Вы находитесь на странице: 1из 10

1

Reuters
Pertambangan nikel di Marowali, Sulawesi Tengah, 12 Januari 2014.





Harga nikel di London Metal Exchange merambat naik, sedangkan harga
saham pertambangan nikel dunia melonjak signifikan. Kenaikan ini menyusul
larangan ekspor bijih yang diberlakukan pemerintah mulai hari Minggu kemarin.
Larangan tersebut diterapkan berdasarkan Undang-Undang No.
4/2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Lewat larangan, pemerintah
berharap dapat menambah nilai sektor industri pertambangan dalam negeri.
Bagaimanapun, pertambangan merupakan sumber terbesar devisa negara. Meski
memberlakukan larangan, pemerintah tetap mengizinkan beberapa perusahaan
mengekspor mineral yang belum diolah, asalkan perusahaan itu tengah dalam
proses membangun fasilitas peleburan mineral alias smelter.
Indonesia merupakan salah satu produsen nikel terbesar dunia. Nikel biasa
digunakan sebagai campuran pembuat baja antikarat (stainless steel). Selain itu,
nikel Indonesia juga mengasupi industri besi kasar Cina, yang harganya naik
sebesar 10% pada Desember. Peningkatan ini antara lain dipicu antisipasi
larangan, sebelum laju kenaikan melemah menjadi 2,8% pada bulan yang sama.
Harga nikel naik sebesar 2,5% menjadi $14.190 per ton dalam sesi
perdagangan pagi di Asia, Senin. Kenaikan melanjutkan penguatan 3,7% pada
Jumat silam. Harga nikel turun menjadi $14.025 per ton pada pukul 13.00 WIB,
naik 1,3% ketimbang penutupan sebelumnya.
Menurut kami, pasar komoditas sedikit lambat menanggapi dampak
larangan [bijih], sebut Sijin Cheng, analis Barclays di Singapura. Ia
memperkirakan harga nikel masih akan naik.
Saham Western Areas Ltd, produsen khusus nikel terbesar Australia, naik
sebesar 13% pada Senin. Saham Western Areas ditutup 8,9% lebih tinggi.
Perusahaan itu sudah lama bersaing dengan pertambangan Indonesia di pasar
Cina. Negeri Tirai Bambu selama ini menyumbang nyaris separuh dari
keseluruhan permintaan nikel global. Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral memperkirakan produksi nikel dalam negeri turun kira-kira sebesar 80%
pada 2014.
2

RI Larang Ekspor Nikel, Filipina
Beruntung

Pelarangan ekspor bijih mineral asal Indonesia yang berlaku mulai awal
tahun ini menyebabkan pasokan nikel dunia terganggu. Ini mendorong terjadinya
kenaikan harga nikel di pasar global.
Pelarangan ekspor mineral tersebut membuat potensi keuntungan dari
kenaikan harga dan kekosongan pasar ini dinikmati oleh produsen nikel lain, salah
satunya Filipina.
Selama ini, Indonesia merupakan salah satu negara produsen terbesar nikel
di dunia. Posisinya nomor dua setelah Filipina yang merupakan produsen terbesar.
Saking besarnya produksi Indonesia, 59 persen kebutuhan nikel China dipasok
dari Indonesia. Sementara konsumsi nikel China mencapai 44 persen total
konsumsi nikel dunia.
Makanya, pelarangan ekspor bijih nikel Indonesia sejak awal tahun,
membuat pasokan dunia berkurang. Akibatnya harga nikel pun akan naik, sejalan
dengan peningkatan konsumsi.
Jika dibandingkan dengan harga nikel saat memasuki awal tahun ini
sekitar US$ 14.000 per ton, hingga Mei harga nikel sudah naik lebih dari 30
3

persen. Pada 19 Mei 2014, harga nikel di London Metal Exchange tercatat sudah
mencapai US$ 19.780 per ton.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Mineral Indonesia (Apemindo) Poltak
Sitanggang mengatakan naiknya harga, bukan hanya disebabkan oleh Indonesia.
Konflik di Ukraina juga menjadi salah satu faktor naiknya harga nikel. Sebab
Ukraina juga merupakan salah satu negara penghasil nikel.
Masalahnya, potensi keuntungan dari kenaikan harga ini tidak bisa
dinikmati oleh Indonesia. Malah, ketika Indonesia berhenti mengekspor nikel,
pasarnya diisi oleh Filipina. Negara penghasil nikel lainnya, bukan hanya bisa
menggantikan pasar yang biasa diisi oleh Indonesia, tetapi juga meraup banyak
untung dari kenaikan harga nikel saat ini.
Mereka (Filipina) sudah mendapat tambahan keuntungan miliaran dolar
dari kenaikan harga ini. Sementara Indonesia tidak bisa apa-apa karena ekspornya
dilarang, ujar Poltak.
Pembahasan Kelompok Studi Nikel Dunia (International Nickel Study
Group/INSG), pada April lalu juga memang berharap agar kekosongan pasokan
dari Indonesia bisa diisi oleh Filipina. INSG memperkirakan tahun ini konsumsi
nikel masih terus tumbuh, didorong oleh China sebagai pasar utamanya.
Konsumsi nikel primer diperkirakan mencapai 1,89 juta ton, mengalami
peningkatan dibandingkan tahun lalu sebesar 1,77 juta ton.
Sementara produksi nikel primer dunia tahun ini diperkirakan tidak
tumbuh. Pada 2012 produksi nikel mencapai 1,75 juta ton, kemudian meningkat
hingga 1,95 juta ton pada 2013. Tahun ini, diperkirakan produksi nikel masih
dalam batas yang sama dengan tahun lalu.




Pengusaha Tolak Kenaikan Royalti Nikel 100 Persen
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA -- Sudah jatuh tertimpa tangga! Inilah
gambaran yang diungkapkan pengusaha nikel di dalam negeri. Setelah pemerintah
melarang kegiatan ekspor mineral mentah (ore) dan diminta membangun pabrik
pemurnian (smelter), pemerintah kini berencana mengerek tarif royalti bijih nikel
hingga dua kali lipat.

4

Dalam revisi peraturan pemerintah (PP) Nomor 9 Tahun 2012 mengenai Jenis
Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) Kementerian Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) akan menaikkan royalti bijih nikel dari semula 5% dari harga
jual menjadi menjadi 10%.
Rosano Fattah, Legal Corporate PT Ifishdeco mengatakan, pihaknya
sangat keberatan dengan rencana kenaikan tarif royalti bijih nikel. Pasalnya,
pungutan bukan pajak yang naik hingga 100% ini berpotensi membuat komponen
biaya produksi semakin membengkak. Ini akan berpengaruh pada nilai
keekonomian proyek smelter.
Padahal, tarif royalti yang ada di PP Nomor 9/2012 menjadi pijakan
perusahaannya dalam kajian pembangunan smelter. "Pembelian bijih nikel dari
tambang sekitar pabrik pasti akan naik dan memerlukan biaya besar untuk
pembelian bahan baku. Belum lagi ditambah komponen lain seperti upah tenaga
kerja, dan ongkos angkut," kata dia ke pada KONTAN, Rabu (10/9).
Ifishdeco lewat anak usahanya, PT Bintang Smelter Indonesia akan
membangun smelter nickel pig iron (NPI) di Sulawesi Tenggara dengan investasi
US$ 100 juta. Kapasitas produksi pabrik yang akan beroperasi pada 2016 tersebut
mencapai 100.000 ton NPI per tahun, atau dengan kebutuhan sekitar 500.000 ton
bijih nikel per tahun.
Rosano menyebut, sebagian besar pasokan bijih nikel akan disuplai dari
tambang sendiri, sedangkan sisanya dari tambang sekitar pabrik. "Pemerintah
mesti mengkaji ulang rencana kenaikan tarif ini, jangan sampai mengganggu
rencana masuknya investor yang mau datang membangun pabrik," kata dia.
Andi M Aminuddin, Direktur Utama PT Bhineka Sekarsa Adidaya
menambahkan, naiknya tarif royalti bijih nikel tentu akan mengancam
keberlangsungan penambang kecil yang tidak mampu membangun smelter
sendiri. Selain itu, penambang kecil akan kesulitan bersaing dalam menjual
produk bijih nikelnya karena harga jual yang lebih mahal, plus ongkos
pengangkutan dari tambang ke pabrik.
Dengan begitu, hanya perusahaan besar yang bisa mengintegrasikan
tambang dan smelternya yang dapat beroperasi. "Smelter NPI yang kami bangun,
akan juga membeli bijih nikel dari teman-teman penambang lain. Tapi, kalau
biaya tinggi tentu kami akan kesulitan membeli bahan baku," kata Andi.
Bhineka Sekarsa akan membangun smelter NPI dengan kapasitas produksi
70.000 ton per tahun. Adapun kebutuhan bijih nikel untuk pabrik tersebut
mencapai 400.000 ton, yang sebagian besarnya akan disuplai dari sejumlah izin
usaha pertambangan (IUP) lainnya.
Selain itu, hal yang menyesakkan penambang nikel skala kecil adalah,
pemerintah malah berencana menurunkan tarif royalti nikel matte yang dihasilkan
PT Vale Indonesia dari sebelumnya 4% menjadi 2% atas harga jual. "Pemerintah
5

harusnya tidak diskriminasi ke pengusaha," kata Mag Faizal Emzita, Member of
Board Director Asosisasi Nikel Indonesia (ANI).
Menanggapi ini, Sukhyar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara
Kementerian ESDM mengatakan, pemerintah yakin kenaikan tarif tidak akan
berdampak negatif bagi usaha penambang kecil. "Dulu saja ketika pemerintah
menerapkan bea keluar sebesar 20%, mereka masih sanggup beroperasi," kata
Sukhyar di kantornya, Rabu (10/9).
Dia memaparkan, kebijakan itu masih dalam pembahasan di internal
kementerian dan akan segera di bawa untuk pembahasan lintas sektoral yang
akan dituangkan dalam revisi PP Nomor 9/2012. "Kalau Nikel Matte kenapa turun
jadi 2% karena harga jualnya kurang ekonomis," kilah Sukhyar. (Muhammad
Yazid)
Harga nikel telah meningkat di atas $ 17.000 per ton untuk pertama
kalinya sejak Maret 2012 karena spekulasi investor yang membuka posisi
kenaikan yang dibayangi peraturan larangan ekspor Indonesia sejak bulan Januari
lalu.
Cina sangat bergantung pada bijih nikel laterit dari Indonesia untuk
menghasilkan nikel pig iron, alternatif murah untuk nikel halus. Jika suplai ini
secara permanen terputus , China akan dipaksa untuk mengurangi penggunaan
NPI dan membeli logam yang lebih tinggi kelas untuk digunakan dalam smelter
tersebut . Kondisi ini nantinya akan mengurangi stok nikel yang telah dibangun
sejak krisis keuangan global.
Banyak investor yang meragukan larangan itu akan terus sampai
sekarang . Open interest dalam nikel jumlah total kontrak derivatif telah naik
lebih dari 25 persen pada bulan lalu seperti yang pernah dilaporkan Standard Bank
Harga Nikel untuk pengiriman tiga bulan di London Metal Exchange naik
2,4 persen menjadi $ 17,091 per ton yang mengambil keuntungan sejak awal
tahun hingga 16 persen .
Jika larangan ekspor tersebut terus berlaku hingga pemilihan presiden
bulan Juli nanti diperkirakan pasar nikel dunia akan alami defisit besar hingga
134.000 ton , 106.000 ton dan 77.000 ton pada tahun 2015 , 2016 dan 2017
masing-masing. Dan jika tidak adanya perubahan dalam kebijakan Indonesia ,
pasar beranggapan bahwa pada tahun 2016 , pasar akan mendapatkan lebih ketat
daripada di 2006-07 , ketika harga diperdagangkan di $ 30.000 $ 50,000
berbagai ton.
Produsen NPI Cina berebut untuk menemukan bijih pengganti , terutama
dari Filipina dan pada tingkat lebih rendah Kaledonia Baru karena negara tidak
menghasilkan cukup bijih bermutu tinggi untuk menggantikan pasokan yang
hilang. Selama ini kontribusi dari indonesia 450.000 ton nikel dan dari pemasok
lain adalah paling 50.000-75.000 ton
6

Analis melihat respon pedagang tidak menjual volume besar saham bijih
nikel membuat harga spot bijih nikel bermutu tinggi telah meningkat lebih dari
40 persen sejak Januari dan dekat sampai $ 70 per ton , termasuk biaya
pengiriman ke China.
Langkah Indonesia melarang ekspor mineral mentah mulai 12 Januari
2014 membuat pasar panik. Harga nikel dan tembaga melonjak di pasar
internasional. Kebijakan terbaru pemerintah menjadi sorotan dunia karena akan
mempengaruhi pasokan barang tambang, mengingat Indonesia adalah produsen
tambang nomor wahid dunia.
Harga nikel melonjak ke level tertinggi dalam tiga bulan menyusul laporan
yang menyebutkan Indonesia, produsen mineral terbesar di dunia, menahan kapal
China menjelang penerapan larangan ekspor mineral mentah.
Seperti dilansir dari Bloomberg, Sabtu (11/1/2013), Indonesia disebut-
sebut telah menahan sedikitnya 10 kapal China meninggalkan sebuah pelabuhan
di Sulawesi. Negara dengan perekonomian terbesar di Asia Tenggara ini
dijadwalkan akan melarang pengiriman bijih mineral mulai 12 Januari 2014 untuk
meningkatkan nilai tambah.
"Langkah ini muncul di tengah meningkatnya impor bahan baku industri
China," kata Direktur Senior Newedge USA LLC melalui surat elektroniknya
(email) di New York.
Nikel untuk pengiriman tiga bulan naik 3,8% menjadi US$ 13.860 per
metrik ton di London Metal Exchange, kenaikan terbesar sejak 4 Oktober 2013.
Indonesia saat ini mengekspor 60% bijih nikel ke China. David Wilson,
Direktur Penelitian dan Strategi Logam Citigroup Inc di London, memprediksi
larangan ekspor yang diterapkan Indonesia berpeluang untuk mendongkrak harga-
harga komoditas di pasar internasional.
Tak hanya nikel, harga tembaga untuk pengiriman tiga bulan juga ikut
naik 1,2% menjadi US$ 7.302,5 per ton atau US$ 3,31 per pound. Di New York,
untuk pengiriman Maret naik 1,35 menjadi US$ 3,3415 per pound di divisi New
York Mercantile Exchange (NYMEX).
Impor tembaga China pada Desember 2013 naik 29% menjadi 441.291 ton
dari tahun sebelumnya. Stok tembaga diprediksi bakal terus menyusut pada
kuartal I 2014. (Ndw)
Jakarta-TAMBANG. Harga nikel dilaporkan naik menuju harga tertinggi
14 bulan. Hal itu dipengaruhi karena kekhawatiran bahwa pasokan global
berkurang karena ketegangan antara Rusia dan Ukraina. Seperti dikutip
Bloomberg (29/4) kenaikan harga juga terjadi karena adanya larangan ekspor bijih
nikel di Indonesia.
7

Kontrak pengiriman nikel untuk tiga bulan di London Metal Exchange
naik 1% menjadi US$ 18.360 per metrik ton dan diperdagangkan di posisi US$
18.275 pada pukul 10:09 waktu Shanghai. Harga logam yang diproduksi untuk
stainless steel tahan korosi ini sempat mencapai harga US$ 18.715 per ton
kemarin, harga tertinggi sejak Februari 2013.
"Harga nikel naik karena kekhawatiran adanya gangguan pasokan akibat
larangan ekspor bijih nikel Indonesia dan sanksi Barat terhadap Rusia," kata Celia
Wang, analis nikel dari Beijing Antaike Information Development Co.
Sementara itu, JPMorgan Chase & Co kemarin merevisi proyeksi harga
nikel tahun 2015 menjadi US$ 24.000 per ton dari proyeksi sebelumnya sebesar
US$ 15.750 per ton. Keputusan itu dilakukan karena melihat komitmen Indonesia
yang ingin melarang ekspor bijih nikel.
Sementara itu, harga tembaga pengiriman tiga bulan naik 0,2% menjadi
US$ 6.760 per ton di LME. Di Shanghai, harga tembaga berjangka pengiriman
Juli ada di posisi 48.010 yuan (US$ 7.678 ) per ton .
1.) Kondisi penawaran
Kondisi penawaran komoditi mineral akan ditentukan oleh beberapa
factor, yaitu:
Jangka pendek, penawaran mineral dibatasi oleh kapasitas tambang dan
kapasitas pengolahan.
Jangka sedang, penawaran mineral ditentukan oleh perluasan tambang-
tambang yang ada, fasilitas pengolahan, dan pengembangan endapan-endapan
ekonomis yang lain.
Jangka panjang, penawaran mineral ditentukan oleh keberhasilan
eksplorasi dan kemajuan teknologi penambangan dan pengolahan.
2.) Kondisi harga
Karena komoditi mineral di pasaran sulit untuk diramalkan karena sangat
tergantung pada kondisi politik dan ekonomi dunia.
Sebagai pendekatan perlu diketahui hal-hal berikut:
Harga komoditi mineral ditentukan oleh tingkat permintaan dan produksi
dunia pada waktu tertentu.
Trend harga jangka panjang pada kondisi pasar kompetitif merupakan
fungsi dar biaya produksi. Dalam dunia mineral dikenal konsep kelangkaan
(scarcity rent) dikarenakan sifat mineral yang tidak dapat diperbarui, sehingga
8

semakin lama semakin sulit ditemukan. Dengan demikian akan menigkatkan
biaya produksi.
Harga komoditi mineral biasanya berfluktuasi sangat tajam dikarenakan
perubahan-perubahn kondisi permintaan dan penawaran yang tidak menentu.
Secara umum ketiga kondisi ini dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu:
1. Politik
Peperangan yang berkepanjangan mengakibatkan pengurasan komoditi
mineral tertentu, partisipasi pemerintah memberikan subsidi, perpajakan dll.
2. Ekonomi
Keadaan pasar dunia, biaya penambangan dan pengolahan, siklus bisnis,
pertumbuhan ekonomi dunia, resesi ekonomi, dll.
3. Teknologi
Kemajuan teknologi akan dapat menekan biaya produksi sehingga
memungkinkan untuk eksplorasi dan melakukan penambangan terhadap endapan-
endapan mineral berkadar rendah dan sulit dicapai.
C. PASAR-PASAR MINERAL
1.) Bursa-bursa Komoditi Mineral
Bursa komoditi mineral seperti LME (London Metal Exchange) dan
COMEX (New York Commodity Exchange) adalah pelelangan pasar bebas
formal dimana pembeli dan penjual bernegosiasi untuk menetapkan harga jual.
Komoditi harus memenuhi spesifikasi standar kualitas, berat, dan bentuk tertentu.
Bursa komoditi hanya dapat beroperasi efektif apabila memiliki sejumlah besar
penjual dan pembeli komoditi yang diperdagangkan secara umum memenuhi
standar.
Persyaratan kualitas logam yang diperdagangkan di LME:
a) Tembaga
Sejak tahun 1983 dibagi dalam bentuk batang-batang kawat (wirebars) dan
katoda (elektrolitik) dengan kandungan Cu 99,9%.
b) Timah
Sejak tahun 1983, bentuk standar timah adalah ingot atau slab dengan
kandungan Sn 99,75% dan yang berkadar tinggi Sn 99,85%. Sedangkan untuk
timah hitam, berbentuk pig dengan kadar 99,9%.
9

c) Seng
Berbentuk batang (bar) dengan kadar Zn 98%.
d) Perak
Berbentuk small bar dengan kadar Ag 99,9%.
e) Aluminium
Sejak oktober 1978, aluminium murni berbentuk ingot dengan kadar Al
99,5%.
f) Nikel
Sejak april 1978, nikel murni berbentuk katodadengan kadar Ni 99,80%.
2.) Kontrak-kontrak Penjualan
Ketentuan harga pasar untuk mineral industry tidak seperti pada logam
mulia dan logam dasar. Komoditi mineral yang sering diperdagangkan melalui
kontrak-kontrak jangka panjang adalah batubara dan uranium.
3.) Kontrak Peleburan (Smelter Contracts)
Perusahaan yang tidak memiliki fasilitas pengolahan akan memasarkan
produk ke custom mills atau custom smelters. Transsksi antara penghasil
konsentrat dengan custom smelters. Penghasil-penghasil konsentrat konsentrat
seing memiliki pilihan untuk menjual konsentratnya
Ketentuan-ketentuan yang tercantum pada Smelter Contract:
a. Penentuan penimbangan, sampling dan kandungan air berkenaan dengan
prosedur yang digunakan termasuk penyelesaian penyelisihan.
b. Pengujian kadar (assaying)
c. Loading dan Unloading konsentrat
d. Resiko kerugian
e. Force Majeur
f. Penyelesaian perselisihan
g. Masalah-masalah lingkungan.

10

Berdasarkan tipe pasar, pemasaran bahan galian dibagi atas,
Captive Market (Pasar yang yang dikuasai oleh produsen),
Pasar yang dikuasai pembeli,
Pasar bebas (pasar yang tidak ada ketergantungan pembeli dan penjual).
Berdasarkan jangka waktu penjualan, pasar bahan galian, dapat dibagi atas,
Penjualan berdasrkan kontrak jangka panjang
Penjualan Spot ( Penjualan sesaat/satu/dua kali pengiriman)
Berdasarkan Lokasi, pasar bahan galian dibagi atas,
Pasar Lokal,
Pasar Regional,
Pasar Internasional
d. METODE PEMBAYARAN
Metode pembayaran Internasional:
1. Metode pembayaran barang ditukar dengan barang (barter),
2. Metode pembayaran cash (barang ditukar langsung dengan uang),
3. Metode pembayaran dengan cek (barang ditukar dengan cek),
4. Metode pembayaran lewat Letter of Credit (L/C), kartu kredit, kartu debit dsb.

Вам также может понравиться