul benjolan di perut bagian kanan bawah yang dapat digerakkan. Pasien merasa benjolan semakin membesar, rasa nyeri (-), kencing semakin sering.
Saat ini masih haid, hingga 10 hari belum selesai, darah semakin banyak, warna merah kehitaman, gumpalan (+), bau (-), nyeri haid (+) saat hari pertama dan kedua. Pasien juga merasakan pusing (+), lemas (+) sampai mengganggu aktivitas. C. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien belum pernah mengalami keluhan seperti ini sebelumnya. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal Riwayat kencing manis : disangkal Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal Riwayat asma : disangkal Riwayat keputihan : disangkal Riwayat mondok : disangkal D. Riwayat Penyakit Keluarga Keluarga tidak ada yang mengalami keluhan seperti ini. Riwayat tekanan darah tinggi : disangkal Riwayat kencing manis : disangkal Riwayat alergi obat dan makanan : disangkal Riwayat asma : disangkal E. Riwayat Pribadi Riwayat Haid Umur menarche : 12 tahun Lama haid : 7 hari Siklus haid : 30 hari Nyeri haid : (-) Riwayat Pernikahan Menikah satu kali dengan suami sekarang selama 16 tahun yang lalu. Riwayat Obstetri G2P2A0. Selama hamil tidak pernah mengalami gangguan, rajin periksa ke bidan setiap bulan, tidak mengkonsumsi obat-obatan selama hamil. Anak pertama (15
tahun) dan anak kedua (12 tahun) yang dilahirkan secara normal. Riwayat KB Tidak memakai KB sejak 13 tahun yang lalu. Terakhir memakai KB suntik yang 3 bulan. Riwayat Seksual Saat berhubungan suami-istri tidak terasa nyeri dan tidak keluar darah. Terakhir berhubungan 1 bulan yang lalu. F. Riwayat Sosial Ekonomi Biaya pengobatan ditanggung sendiri.
III. PEMERIKSAAN FISIK Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 24 April 2013, Pukul 09.00 WIB A. Keadaan umum : Tampak sakit ringan B. Kesadaran : Compos mentis, GCS 15 (E 4 , V 5 , M 6 ) C. Status Gizi : Kesan baik D. Vital sign 1. TD : 120/80 mmHg 2. Nadi : 80 x/menit 3. RR : 20 x/menit (reguler) 4. Suhu : 37 C (aksiler) 5. TB : 160 cm 6. BB : 60 kg E. Status Internus 1. Kulit : warna sawo matang, turgor kulit turun (-), ikterik (-), petekie (-) 2. Kepala : kesan mesosefal, rambut hitam lurus, luka (-) 3. Mata : konjungtiva anemis (+/+), sklera ikterik (-/-), pupil bulat, central, reguler dan isokor 3mm
Normochest, simetris, kelainan kulit (-/-), sudut arcus costa dalam batas normal, ICS dalam batas normal
Pengembangan pernafasan paru Normal
Normochest, simetris, kelainan kulit (-/-)
Pengembangan pernapasan paru normal Palpasi
Simetris (N/N), Nyeri tekan (-/-), ICS dalam batas normal, taktil fremitus dalam batas normal Simetris (N/N), Nyeri tekan (- /-), ICS dalam batas normal, taktil fremitus dalam batas normal Perkusi Kanan
Kiri
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru.
Sonor seluruh lapang paru
Sonor seluruh lapang paru. Auskultasi
Suara dasar vesicular, Ronki (-/-), Wheezing (-/-) Suara dasar vesicular, Ronki (-/-), Wheezing (-/-)
Tampak anterior paru Tampak posterior paru
SD : vesikuler SD : vesikuler ST : ronki (-), wheezing (-) ST : ronki (-) wheezing (-) J antung Inspeksi : ictus cordis tidak tampak Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistra, thrill (-), pulsus epigastrium (-), pulsus parasternal (-), sternal lift (-) Perkusi batas atas : ICS II linea parasternal sinistra pinggang jantung : ICS III linea parasternal sinsitra batas kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial midclavikula sinistra konfigurasi jantung : dalam batas normal Auskultasi regular suara jantung murni: SI,SII (normal) reguler suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-) SIII (-), SIV (-)
9. Abdomen Inspeksi : Permukaan datar, warna sama seperti kulit di sekitar, ikterik (-), tampak bekas striae gravidarum Auskultasi : Bising usus (+) normal Perkusi : Pekak di regio inguinal dextra Pekak sisi (-), pekak alih (-) Tidak terdapat nyeri ketok ginjal dextra/sinistra Palpasi : Nyeri tekan (-), nyeri tekan epigastrum (-), Tidak teraba pembesaran hepar, lien dan ginjal tidak teraba, teraba benjolan pada regio inguinalis kanan (berbatas tegas, bisa digerakkan, kenyal, ukuran 7 cm x 5 cm, permukaan berbenjol, bentuk bulat)
F. Status Obstetri Inspeksi : labia mayor/labia minor/vagina tanda-tanda peradangan (-), tanda chadwick (-), tumor (-), darah (+) Palpasi : labia mayor/labia minor/vagina nyeri tekan (-), tumor (-), nyeri tekan kelenjar Batollini (-)
Pemeriksaan VT : Flx (+), Flr (-) V/U/V : t.a.k CUT : sebesar telur angsa Portio : licin, sebesar ibu jari, tidak berbenjol OUE : tertutup AP/CD : t.a.k Pemeriksaan RT : tidak dilakukan
IV. RESUME Sejak dua tahun yang lalu pasien mulai mengeluhkan haid tidak teratur dengan jumlah banyak tidak seperti biasanya. Untuk mengurangi rasa nyeri saat haid, pasien minum panadol. Pasien belum pernah periksa ke dokter. Lima bulan yang lalu melakukan pap smear dan hasilnya tidak ada kelainan. Dua bulan yang lalu pasien merasakan mulai timbul benjolan di abdomen regio inguinalis dextra yang dapat digerakkan. Pasien merasa benjolan semakin membesar, rasa nyeri (-), kencing semakin sering. Saat ini masih haid, hingga 10 hari belum selesai, darah semakin banyak, warna merah kehitaman, gumpalan (+), bau (-), nyeri haid (+) saat hari pertama dan kedua. Pasien juga merasakan pusing (+), lemas (+) sampai mengganggu aktivitas. Pemeriksaan fisik ditemukan mata konjungtiva anemis, bibir pucat, pada perkusi abdomen ditemukan pekak di regio inguinal dekstra dan teraba benjolan (berbatas tegas, bisa digerakkan, kenyal, ukuran 7 cm x 5 cm, permukaan berbenjol, bentuk bulat), dan dari pemeriksaan VT ditemukan corpus uterus berukuran sebesar telur angsa.
V. DAFTAR ABNORMALITAS
VI. PROBLEM 1. Massa ovarium : 1, 2, 3, 4, 5, 6, 7, 8, 9, 10
Anamnesis 1. Hipermenore 2. Dismenore 3. Poliuri 4. Massa di abdomen bagian inguinal dextra 5. Nyeri kepala ringan Pemeriksaan Fisik 6. Tampak sakit ringan lemah 7. konjungtiva anemis 8. Bibir pucat 9. Teraba benjolan pada regio inguinalis kanan (berbatas tegas, bisa digerakkan, kenyal, ukuran 7 cm x 5 cm, permukaan berbenjol, bentuk bulat) Status Obstetri 10. CUT : sebesar telur angsa
VIII. RENCANA PEMECAHAN MASALAH INISIAL PLAN a. IpDx Darah rutin Pap smear USG abdomen dan transvaginal Histeroskopi Kuretase b. IpTx Fe PO 200 mg x 2 tab per hari Asam mefenamat PO 500 mg x 3 tab perhari Rujuk c. IpMx Monitoring hasil pemeriksaan penunjang Monitoring perkembangan massa d. IpEx Edukasi tentang kemungkinan penyakit, penyebab, dan komplikasi Edukasi untuk merujuk ke dokter spesialis Meningkatkan asupan nutrisi
MIOMA UTERI Definisi Mioma uteri adalah tumor jinak otot polos uterus yang terdiri dari sel-sel jaringan otot polos, jaringan pengikat fibroid dan kolagen. Mioma uteri disebut juga dengan leimioma uteri atau fibromioma uteri. Mioma ini berbentuk padat karena jaringan ikat dan otot rahimnya dominan. Mioma uteri merupakan neoplasma jinak yang paling umum dan sering dialami oleh wanita. Neoplasma ini memperlihatkan gejala klinis berdasarkan besar dan letak mioma.
Anatomi Uterus Uterus (rahim) merupakan organ yang tebal, berotot, berbentuk buah pir, yang sedikit gepeng kearah muka belakang, terletak di dalam pelvis antara rektum di belakang dan kandung kemih di depan. Ukuran uterus sebesar telur ayam dan mempunyai rongga. Dindingnya terdiri atas otot polos. Ukuran panjang uterus adalah 7-7,5 cm lebar di atas 5,25 cm, tebal 1,25 cm. Berat uterus normal lebih kurang 57 gram. Pada masa kehamilan uterus akan membesar pada bulan-bulan pertama dibawah pengaruh estrogen dan progesterone yang kadarnya meningkat. Pembesaran ini pada dasarnya disebabkan oleh hipertropi otot polos uterus, disamping itu serabutserabut kolagen yang ada menjadi higroskopik akibat meningkatnya kadar estrogen sehingga uterus dapat mengikuti pertumbuhan janin. Setelah Menopause, uterus wanita nullipara maupun multipara, mengalami atrofi dan kembali ke ukuran pada masa predolesen.
Pembagian Uterus a. Fundus Uteri (dasar rahim) : bagian uterus yang proksimal yang terletak antara kedua pangkal saluran telur. b. Korpus Uteri : Bagian uterus yang membesar pada kehamilan. Korpus uterimempunyai fungsi utama sebagai tempat janin berkembang. Rongga yangterdapat pada korpus uteri disebut kavum uteri atau rongga rahim. c. Serviks Uteri : Ujung serviks yang menuju puncak vagina disebut porsio, hubungan antara kavum uteri dan kanalis servikalis disebut ostium uteri yaitu bagian serviks yang ada di atas vagina. Pembagian dinding uterus a. Endometrium di korpus uteri dan endoserviks di serviks uteri. Endometrium terdiri atas epitel kubik, kelenjar-kelenjar, dan jaringan dengan banyak pembuluh-pembuluh darah yang berlekuk-lekuk. Dalam masa haid endometrium untuk sebagian besar dilepaskan, untuk kemudian tumbuh
menebal dalam masa reproduksi pada kehamilan dan pembuluh darah bertambah banyak yang diperlukan untuk memberi makanan pada janin. b. Miometrium (lapisan otot polos) di sebelah dalam berbentuk sirkuler, dan disebelah luar berbentuk longitudinal. Diantara kedua lapisan ini terdapat lapisan otot oblik, berbentuk anyaman. Lapisan otot polos yang paling penting pada persalinan oleh karena sesudah plasenta lahir berkontraksi kuat dan menjepit pembuluh-pembuluh darah yang ada di tempat itu dan yang terbuka. c. Lapisan serosa (peritoneum viseral) terdiri dari lima ligamentum yang memfiksasi dan menguatkan uterus yaitu: 1) Ligamentum kardinale kiri dan kanan yakni ligamentum yang terpenting, mencegah supaya uterus tidak turun, terdiri atas jaringan ikat tebal, dan berjalan dari serviks dan puncak vagina kea rah lateral dinding pelvis. Didalamnya ditemukan banyak pembuluh darah, antara lain vena dan arteria uterine. 2) Ligamentum sakro uterinum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan uterus supaya tidak banyak bergerak, berjalan dari serviks bagian belakang kiri dan kanan kearah sarkum kiri dan kanan. 3) Ligamentum rotundum kiri dan kanan yakni ligamentum yang menahan uterus agar tetap dalam keadaan antofleksi, berjalan dari sudut fundus uteri kiri dan kanan, ke daerah inguinal waktu berdiri cepat karena uterus berkontraksi kuat. 4) Ligamentum latum kiri dan kanan yakni ligamentum yang meliputi tuba, berjalan dari uterus kearah sisi, tidak banyak mengandung jaringan ikat. 5) Ligamentum infundibulo pelvikum yakni ligamentum yang menahan tuba fallopi, berjalan dari arah infundibulum ke dinding pelvis. Di dalamnya ditemukan urat-urat saraf, saluran-saluran limfe, arteria dan vena ovarika.
Gambar Anatomi Uterus dan Mioma Uteri
Klasifikasi Mioma Uteri Berdasarkan letaknya mioma uteri diklasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu: a. Mioma Uteri Subserosum Lokasi tumor di sub serosa korpus uteri. Dapat hanya sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan uterus melalui tangkai. Pertumbuhan kearah lateral dapat berada di dalam ligamentum latum, dan disebut sebagai mioma intraligamen. Mioma yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneum sebagai suatu massa. Perlekatan dengan ementum di sekitarnya
menyebabkan sisten peredaran darah diambil alih dari tangkai ke omentum. Akibatnya tangkai semakin mengecil dan terputus, sehingga mioma terlepas dari uterus sebagai massa tumor yang bebas dalam rongga peritoneum. Mioma jenis ini dikenal sebagai mioma jenis parasitik. b. Mioma Uteri Intramural Disebut juga sebagai mioma intraepitalial, biasanya multipel. Apabila masih kecil, tidak merubah bentuk uterus, tapi bila besar akan menyebabkan uterus berbenjol-benjol, uterus bertambah besar dan berubah bentuknya. Mioma sering tidak memberikan gejala klinis yang berarti kecuali rasa tidak enak karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah. c. Mioma Uteri Submukosum Mioma yang berada di bawah lapisan mukosa uterus/endometrium dan tumbuh kearah kavun uteri. Hal ini menyebabkan terjadinya perubahan bentuk dan besar kavum uteri. Bila tumor ini tumbuh dan bertangkai, maka tumor dapat keluar dan masuk ke dalam vagina yang disebut mioma geburt. Mioma submukosum walaupun hanya kecil selalu memberikan keluhan perdarahan melalui vagina. Perdarahan sulit dihentikan, sehingga sebagai terapinya dilakukan histerektomi.
Perubahan Sekunder Perubahan sekunder pada mioma uteri adalah perubahan yang terjadi pada mioma karena pengaruh lain. Perubahan yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini terjadi oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma. Perubahan sekunder yang sering terjadi : a. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil. b. Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen, dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripada seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
c. Degenerasi Kistik : dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair sehingga terbentuk ruangan-ruangan yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembengkakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan. d. Degenerasi Membatu (calcicerous degeneration) : terutama terjadi pada wanita berusia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto roentgen. e. Degenerasi Merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis diperkirakan karena suatu nekrosis sub akut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah yang disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin. Degenerasi merah tampak khas apabila terjadi pada kehamilan muda disertai emesis, haus, sedikit demam dan kesakitan. Tumor uterus membesar dan nyeri pada perabaan. Penampilan klinik ini seperti pada putaran tangkai tumor ovarium atau mioma yang bertangkai. f. Degenerasi lemak : jarang terjadi dan merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
Komplikasi Komplikasi merupakan suatu kondisi yang mempersulit atau reaksi negatif yang terjadi pada penderita akibat mioma uteri. a. Degenerasi Ganas Mioma uteri yang menjadi Leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32 - 0,6 % dari seluruh mioma, serta merupakan 50 75 % dari seluruh sarkoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histology uterus yang telah diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
b. Torsi (Putaran Tangkai) Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah syndrome abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan-lahan gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum. Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misalnya terjadi pada mioma yang menyebabkan perdarahan berupa metroragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
Pencegahan Mioma Uteri a. Pencegahan Primordial Pencegahan ini dilakukan pada perempuan yang belum menarche atau sebelum terdapat resiko mioma uteri. Upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang tinggi serat seperti sayuran dan buah. b. Pencegahan Primer Pencegahan primer merupakan awal pencegahan sebelum seseorang menderita mioma. Upaya pencegahan ini dapat dilakukan dengan penyuluhan mengenai faktor-faktor resiko mioma terutama pada kelompok yang beresiko yaitu wanita pada masa reproduktif. Selain itu tindakan pengawasan pemberian hormon estrogen dan progesteron dengan memilih pil KB kombinasi (mengandung estrogen dan progesteron), pil kombinasi mengandung estrogen lebih rendah dibanding pil sekuensil, oleh karena pertumbuhan mioma uteri berhubungan dengan kadar estrogen. c. Pencegahan Sekunder Pencegahan sekunder ditujukan untuk orang yang telah terkena mioma uteri, tindakan ini bertujuan untuk menghindari terjadinya komplikasi. Pencegahan yang dilakukan adalah dengan melakukan diagnosa dini dan pengobatan yang tepat.
Diagnosa a. Gejala Subyektif Pada umumnya kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Timbulnya gejala subjektif dipengaruhi oleh: letak mioma uteri, besar mioma uteri, perubahan dan komplikasi yang terjadi. Gejala subjektif pada mioma uteri : Perdarahan abnormal, merupakan gejala yang paling umum dijumpai. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah: menoragia, dan metrorargia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini antara lain adalah: pengaruh ovarium sehingga terjadilah hiperplasia endometrium, permukaan endometrium yang lebih luas dari pada biasa, atrofi endometrium, dan gangguan kontraksi otot rahim karena adanya sarang mioma di antara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik. Akibat perdarahan penderita dapat mengeluh anemis karena kekurangan darah, pusing, cepat lelah, dan mudah terjadi infeksi. Rasa nyeri, gejala klinik ini bukan merupakan gejala yang khas tetapi gejala ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukosum yang akan dilahirkan dan pertumbuhannya yang menyempitkan kanalis servikalis dapat menyebabkan juga dismenore. Tanda penekanan, gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rektum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
b. Gejala Obyektif Gejala Objektif merupakan gejala yang ditegakkan melalui diagnosa ahli medis. Gejala obyektif mioma uteri ditegakkan melalui : 1. Pemeriksaan Fisik. Pemeriksaan fisik dapat berupa pemeriksaan abdomen dan pemeriksaan pelvik. Pada pemeriksaan abdomen, uterus yang besar dapat dipalpasi pada abdomen. Tumor teraba sebagai nodul ireguler dan tetap, area perlunakan memberi kesan adanya perubahan degeneratif. Pada pemeriksaan Pelvis, serviks biasanya normal, namun pada keadaan tertentu mioma submukosa yang bertangkai dapat mengakibatkan dilatasi serviks dan terlihat pada ostium servikalis. Uterus cenderung membesar tidak beraturan dan noduler. Perlunakan tergantung pada derajat degenerasi dan kerusakan vaskular. Uterus sering dapat digerakkan, kecuali apabila terdapat keadaan patologik pada adneksa. 2. Pemeriksaan Penunjang. Apabila keberadaan masa pelvis meragukan maka pemeriksaan dengan ultrasonografi akan dapat membantu. Selain itu melalui pemeriksaan laboratorium (hitung darah lengkap dan apusan darah) dapat dilakukan.
Penatalaksanaan Medis Mioma Uteri a. Pengobatan Konservatif Dalam dekade terakhir ada usaha untuk mengobati mioma uterus dengan Gonadotropin releasing hormone (GnRH) agonis. Pengobatan GnRH agonis selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus menjadi kecil. Setelah pemberian GnRH agonis dihentikan mioma yang lisut itu akan tumbuh kembali di bawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi tinggi. b. Pengobatan Operatif Tindakan operatif mioma uteri dilakukan terhadap mioma yang menimbulkan gejala yang tidak dapat ditangani dengan pengobatan operatif,
tindakan operatif yang dilakukan antara lain : 1. Miomektomi Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus, misalnya pada mioma submukosum pada mioma geburt dengan cara akstirpasi lewat vagina. Apabila miomektomi dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50%. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat dengan mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Tindakan ini seharusnya hanya dibatasi pada tumor dengan tangkai yang jelas yang dengan mudah dapat dijepit dan diikat. Bila tidak mioma dapat diambil dari uterus pada waktu hamil atau melahirkan, sebab perdarahan dapat berkepanjangan dan terkadang uterus dikorbankan. 2. Histerektomi Histerektomi adalah pengangkatan uterus yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Tindakan ini terbaik untuk wanita berumur lebih dari 40 tahun dan tidak menghendaki anak lagi atau tumor yang lebih besar dari kehamilan 12 minggu disertai adanya gangguan penekanan atau tumor yang cepat membesar. Histerektomi dapat dilaksanakan perabdomen atau pervaginum. Adanya prolapsus uteri akan mempermudah prosedur pembedahan. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma serviks uteri. Histeroktomi supra vaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhan.
Pencegahan Tersier Pencegahan tersier adalah upaya yang dilakukan setelah penderita melakukan pengobatan. Umumnya pada tahap pencegahan ini adalah berupa rehabilitasi untuk meningkatkan kualitas hidup dan mencegah timbulnya komplikasi. Pada dasarnya hingga saat ini belum diketahui penyebab tunggal yang menyebabkan mioma uteri, namun merupakan gabungan beberapa faktor atau multifaktor. Tindakan yang
dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankannya. Penderita pasca operasi harus mendapat asupan gizi yang cukup dalam masa pemulihannya.