Вы находитесь на странице: 1из 30

1

BAB I
PENDAHULUAN

1. 1. Latar Belakang
Kehidupan yang dijalani manusia selalu bergerak dinamis. Dinamika tersebut
tercipta karena daya karsa, cipta dan rasa manusia yang menghasilkan pelbagai macam
kreativitas buah pikiran manusia. Manusia selalu berusaha menampilkan perasaan
melalui hasil ciptanya. Ide-ide manusia selalu berusaha dituangkan dalam bentuk wujud
nyata sehingga dapat diapresiasi oleh khalayak ramai.
Sebagai salah satu hasil karya manusia, sastra tentu mengandung ide-ide yang
berkaitan dengan manusia; manifestasi ideologi yang dimilikinya. Sastra menjadi
wadah cerminan kemanusiaan itu sendiri; wujud dari ide. Dengan demikian ideologi
yang dimiliki oleh manusia dapat dinikmati khalayak ramai dalam bentuk yang indah
dan dapat dihayati sebagai bentuk kreasi dinamika kemanusiaan.
Disisi lain, manusia juga selalu berusaha merenungkan mengenai hakikat segala
sesuatu; yang tertuang dalam kerangka filsafat. Hasil perenungan ini menjadi sebuah
falsafah kehidupan; ideologi yang dianut manusia sebagai pandangan hidup dan
pedoman dalam menjalani kehidupan. Ideologi inilah yang berusaha selalu dituangkan
manusia dalam tiap bentuk hasil karyanya; termasuk sastra. Hal ini bertujuan agar hasil
karya tersebut dapat berfungsi sebagai penanda keberadaan ideologi serta manusia yang
menghasilkannya. Oleh karena itu, terdapat sebuah hubungan menarik antara filsafat
dan sastra. Berangkat dari hal ini maka pembahasana mengenai filsafat, sastra serta
hubungan yang terjadi antara keduanya menarik untuk dibahas.


2

1. 2. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan pada latar belakang, maka rumusan masalah pada
makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Apakah pengertian dari filsafat?
b. Apakah pengertian sastra?
c. Apa sajakah jenis-jenis karya sastra?
d. Bagaimanakah hubungan yang terbentuk antara filsafat dan sastra?

1. 3. Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui pengertian filsafat
b. Untuk mengetahui pengertian sastra dan berbagai jenis karya sastra
c. Untuk mendefinisikan hubungan antara filsafat dan sastra

1. 4. Manfaat
Manfaat penulisan makalah adalah sebagai berikut:
a. Sebagai bahan kajian awal mengenai pengertian filsafat, sastra serta hubungan yang
terbentuk antara keduanya.
b. Membuka kesempatan para peneliti untuk meneliti hubungan yang terbentuk antara
filsafat, sastra dan kaitannya dengan konteks sosial dimana sastra itu dihasilkan.





3

BAB II
PEMBAHASAN

2. 1. Sastra
2. 1. 1. Pengertian Sastra
Sastra secara etimologi berasal dari kata Sanskerta sas yang berarti
pedoman dan tra yang berarti sarana atau alat. Dalam perkembangannya, kata
sastra di Indonesia sering diimbuhi dengan imbuhan su yang berarti indah.
Sastra atau susastra merujuk pada hasil cipta, karsa dan karya manusia yang
memiliki dimensi estetis dan bernilai bagi kemanusiaan itu sendiri.
Sedangkan berdasarkan para ahli, ada beberapa pendapat yang merujuk
pada pengertian sastra, antara lain sebagai berikut:
a. Mursal Esten menyatakan bahwa sastra adalah pengungkapan dari fakta
artistik dan imajinatif sebagai manifestasi dari kehidupan manusia melalui
media bahasa. (Mursal, 1978)
b. Semi berpendapat bahwa sastra adalah hasil dari kegiatan seni kreatif oleh
manusia dengan bahasa sebagai mediumnya. (Semi, 1988)
c. Ahmad Badrun mendefinisikan sastra sebagai kegiatan seni yang
mempergunakan bahasa, garis dan simbol lain sebagai alat dan bersifat
imajinatif. (Badrun, 1983)
d. Engleton menjelaskan bahwa sastra adalah hasil karya tulisan yang halus
(belle lettre) yang menggunakan bentuk bahasa yang dipadatkan, didalamkan
maknanya, diterbalikkan dan dijadikan ganjil untuk menyampaikan perasaan
manusia dengan cara yang indah. (Engleton & Salleh, 1988)
4

e. Sapardi memaparkan bahwa sastra adalah tampilan gambaran sosial yang
dinyatakan dalam bahasa yang indah. (Damono, 1979)

Berdasarkan pemaparan beberapa pengertian sastra tersebut, dapat
disimpulkan bahwa sastra adalah hasil karya imajinasi serta kreasi manusia yang
menggambarkan kehidupan sosialnya melalui penggunaan bahasa yang indah;
memiliki kebebasan serta kaidah tersendiri sebagai mediumnya.

2. 1. 2. Jenis-Jenis Karya Sastra
Merujuk pada pengertian sastra yang memiliki nilai keindahan maka karya
sastra yang menjadi pembahasan adalah prosa; meliputi cerita pendek, novel,
roman dan sebagainya, puisi serta drama. Meskipun dikenal pula karya sastra
non-imajinatif seperti biografi dan autobiografi, namun yang menjadi fokus
pembahasan adalah ketiga karya yang telah disebutkan karena nilai keindahan
yang dikandungnya.

a. Novel
Novel adalah karya sastra naratif yang menggambarkan situasi dan
kondisi tertentu. Situasi tersebut biasanya merupakan cerminan kehidupan
manusia sehingga novel terasa akrab dengan keseharian manusia. Novel juga
bersifat realis; memungkinkan pengarang menggambarkan kenyataan yang
inigin dibentuknya serta alat pengekspresian ide.
Novel dibangun oleh komponen-komponen seperti alur cerita, tokoh dan
penokohannya, latar, tema serta amanat. Alur berfungsi sebagai
pengorganisasian peristiwa-peristiwa dalam novel sehingga membentuk
5

rangkaian kejadian yang menceritakan sesuatu dengan detil. Tokoh adalah
subjek pelaku peristiwa sedangkan penokohan adalah penggambaran watak
dari tiap tokoh yang ada. Latar berfungsi sebagai deskripsi tempat waktu dan
suasana peristiwa dalam novel. Tema pada novel menentukan topik peristiwa
dan konteks yang berkaitan dengannya. Sedangkan amanat adalah nilai moral
yang berusaha disampaikan pengarang pada pembacanya.

b. Cerita Pendek
Cerita pendek merupakan karya sastra yang serupa dengan novel.
PerbedaAnnya terletak pada kerumitan peristiwa dan konflik yang terkandung
didalamnya. Cerita pendek biasanya hanya memuat satu fokus konflik yang
ingin dibahas sedangkan pada novel terdapat berbagai konflik yang
membentuk rangkaian peristiwa menjadi cerita yang utuh dan padu.
Meskipun ringkas dan terbatas, cerita pendek memiliki komponen yang
sama dengan novel. Lebih lanjut lagi, unsur amanat yang dikandung dalam
cerita pendek juga tidak kurang dari yang dikandung oleh novel. Penulis tetap
berusaha menyampaikan nilai-nilai moral dalam cerita pendek meskipun
kompleksitas yang dimiliki cerita pendek lebih terbatas.

c. Puisi
Berbeda dengan prosa; novel dan cerita pendek, puisi bersifat lebih
pendek dan padat makna. Puisi terutama pusi lama sangat terikat pada baris,
bait dan sajak. Meskipun demikian, penggunaan kata yang padat makna pada
puisi tetap berisi nilai moral yang luas.
6

Kepadatan dan keringkasan yang dimiliki puisi membuat puisi banyak
dimanfaatkan dalam penyampaian ajaran; misalnya puisi lama yang berkaitan
dengan agama seperti gurindam.

d. Drama
Drama adalah cerita konflik manusia dalam bentuk dialog dan
dipentaskan dihadapan penonton. Dalam pementasan drama beberapa unsur
yang menentukan keberhasilan penampilan yaitu: kerangka cerita, penokohan
, tema serta perlengkapan.
Drama merupakan sebuah karya yang memuat nilai artistik yang tinggi.
Sebuah drama mengikuti struktur alur yang tertata. Struktur drama memuat
babak, adegan, dialog, prolog dan epilog. Babak merupakan istilah lain
dari episode. Setiap babak memuat satu keutuhan kisah kecil yang menjadi
keseluruhan drama. Dengan kata lain, babak merupakan bagian dari naskah
drama yang merangkum sebuah peristiwa yang terjadi di suatu tempat
dengan urutan waktu tertentu.
Adegan merupakan bagian dari drama yang menunjukkan perubahan
peristiwa. Perubahan peristiwa ini ditandai dengan pergantian tokoh atau
setting tempat dan waktu. Misalnya, dalam adegan pertama terdapat tokoh A
sedang berbicara dengan tokoh B. Kemudian mereka berjalan ke tempat lain
lalu bertemu dengan tokoh C, maka terdapat perubahan adegan di dalamnya.
Dialog merupakan bagian dari naskah drama yang berupa percakapan
antara satu tokoh dengan tokoh yang lain. Dialog adalah bagian yang
paling dominan dalam drama.
7

Prolog dan epilog merupakan bingkai dari sebuah drama. Prolog
merupakan pengantar untuk masuk ke dalam sebuah drama. Isinya adalah
gambaran umum mengenai drama yang akan dimainkan. Sementara epilog
adalah bagian terakhir dari pementasan drama. Isinya merupakan kesimpulan
dari drama yang dimainkan. Epilog biasanya memuat makna dan pesan dari
drama yang dimainkan

2. 2. Filsafat
2. 2. 1. Pengertian Filsafat
Filsafat pendidikan berakar pada filsafat. Filsafat, secara etimologi berasal
dari bahasa Yunani Philosophia yang merupakan gabungan dari philein
(cinta) dan Sophos (hikmat) (Prasetya: 2002). Lebih lanjut lagi, Prof. Dr. Harun
Nasution memberikan definisi filsafat sebagai berikut (Prasetya: 2002) :
Pengetahuan tentang hikmah
Pengetahuan tentang prinsip dan dasar-dasar dari segala sesuatu
Pencarian akan kebenaran
Membahas dasar-dasar dari apa yang dibahas

Di sisi lain, Prof. Konrad Kebung memberikan beberapa analisis mengenai
definisi filsafat (Kebung: 2011) , diantaranya:
Filsafat adalah sebuah proses pencarian terus menerus akan kebenaran
Mencintai kebijaksanaan berarti selalu berusaha untuk menggali dan
mengkaji kebenaran dari berbagai aspek; usaha paling dalam dan akhir
untuk mencari sebuah hakikat
Tiap orang adalah filsuf, yang selalu mencari jawaban dari pelbagai
pertanyaan
8

Kebijaksanaan bukan hanya teori, namun juga bersifat praktis yang
menyatu dengan tingkah laku dan sikap dalam mengambil sebuah tindakan.

Berdasarkan pemaparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa filsafat adalah
sesuatu yang mengandung nilai kebenaran; hakikat tentang sesuatu. Filsafat
adalah pandangan mengenai keberadaan dan dasar dari keberadaan tersebut.
Manusia selalu berusaha mencari kebenaran tentang sesuatu dan kebenaran itu
menjadi panduan dan landasan filosofisnya dalam bertindak.

2. 3. Sastra dan Filsafat
2. 3. 1. Hubungan Sastra dan Filsafat
Sastra dan filsafat memiliki hubungan yang sangat erat. Di masa awal
perkembangan filsafat, para filsuf menuangkan gagasannya dalam bentuk puisi-
puisi yang sarat akan nilai dan makna kebenara. Baik sastra dan filsafat
merupakan cerminan dari kenyataan hidup yang dialami oleh manusia. Sehingga
hasil karya sastra mengandung sebuah nilai kebenaran; hakikat filosofis mengenai
kemanusiaan tersebut.
Lebih lanjut lagi , Quinton yang dikutip oleh Jukka Mikkonen (Mikkonen,
2011) memaparkan dua jenis hubungan yang tebentuk antara filsafat dan sastra
yaitu sebagai berikut:
a. Filsafat sebagai pesan dalam karya sastra
Pada beberapa karya sastra terdapat amanat moral yang merupakan yang
berusaha disampaikan oleh pengarang pada pembaca. Nilai filosofis tersebut
bukan menjadi fokus utama yang disampaikan pengarang. Namun, pada
akhirnya terdapat sebuah nilai kebenaran yang disampaikan oleh pengarang
9

pada pembacanya. Nilai moral ini akan diperoleh apabila pembaca melakukan
interpretasi terhadap hasil karya sastra dan memperoleh esensi kebenaran
yang terkandung didalamnya.

b. Karya sastra sebagai media penyampaian filsafat
Karya sastra sebagai media penyampian suatu filsafat bermakna bahwa
ajaran filsafat disampaikan dalam suatu bentuk karya sastra tertentu. Karya
sastra dipilih karena bentuknya yang ringkas serta akrab dan mudah diterima
dan diapresiasi oleh masyarakat. Ajaran filsafat yang disajikan sebagai sebuah
karya imajinatif akan lebih efisien mengkomunikasikan ajaran filsafat kepada
khalayak ramai.

2. 3. 2. Nilai-Nilai Filosofis dalam Karya Sastra
Berikut adalah beberapa contoh karya sastra yang memuat nilai filosofis
didalamnya:

a. Filsafat dan Puisi
Berikut ini adalah contoh analisis filsafat dan sastra yang dilakukan
pada puisi harian Kompas tahun 2014 yang berjudul Sajadah Kusutdan
Sangkan Paran karya Mohammad Nurfatoni.
Sajadah Kusut
lima waktu kubersujud
tak kutemukan wujud
hanya bayang merajut
di atas sajadah kusut
10

Engkau bilang dekat
lebih dekat dari urat
tapi Engkau tak juga merapat
jiwaku tak pernah melekat
aku resah
tak berjumpa yang ku-sembah
aku gelisah
kepada siapa ku-menengadah?
Dalam puisi di atas akan kita kaji berdasarkan tiga cabang filsafat
ilmu, yaitu : Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi. Ontologi berbicara
tentang hakikat ataupun kenyataan (realita) sesuatu yang ada baik jasmani
maupun rohani.
Engkau bilang dekat
lebih dekat dari urat
tapi Engkau tak juga merapat
jiwaku tak pernah melekat
Dari petikan puisi ini Engkau merujuk pada Sang Pencipta. Sang
Pencipta itu ada tetapi kita tidak bisa melihat wujudnya.
aku resah
tak berjumpa yang ku-sembah
aku gelisah
kepada siapa ku-menengadah?
11

Dalam petikan puisi di atas sangat terlihat jelas sosok si Aku yang
sangat ingin berjumpa dengan sosok Sang Pencipta. Ini menandakan si
Aku benar-benar ada dalam puisi tersebut.
Epistimologi membahas tentang terjadinya dan kesahihan atau kebenaran
yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan.
lima waktu kubersujud
tak kutemukan wujud
hanya bayang merajut
di atas sajadah kusut
dalam petikan puisi ini menjelaskan bahwa Allah Swt telah memerintahkan
untuk mendirikan salat lima waktu. Sebagai tiang agama salat merupakan
jembatan bagi setiap manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah.
Perintah untuk melaksanakan salat lima waktu ini memang benar telah lama
diperintahkan bagi setiap umat muslim. Kemudian sebagai seorang hamba
kita juga tidak bisa melihat wujud dari Sang Pencipta.
Aksiologi berbicara tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan
etika dan estetika.
Dalam puisi di atas penyair ingin menjelaskan bahwa sepanjang
perjalanan hidup seorang hamba, Allah Swt telah memerintahkan untuk
mendirikan salat lima waktu. Sebagai tiang agama salat merupakan jembatan
bagi setiap manusia untuk mendekatkan dirinya kepada Allah. Allah
senantiasa akan mendekap hamba-hambanya yang selalu mengingat dirinya
12

dan kepada hamba-hambanya yang selalu meminta kepadanya. Dalam puisi
di atas sangat terlihat jelas tentang kerinduan seorang hamba tentang sosok
Sang Pencipta, serta haus akan anugerah dari yang Kuasa.
Sangkan Paran
siapa yang pergi pasti rindu pulang
laksana burung yang ribuan kilometer terbang
dan kembali lagi ke sarang
maka pulang mengingatkan pada sangkan paran
beginilah Tuhan menyambut mereka yang pulang
kepulangan yang menunggu raga meregang
Wahai jiwa yang tenang,
kembalilah pada Tuhanmu dengan jiwa yang puas lagi diridhai Nya.

Dilihat dari sisi aksiologi, dalam puisi di atas dijelaskan bahwa pada
hakikatnya bahwa setiap makhluk yang bernyawa pasti akan merasakan
kematian. Dan kemanapun kita pergi niscaya kematian akan selalu mengintai
kita.
Epistimologi membahas tentang terjadinya dan kesahihan atau
kebenaran yang berurusan dengan hakikat dan lingkup pengetahuan.
siapa yang pergi pasti rindu pulang
laksana burung yang ribuan kilometer terbang
dan kembali lagi ke sarang.
Dalam petikan puisi ini di menjelaskan bahwa kehidupan ini sangat dekat
sekali dengan kematian, sehingga diibaratkan seperti pergi dan pulang. Pergi
adalah kelahiran dan pulang adalah kematian. Kemanapun kita pergi maka
13

senantiasa kematian itu akan selalu menghampiri kita, sehingga diibaratkan seperti
laksana burung yang ribuan kilometer terbang dan kembali lagi ke sarang.

Aksiologi berbicara tentang nilai. Nilai yang dimaksud adalah sesuatu
yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai pertimbangan tentang apa
yang dinilai. Teori tentang nilai dalam filsafat mengacu pada permasalahan
etika dan estetika.
Dalam puisi yang berjudul Sangkan Paran ini mengibaratkan
kehidupan manusia ini seperti pergi dan pulang. Pergi di ibaratkan
sebagaimana pertama manusia dilahirkan ke bumi ini dan pulang di ibaratkan
seperti kematian seorang manusia. Oleh karena itu, kehidupan manusia ini
sangat dekat sekali dengan kematian. Maka sebagai manusia perbanyaklah
dalam berbuat kebaikan di atas bumi ini serta perbanyaklah dalam beribadah
agar ketika pergi meninggalkan bumi ini dalam keadaan yang diridhai oleh
Allah. Karena sesungguhnya Allah selalu menunggu kedatangan hamba-
hambanya yang saleh.
Selain itu, berikut ini contoh analisis filsafat yang dilakukan oleh
Sutrisno (1995) pada kutipan karya sastra berjudul Maut dan Cinta karya
Mochtar Lubis.
Manusia adalah makhluk Allah yang mempunyai kekeramatannya sendiri.
Tak dapat disamakan dengan seekor ayam atau kerbau.
Manusia adalah ciptaan Tuhan yang khas
Dengan akal dan budinya, manusia manusia menduduki tempat yang khusus
di dalam jagad alam semesta.
Manusia berpikir
14

manusia berakhlak dan berbudi,
manusia berbahasa,
manusia dapat menimbang baik dan buruk
Manusia adalah makhluk bernaluri, akan tetapi juga makhluk yang berpikir
Pada data di atas dapat disimpulkan bahwa Mochtar Lubis
menjelaskan kodrat manusia. Manusia dilahirkan dengan kebebasan yang
komplit dan bermartabat. Manusia bebas bertindak, bebas dalam hidup, dan
tidak dihalangi atau dibatasi oleh sesuatu. Pada inti kodratnya terletak
martabat manusia yang merupakan ruang khas untuk berkembang, bertindak
bebas, berkeputusan, dan tidak berada dalam kuasa orang lain. Kodrat hakiki
dengan harkat dan kebebasan tersebut bukanlah pemberian orang lain,
melainkan anugerah dari Tuhan.
Berkat akal budi, manusia mampu menempatkan dirinya di jagad raya.
Berkat akalnya, manusia mampu mengatur alam dan menguasainya,
mengembangkan kebudayaan dan berbahasa. Juga dengan akalnya, manusia
mampu menimbang kehidupan yang baik dan yang buruk. Berkat kehendak
yang bebas, manusia mampu memilih dan melaksanakan sesuatu yang baik
bagi dirinya dan bagi sesamanya. Demikian contoh analisis filsafat sastra
dalam menguak nilai-nilai falsafah yang terkandung dalam karya sastra

b. Filsafat dan Cerita Pendek
Pada contoh cerita pendek berikut, yang dibahas adalah esensi filosofis;
ontologi, epistimologi dan aksiologi.
Peci Ayah
Cerpen Satmoko Budi Santoso (Media Indonesia, 31 Agustus 2014)
15


KAKEK selalu mengenakan peci. Kapan pun, di mana pun. Peci
kesayangannya tak pernah lepas dari kepala. Bahkan hingga ia jatuh tertidur,
peci itu bisa saja nangkring menutupi wajahnya, hingga dapat menyaring
suara ngorok yang keluar dari mulutnya. Sebagai cucunya, sesekali saya
iseng membuat kakek kelimpungan. Satu-satunya peci miliknya, dan hanya
seminggu sekali dicuci itu, beberapa kali sengaja saya sembunyikan. Kalau
sudah begitu, keributan akan terjadi. Karena ada banyak cucu, merekalah
yang kemudian menjadi sasaran tuduhan.
Saya ini kan sudah tua, mbok jangan suka main-main begitu. Kalau kalian
mau uang yang terselip di lipatan peci itu, ambillah secukupnya, begitu
omelan kakek, dengan sasaran entah saya, entah cucu-cucu yang lain. Di
antara para cucu yang mendengar tentu hanya tertawa cekikikan. Jika
kemudian tiba-tiba peci itu saya munculkan tanpa sepengetahuan kakek,
misalnya tiba-tiba sudah ada di belakang tempat duduknya, maka kakek akan
terlihat sangat riang. Serta-merta ia akan memeriksa sejumlah uang yang
terselip di lipatan peci itu. Selalu utuh. Begitulah, jika pun saya
sembunyikan, sama sekali saya tidak berniat untuk mencuri uang di lipatan
peci kakek.
Baik saya, orangtua saya, dan saudara-saudara penghuni rumah lainnya tahu
bahwa uang di lipatan peci kakek itu adalah uang saku yang biasanya akan ia
gunakan sebagai bekal untuk membeli rokok atau keperluan lain sesuka
hatinya. Itulah sebagian uang yang ia peroleh dari hasil sawah dan ladang
miliknya. Kalau pas hati kakek lapang, tentu saja ia tidak akan melupakan
cucu-cucunya, mereka akan diberi kakek uang jajan, yang diambil dari
lipatan pecinya.
Sepeninggal nenek, peci itu seakan-akan telah menjadi pengganti istri kakek.
Nilai perhatian kakek terhadap peci itu cukup berlebih.
***
16

Kini ayah saya yang menggantikan kebiasaan kakek. Ayah sering
menyimpan uang di dalam lipatan peci. Ibu saya sudah kerap menegurnya.
Ayah ini kan ketua RT, kok naruh uang di lipatan peci. Mbok bawa
dompetlah, kalau mengeluarkan uang di depan banyak orang dari lipatan
peci, tidak malu apa? Zaman sudah modern, setiap warga RT kita sudah
punya laptop semua, kok ya masih seperti itu.
Sebagai anak tertua yang pernah mengenyam bangku kuliah, jika mendengar
ibu ngomel-ngomel seperti itu, saya tidak dapat menahan tawa.
Mewarisi kebiasaan kakek dulu kan bagus-bagus saja, Bu, kata saya.
Wah, kamu ini malah membela ayahmu yang norak.
Sudahlah, sudah. Kalian semua tahu, meskipun urusanku hanya ulang- alik
kantor saat bekerja sebagai PNS rendahan dan urusan menjadi Ketua RT di
kampung, itu sudah cukup membuatku menjadi pelupa. Kalian tahu, berapa
kali aku lupa, sering ketinggalan dompet. Pengalaman itulah yang
membuatku memutuskan untuk menyimpan uang di lipatan peci saja.
Ah, sudahlah, terserah. Saya kalau pas arisan RT itu jadi sering malu kalau
dikerjain ibu-ibu. Setelah mengeluarkan uang dari dalam dompetku, kata ibu-
ibu itu, wah uangnya bau peci apek. Kami sekeluarga lantas tertawa
mendengar cerita ibu.
***
Waktu itu, kemeriahan bendera partai dan foto-foto calon legislative baru
saja usai di kampung kami. Kampung kami pun sudah steril. Sebagian caleg
yang fotonya pernah nampang di kampung kami, ada yang benar-benar jadi,
sebagian lainnya berguguran, bahkan ada yang sampai stres segala. Banyak
pula yang ditenangkan mentalnya dengan cara masuk rumah sakit jiwa. Yang
paling unik, ada seorang caleg yang pernah memberikan voucer pulsa seratus
ribu di musim kampanye, meminta pemberian itu dikembalikan. Oleh karena
ada warga kampung kami yang menerima gratifi kasi berupa voucer pulsa
itu, maka posisi ayah sebagai ketua RT juga terkena imbasnya.
Pak RT pasti tidak hanya dapat sekadar voucer pulsa seratus ribu. Tuh
pecinya baru, berarti isi lipatan pecinya juga baru dan segar-segar, demikian
sindiran salah seorang warga.
Wah, kok teras rumahnya makin bagus ya, berapa rupiah tuh yang masuk ke
Pak RT? sindir warga yang lain.
Cobaan berupa sindiran tertuju pada ayah, terutama ketika sejumlah warga
berkumpul bersama ayah di gardu ronda. Tentu saja ayah sulit menghindar
dari sindiran yang sudah menjurus pada tuduhan itu. Sebab, kenyataannya,
ada warga dari satu RT yang memang menerima gratifikasi voucer pulsa
seratus ribu. Saya sendiri tahu perasaan ayah, meskipun saya yakin, ayah
17

sama sekali tak menerima gratifi kasi voucer pulsa seratus ribu atau uang
tertentu, sebagaimana yang disindirkan atau bahkan dituduhkan itu.
Mbok sudahlah, diakui saja kalau memang menerima. Sayangnya, kok ya
hanya sendiri lho. Kita semua sebenarnya juga mau, demikian cibir nyinyir
seorang warga.
Suasana setelah masa pencoblosan menjadi sedemikian keruh di kampong
kami. Sejumlah warga yang diam-diam menerima voucer pulsa seratus ribu
telah diserahkan dalam bentuk uang kepada caleg yang menagihnya kembali
lantaran gagal mendapatkan kursi. Sementara ayah masih terus diserang
tuduhan. Ia tidak tahu harus mengembalikan apa, karena memang tidak
merasa pernah menerima apa-apa.
***
Karena desakan warga begitu kuat, ayah pun terguling dari jabatan ketua RT,
tanpa bukti yang pasti bahwa ia telah melakukan kesalahan sebagaimana
yang jamak dituduhkan. Tapi, ayah saya terguling karena memang
mengundurkan diri, karena ia merasa sudah tidak nyaman lagi.
Terus terang, saya bingung mau mengembalikan apa karena saya tidak
menerima apa-apa. Tapi, meski begitu, dengan lapang hati, saya memutuskan
untuk mundur saja sebagai ketua RT, ujar ayah dalam sebuah rapat RT.
Permohonan pengunduran diri ayah ternyata diterima dengan senang hati
oleh semua pengurus RT, yang tentu saja merupakan cerminan seluruh warga
satu RT. Ayah saya pucat. Ia tak dapat menyembunyikan suasana hatinya
yang terpukul. Berhari-hari saya menenangkan ayah. Saya khawatir, karena
masalah itu ia bisa jatuh sakit. Tapi syukurlah, ayah tetap tegar. Begitu pula
ibu, yang selalu menguatkan ayah.
***
Ayah tiba-tiba mendapatkan kesempatan untuk pergi umrah. Dibiayai oleh
sahabat lamanya, yang setelah 20 tahun bertemu kembali karena jasa
Facebook. Ayah diminta menemani sahabat itu dalam perjalanan ibadah
umroh. Ia mendapatkan uang saku selama perjalanan, dan tentu saja
semuanya ditanggung oleh temannya itu. Saya menduga nanti ayah akan
semakin dicurigai warga RT yang pernah dipimpinnya.
Alah sudahlah, kalau tetap curiga, silakan! Ini murni keberuntungan Ayah
karena jumpa kawan di masa muda, ujar ayah kepada saya ketika mau
berangkat umrah. Pagi harinya, saya yang mengantar ayah ke biro jasa
perjalanan umrah dengan mengendarai motor. Ayah menolak dijemput mobil
biro jasa perjalanan umrah itu.
Sesampai di Arab Saudi, ayah mengirim pesan pendek bahwa peci
kesayangannya ketinggalan dalam sebuah rapat warga, sebelum ia berangkat
umroh. Ketika peci tersebut saya urus, saya tanyakan ke pengurus RT baru.
18

Pengurus RT lama pimpinan ayah telah diganti semua. Ternyata memang ada
yang menemukan peci ayah. Kabarnya peci itu sudah diterima oleh ketua RT
yang baru. Cara menyerahkannya hanya ditaruh di depan pintu rumah ketua
RT baru. Jadi, ia tidak tahu siapa yang menemukannya. Saya periksa isinya
di depan ketua RT, uang yang biasanya ada di selipan peci ayah ternyata
masih ada.
Saya kemudian membalas pesan ayah, mengabarkan bahwa uang yang
terselip dalam lipatan pecinya masih utuh. Ayah menanyakan perihal
selembar kertas putih sobekan buku tulis yang juga ada dalam lipatan peci
itu. Saya jawab, tidak ada. Ayah menjelaskan sobekan kertas itu berisi
catatan alamat e-mail milik ayah lengkap dengan kata kuncinya, yang
memang pernah saya buatkan. Termasuk kata kunci akun Facebook milik
ayah.
Wah, yang menemukan ternyata pintar, pengen tahu isi e-mail-ku, kata
ayah.
Waduh, gimana kalau begitu? balas saya.
Ayah justru berharap si penemu membuka e-mail Ayah dan mengetahui isi
curahan hati Ayah kepada kawan-kawan, terutama mengenai tuduhan bahwa
Ayah telah menerima sesuatu dari seorang caleg. Dan, ternyata Ayah tidak
menerimanya. Semoga orang yang menemukan kertas itu kemudian
mengabarkannya kepada semua warga.
Saya diam saja. Sesaat kemudian saya berkata dalam hati, Ini baru intrik di
tingkat RT. Banyak cara Tuhan dalam menyingkapkan kebenaran. (*)
2014
Satmoko Budi Santoso, sastrawan, tinggal di Yogyakarta. Novelnya,
Kasongan (2012), mendapat penghargaan dari Balai Bahasa Yogyakarta,
Oktober 2013.

Ontologi pada intinya adalah hakikat, inti, atau esensi. Ontologi adalah
membahas tentang hakikat, inti, atau esensi dari yang disebut pengetahuan
atau dengan kata lain ontology mengkaji tentang realitas sejati dari
pengetahuan. Maka, yang dipertanyakan dalam ontologi ini apakah hakikat
atau inti atau esensi dari pengetahuan tersebut. Misalnya apakah hakikat,
esensi dari sastra, apakah hakikat, esensi dari komunikasi, dan sebagainya
(Suriasumantri, 2003).
19

Selanjutnya berkaitan dengan nilai ontologis dalam karya sastra tentunya
akan merujuk dalam unsur-unsur karya sastra, salah satunya adalah
penokohan. Penokohan sama dengan perwatakan dari tokoh yang
digambarkan dalam sebuah cerpen. Dalam penokohan ini penulis cerpen
akan menggambarkan bagaimana watak, ciri-ciri dominan, kepribadian, dan
lain sebagaianya dengan sedetail mungkin berdasarkan konteks penokohan
yang ada.
Dalam kaitannya dengan nilai ontologis sudah barang pasti dalam
karakter setiap tokoh terkandung nilai filsafat yang dapat kita cermati bahkan
bisa juga kita hayati dengan sebijak mungkin. Sama halnya dalam cerpen ini,
sang penulis memunculkan beberapa tokoh yang mempunyai kepribadian
berbeda.
Jika kita menganalisis cerpen ini, maka akan menemui beberapa tokoh,
diantaranya: Kakek, Ayah, Ibu, Saya dan warga RT sebagai tokoh figuran
dalam cerita ini.
Ayah adalah seorang sangat menyayangi pecinya, dalam lipatan peci
biasanya disimpan sejumlah uang dan beberapa cacatan penting sama seperti
kakek pada masa hidupnya. Ayah merupakan ketua RT dilingkungannya
yang sabar dalam menghadapi permasalahan yang timbul dalam
masyarakatnya walaupun mendapatkan sindirian bahkan tuduhan yang
menyakitkan dari masyarakatnya.
...Pak RT pasti tidak hanya dapat sekadar voucer pulsa seratus ribu. Tuh
pecinya baru, berarti isi lipatan pecinya juga baru dan segar-segar, demikian
sindiran salah seorang warga.
20

Tokoh selanjutnya adalah Ibu yang merupakan istri sangat setia kepada
Ayah, yang terus menyemangati Ayah dalam menghadapi permasalahan
yang disebabkan oleh para masyarakat, ibu yang kadang-kadang menggoda
Ayah tentang peci dan kelakuannya yang menurutnya sama dengan
kebiasaan kakek.
.... Ayah ini kan ketua RT, kok naruh uang di lipatan peci. Mbok bawa
dompetlah, kalau mengeluarkan uang di depan banyak orang dari lipatan
peci, tidak malu apa? Zaman sudah modern, setiap warga RT kita sudah
punya laptop semua, kok ya masih seperti itu.
Tokoh figuran dalam cerita yang juga merupakan tokoh yang memicu
permasalahan dalam cerita ini adalah warga RT yang dipimpin oleh Ayah.
Warga RT yang dimaksud disini adalah warga RT yang suka menyindir
bahkan menuduh Ayah juga menerima voucher pulsa yang dibagaikan oleh
caleg gagal.
Selain dalam penokohan, nilai ontologis dapat kita temui masalah yang
muncul dalam cerpen ini, yaitu prasangka buruk dari warga RT kepada Ayah,
mereka menuduh Ayah juga menerima voucher pulsa dari caleg gagal dari
daerah RT tersebut, bahkan tuduhan tersebut semakin menjurus kepada hal-
hal yang bahkan tidak berhubungan sama sekali dengan hal yang sebelumnya
disangkakan oleh warga RT.
Dengan adanya prasangka-prasangka buruk terhadap Ayah selaku ketua
RT, maka menyebabkan ayah mengundurkan diri dari jabatan ketua RT.
Bahkan keputusan Ayah disetujui dengan suka cita oleh para aparatur RT
yang menunjukkan seakan-akan mereka sangat yakin akan kebenaran
tuduhan yang selama ini mereka tuduhkan kepada Ayah.
21

Namun Allah tidak akan pernah meninggalkan hambanya yang sabar
menghadapi cobaan yang diberikannya, melainkan memberikan sesuatu yang
lebih baik sebagai hadiah kelulusan dari cobaan yang telah dilaluinya. Allah
mempertemukan kembali Ayah dengan sahabat lamanya yang kemudian
mengajaknya umrah bersama.
Kemudian peci kesayangannya yang tertinggal juga merupakan nikmat
Allah swt dimana dalam lipatannya terdapat catatan e-mail dan pasword
facebook Ayah yang bisa ditemukan seseorang warga atau perangkat RT
yang selama ini menuduhkan tuduhan yang tak berdasar tentang pemberian
voucer dari caleg, bahwa ayah tidak pernah menerima apapun dari caleg
sebagaimana dituduhkan oleh orang-orang.
Fenomena yang terjadi dalam cerita di atas hakikatnya merupakan
sebuah kenyataan yang terjadi dalam realita masyarakat kita. Dimana
prasangkat buruk bisa dengan mudah merasuki dada-dada manusia sehingga
menyebabkan permasalah dalam masyarakat.
Namun hakikat sebenarnya dari kehidupan tidak hanya untuk duniawi
saja. Dalam hidup juga butuh sebuah pegangan atau patokan untuk menjalani
segala jalan kehidupan. Patokan itu adalah agama, dengan agama kita kan
mengerti hakikat manusia, hakikat kehidupan, tata cara mengisi kehidupan,
juga mengerti apa dan dimana Tuhan itu.
Epistemologi adalah pengetahuan sistematik mengenai pengetahuan.
Epistemologi mengkaji tentang validitas (keabsahan) dan batas-batas ilmu
pengetahuan. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapatkan melalui proses
tertentu, yang dinamakan metode keilmuan (Surisumantri, 2003). Dalam
epistemologis akan lebih mudah kita pahami jika kita menganggap
22

bagaimana seharusnya ilmu pengetahuan, bagaimana asal muasal ilmu
pengetahuan. Pada dasarnya epistemologis mempertanyakan tentang ke-
bagaimana-an.
Dalam kajian kali ini, epistemologis dalam Cerpen Peci Ayah Karya
Satmoko Budi Santoso dapat kita temukan dalam tingkah laku tokoh,
masalah, dan semua unsur yang mengandung epistemologis. Dari hasil
pengamatan penulis, ada beberapa hal yang menarik untuk kita
perbincangkan berkaitan dengan ke-bagaimana-an.
Pertama, bagaimanakah sikap yang baik dalam menyikapi
permasalahan dalam masyarakat yang begitu mudah dirasuki prasangka
buruk terhadap orang lain. Hal tersebut tergambar jelas dari perilaku tokoh
warga RT yang suka menyindir bahkan menuduhkan sesuatu yang tidak jelas
buktinya kepada Ayah selaku ketua RT.
Ayah selaku target sindiran menerimanya dengan sabar bahkan tidak
pernah membenci bahkan tidak sama sekali membalas sindiran-sindiran
warganya, ia hanya dapat menyatakan bahwa ia tidak menerima apa-apa dari
caleg gagal yang pernah memberikan voucer pulsa kepada beberapa
warganya.
Dalam kutipan tersebut diatas mengandung filsafat hidup yang sangat
baik, yaitu bagaimana cara memperlakukan orang yang tidak suka bahkan
berbuat kurang baik pada kita. Sebagaimana diajarkan dalam agama kita agar
tidak membalas keburukan dengan keburukan, tetapi balaslah keburukan
dengan kebaikan yang ikhlas, karena kebaikan itu mendatangkan pahala dan
keburukan itu mendatangkan dosa.
23

Kedua, sikap Ayah yang menyerahkan penyelesaiannya masalahnya
kepada Allah swt setelah usaha-usaha yang telah ia lakukan untuk
mengungkapkan meluruskan tuduhan-tuduhan miring terhadapnya. Ia
menyerahkan semuanya kepada Allah swt karena hanya Allah yang dapat
memberikan jalan keluar pada tiap cobaan dan permasalahan, dan niscaya
Allah akan menunjukkan rahmat-Nya, karena yang benar akan tetap benar
dihadapan-Nya.
Aksiologi adalah hal-hal yang bersifat normatif. Misalnya kegunaan
ilmu. Manfaat atau kegunaan apakah yang dapat langsung dirasakan atau
tidak langsung, sejauh mana dampak atau pengaruhnya terhadap manusia,
dan sebagainya. Aksiologi merupakan bagaimana cara manusia
menggunakan penalaran otak yang luar biasa, sehingga perkembangan ilmu
itu sudah sejak dulu diarahkan dalam tahap-tahap pertumbuhannya. Jadi jelas
dan nyatalah bahwa teori-teori ini adalah dalam rangka penerapan suatu
disiplin ilmu yang dikaji secara ilmiah dengan secara mendalam dan radikal
tentang asal mula pengetahuan, terstruktur, menggunakan metode yang jelas,
serta datanya validitas.
Berkaitan dengan pernyataan di atas, maka cerpen Peci Ayah ini
menyajikan nilai-nilai aksiologis yang sangat menarik untuk kita kaji. Jika
dicermati dari perwatakan atau penokohan, terlihat tokoh Ayah merupakan
contoh bagaimana seorang yang sangat sabar dan bertawakkal kepada Allah
swt.
Ayah merupakan tokoh yang tidak membenci warga yang telah
menyindir dan menuduhkan hal yang tidak pernah ia lakukan, ia melakukan
usahanya sebagai manusia untuk meluruskan isu miring tetang dirinya hingga
24

ia harus mengundurkan diri sebagai ketua RT agar permasalahan tersebut
tidak terus membesar sehingga masyarakat pun tidak terus terjerumus dalam
sangkaan yang tidak berdasar.
Selain menyatakan ketidaktelibatannya dengan kegiatan bagi-
bagi voucer pulsa oleh salah seorang caleg dari RT nya, ia juga mecurahkan
isi hatinya dan pembelaan dirinya pada media sosial yang e-mail dan
paswordnya ia selipkan dalam peci kesayangannya dengan harapan dapat
dibaca oleh warganya sehingga tuduhan tersebut dapat diluruskan seiring
waktu.
Ayah justru berharap si penemu membuka e-mail Ayah dan
mengetahui isi curahan hati Ayah kepada kawan-kawan, terutama mengenai
tuduhan bahwa Ayah telah menerima sesuatu dari seorang caleg. Dan,
ternyata Ayah tidak menerimanya. Semoga orang yang menemukan kertas itu
kemudian mengabarkannya kepada semua warga.
Satu hal lagi yang cukup menyetil kita, jika sekarang sudah banyak
yang mudah sekali menudukan sesuatu yang negatif pada seseorang apalagi
jika yang dituduhkan kepada salah seorang pejabat publik, padahal tuduhan
tersebut tidak memiliki bukti yang valid. Seharusnya sebagai manusia yang
memiliki hati nurani dan beragama, tentu sikap tersebut harus dijauhi dan
dihindari, karena selain menyebabkan dosa besar karena tergolong dalam
fitnah, juga menyebabkan kerusuhan dalam masyarakat yang akhirnya akan
menyebakan kerukunan dan kedamaian dapat terganggu.
Kemudian untuk apa kita belajar agama, jika tidak mau menjalankan
perintah dan menjauhi larangannya. Padahal dengan agama kehidupan di
dunia ini akan tenteram dan tenang. Mungkin sekarang sudah banyak orang
25

yang buta dan tuli terhadap terhadap nasihat-nasehat kebaikan. Namun
jangan pernah kita menyerah untuk selalu berusaha dan bertawakkal kepada
Allah swt.

c. Filsafat dan Novel
Dalam novel kita juga dapat menemukan nilai-nilai filsafat yang
terkandung di dalamnya. Cerita atau kisah dalam sebuah novel mempunyai
fungsi edukasi yang tidak dapat diganti dengan bentuk penyampaian lain
selain bahasa. Selain itu, kisah edukatif dapat melahirkan kehangatan
perasaan dan vitalitas serta aktivitas didalam jiwa, yang selanjutnya
memotivasi manusia untuk mengubah perilakunya dan memperbaharui
tekadnya sesuai dengan tuntutan, perjalanan dan akhir kisah serta
pengambilan pelajaran dari isi novel tersebut.
Sebagai contoh yaitu dalam novel Laskar Pelangi karya Andrea
Herata yang dapat dijadikansebagai sumber inspirasi dalam mentransfer
nilai-nilai pendidikan Islam bagi siapa saja yang dapat membaca dan
mengilhaminya terutama bagi peserta didik.
Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata merupakan hasil karya
emas anak bangsa. Salah satu karya monumental bagi dunia sastra dan
kepenulisan yang mengajak generasi sekarang untuk membangun peradaban
bangsanya. Kaitannya dengan dunia pendidikan yang menumbuhkan dan
mengembangkan kepribadian seseorang (personal development) dan
menanamkan rasa tanggung jawab kepada yang membacanya. Tentunya
tidak semua novel bisa menjadi media pendidikan. Novel yang menjadi
media pendidikan adalah novel yang memuat nilai-nilai cerita yang mendidik
26

manusia secara menyeluruh. Sedangkan cerita yang baik adalah cerita yang
mampu mendidik akal budi, imajinasi dan etika seorang anak serta
mengembangkan potensi pengetahuan yang dimiliki.
Pesan moralnya begitu kuat, paling tidak ada tiga hal besar pesan
pentingnya, yaitu rasa optimisme, semangat belajar dan semangat mengejar
cita-cita. Novel Laskar Pelangi karya Andrea Hirata menggambarkan
sekelumit sisi lain (yang ironis) dari dunia pendidikan di Indonesia. Berisikan
tentang memoar masa kecil Andrea Hirata.
Pada tahun 1970-an di tanah Bangka Belitung yang kaya dengan
tambang timah dan di tengah-tengah hingar-bingar karyawan penambangan
timah, berdiri sebuah Sekolah Dasar (SD) yang reot dan miskin, yaitu SD
Muhammadiyah Gantong. Kemiskinan itu dilatarbelakangi oleh para
siswanya yang mempunyai background keluarga kelas bawah. Meski
demikian, para pendidiknya (Pak Harfan dan Ibu Muslimah) berusaha sekuat
tenaga untuk mempertahankan eksistensi sekolahnya. Mereka beranggapan
bahwa sekolah tersebut adalah warisan luhur yang harus dilestarikan dan
dikembangkan. Karena sekolah ini, adalah satu-satunya (di tanah Belitong)
yang mengajarkan antara ilmu dan agama.
Dengan segala keterbatasan, Sekolah Dasar tersebut ternyata
mempunyai para siswa yang pintar dan penuh dengan bakat. Misalnya,
Lintang yang cerdas dalam ilmu matematika dan Mahar yang berbakat dalam
bidang seni. Keduanya membawa nama harum sekolah, saat mereka menjadi
juara I (satu) dalam kompetisi cerdas cermat antar Sekolah Dasar se
kecamatan. Hanya saja, kecerdasan mereka tak bisa tersalurkan dengan baik
27

dan memaksa mereka untuk putus sekolah. Karena himpitan hidup keluarga
yang menuntut mereka untuk bekerja membantu perekonomian keluarga.
Perjuangan para pendidik dan para siswa dalam mempertahankan
eksistensi Sekolah Dasar mereka memang luar biasa. Dengan segala
kekurangan dan keterbatasan, mereka mampu mengantarkan dan melahirkan
generasi muda yang tidak mudah untuk menyerah, selalu optimis dalam
mengejar cita-cita. Terbukti, Andrea Hirata sebagai mantan siswa SD
Muhammadiyah Gantong telah menjadi seseorang yang berhasil dan sukses
meraih mimpi dan cita-citanya. Sekelumit penggalan cerita di atas,
mendeskripsikan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam perjalanan hidup
yang terangkum dalam memoar Novel Laskar Pelangi memberikan inspirasi,
makna dan nilai, terutama nilai-nilai pendidikan Islam.
Cerita dalam Novel Laskar Pelangi, penuh dengan perjalanan proses
pendidikan anak bangsa yang sungguh memprihatinkan. Mengedepankan
keikhlasan dalam segala keterbatasan, sabar menghadapi persaingan yang
semakin maju. Namun dengan semangat para pelaku didalamnya, baik dari
guru maupun siswa (yang disebut sebagai Laskar Pelangi) mampu
membangun diri dan nama baik sekolah, serta berhasil membawa perubahan
bagi masa depan anak didiknya. Disisi lain, penulis novel mampu
menggambarkan sebuah realitas kehidupan masyarakat Belitong, hidup
dibawah garis kemiskinan yang mempunyai kemauan untuk belajar.
Novel Laskar Pelangi mempunyai power yang menghembuskan nilai-nilai
pendidikan Islam. Sebagaimana Andrea Hirata mampu mendeskripsikan
pesan moral dan sosial tentang realitas pendidikan yang terjadi pada
zamannya.
28

BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

3. 1. Kesimpulan
Filsafat adalah cara yang dilakukan manusia untuk mencari kebenaran mengenai
hakikat segala sesuatu. Disisi lain, sastra adalah cerminan kehidupan yang dituangkan
dalam suatu bentuk karya yang indah. Keduanya saling berhubungan karena merupakan
refleksi, introspeksi serta perenungan manusia mengenai kehidupan yang dijalaninya.
Lebih lanjut lagi, hubungan filsafat dan sastra ada dua. Pertama, sastra dijadikan
media penyampaian sebuah ajaran filsafat. Hal ini sebagaimana yang dipraktekkan di
masa awal perkembangan filsafat dimana para filsuf menggunakan puisi untuk
menyampaikan ajarannya. Selanjutnya, karya sastra mengandung pesan tertentu yang
memuat nilai filosofis. Sebuah karya sastra tidak ditujukan sebagai penyampaian ajaran
filsafat, namun tetap didalamnya terkandung nilai kebenaran apabila dilakukan
interpretasi mendalam terhadapnya.

3. 2. Saran
Berdasarkan pembahasan mengenai hubungan antara filsafat dan sastra, berikut
saran-saran lebih lanjut yang dapat dipaparkan:
a. Karena hampir tiap karya mengandung nilai filosofis, maka para pembaca
disarankan untuk melakukan interpretasi mendalam terhadap tiap karya sastra yang
dibaca.
b. Hubungan antara sastra dan filsafat dapat menjadi kajian penelitian lebih lanjut,
terutama yang berkaitan dengan penyampaian ajaran tertentu melalui sastra. Kajian
ini akan lebih menarik jika membahas mengenai ajaran filsafat tersembunyi dan
29

bertentangan dengan filsafat bangsa seperti ajaran Komunisme dalam berbagai
karya sastra.























30

DAFTAR PUSTAKA
Badrun, A., 1983. Pengantar Ilmu Sastra. Surabaya: Usaha Nasional.

Damono, S. D., 1979. Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa.

Engleton, T. & Salleh, M. H., 1988. Teori Kesuasteraan: Satu Pengenalan. Kuala Lumpur:
Dewan Bahasa dan Pustaka.

Kebung, Konrad. 2011. Filsafat Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Prestasi Pustaka
Mikkonen, J., 2011. Philosophy Through Literature: The Cognitive Value of Philosophical
Fiction. Tampere: University of Tampere.

Mursal, E., 1978. Kesusasteraan: Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung: Angkasa.

Prasetya. 2002. Filsafat Pendidikan. Bandung: Pustaka Setia
Semi, M. A., 1988. Anatomi Sastra. Padang: Angkasa Raya.

Suriasumantri, Jujun S. 1995. Filsafat Ilmu: Sebuah Pengantar Populer. Jakarta: Pustaka
Sinar Harapan

Sutrisno, Mudji. 1995. Filsafat, Sastra dan Budaya. Jakarta: Penerbit Obor

Вам также может понравиться