Вы находитесь на странице: 1из 12

PENYAKIT CVPD (Citrus Vein Phloem Degeneration)

PADA TANAMAN JERUK (Citrus sp.)


(Makalah Pengelolaan Hama Terpadu dan Penyakit Tanaman)

















Oleh
KELOMPOK VI
Isnawati (E1A213030)
Lia fitriani (E1A213027)
Ody darmawan (E1A213028)
Ahmad yasin (E1A213031)
Abdul gani wijaya (E1A213029)







PROGRAM STUDI AGROEKOTEKNOLGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2014
I. PENDAHULUAN
Latar Belakang
Jeruk termasuk jenis buah-buahan yang digemari oleh masyarakat dan
memiliki kapasitas dalam menunjang perbaikan gizi masyarakat karena
kandungan vitamin C-nya cukup tinggi dan dikonsumsi baik dalam bentuk segar
(sebagai buah meja) maupun olahan (jus dan sirup) (Tirtawidjaja, 1964).
Salah satu faktor pembatas dalam pengembangan tanaman jeruk yaitu
adanya organisme pengganggu tanaman (OPT) termasuk penyakit CVPD (Citrus
Vein Phloem Degeneration). Untuk menjaga kelangsungan dan kualitas hidup
tanaman jeruk, perlu adanya perhatian khusus terhadap penyakit CVPD, terutama
pada kebun-kebun jeruk yang masih bebas CVPD, karena pengendalian penyakit
tersebut jika sudah ada dipertanaman sangat sulit dilakukan. Oleh karena itu,
pengenalan penyakit CVPD dan upaya pengendaliannya sangat penting bagi
petugas lapangan maupun petani agar kehadiran CVPD dan serangga vektornya
pada tanaman jeruk dapat diketahui lebih dini. Dengan demikian, penyebarannya
dapat dibatasi (Hutagalung,1985).
Salah satu faktor pembatas dalam pengembangan jeruk di daerah ini
adalah organisme pengganggu (OPT) termasuk penyakit CVPD (citrus vein
phloem degeneration). Penyakit ini termasuk penyebab matinya pohon jeruk
secara besar- besaran pada tahun 1980-an di kabupaten jeneponto, bantaeng dan
bulukumba (sub balithor jeneponto, 1988) selanjutnya nurjanani et, el (1992)
melapotkan bahwa penyakit CVPD telah mengancam kelangsungan hidup jeruk di
kabupaten sidrapdan pada tahun 2001 kembali dilaporkan bahwa CVPD telah
ditemukan pada tanaman jeruk keprok diselayar (Semangun, 1996).
II. PEMBAHASAN
A. GEJALA PENYAKIT CVPD
1. Gejala Luar
Pada tanaman muda gejala yang nampak yaitu adanya kuncup yang
berkembang lambat, pertumbuhan mencuat ke atas dengan daun-daun kecil dan
belang-belang kuning. Tanaman biasanya menghasilkan buah berkualitas
rendah.
Pada tanaman dewasa, gejala yang sering tampak adalah cabang yang
daun-daunnya kuning dan kontras dengan cabang lain yang daun-daunnya
masih sehat. Gejala ini dikenal dengan sebutan greening sektoral. Daun pada
cabang-cabang yang terinfeksi menjorok ke atas seperti sikat. Gejala lain
adalah daun berukuran lebih sempit, lancip dengan warna kuning di antara
tulang daun. Gejala-gejala ini mirip dengan gejala defisien Zn. Apabila gejala
tersebut disebabkan oleh defisiensi Zn dalam tanah, seluruh tanaman didalam
kebun yang sama biasanya akan menunjukkan gejala. Penyebaran gejala yang
tidak merata merupakan indikator yang sangat penting bagi adanya penyakit
CVPD. Selama musim hujan, gejala defisiensi Zn biasanya tidak begitu
tampak.
Buah pada cabang-cabang terinfeksi biasanya tidak dapat berkembang
normal dan berukuran kecil, terutama pada bagian yang tidak terkena cahaya
matahari. Pada pangkal buah biasanya muncul warna orange yang berlawanan
dengan buah-buah sehat. Buah-buah yang terserang rasanya masam dan bijinya
kempes, tidak berkembang dan berwarna hitam.

2. Gejala Dalam
Pada irisan melintang tulang tengah daun jeruk berturut-turut dari luar
hingga ketengah daun akan terlihat jaringan-jaringan epidermis, kolenkim,
sklerenkim dan floem. Menurut Tirtawidjaja (1964) gejala dalam pada tanaman
jeruk yang terken CVPD adalah:
Floem tulang daun tanaman sakit lebih tebal dari floem tulang daun
tanaman sehat.
Pada floem tulang daun tanaman sakit terdapat sel-sel berdinding tebal
yang merupakan jalur-jalur mulai dari dekat sklerenkim sampai dekat
xilem. Dinding tebal tersebut adalah beberapa lapis dinding sel yang
berdesak-desakan.
Didalam berbagai jaringan dalam daun terjadi pengumpulan secara
berlebihan butir- butir halus zat pati.
B. PENYEBAB PENYAKIT CVPD
Berdasarkan hasil identifikasi terakhir dilaporkan bahwa penyakit
CVPD disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticum yang hidup dan hanya
berkembang pada jaringan floem, akibatnya sel- sel floem mengalami
degenerasi sehingga menghambat tanaman menyerap nutrisi. Walaupun
terdapat di floem, tetapi penyebarannya di bagian tanaman cukup lambat.
Penyakit CVPD dapat ditemukan pada semua jenis jeruk yang terdapat di
Indonesia. Tetapi banyak juga para ahli yang mengatakan penyebab penyakit
CVPD adalah virus yang sangat merugikan pada pertanaman jeruk.

C. KERUGIAN
Pada tahun1983, penyakit CVPD menyebabkan kerugian senilai Rp
26,4 milyar. Sementara itu direktorat jenderal pertanian tanaman pangan
(1984) melaporkan bahwa CVPD telah memusnahkan jutaan pohon jeruk di
Indonesia. Kehilangan jeruk oleh penyakit tersebut ditaksir 50.000 ton buah
per tahun (Hutagalung, 1985).
D. BIOEKOLOGI
Bakteri patogen mempunyai bentuk pleomorpik (beberapa bentuk).
Bentuk batang panjang yang sedang tumbuh berukuran 100-250 x 500-2.500
nm, yang berbentuk sperical (membulat) diameternya 700-800 nm. Bakteri
ini tidak dapat dikulturkan. L. asiaticum hidup di dalam jaringan floem,
mengakibatkan sel-sel floem mengalami degenerasi sehingga menghambat
tanaman menyerap nutrisi. Penyebaran ke bagian tanaman lain tergolong
lambat, meskipun bakteri hidup dalam floem. Gejala baru terlihat 4-6 bulan
setelah tanaman terinfeksi. Bahkan di lapangan, gejala terlihat jelas setelah 1-
3 tahun. Penyebaran CVPD antar daerah atau kebun (secara geografis)
biasanya melalui mata-tempel atau bibit terinfeksi, sedangkan penyebaran di
dalam kebun antar tanaman melalui serangga kutu loncat (Diaphorina citri)
atau mata-tempel yang terinfeksi. Tipe hubungan patogen dalam tubuh
serangga pembawa (vektor) bersifat persisten, sirkulatif dan non propagatif,
artinya jika vektor CVPD telah mengandung L. asiaticum maka bila
kondisinya ideal selama hidupnya akan terus mengandung bakteri, tetapi
tidak diturunkan pada anaknya. Kutu loncat baru dapat menularkan CVPD
pada tanaman sehat setelah menghisap bakteri dari tanaman sakit minimal 48
jam kemudian menghisap tanaman sehat selama 168-360 jam. Penularan
melalui alat-alat pertanian terkontaminasi perlu diwaspadai seperti yang
dilaporkan di Thailand. Sebaran geografis penyakit ini sangat luas terdapat
pada hampir di semua sentra jeruk di Jawa, Bali, Sumatera, Sulawesi, dan
NTB. Kalimantan yang selama ini bebas, mulai dicurigai tercemar juga.
Penyakit ini ditemukan di daerah dengan ketinggian rendah (10 m dpl.)
sampai ketinggian 1.000 m dpl. Sebagian besar varietas komersial peka
terhadap penyakit ini. Varietas jeruk besar dan Konde Purworejo toleran.
Tanaman inang lain patogen CVPD adalah anggota rutaceae seperti
Poncirus tripoliata, Murraya paniculata, swing lea glutinosa, Clausena
indica, Atalantia missionis, Triphasia aurantiola, tapak dara dan Cuscuta sp.
(dirjen tanaman pangan).
E. SERANGGA VEKTOR CVPD
Diaphorina citri disamping berperan sebagai vektor CVPD, juga dapat
menyebabkan kerusakan langsung pada tanaman jeruk. Namun perannya
sebagai vektor CVPD jauh lebih penting dibanding sifatnya sebagai hama.
1. Tanda serangan
D. citri menyerang tangkai, kuncup bunga dan daun, tunas serta daun-
daun muda. Bagian tanaman yang terserang parah biasanya mengering secara
perlahan-lahan kemudian mati. Serangan ringan mengakibatkan tunas-tunas
muda mengeriting dan pertumbuhannya terhambat. Kutu juga menghasilkan
sekresi berwarna putih transparan berbentuk spiral, biasanya diletakkan
berserak di atas daun atau tunas.
2. Biologi dan perilaku
D. citri mempunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa.
Telur berwarna kuning terang berbentuk seperti buah alpukat, diletakkan secara
tunggal atau berkelompok di kuncup permukaan daun-daun muda, atau
ditancapkan pada tangkai-tangkai daun, setelah 2-3 hari telur menetas menjadi
nimfa.
Nimfa yang baru menetas hidup berkelompok di tunas-tunas dan
kuncup untuk menghisap cairan tanaman. Setelah berumur 2 atau 3 hari, nimfa
menyebar dan menyerang daun-daun muda. Nimfa berwana kuning sampai
coklat dan mengalami 5 kali pergantian kulit. Nimfa lebih merusak tanaman
daripada kutu dewasanya. Stadium nimfa berlangsung selama 17 hari.
Pada kondisi panas siklus hidup dari telur sampai dewasa berlangsung
antara 16-18 hari, sedangkan pada kondisi dingin berlangsung selama 45 hari.
Perkawinan segera berlangsung setelah kutu menjadi dewasa dan segera
bertelur setelah terjadi perkawinan. Seekor betina mampu meletakkan 800 butir
telur selama masa hidupnya.
D.citri mampu menghasilkan 9-10 generasi dalam 1 tahun. Stadium
dewasa ditandai oleh adanya sayap sehingga mudah meloncat apabila terkena
sentuhan. Serangga dewasa berwarna coklat tua, dengan panjang tubuh 2-3
mm. Apabila sedang menghisap cairan sel tanaman, D. citri memperlihatkan
posisi menungging. D. citri lebih aktif pada saat tanaman jeruk dalam fase
istirahat. D. citri dewasa hinggap pada daun tua dan menghisap cairan selnya.
Stadium dewasa ini bisa bertahan hidup selama 80-90 hari.
Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode
pertunasan sering kali sangat infektif dan membawa bakteri penyebab penyakit
pada tunas-tunas baru. Populasi D. citri yang viruliferous dari suatu populasi
sangat bervariasi. Tingkat penularan yang sangat tinggi ditentukan oleh
ketepatan kutu menusukkan stiletnya pada tanaman sakit.
Pada kondisi alamiah, penyebaran CVPD tergantung pada jumlah
inokulum bakteri pada tanaman, kepadatan populasi vektor, lamanya periode
inoculation feeding.
F. PENGENDALIAN
Pengendalian penyakit CVPD harus dilakukan secara terpadu. Faktot-
faktor yang perlu diperhatikan dalam penanggulangan CVPD tersebut antara
lain :
1. Pengadaan dan penggunaan bibit jeruk bebas penyakit
Pengadaan bibit mendapat pengawasan dari balai pengawasan dan
sertifikasi benih (BPSB). Dalam rangka ini, pusat penelitian dan
pengembangan hortikultura telah mengembangkan teknik sambung tunas
pucuk (shoot tip grafting, STG) seperti di Riau, Jawa Timur, Sulawesi Selatan,
Jawa Barat dan Bali.
2. Pengendalian serangga vektor
Serangga penularan dalam penyebaran CVPD adalah D. citri. Vektor
ini menularkan CVPD dipersemaian dan kebun serta terutama ditemukan pada
tunas (Tirtawidjaja, 1964). Agar populasinya tidak bertambah, penggunaan
pestisida dapat dipertimbangkan. Insektisida yang dapat mengendalikan
populasi vektor tersebut diantaranya dimethoate (perfekthion, roxion 40 EC,
rogor 40 EC, cygon) yang diaplikasikan pada daun atau disuntikan pada
batang, dan edosulfan (dekasulfan 350 EC). Aplikasi insektisida hendaknya
dilakukan pada saat tanaman menjelang dan ketika bertunas. Selain
penggunaan pestisida, penggunaan agensia hayati juga bisa dilakukan untuk
pengendalian kutu loncat ini yaitu dapat dikendalikan oleh dua parasit nimfa:
Tamarixia radiata dan Diaphorencyrtus aligarhensis dengan tingkat
parasitisme berturut-turut 90 % dan 60-80 %. Predator seperti Curinus
coeruleus juga mampu mengendalikan populas hama ini. Entomopatogen
Hirsutella sp. dapat menginfeksi kutu dewasa hingga 60%.
3. Penggunaan antibiotika oksitetrasiklin
Tanaman jeruk yang terkena CVPD dengan tingkat serangan ringan,
masa produktivitasnya dapat diperpanjang dengan infusan oksitetrasiklin HCI
konsentrasi 200 ppm. Penyembuhan yang terjadi hanya bersifat sementara
sehingga cara ini harus diulangi. Untuk memperoleh hasil optimum, tanaman
yang telah diinfus harus dipupuk dan mendapat pengairan yang cukup
(Hutagalung, 1985).
4. Eradikasi
Produksi tanaman yang terserang CVPD adalah rendah, tanaman jarang
bahkan tidak menghasilkan buah. Tanaman sakit tersebut merupakan sumber
inokulum bagi tanaman disekitarnya. Dengan demikian, tanaman sakit harus
dimusnahkan melalui eradikasi.
5. Karantina
Dalam rangka mencegah CVPD, telah dikeluarkan surat keputusan
menteri pertanian nomor 129/Kpts/Um/3/1982 yang isinya melarang
pengangkutan tanaman / bibit jeruk dari daerah endemik ke daerah yang masih
bebas CVPD.
6. Sterilisasi alat-alat
Mengingat bahwa penyakit dapat menular melalui alat-alat pertanian
yang digunakan seperti gunting pangkas, pisau okulasi dan semacamnya, maka
perlu dilakukan sterilisasi alat-alat itu bisa dengan cara dipanaskan selama 10-
15 menit menggunakan api lilin sebelum digunakan pada tanaman jeruk yang
belum terinfeksi.
7. Pengairan dan pemupukan
Gejala CVPD banyak terdapat didaerah kekurangan air dan daerah daerah
yang belum biasa melakukan pemupukan jeruk. Idealnya tanaman jeruk
tersebut diberi pemupukan berimbang antara pupuk makro dan pupuk mikro
(tjiptono, 1984 dalam hutagalung,1989).
8. Pemetaan daerah serangan CVPD
Data ini sangat penting untuk penyusunan program secara lengkap. Data
yang diperlukan adalah jumlah daerah perbanyakan jeruk, jumlah tanaman
yang terkena CVPD, intensitas/tingkat serangan, penyebaran penyakit, cara
pengendalian serta pengembangan pengendalian penyakit CVPD.












III. KESIMPULAN
1. Kerugian akibat penyakit CVPD sangat besar sehingga penyakit ini
menjadi penyakit yang penting di Indonesia.
2. Penyakit CVPD disebabkan oleh bakteri Liberobacter asiaticum yang
biasanya ditularkan melalui serangga vektor Diaphorina citri.
3. Pengendalian penyakit CVPD dapat dilakukan secara terpadu, yaitu antara
lain : Pengadaan dan penggunaan bibit jeruk bebas penyakit, pengendalian
serangga vektor, penggunaan antibiotika oksitetrasiklin, eradikasi,
karantina, sterilisasi alat-alat dan pemetaan daerah serangan terkena
penyakit CVPD.
4. Kutu dewasa pertama yang membentuk koloni pada awal periode
pertunasan sering kali sangat infektif dan membawa bakteri penyebab
penyakit pada tunas-tunas baru.
5. Diaphorina citri mempunyai tiga stadium hidup yaitu telur, nimfa, dan dewasa.
Telur berwarna kuning terang berbentuk seperti buah alpukat, diletakkan secara
tunggal atau berkelompok di kuncup permukaan daun-daun muda, atau
ditancapkan pada tangkai-tangkai daun, setelah 2-3 hari telur menetas menjadi
nimfa.







DAFTAR PUSTAKA
Hutagalung, L. 1985. Antibiotika dan penyakit CVPD pada tanaman jeruk di
Semangun, H. 1996. Pengantar Ilmu Penyakit Tumbuhan. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.

Tirtawidjaja, S. 1964. Citrus Vein Phloem Degeneration Virus, penyebab Citrus
Chlorosis di Jawa. Disertasi, Inst. Pert. Bogor.

Вам также может понравиться