Вы находитесь на странице: 1из 9

GAS BIO

PRODUKSI GAS PADA DIGESTER GAS BIO


JENIS KONTINU FEEDING DENGAN PENGISIAN CURAH



Disusun Oleh :
AVIFAH UMMU KALTSUM 121724007
KAMARANI 121724
MUHAMMAD ABI PRATOMO 121
RESTU YANUAR
RUSYDA SADIDA
SALMAN SABILHAQ




MEI 2013



TEKNIK KONVERSI ENERGI
PRODI TEKNOLOGI PEMBANGKIT TENAGA LISTRIK
POLITEKNIK NEGERI BANDUNG


















BAB II
LANDASAN TEORI

2.1 DEFINISI GAS BIO
Gas Bio adalah bahan bakar yang dapat diperoleh dengan memproses limbah
pertanian, kotoran hewan dan manusia atau mencampurnya.
Gas Bio adalah suatu campuran gas-gas yang dihasilkan dari suatu proses
fermentasi bahan organik oleh bakteri dalam keadaan tanpa oksigen (anaerobic
process).

2.2 KOMPOSISI GAS BIO
Gas Bio mempunyai kisaran komposisi sebagai berikut :
1. Metan (CH
4
) 54 70 %

2. Karbon Dioksida (CO
2
) 27 45 %

3. Nitrogen (N
2
) 0,5 3%

4. Karbon monoksida (CO) 0,1 %

5. Oksigen (o
2
) 0,1 %

6. Hidrogen Sulfida (H
2
S) sedikit

Gas Bio merupakan bahan bakar yang berguna karena nilai kotorannya cukup
tinggi, yaitu dalam kisaran 4800 6700 kcal/m
3
. Gas metan murni (100%)
mempunyai nilai kalor 8900 kcal/m
3
.

2.3 PROSES PEMBENTUKAN GAS BIO
Pembentukan gas bio merupakan proses biologis, dalam hal ini dasar yang
berupa bahan organic akan berfungsi sebagai sumber karbon yang merupakan sumber
kegiatandan pertumbuhan bakteri kimia. Bahan organic dalam alat penghasil bio
(Digester) akan di rombak oleh bakteri dan kemudian akan menghasilkan campuran
gas metan (CH
4
) dan CO
2
dan sedikit gas lain, campuutran gas ini disebut gas bio.
Secara sederhana reaksi fermentasi anaerobic tersebut dituliskan sebagai berikut
(Buswell & Mecler, 1952).
C
n
H
a
O
b
+ (H
2
O) (

) CO
2
(

) CH
4

Besarnya panas reaksi standar untuk fermentasi dapat dihitung berdaasarkan rumus :
H = (- Hs) + (

) (-Hm) kjoule/kmol substart


Keterangan
H = Panas reaksi standart untuk fermentasi
(-Hs) = Panas pembakaran standart untuk substart
(-Hm) = Panas pembakaran standart untuk gas
Proses dekomposi anaerobic dari bahan organic pembentukan gas bio dapat
dierangkan dalam 3 tahap :
a. Tahap pelarutan bahan Organic
b. Tahap pengasaman (osidifikasi) atau tahap non metanoganik
c. Tahap metanoganik

2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PEMBENTUKAN GAS BIO
Factor yang mempengaruhi pembentukan gas bio adalah :
a. Kadar Air Bahan

Bahan isian yang paling baik untuk digester adalah mengandung 7 9 %
bahan kering.

b. C/N Rasio

Pemilihan bahan dengan C/N Rasio terlalu tinggi (missal jerami) ataupun
terlalu rendah (missal Tinja) akan berpengaruh secara langsung terhadap
akivitas tersebut. C/N Rasio yang baik untuk pembentukan gas metan adalah
30 -35.

c. Temperatur

Daeerah tropis merupakan temperatur optimal bagi umumnya aktivitas
mikroorganisme, juga bakteri metan, secara alamiah temperatur optimum
adalah 30 .

d. pH

Mula-mula pH dalam digester akan menurun karena terebentuknya asam-asam
dan selanjutnya pada fase metanoganik pH secara berangsur angsur akan naik,
sampai
7,5 8,5.

e. Pengaduk

Pengaduk selama proses dekomposisi diperlukan untuk mencegah terjadinya
benda-benda mengapung (scum) pada permukaan cairan dan berfungsi
mencampurkan dengan baik dari kultur mikroorganisme dengan substrat.
Selain itu, pengaduk juga memberikan temperatur yang uniform dalam
digester.

f. Starter
Untuk mempercepat proses mikrobiologis pada permulaan perlu ditambahkan
suatu starter, ialah bahan yang banyak mengandung sel-sel mikroorganisme
yang dimaksud.

2.5 PEMANFAATANGAS BIO
Pemanfaatan dari instalasi gas bio dapat disebutkan diantaranya:
1. Pemanfaatan gas bio sebagai bahan bakar untuk penerangan, masak, lemari es,
motor bakar.
2. Sludge (keluaran) dari digester dapat digunakan sebagai pupuk.
3. Pemanfaatan dibidang kulture ikan.
4. Pemanfaatan dibidang kontrol polusi.
5. Pemanfaatan dalam bidang kesehatan masyarakat.


BAB III
PEMBUATAN MODEL UNIT DIGESTER GAS BIO


3.1 PERENCANAAN
3.1.1 Penentuan Model
Dalam perencanaan digester gas bio terdapat beberapa model
yang dapat dipilih, selain itu ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam perencanaan digester, antara lain:
a. Rancangan yang mudah dan sederhana
b. Bahan yang dibutuhkan murah dan mudah didapat
c. Pemeliharaan yang tidak rumit
d. Pemahaman jenis unit digester gas bio
Adapun model unit digester yang dibuat adalah unit Digester
Kontinu Feeding Horizontal dengan Accumulator.

3.1.2 Jenis Digester Gas Bio
3.1.2.1 Pengisian curah (batch feeding)
3.1.2.2 Pengisian Kontinu

3.2 PEMBUATAN
3.2.1 Pembuatan Unit Digester Gas Bio
Unit digester gas bio terdiri dari tiga bagian yaitu :
a. Digester
b. Accumulator
c. Manometer udara
3.2.1.1 Digester
Digester adalah bejana tempat proses pemasakan dari gas bio
yang diujicobakan. Digester dirancang untuk tahan terhadap
temperature dan tekanan tinggi, mempunyai volume yang cukup
untuk menampung bahan pembuatan gas bio, memiliki konstruksi
yang tahan terhadap korosi serta tidak terpengaruh lingkungan luar.
Pada pembuatan digester ada lima komponen utama yaitu Tangki
digester, plat tutup masukan, plat penutur keluaran, penyehat, dan
pengaduk.
3.2.1.2 Accumulator
Accumulator secara umum berfungsi untuk menyimpan energi.
Accumulator yang dibuat berjumlah dua buah dengan ukuran yang
sama. Ini dimaksudkan agar salah satu dari accumulator berfungsi
sebagai pengumpul gas jika accumulator yang lain sedang di uji atau
digunakan.
Accumulator ini memiliki dua bagian yaitu tangki penyekat dan
tangki pengumpul.
3.2.1.3 Manometer Udara
Pengukuran tekanan udara dalam ruangan tertutup
menggunakan alat yang disebut manometer. Alat yang digunakan
untuk mengukur tekanan udara tersebut dapat dibuat sendiri dengan
menggunakan bahan-bahan sebagai berikut:
1. Papan kayu berukuran 20 x 150 cm
2. Empat meter pipa plastik berdiameter 0,25 inch
3. Air berwarna (merah)
4. Paku klem 0,25 inch

3.3 UJI KEBOCORAN
Uji kebocoran dari digester harus benar-benar di perhatikan sebab bakteri
metanogenik sangat sensitive terhadap hadirnya oksigen dalam digester.
Pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri akan terhambat, sehingga produksi
gas metan cenderung turun.
Penurunan produksi akan dipercepat karena gas metana yang telah
terbentuk teroksidasi menjadi CO
2
dan air.






BAB V
PENUTUP


5.1 KESIMPULAN
1. Ada beberapa kelebihan yang dimiliki oleh kotoran kambing yaitu:
Mempunyai waktu produksi pembentukan gas lebih cepat disbanding kotoran
sapi,
Mempunyai produksi maksimum yang lebih besar dan masih produktif
walaupun umur isian sudah mencapai 30 hari (dengan grafik masih landai).
2. Alat pengaduk sangat berperan untuk memecahkan scum (kerak) yang
menghambat produksi gas bio.
3. Walaupun bakteri pembentuk gas metan (bakteri metanogenik) sangat sensitive
terhadap fluktuasi suhu dan pH, untuk iklim Bandung masih dalam batas relatif
konstan. Demikian juga dengan pH, dalam praktik tanpa mengalami kesulitan.

5.2 SARAN
1. Sebelum pengisian gas pada accumulator tangki pengumpul hendaklah benar
benar difakumkan dari udara, yaitu dengan menekan sedalam dalamnya tangki
pengumpul gas tangki penyekat. Hal ini dilakukan untuk menghindarkan hal hal
yang tidak diinginkan. Sebagai contoh gas metan dapat meledak apabila udara
mempunyai kandungan sebanyak 5 14 % dalam campuran, begitu juga pada
produksi gas bio untuk pertama kalinya.
2. Jangan tutup katup keluaran gas pada digester, sebab tanpa gas tersebut mengalir
keluar, maka tekanan gas dalam ruang gas menjadi besar. Hal ini akan
menyebabkan gas mendorong balik gas isian, maka isian akan keluar tumpah
melalui pipa penutup keluaran isian.
3. Data ini akan lebih akurat apabila dapat menganalisa kandungan isian dan gas
dengan frekuensi lebih sering, sebab pengamatan akan dapat dipantau sewaktu
waktu.














DAFTAR PUSTAKA


1. Harahap Filano dan Kawan kawan, 1978. Teknologi Gas Bio. Pusat Teknologi
Pembangunan ITB.
2. HS Hadi Noegroho Ir, 1980. Pemanfaatan Gas Bio Sebagai Sumber Energi Non-
Konvensional dan Pengembangan Desa. Jakarta Kertas Kerja pada Loka Karya
Pengembangan Energi Non-Konvensional.
3. Apandi Muchidin, Dr, 1979. Pemanfaatan Instalasi Gas Bio Dalam Bidang
Peternakan. Makalah pada Seminar Nasional Lembaga Penelitian Peternakan
Bogor.
4. Apandi Muchidin, Dr, 1980. Peranan Universitas Dalam Pembanguna Gas Bio di
Indonesia, ITB.
5. Sahidu Sirajuddin Ir., 1983. Kotoran Ternak sebagai Sumber Energi. Dewaruci
Press Jakarta.
6. Sihombing DTH, 1980. Prospek Penggunaan Biogas untuk Energi Pedesaan di
Indonesia Makalah pada Lokakarya Pengembangan Energi Non-Konvensional
Jakarta.

Вам также может понравиться