Вы находитесь на странице: 1из 10

TAHAPAN

KEDALAMAN
ANESTHESIA
Oleh :
Kel.XVII
Tahapan Kedalaman Anesthesia terbagi menjadi
beberapa tahap,yaitu :
Tahap I (Tahapan Induksi)
yaitu tahapan sejak anestesi dimulai sampai tahap
pembedahan.
Merupakan suatu periode yang di mulai dari administrasi
awal pemberian anestesi sampai hilangnya kesadaran. Pada
tahap ini pasien masih dapat mengikuti perintah dan selama
tahap ini pula pasien akan mengalami proses dari tidak
merasakan sakit dg kesadaran sampai tidak merasakan sakit
tanpa kesadaran.
Pada manusia sering dilaporkan terjadinya disorentasi
sebelum terjadi hilangnya kesadaran. Tetapi pada binatang
sulit sekali/jarang terjadi.
Tahap II : Tahap setelah hilangnya kesadaran atau tahap
kegembiraan (excitement/delirium )

Tahap ini merupakan suatu periode yang mengikuti hilangnya
kesadaran pada tahap induksi.
Biasanya ditandai dengan activitas yang menggembirakan dan
mengigau.
Selama periode ini berlangsung pernapasan dan heart rate
menjadi tidak beraturan. Terdapat gerakan yang tak terkendali,
muntah, dan dilatasi pupil.
Proses ini sangat berbahaya sekali bagi pernapasan pasien
sehingga secepat mungkin harus segera di lewati dan itu
merupakan tanggung jawab dokter anestesi.biasanya untuk
mempercepat periode ini digunakan obat yang sesuai.
Tahap III ( pembedahan) yaitu tahapan di mana
perawatan dapat dilakukan.

Transisi dari Stage 2 ke Stage tiga pada
umumnya ditandai oleh kembalinya pernapasan
yang reguler, constriction dari pupil dan
berhentinya pasien dari mengigau dan
melakukan gerakan diluar kesadaran.
Dibagi menjadi 4 plana :
Plana I : Pernafasan teratur, spontan, dada
dan perut seimbang, terjadi gerakan bola mata yang
tidak menurut kehendak, pupil miosis, reflek cahaya
ada, lakrimasi meningkat, reflek faring dan muntah
tidak ada dan belum tercapai relaksasi otot lurik yang
sempurna (tonus otot mulai menurun).
Plana II : Pernafasan teratur, spontan, perut
dada, volume tidak menurun , frekuensi meningkat,
bola mata tidak bergerak, terfiksasi di tengah, pupil
midrisis, reflek cahaya sudah mulai menurun, relaksasi
otot sedang, dan reflek laring hilang sehingga dapat
dikerjakan intubasi.
Plana III : Pernafasan teratur oleh perut
karena otot interkostal mulai paralysis, lakrimasi
tidak ada, pupil midriasi dan sentral, reflek laring
dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik
hampir sempurna (tonus otot semakin menurun)
Plana IV ; Pernafasan tidak teratur oleh
perut karena otot interkostal paralysis total, pupil
sangat midriasis, reflek cahaya hilang, reflek
spingter ani dan kelenjar airmata tidak ada,
relaksasi otot lurik sempurna (tonus otot sangat
menurun).
Tahap IV

Tahap IV( paralysis medulla oblongata) dimulai
dengan melemahnya pernafasan perut dibanding
dengan tahap III plana IV. Pada tahap ini
tekanan darah tidak dapat diukur, denyut jantung
berhenti dan akhirnya terjadi kematian.
Kelumpuhan pernafasan pada tahap ini tidak
dapat diatasi dengan pernafasan buatan.
Tahapan Kedalaman Anesthesi
dengan Ether
Stadium 1(tahap analgesi) : mulai anestesi diberikan
sampai hilangnya kesadaran. Tapi pasien masih bisa
diajak berkomunikasi
Stadium 2(tahap eksitasi / delirium) : mulai
hilangnya kesadaran sampai tahap pembedahan. Jika
menggunakan ether harus dilewati secepat mungkin
karena bisa terjadi delirium, pasien memberontak,
peningkatan reflek respirasi irreguler dan bisa terjadi
laryngospasme atau muntah ( bahaya aspirasi).
Stadium 3(tahap pembedahan) : akhir
dari stadium 2 . Dimana pasien kehilangan
refleks muntah dan nyeri, respirasi reguler
tekanan darah stabil, kemudian baru dilakukan
pembedahan. Tahap III plane 2 ideal untuk
pembedahan dan relaksasi.
Stadium 4 : Terjadi depresi respiratory
(arrest nafas) dan kardiovaskuler (arrest jantung)
dan juga dapat terjadi gangguan fungsi motorik
yang disebabkan oleh lesi mekanisme saraf atau
otot ( paralitic stage).
TERIMA KASIH

Вам также может понравиться