Вы находитесь на странице: 1из 24

1

Cephalopelvic Disporpotion
IDENTITAS
Nama Pasien : Ny. NW
No RM : 32 17 XX
Umur : 20 Tahun
Alamat : Kampung Setu Bintara Jaya Bekasi
Suku : Sunda
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan terakhir : SMP
Nama Suami : Tn. Z
Pekerjaan : TNI 103585 YonKes
Masuk Rumah Sakit : 6 Agustus 2014 Pukul : 16.30 WIB

ANAMNESA (6 Agustus 2014 Autoanamnesa)

Keluhan Utama :
Riwayat Penyakit Sekarang :
Seorang wanita 20 tahun G1P0A0 datang ke Rumah Sakit dengan keluhan mules-mules
sejak 1 hari yang lalu, mules yang dirasakan Os. Semakin kuat dengan frekuensi yang sering
semenjak 2 jam yang lalu, Os. juga mengaku keluar sedikit lendir sejak timbulnya mules dari
kemaluannya, Os. Menyangkal keluar darah dan air-air dari kemaluannya.
2

Os mengatakan tidak ingat hari pertama mens terakhirnya. Pasien mengatakan biasanya
menstruasinya berlangsung 7 hari, teratur dan tidak pernah ada gangguan saat menstruasi. Hasil USG
pasien dua bulan sebelumnya mengatakan Tanggal perkiraan persalinan pasien adalah 19 Agustus 2014.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Pasien tidak menderita penyakit darah tinggi, penyakit jantung, penyakit ginjal, asma dan
kencing manis.
Riwayat Penyakit Keluarga :
Di dalam keluarga tidak ada yang menderita penyakit darah tinggi, diabetes melitus,
asma, dan cacat bawaan.
Riwayat Alergi :
Pasien mengatakan tidak ada alergi obat dan makanan
Riwayat Haid
Menarche : 14 tahun
Lama Haid : 7 hari
Siklus Haid : 28 hari
Disertai Rasa Sakit : tidak disertai nyeri perut
HPHT : tidak diketahui
Taksiran Persalinan : 19 Agustus 2014
Usia kehamilan : 38-39 minggu

Riwayat Perkawinan
Pasien menikah tahun 2013 saat usianya 19 tahun. Os menikah dengan suaminya sudah 1 tahun
Riwayat Obstetrik
No Jenis
kelamin
Berat
badan lahir
Umur Cara
melahirkan
Tempa
t
Keadaan
anak
1 Hamil ini
3

Riwayat Kontrasepsi
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah ada riwayat memakai kontrasepsi oral
Riwayat Operasi
Tidak memiliki riwayat obstetri sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK
A. STATUS PRESENT
Keadaan Umum : Baik
Vital Sign:
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan Darah: 110/70 mmHg Suhu : 36,5
o
C
Nadi : 80 x/menit Respirasi : 17 x/menit
Berat Badan : 43 kg
Tinggi Badan : 140 cm
Gizi : Cukup





4

B. STATUS GENERALIS
Kepala : Normocephali
o Mata : pupil isokor D/S, konjungtiva tidak anemis D/S, sklera tidak ikterik D/S
o Hidung: tidak ada septum deviasi, tidak ada polip, sekret (-), mukosa tidak hiperemis
o Mulut : tidak ada karies, bibir tidak pucat
Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar limfonodi dan kelenjar tiroid.
Thorax : Simetris D/S, tidak ada retraksi intercostalis, , areola mamae hiperpigmentasi (+)
Paru
o Inspeksi : Tidak ada napas tertinggal, pergerakan pernapasan reguler
o Palpasi : Fokal fremitus D/S normal
o Perkusi : Sonor disemua lapang paru
o Auskultasi : Vesikuler D/S sama, ronkhi (-), wheezing (-)
jantung
o Inspeksi : tidak terlihat thrill
o Palpasi : tidak teraba ictus cordis
o Perkusi :
Batas jantung kanan (sonor ke redup), Linea Parasternalis dextra ICS IV
Batas jantung kiri (sonor ke redup), Linea Midclavicula sinistra ICS V
Batas jantung atas ( sonor ke redup), Linea sternalis Sinistra ICS II
Pinggang jantung (sonor ke redup )Linea Parasternalis sinistra ICS III
o Auskultasi : bunyi jantung I/II murni regular, gallop(-), murmur (-)
Abdomen : cembung, striae gravidarum (+), luka bekas operasi (-)
Ekstremitas : tidak ada edema dan varises pada kedua kaki
5

STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar :
Inspeksi: cembung, striae gravidarum(+), luka bekas operasi (-)
Palpasi:
o LEOPOLD I
Tinggi fundus uteri: 31cm, TBJ: 3.000 gram di bagian fundus teraba bagian tidak
bulat, lunak tidak melenting berkesan bokong janin.
o LEOPOLD II
Teraba bagian panjang, datar dan keras disebelah kanan ibu berkesan punggung.
Teraba bagian- bagian kecil disebelah kiri perut ibu berkesan ekstremitas
DJJ : 132x/mnt
o LEOPOLD III
Teraba bagian bulat,keras dan melenting berkesan kepala janin pada bagian
terbawah perut ibu yang belum engaged.
o LEOPOLD IV
Kepala belum masuk PAP (floating),
Pemeriksaan Dalam (Vaginal Toucher):
o Portio : Lunak dan tebal
o Pembukaan : 1 cm
o Ketuban : intak
o Bagian terbawah : kepala
o Promontorium teraba : (+) 9,5 cm
Conjugata Vera = Conjugata Diagonalis - 1,5cm
= 9,5cm-1,5cm
= 8cm

6

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium
Hematologi (6 Agustus 2014)
Hb : 12,3 g/dl
Leukosit : 10.300/mm
Ht : 38 %
Trombosit : 215.000/mm
Eritrosit : 4,5 juta/mm
BT : 2,5 mnt
CT : 4 mnt
Gol darah : -
GDS : 95 mg/dl
HBsAg : -
Anti HIV : -
USULAN PEMERIKSAAN
1. USG
2. Pelvimetri
DIAGNOSA KERJA
Ibu G
1
P
0
A
0
Hamil 38-39 Minggu, janin tunggal hidup intra uterine, presentasi kepala,
TBJ 3000gr, tidak impartu + Cephalopelvic Disproportion
PENATALAKSANAAN
o IVFD RL 20 gtt/menit
o Pasang cateter
o Puasa 6 Jam
o Sectio Caesaria Cyto
7

PROGNOSIS
o Quo ad vitam : dubia ad bonam
o Quo ad fungtionam : dubia ad bonam
o Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Laporan Operasi
Tanggal pembedahan : 7 Agustus 2014
Pembedahan dimulai : pukul 05.30 WIB
Pembedahan selesai : pukul 06.30 WIB
Jenis anestesi : Spinal
Diagnosis pra bedah : Ibu G
1
P
0
A
0
Hamil 38-39 Minggu, janin tunggal hidup intra
uterine, presentasi kepala, TBJ 3000gr, tidak impartu + Cephalopelvic Disproportion + Pro
Sectio Caesaria.
Diagnosa pasca bedah : P1A0 post Sectio Caesaria
Jenis Pembedahan :Sectio Caesaria
Laporan Operasi:
1. Pasien dibaringkan dalam keadaan telah diberikan Spinal Anestesi.
2. Desinfektan lapangan operasi dan genitalia eksterna, tutup daerah sekitarnya dengan
duk steril, kecuali daerah operasi.
3. Insisi dinding abdomen pada linea mediana antara simfisis dan pusat sepanjang 10
cm.
4. Otot recto abdominalis disingkirkan secara tajam/tumpul.
5. Peritoneum diperlebar dengan tajam/tumpul.
6. Tampak uterus gravidarum
7. Insisi SBR, diperdalam sampai kavum uteri.
8

8. Bayi lahir pukul 06:00 WIB, BBLahiran; 2900 gram, Panjang Bayi: 47 cm, Lingkar
kepala: 33 cm, Lingkar dada: 31 cm, anus (+), Jenis Kelamin: perempuan, A/S: 9/10
9. Suntikan methergin 0,2 mg.
10. Tali pusat dipotong, plasenta lahir manual, kotiledon lengkap, infark (-), hematom (-).
11. Jahit uterus dengan jelujur terkait.
12. Eksplorasi perdarahan tidak ada, bersihkan lapangan operasi dengan NaCl
13. Jahit dinding abdomen lapis demi lapis.
14. Operasi selesai
Terapi Post Operasi:
o Awasi KU sampai stabil, makan minum bila peristaltik (+)
o Cefadroxil Tab 500mg 3x1
o Natrium Diclofenac Tab 100mg 3x1
o Hemobion Tab 1x1
FOLLOW UP PASIEN DI BANGSAL
Tgl S O A P
8/8/2014 Nyeri luka operasi
(+), mual (+),
muntah(-), flatus(-)
, BAB(-), ASI (-)
KU : Sedang, CM
T : 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,5 C
Konjungtiva tidak anemis
Thoraks : C/P dbn
Abdomen :
I : agak cembung
Pa : TFU setinggi pusat
A : peristaltik (+) rendah


P
1
A
0
post Sectio
Caesaria atas
indikasi CPD
-Terapi lanjut

9

9/8/14

Nyeri luka operasi
(+), mual (-),
muntah (+), flatus
(+), BAB (-), ASI (+)
KU : Sedang, CM
T : 110/80 mmHg
N : 80 x/mnt
R : 20 x/mnt
S : 36,7 C
Konjungtiva tidak anemis
Thoraks : C/P dbn
Abdomen :
I : agak cembung
Pa : TFU setinggi pusat
A : peristaltik (+) normal

P
1
A
0
post Sectio
Caesaria atas
indikasi CPD
-Terapi lanjut
- Mobilisasi
- UP infuse
dan DC


10/8/2014 Nyeri luka Operasi
(+), keluhan lain(-)
KU : Sedang, CM
TD : 120/80 mmHg
N : 82 x/mnt
R : 18 x/mnt
S : 35,7 C
Konjungtiva tidak anemis
Thoraks : C/P dbn
Abdomen :
I : agak cembung,
luka baik, tidak ada
pus
Pa : TFU setinggi
pusat
A : peristaltik (+) normal
P
1
A
0
post Sectio
Caesaria atas
indikasi CPD
- Ganti
verban
- BLP


10

LANDASAN TEORI

Disproporsi Sefalopelvik
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan ketidaksesuaian antara
kepala janin dan panggul ibu sehingga janin tidak dapat keluar melalui vagina. Disproporsi
sefalopelvik disebabkan oleh panggul sempit, janin yang besar ataupun kombinasi keduanya.
3
Anatomi pelvis
Pada setiap persalinan harus diperhatikan 3 faktor berikut:
1. Jalan lahir
2. Janin
3. Kekuatan yang ada pada ibu
Jalan lahir terbagi :
1. Bagian tulang ( tulangtulang panggul dengan sendi-sendinya,articulatio )
2. Bagian lunak ( otot,jaringan dan ligament )


Gambar 1 : Anatomi tulang panggul
11

Tulang panggul terdiri dari 3 jenis yaitu:
1) os coxae (os ilium, os ischium, os pubis)
2) os sacrum
3) os coccigeus.
Tulang-tulang tersebut satu sama lain saling berhubungan. Os illium merupakan tulang
terbesar dengan permukaan anterior berbentuk konkaf yang disebut fossa iliaka. Bagian atasnya
disebut Krista iliaka. Ujung-ujungnya disebut spina iliaka anterior superior dan spina illiaka
posterior superior. Os ischium merupakan bagian terendah dari os coxae. Tonjolan di belakang
disebut tuber ischii yang menyangga tubuh waktu duduk.
Os pubis terdiri dari ramus superior dan inferior. Ramus superior berhubungan
dengan os ilium., sedang ramus inferior kanan dan kiri membentuk arkus pubis. Ramus inferior
berhubungan dengan os ischium kira-kira 1/3 distal dari foramen obturatorius. Kedua os pubis
bertemu dan simetris.
Sakrum berbentuk baji, terdiri atas 5 vertebra sakralis. Vertebra pertama paling besar
menghadap ke depan. Pinggir atas vertebta ini dikenal sebagai promontorium, merupakan suatu
tanda penting dalam penilaian ukuran-ukuran panggul. Permukaan sacrum berbentuk konkaf.
Os coccygis merupakan tulang kecil, terdiri atas 4 vertebra koksigis.

Gambar 2. Tulang pembentuk pelvis
12

JALAN LAHIR
Secara fungsional panggul terdiri atas 2 bagian yang terdiri dari pelvis mayor dan pelvis minor.
Pelvis mayor adalah bagian pelvis diatas linea terminalis yang tidak banyak pentingnya dalam
obstetric. Yang lebih penting adalah pelvis minor, dibatasi oleh pintu atas panggul (inlet) dan
pintu bawah panggul (outlet). Pelvis minor berbentuk saluran yang mempunyai sumbu lengkung
ke depan (sumbu carus)

Gambar 3. Potongan sagital panggul

A. PINTU ATAS PANGGUL
Pintu atas panggul (PAP) merupakan suatu bidang yang dibatasi disebelah posterior oleh
promontorium, dilateral oleh linea terminalis dan di anterior oleh pinggir atas simpisis. Pada
panggul ginekoid PAP hampir bundar, kecuali di daerah promontorium agak masuk sedikit.
Ukuran ukuran pintu atas panggul:

1. Diameter anteroposterior yang diukur dari promontorium sampai ke tengah permukaan
posterior simpisis. Disebut juga conjugate obstetrika.
13

2. Konjugata diagonalis yaitu jarak tepi bawah simfisis sampai ke promontorium, yang dapat
diukur dengan memasukan jari tengah dan telunjuk ke dalam vagina dan mencoba
meraba promontorium. Pada panggul normal tidak teraba dengan jari yang panjangnya 12
cm.
3. Konjugata vera yaitu jarak tepi atas simfisis dengan promontorium didapat dengan
mengurangi konjugata diagonalis dengan 1,5 cm
4. Diameter tranversa adalah jarak terjauh garis lintang PAP, biasanya 12,5-13 cm
5. Diameter oblique adalah garis persilangan konjugata vera dengan diameter tranversa
keartikulasio sakroiliaka.

Gambar 4 : Pintu atas panggul
B. RUANG PANGGUL
Ruang panggul merupakan saluran diantara PAP dan Pintu bawah panggul (PBP). Dinding
anterior sekitar 4 cm terdiri atas os pubis dengan simpisisnya. Dinding posterior dibentuk oleh
ossakrum dan os koksigis, sepanjang 12 cm. Karena itu ruang panggul berbentuk saluran
dengan sumbu melengkung ke depan.

14


Gambar 5. Ruang panggul

C. PINTU BAWAH PANGGUL
Batas pintu bawah panggul adalah setinggi spina ischiadika. Jarak antara kedua spina ini
disebut diameter bispinosum adalah sekitar 9,5-10 cm. PBP berbentuk segi empat panjang
disebelah anterior dibatasi oleh arkus pubis, dilateral oleh tuber ischii. Dan di posterior oleh os
coccygis dan ligamentum sakrotuberosum. Pada panggul normal besar sudut (arkus pubis )
adalah 90 derajat . Jika kurang dari 90 derajat, lahirnya kepala janin lebih sulit karena kepala
memerlukan labih banyak tempat ke posterior.
Jenis panggul menurut Caldwell-Moloy :
1. Panggul ginekoid
Bentuk panggul yang khas pada wanita, dengan pintu atas pangul yang bundar atau dengan
diameter transversa yang lebih panjang sedikit daripada diameter anteroposterior dan dengan
15

panggul tengah serta pintu bawah panggul yang cukup luas. Panggul jenis ini paling baik
untuk wanita, ditemukan pada 45% wanita.
2. Panggul anthropoid
Dengan diameter anteroposterior yang lebih panjang daripada diameter transversa sehingga
bentuk p.a.p lonjong kedepan, dan dengan arkus pubis menyempit sedikit. Ditemukan pada
35% wanita.
3. Panggul android
Dengan pintu atas panggul yang berbentuk segitiga berhubungan dengan penyempitan
kedepan, dengan spina ischiadica menonjol ke dalam dan dengan arkus pubis menyempit.
Umumnya pria yang memiliki panggul jenis ini, dan hanya ditemukan 15% pada wanita.
4. Panggul platipelloid
Dengan diameter anteroposterior yang jelas lebih pendek daripada diameter transversa pada
pintu atas pangul dan dengan arkus pubis yang luas. Ditemukan pada 5% wanita.
Tipe panggul campuran disebut bila tidak memenuhi criteria 4 macam bentuk pelvis
dasar yang dibagi oleh Cadwell. Untuk menentukan kombinasi ini mula mula yang disebut
adalah jenis segmen pelvis bagian belakang dahulu kemudian baru bagian segmen depan.
Berhubung dengan faktor ras dan sosial ekonomi, frekuensi dan ukuran-ukuran jenis
panggul berbeda-beda diantara berbagai bangsa. Dengan demikian standar untuk panggul
normal pada seorang wanita Eropa berbeda dengan standar wanita Asia. Pada panggul
dengan ukuran normal, kelahiran pervaginam janin dengan berat badan yang normal tidak
akan mengalami kesukaran.



Gambar 6 : klasifikasi Caldwell-Moloy
16




istilah cephalopelvic disproportion mulai digunakan pada abad 20 untuk menggambarkan
adanya hambatan persalinan akibat ketidakseimbangan ukuran kepala bayi dengan pelvis ibu.
Penyebab dari cephalopelvic disproportion:
1. Janin yang besar
2. Panggul sempit

I.Janin yang Besar
Janin yang besar ialah janin yang beratnya lebih dari 4000 gram. Menurut kepustakaan
lain, anak yang besar dapat menimbulkan kesulitan dalam persalinan jika beratnya lebih dari
4500 gram.
3
Penyebab anak besar yaitu:
Diabetes mellitus
Herediter
Multiparitas
17

Kesukaran yang ditimbulkan dalam persalinan karena besarnya kepala atau besarnya bahu.
Karena regangan dinding rahim oleh anak yang sangat besar, dapat timbul inersia uteri dan
kemungkinan perdarahan postpartum akibat atonia uteri juga lebih besar.
Jika panggul normal biasanya diusahakan persalinan pervaginam karena penentuan besarnya
anak dengan palpasi Leopold sangat sulit. Pemeriksaan USG dapat membantu diagnosis bila
anak letak kepala dan kepala belum masuk pintu atas panggul.
3


II.Panggul Sempit

Batasan panggul sempit menurut Pedoman diagnosis dan Terapi Obstetri dan Ginekologi
RSHS yaitu setiap kelainan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul,
sehingga dapat menimbulkan distosia pada persalinan.
3,7

Pengaruh panggul sempit pada kehamilan :
1. Retroflexi uteri gravidi incarcerate
2. Kepala tidak dapat turun pada bulan terakhir
3. Fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
4. Abdomen pendulum pada primi gravid
5. Biasanya anak lebih kecil dari ukuran bayi rata-rata


Gambar 3.1 Abdomen Pendulum dengan Kehamilan.
18

Pengaruh pada persalinan :
1. Persalinan lebih lama dari biasanya, karena gangguan pembukaan ataupun banyaknya
waktu yang diperlukan untuk moulage kepala anak. Kelainan pembukaan dapat terjadi
karena ketuban belum pecah sebelum waktunya karena bagian depan kurang menutup
pintu atas panggul, selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan pada
serviks karena tertahan pada pintu atas panggul.
3

2. Sering terjadi kelainan presentasi atau posisi
3. Ruptur uteri, jika his menjadi telalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang
ditimbulkan panggul sempit.
4. Sebaliknya, jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh pangul sempit, dapat
terjadi infeksi intrapartum.
5. Fistel vesikovaginal dan rektovaginal, akibat tekanan lama pada jaringan yang dapat
menimbulkan iskemi yang menyebabkan nekrosis.
6. Ruptur simfisis (simfisiolisis), pasien merasakan nyeri di daerah simfisis dan tidak dapat
mengangkat tungkainya.
7. Paresis kaki ibu akibat tekanan dari kepala pada urat-urat saraf di dalam rongga panggul.
Yang paling sering terjadi adalah kelumpuhan nervus peroneus.


Pengaruh pada anak :
1. Kematian perinatal meningkat pada partus yang lama.
2. Prolapsus foeniculi
3. Perdarahan otak karena moulage yang kuat, terutama jika diameter biparietal
berkurang lebih dari 0,5 cm.







19

Pola Persalinan Kriteria Diagnostik Penanganan yang dianjurkan Penanganan Khusus



Panggul dengan ukuran normal tidak akan mengalami kesukaran kelahiran pervaginam pada
janin dengan berat badan yang normal. Ukuran panggul dapat menjadi lebih kecil karena
pengaruh gizi, lingkungan atau hal lain sehingga menimbulkan kesulitan pada persalinan
pervaginam. Panggul sempit yang penting pada obstetric bukan sempit secara anatomis namun
panggul sempit secara fungsional artinya perbandingan antara kepala dan panggul.Selain
panggul sempit dengan ukuran yang kurang dari normal, juga terdapat panggul sempit lainnya.
5,7
Panggul ini digolongkan menjadi empat, yaitu:
3,7
1. Kelainan karena gangguan pertumbuhan intrauterine: panggul Naegele, panggul Robert,
split pelvis, panggul asimilasi.
2. Kelainan karena kelainan tulang dan/ sendi: rakitis, osteomalasia, neoplasma, fraktur,
atrofi, nekrosis, penyakit pada sendi sakroiliaka dan sendi sakrokoksigea.
3. Kelainan panggul karena kelainan tulang belakang: kifosis, skoliosis, spondilolistesis.
4. Kelainan panggul karena kelainan pada kaki: koksitis, luksasio koksa, atrofi atau
kelumpuhan satu kaki.

Setiap penyempitan pada diameter panggul yang mengurangi kapasitas panggul dapat
menyebabkan distosia saat persalinan.penyempitan dapat terjadi pada pintu atas panggul, pintu
tengah panggul, pintu bawah panggul, atau panggul yang menyempit seluruhnya.
5
20


Klasifikasi panggul sempit :
a. Kesempitan pintu atas panggul
b. Kesempitan bidang tengah
c. Kesempitan pintu bawah panggul

Kriteria diagnosis :
a. Kesempitan pintu atas pangul.
3

Panggul sempit relatif : Jika konjugata vera > 8,5-10 cm
Panggul sempit absolut : Jika konjugata vera < 8,5 cm
b. Kesempitan panggul tengah
Bidang tengah panggul terbentang antara pinggir bawah simfisis dan spina os ischii dan
memotong sacrum kira-kira pada pertemuan ruas sacral ke-4 dan ke-5.
3,5
Ukuran yang terpenting dari bidang ini ialah:
1. Diameter transversa (diameter antara kedua spina) 10,5 cm.
2. Diameter anteroposterior dari pinggir bawah simfisis ke pertemuan ruas sakral ke-4
dan ke-5 11,5 cm.
3. Diameter sagitalis posterior dari pertengahan garis antara kedua spina ke pertemuan
sacral ke-4 dan ke-5 5 cm.
Dikatakan bahwa bidang tengah panggul itu sempit jika :
1. Jumlah diameter transversa dan diameter sagitalis posterior 13,5 cm atau kurang
(10,5 cm + 5 cm = 15,5 cm).
2. Diameter antara spina kurang dari 9 cm .
Ukuran-ukuran bidang tengah panggul tidak dapat diperoleh secara klinis harus
diukur secara rontgenologis, tetapi jika dapat juga menduga adanya kesempitan
bidang tengah panggul jika:
1. Spina ischiadica sangat menonjol.
2. Dinding samping panggul konvergen.
3. Diameter antara tuber ischii 8,5 cm atau kurang.
4.

21

c. Kesempitan pintu bawah panggul
jika dijumpai diameter interiscia tuberosum 8,5 cm, dan dengan distansia tuberum
bersama dengan diameter sagitalis posterior kurang dari 15 cm, timbul kemacetan pada
kelahiran janin ukuran biasa.

Gambar 3.2 Bidang Panggul

Persangkaan panggul sempit Seseorang harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika:
3
a. Pada primipara, kepala anak belum turun setelah minggu ke 36.
b. Pada primipara ada perut menggantung.
c. Pada multipara, persalinan yang dulu-dulu sulit.
d. Ada kelainan letak pada hamil tua.
e. Terdapat kelainan bentuk badan ibu (cebol, skoliosis, pincang, dll.)
f. Tanda Osborn positif
Teknik perasat Osborn:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Kepala janin dipegang oleh tangan kiri pemeriksa.
3. Dua jari lainnya di atas simfisis, permukaan jari berada pada permukaan anterior dari
simfisis.
4. Tentukan derajat tumpang tindih ketika kepala janin ditekan ke bawah dan ke belakang.
Interpretasi perasat Osborn:
- Kepala dapat ditekan ke dalam panggul, tidak terdapat tumpang tindih dari tulang
parietal, berarti CPD (-).
22

- Kepala dapat ditekan sedikit, terdapat sedikit tumpang tindih dari tulang parietal, sekitar
0,5 cm, berarti CPD sedang. Pemeriksaan dilanjutkan dengan perasat Muller.
- Kepala tidak dapat dimasukkan ke dalam tulang panggul, tulang parietal menggantung di
atas simfisis dengan dibatasi jari, berarti CPD positif.
Teknik perasat Muller:
1. Pasien terlentang, tungkai sedikit fleksi.
2. Satu tangan memegang kepala dari luar di atas simfisis.
3. Dua jari dari tangan yang lain masuk ke dalam vagina, sampai pintu atas panggul.
4. Tangan luar mendorong kepala anak ke arah simfisis.
Interpretasi perasat Muller:
- Kepala anak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (-).
- Kepala anak tidak teraba oleh kedua jari, berarti CPD (+).
Prognosis persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai factor, diantaranya:
1. Bentuk Panggul
2. Ukuran panggulm jadi derajat kesempitan.
3. Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul.
4. Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala.
5. Presentasi dan posisi kepala.
6. His.
Diantara faktor-faktor tersebut, yang dapat diukur secara pasti dan sebelum persalinan
berlangsung hanya ukuran-ukuran panggul. Oleh karena itu, ukuran tersebut sering menjadi
dasar untuk memperkirakan jalannya persalinan.
2,4
Pada panggul sempit absolute, yaitu CV < 8,5 cm, dilakukan seksio sesarea. Berdasarkan
literatur, tidak ada anak yang cukup bulan yang dapat lahir pervaginam dengan selamat jika CV
< 8,5 cm.
3
Pada kesempitan pintu atas panggul, banyak faktor yang mempengaruhi hasil persalinan pada
panggul dengan CV antara 8,5-10 cm (panggul sempit relatif),antara lain:
- Riwayat persalinan yang lampau
- Besarnya presentasi dan posisi anak
- Pecehnya ketuban sebelum waktunya memperburuk prognosis
- His
23

- Lancarnya pembukaan
- Adanya infeksi intrapartum
- Bentuk panggul dan derajat kesempitannya.
Karena banyaknya faktor tersebut, pada panggul sempit relative dilakukan partus percobaan.
PANGGUL SEMPIT

1. Pemeriksaan ginekologis
2. Pemeriksaan penunjang
- Ultrasonografi
- Radiologis



Kesempitan pintu Kesempitan Kesempitan pintu
atas panggul panggul tengah bawah panggul


Relatif Absolut
(konjugata vera (Konjugata vera < 8,5 cm)
8,5-10 cm)


Partus percobaan Seksio sesarea
Primer


Berhasil Gagal

Seksio sesarea

Persalinan berikut dengan seksio sesarea primer
24

DAFTAR PUSTAKA
1. Saifuddin AB. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo. Edisi Keempat. Jakarta: BP-
SP,2008.
2. Lowe, N.K. The Dystocia Epidemic in Nulliparous Women. School of Nursing Oregon
Health & Science University. 2005. [Online] Hyperlink:
http://196.33.159.102/1961VOLXXXV20JulDec/Articles/20October/20ACLASSIFICATIO
NOFCEPHALO-PELVICDISPROPORTION.C.J.T Craig.pdf 10 Mei 2009.
3. Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi 21. Jakarta: EGC,
2005.
4. Winkjosastro H. Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Jakarta: YBP-SP, 2007.
5. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri Fisiologi. Bandung: Elemen, 1983.
6. Israr YA, Irwan M, Lestari, dkk. Arrest of Decent- Cephalopelvc Disproportion
(CPD).2008.[Online]Hyperlink:http://72.14.235.132/:yayanakhyar.wordpress.com/2008/09/0
5/arrest-of-decent-cephalopelvic-disproportion-cpd/+Cephalo-pelvic+disproportion&cd, 20
Mei 2009.
7. Bagian Obstetri & Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran Bandung.
Obstetri Patologi. Bandung: Elstar, 1982.

Вам также может понравиться