4.5.1. Jalan Melihat fakta kondisi jalan yang merupakan prasarana angkutan darat yang penting untuk memperlancar kegiatan perekonomian. Usaha pembangunan yang makin meningkat untuk menunjang mobilitas penduduk dan kelancaran distribusi barang dari dan ke suatu tempat atau daerah lain. sarana jalan yang ada adalah jalan kabupaten dan jalan desa yang merupakan kewenangan tingkat kabupaten dan untuk jalan desa adalah merupakan kewenangan desa sebelum ada penyerahan ke tingkat kabupaten. Lalu-lintas transportasi darat ini menghubungkan antar kawasan, dan antar desa dengan menggunakan roda empat relatif masih sedikit, namun dengan menggunakan fasilitas roda dua (ojek) intensitasnya cukup tinggi. Pergerakan roda empat yang rendah mencerminkan : 1. Sarana angkutan umum yang relatif sangat sedikit dan tidak teratur ditambah dengan rusak dan terputusnya jalan. 2. Terbatasnya jaringan akses ke wilayah lain/sentra produksi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. 3. Pertumbuhan ekonomi yang relatif rendah, sehingga kurang dapat membangkitkan pergerakan lalu-lintas. Berdasarkan aspek aspek yang mendasari pertimbangan tersebut di atas, maka dalam menganalisis aspek-aspek ini diperlukan pertimbangan pertimbangan antara lain : 1. Persyaratan-persyaratan teknis dan persyaratan ukuran jalan yang harus terpenuhi sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam undang-undang jalan. 2. Perlu zonasi wilayah sebagai pusat-pusat pengembangan perekonomian yang terkait dengan perikanan tangkap, rumput laut, perikanan budi daya, pertanian / perkebunan, pariwisata dan antisipasi bencana. 3. Meningkatkan pergerakan lalu-lintas dengan cara meningkatkan kualitas dan kuantitas aksesbilitas jalan. 4.5.2. Analisis Aksesibilitas Dalam analisis aksesibilitas ini, teridentifikasi bahwa Kabupaten Morotai tersedia akses yang menghubungkan beberapa kecamatan yang dapat dimanfaatkan sebagai jaringan prasarana transportasi, yaitu: 1. Pertama, jaringan sabuk selatan timur, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Morotai Selatan (Daruba), Kecamatan Morotai Timur (Sangowo) dan Kecamatan Morotai Utara (Bere Bere), selanjutnya digunakan istilah Sabuk Selatan-Timur untuk menandainya. Sabuk Selatan Timur telah terhubung dengan aksesibilitas jalan yang relatif bagus. 2. Kedua, jaringan jalan sabuk timur utara, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Morotai Utara (Bere Bere) dan Kecamatan Morotai Jaya (Sopi), selanjutnya digunakan istilah Sabuk Timur-Utara untuk menandainya. Sabuk Timur-Utara belum memiliki keterhubungan aksesibilitas jalan. 3. Ketiga, jaringan jalan sabuk utara barat, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Morotai Jaya (Sopi) dan Kecamatan Morotai Selatan Barat (Wayabula), selanjutnya digunakan istilah Sabuk Utara-Barat untuk menandainya. Sama halnya dengan Sabuk Timur-Utara, Sabuk Utara-Barat juga belum belum memiliki keterhubungan aksesibilitas jalan. 4. Keempat, jaringan jalan sabuk barat selatan, yaitu jaringan jalan yang menghubungkan Kecamatan Morotai Selatan Barat (Wayabula) dan Kecamatan Morotai Selatan (Daruba), selanjutnya digunakan istilah Sabuk Barat-Selatan untuk menandainya. Sabuk Barat-Selatan saat ini sedang dilakukan pembukaan kembali aksesibilitas jalan. 4.5.3. Listrik Dengan meningkatnya kegiatan sosial ekonomi dalam waktu 20 tahun kedepan, kebutuhan listrik akan semakin meningkat sejalan dengan bertambahnya jumlah dan aktifitas perekonomian penduduk. Pelayanan listrik sangat dibutuhkan dalam mendukung kegiatan sosial, ekonomi dan pemerintahan di Pulau Morotai. Untuk itu, peningkatan produksi-pun harus dilakukan agar pelayanan kepada masyarakat akan semakin baik. Perkiraan kebutuhan pelayanan listrik penting untuk diperhitungkan. Kebutuhan ini dapat diperkirakan dengan menggunakan pendekatan diasumsikan kebutuhan rumahtangga 450 KWh per kepala keluarga (KK) dengan asumsi 1 KK mewakili 4 orang. Untuk kebutuhan perkantoran pemerintah dan swasta, fasilitas umum diasumsikan 10 % (penerangan jalan) dan fasilitas sosial dan pemerintahan diasumsikan 20% serta industri diasumsikan 250% dari kebutuhan rumahtangga. Kebutuhan listrik di Kabupaten Morotai pada tahun 2030 diperkirakan total sekitar 35.275 kW, dengan rincian sebagai berikut : 1. Kebutuhan listrik rumahtangga sekitar 9.283 kW. 2. Kebutuhan listrik perkantoran, fasum dan fasos sekitar 1.857 kW. 3. Kebutuhan listrik penerangan jalan sekitar 928 kW. 4. Kebutuhan listrik untuk industri sekitar 23.207 kW Rencana kebutuhan listrik dengan asumsi semua KK dapat dialiri listrik diwilayah ini dapat dilihat pada Tabel 4.21. Tabel 4.21. Proyeksi Kebutuhan Listrik Tahun Morotal Selatan Morotai Selatan Barat Morotai Utara Morotai Timur Morotai Jaya 2015 8.144,81 5.638,26 4.317,44 3.920,06 4.189,25 2020 8.992,53 6.225,10 4.766,80 4.328,06 4.625,27 2025 9.928,48 6.873,01 5.262,94 4.778,53 5.106,68 2030 10.961,84 7.588,36 5.810,71 5.275,89 5.638,18 Sumber : Hasil Analisis, 2010 4.5.4. Air Bersih Kebutuhan pokok yang diperlukan penduduk adalah air bersih. Pemenuhan kebutuhan air bersih di Kabupaten Morotai yang digunakan untuk kebutuhan rumah tangga dan industri disediakan oleh PDAM namun dengan jangkauan yang tidak terlampau luas. Kebutuhan lainnya dipenuhi dengan pemanfaatan potensi cadangan air Kabupaten Morotai dari sumber air permukaan (sungai) dan air tanah (air tanah dangkal dan dalam) (Tabel 4.22). Tabel 4.22. Tabel Kebutuhan Air Bersih Tahun Morotal Selatan Morotai Selatan Barat Morotai Utara Morotai Timur Morotai Jaya 2015 571.565,77 395.667,44 302.978,30 275.091,98 293.982,71 2020 631.054,80 436.848,83 334.512,52 303.723,77 324.580,67 2025 696.735,49 482.316,41 369.328,85 335.335,58 358.363,28 2030 769.252,27 532.516,28 407.768,90 370.237,58 395.662,02 Sumber : Hasil Analisis, 2010 Tingkat pelayanan air bersih / PAM di Pulau Morotai ini pada umumnya masih sangat rendah, hanya desa / wilayah tertentu saja yang dilayani air bersih dari PDAM seperti Daruba. Wilayah-wilayah lain masih menggunakan air sumur atau sungai. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan pengembangan air bersih pada tahun 2030, maka untuk kebutuhan penduduk mencapai 2.475.437 liter per hari. 4.5.5. Telekomunikasi Sarana penunjang yang penting salah satunya adalah telekomunikasi. Sarana ini mendukung kegiatan dan aktifitas baik sektor-sektor usaha, pemerintahan maupun sosial karena dengan telekomunikasi akan diperoleh hubungan antar sektor yang cepat dan efektif. Kemajuan di berbagai sektor usaha menuntut diadakannya peningkatan pelayanan jasa telepon. Ketersediaan sarana prasarana komunikasi di wilayah pedesaan sangat berperan dalam memperlancar hubungan antar daerah. Jaringan telekomunikasi di Kabupaten Morotai pada saat tidak hanya disediakan oleh BUMN PT Telkom namun juga pihak swasta (PT Telkomsel) berperan dalam penyediaan sarana dan prasarana telekomukasi melalui jaringan telekomunikasi seluler. Namun jaringan ini tergantung pada tersedianya sinyal di suatu daerah Agar supaya bisa berhungan/berkomunikasi dengan lancar, maka diperlukan sinyal yang kuat. Masih terdapat kecamatan yang tidak memiliki jaringan telekomunikai (Sopi). Untuk wilayah Wayabula, jaringan telekomunikasai seluler dengan sinyal yang lemah. 4.5.6. Sosial Sarana prasarana sosial ekonomi meliputi sarana-prasarana pendidikan, kesehatan serta perdagangan dan keuangan. Proyeksi kebutuhan sarana dan prasana sosial dan ekonomi dihitung dengan mempertimbangkan trend pertumbuhan penduduk. Adapun proyeksi kebutuhan sarana prasarana sosial dan ekonomi di kabupaten Pulau Morotai dapat dilihat pada Tabel 4.23. Tabel 4.23. Proyeksi Kebutuhan Sarana dan Prasarana Sosial di Kabupaten Pulau Morotai Kegiatan Utama Laki- laki Perempuan Jumlah (jiwa) (jiwa) (jiwa) Angkatan Bekerja : a. Bekerja 842 414 1.256 b. Pengangguran Terbuka - - - - Pernah bekerja 350 200 550 - Tidak pernah bekerja - - - Bukan Angkatan Kerja a. Sekolah 4000 3.500 7.500 b. Mengurus Rumah Tangga 6.000 4.500 10.500 c. Lainnya 500 250 750 Jumlah 11.692 8.864 20.556 Tabel di atas memberikan gambaran tentang kebutuhan jenis dan jumlah minimal sarana pendidikan dan pembelajaran sampai tahun 2030 yang meliputi: a) Taman kanak-kanak (TK), yang merupakan penyelenggaraan kegiatan belajar dan mengajar pada tingkatan pra belajar dengan lebih menekankan pada kegiatan bermain, yaitu 75%, selebihnya bersifat pengenalan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 76 unit. b) Sekolah dasar (SD), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan program enam tahun, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 76 unit. c) Sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), yang merupakan bentuk satuan pendidikan dasar yang menyelenggarakan proram tiga tahun sesudah sekolah dasar (SD), dengan jumlah kebutuhan sebanyak 18 unit. d) Sekolah menengah umum (SMU), yang merupakan satuan pendidikan yang menyelenggarakan program pendidikan menengah mengutamakan perluasan pengetahuan dan peningkatan keterampilan siswa untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang pendidikan tinggi, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 18 unit. e) Sarana pembelajaran lain yang dapat berupa taman bacaan ataupun perpustakaan umum lingkungan, yang dibutuhkan di suatu lingkungan perumahan sebagai sarana untuk meningkatkan minat membaca, menambah ilmu pengetahuan, rekreasi serta sarana penunjang pendidikan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 33 unit. Adapun gambaran tentang kebutuhan jenis dan jumlah minimal sarana pendidikan dan pembelajaran sampai tahun 2030 yang meliputi : a) Posyandu yang berfungsi melayani pemeriksaan dan pendampingan untuk meningkatkan status gizi dan kesehatan ibu hamil dan balita, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 66 unit. b) Balai pengobatan warga yang berfungsi memberikan pelayanan kepada penduduk dalam bidang kesehatan dengan titik berat terletak pada penyembuhan (currative) tanpa perawatan, berobat dan pada waktu-waktu tertentu juga untuk vaksinasi, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 33 unit. c) Balai kesejahteraan ibu dan anak (BKIA) / Klinik Bersalin), yang berfungsi melayani ibu baik sebelum, pada saat dan sesudah melahirkan serta melayani anak usia sampai dengan 6 tahun, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 3 unit. d) Puskesmas dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai sarana pelayanan kesehatan tingkat pertama yang memberikan pelayanan kepada penduduk dalam penyembuhan penyakit, selain melaksanakan program pemeliharaan kesehatan dan pencegahan penyakit di wilayah kerjanya, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 6 unit. e) Puskesmas pembantu dan balai pengobatan, yang berfungsi sebagai unit pelayanan kesehatan sederhana yang memberikan pelayanan kesehatan terbatas dan membantu pelaksanaan kegiatan puskesmas dalam lingkup wilayah yang lebih kecil, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 15 unit. f) Tempat praktek dokter, merupakan salah satu sarana yang memberikan pelayanan kesehatan secara individual dan lebih dititikberatkan pada usaha penyembuhan tanpa perawatan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 17 unit. g) Apotik, berfungsi untuk melayani penduduk dalam pengadaan obat-obatan, baik untuk penyembuhan maupun pencegahan, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 3 unit. Adapun gambaran tentang kebutuhan jenis dan jumlah minimal sarana perdagangan dan ekonomi sampai tahun 2030 yang meliputi : a) Toko / warung skala pelayanan unit RT, yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 330 unit. b) Pertokoan, yang menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan jasa seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 14 unit. c) Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan, yang menjual keperluan sehari-hari termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, tepung, bahan-bahan pakaian, pakaian, barang- barang kelontong, alat-alat pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti warnet, wartel dan sebagainya, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 3 unit. d) Pusat perbelanjaan dan niaga, yang selain menjual kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontong, elektronik, juga untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga lainnya seperti kantor- kantor, bank, industri kecil dan lain-lain, dengan jumlah kebutuhan sebanyak 1 unit. Proyeksi kebutuhan lahan yakni dengan memperhatikan kebutuhan jumlah sarana- prasarana dikalikan dengan kebutuhan lahan perunit. Adapun gambaran kebutuhan lahan untuk pembangunan sarana-prasarana social ekonomi di Kabupaten pulau Morotai sampai tahun 2030 dapat dilihat pada Table 4.24.
Tabel 4.24. Proyeksi kebutuhan lahan untuk pembangunan sarana-prasarana sosial ekonomi di Kabupaten pulau Morotai sampai tahun 2030 No. Uraian Proyeksi Kebutuhan Lahan (m2) 2010 2015 2020 2025 2030 1. Pendidikan : TK 22,212 24,524 27,076 29,894 33,006 Sekolah Dasar 69,413 76,638 84,614 93,42 103,144 SLTP 104,119 114,956 126,921 140,13 154,716 SLTA 144,609 159,661 176,279 194,625 214,883 Taman bacaan 3,332 3,679 4,061 4,484 4,951 2. Kesehatan : Posyandu 2,665 2,943 3,249 3,587 3,961 Balai pengobatan warga 6,664 7,357 8,123 8,968 9,902 Klinik 5,553 6,131 6,769 7,474 8,252 Puskesmas pembantu dan balai pengobatan lingkungan 555 613 677 747 825 Puskesmas dan balai pengobatan 463 511 564 623 688 Tempat praktek dokter Apotik 463 511 564 623 688 3. Ekonomi : Toko/warung 22,212 24,524 27,076 29,894 33,006 Pertokoan 27,765 30,655 33,846 37,368 41,258 Pusat pertokoan dan pasar lingkungan 18,51 20,437 22,564 24,912 27,505 Pusat perbelanjaan dan niaga (toko+ pasar+bank+kantor) 16,659 18,393 20,307 22,421 24,755
Jumlah 445,193 491,532 542,69 599,171 661,537 Tabel di atas memberikan gambaran bahwa total kebutuhan lahan untuk pembangunan sarana-prasarana social ekonomi pada tahun 2010 seluas 445,193 m2, pada tahun 2015 seluas 491,532 m2, pada tahun 2020 seluas 542,690 m2, dan pada tahun 2025 seluas 599,171 m2. Selanjutnya pada tahun 2030 kebutuhan lahan untuk pembangunan sarana prasarana social dan ekonomi mencapai 661,537 m2. Kebutuhan lahan untuk sarana-prasarana pendidikan yang paling luas adalah untuk pembangunan SLTA sebanyak 214,883 m2 sedangkan kebutuhan paling sedikit adalah untuk pembangunan taman bacaan sebanyak 4,951 m2. Kebutuhan lahan untuk sarana-prasarana kesehatan yang paling luas adalah untuk pembangunan balai pengobatan sebanyak 9,902 m2 sedangkan kebutuhan lahan paling sedikit adalah untuk pembangunan apotik dan puskesmas adalah sebanyak 688 m2. Dan kebutuhan lahan untuk sarana-prasarana perdagangan dan ekonomi yang paling luas adalah untuk pembangunan pertokoan 41,258 m2 dan kebutuhan yang paling sedikit adalah untuk pembangunan pusat perbelanjaan dan niaga yakni sebanyak 24,755 m2. 4.5.6. Drainase Dengan rata-rata curah hujan per tahun 1.869 mm, diperlukan daya dukung drainage (jaringan pembuangan) khususnya pada saat musim penghujan dalam menanggulangi kemungkinan dampak banjir dan tanah longsor. Penggunaan saluran drainase merupakan pendukung jalan dan pemukiman. Dengan meningkatnya pembangunan fisik, maka perlu dukungan dengan penyediaan drainase yang memadai. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari genangan-genangan air hujan yang terjadi ditengah lingkungan permukiman. Juga untuk mengalirkan limbah rumah tangga yang dihasilkan sebelum buangan tersebut ditangani dengan baik oleh suatu sistem pembuangan yang dikelola dengan baik. Pembangunan jalan raya seharusnya juga diikuti dengan pembangunan drainage, seperti halnya dengan pengklasifikasian jalan, saluran air tersebut juga memerlukan pengklasifikasian berdasarkan debit airnya. Untuk pengembangan saluran drainase mengikuti pola drainase yang ada sekarang ditambah dengan beberapa pengembangan mengikuti rencana pengembangan pusat-pusat kegiatan perikanan baik tangkap maupun budi daya, pertanian / perkebunan dan pariwisata. Arahan pengembangan jaringan drainase meliputi : 1. Saluran primer adalah jaringan yang terletak pada jalan-jalan kolektor primer (Trans Morotai) yang mengalirkan limbah ke laut. 2. Saluran sekunder adalah jaringan yang terletak pada jalan penghubung dan jalan lingkungan yang mengalirkan limbah ke saluran primer. 3. Saluran tersier adalah saluran yang menampung buangan dari rencana industri pusat-pusat kegiatan perikanan baik tangkap maupun budi daya, pertanian / perkebunan dan pariwisata serta rumah tangga ke saluran sekunder. 4.5.7. Persampahan Kondisi eksisting sanitasi termasuk di dalamnya pengolahan dan pembuangan sampah. Untuk sanitasi rumah tanggal, sebagian besar keluarga di Pulau Morotai belum menggunakan jamban (bukan jamban). Penggunaan jamban dilakukan dengan penggunaan jamban umum. Sanitasi sebagai pendukung dari pengembangan dan pembangunan perumahan tersebut di atas dan pendukung dari pusat-pusat pengembangan perikanan tangkap, perikanan budi daya, pertanian / perkebunan dan pariwisata. Selain hal tersebut, perlu dilakukan pembangunan tempat pengolahan sampah sebagai daya dukung maksimal menuju jumlah penduduk 250.000 jiwa. Dengan asumsi bahwa setiap KK menghasilkan 0,0125 m3 sampah, maka proyeksi sampah di Pulau Morotai dapat dilihat pada Tabel 4.25. Tabel 4.25. Proyeksi Sampah Tahun Morotal Selatan Morotai Selatan Barat Morotai Utara Morotai Timur Morotai Jaya 2015 59,54 41,22 31,56 28,66 30,62 2020 65,73 45,51 34,85 31,64 33,81 2025 72,58 50,24 38,47 34,93 37,33 2030 80,13 55,47 42,48 38,57 41,21 Sumber : Hasil Analisis, 2010 4.6. Analisis Sistem Transportasi 4.6.1. Transportasi Darat Terhadap keberadaan terminal angkutan darat baik angkutan orang maupun angkutan barang, terminal saat ini sudah ada permanen (Daruba dan Sangowo) dengan aktifitas terminal yang relative belum optimal. Hal ini diakibatkan oleh rendahnya intensitas penggunaan kendaraan roda empat. Terminal tersebut dilengkapi prasarana dan sarana berupa toko / pasar yang berdekatan sehingga memudah akessibilitas perdagangan dan jasa. Dengan rencana pengembangan sistem jaringan Trans Morotai di Pulau Moratai ini dimasa yang akan datang diharapkan terminal di Kota Daruba, Terminal Sangowo dan Pembanguna Terminal Bere Bere, Sopi dan Wayabula akan dapat berfungsi untuk meningkatkan arus pergerakan antar wilayah dalam Pulau Moratai ini dimasa yang akan datang. 4.6.2. Transportasi Laut Penyeberangan merupakan suatu jembatan bergerak yang mendukung pergerakan melalui jalan raya. Penyeberangan berfungsi untuk menghubungkan jalan dari satu pulau ke pulau yang lain. Tempat penyeberangan yang dimaksud adalah penyeberangan yang menghubungkan Pulau Halmahera dengan Pulau Morotai dan penyeberangan yang menghubungkan Pulau Morotai dengan Pulau Ternate. Selain fungsinya sebagai pelabuhan penyeberangan, Pelabuhan Daruba selain digunakan sebagai pelabuhan angkutan orang juga digunakan sebagai sarana bongkar muat barang bagi kegiatan ekonomi. Kondisi dari pelabuhan ini cukup baik (kontruksi dari beton) dengan panjang dermaga 84 meter serta dilengkapi dengan beberapa sarana penunjang pelabuhan seperti 1 unit kantor syah bandar, 1 unit gudang. Luas kawasan pelabuhan ini lebih kurang 1 Ha. Peningkatan aktifitas pada masa mendatang perlu dilakukan penambahan luas atau jumlah dari gudang penampungan. Selain itu juga perlu diperluas dengan pengembangan pelabuhan laut di kawasan Teluk Pitu dan dekat dengan kawasan Badara Pitu Daruba. Dengan konstruksi beton, Pelabuhan Bere Bere perlu dapat pengembangan dengan fasilitas penunjang seperti pergudangan, kantor pelabuhan baik berfungsi sebagai pelabuhan umum maupun terdapat pelabuhan perikanan pantai sebagai sarana bongkar muat hasil perikanan tangkap dan budi daya. 4.6.3. Transportasi Udara Sebagai salah satu peninggalan bersejarah Perang Dunia II, Bandar Udara Pitu memiliki kemampuan menampung jenis pesawat Hercules, Cassa dan Twin Otter. Bandara ini merupakan bandara militer milik TNI AU. Fasilitas yang dimiliki dengan panjang landasan kurang dari 2800 x 50 m. Dengan keunggulan panjang runway sepanjang 2.800 m, bandara ini dapat didarati oleh pesawat berbadan lebar dengan penumpang per trip 200 orang. Selain penumpang, ada hal yang belum digarap, yaitu cargo penerbangan. Potensi ini sangat dipengaruhi oelh perkembangan sosial ekonomi Pulau Morotai.