Вы находитесь на странице: 1из 40

JARH wa TADIL: Mengungkap Mata

Rantai Keadilan Periwayat Hadis dan


Keadilan Sahaat
Il!u Jarh wa tadil dan "rgensinya
A# Pengertian
Secara bahasa, al-jarh merupakan masdar dari kata jaraha yajrahu yang berarti akibat atau
bekas luka pada tubuh disebabkan oleh senjata. Luka yang dimaksud dapat berkaitan dengan
fisik, misalnya luka terkena senjata tajam, atau berkaitan dengan non fisik misalnya luka hati
karena kata-kata kasar yang dilontarkan seseorang. Apabila kata jaraha dipakai oleh hakim
pengadilan yang ditujukan kepada masalah kesaksian, maka kata tersebut mempunyai arti
menggugurkan keabsahan saksi. [1]
Secara istilah ilmu hadis, kata al-jarh berarti tampak jelasnya sifat pribadi atau keadaan seorang
rawi yang tidak adil dan menyebabkan gugurnya atau lemahnya riayat yang disampaikan. !ata
al-tajrih menurut istilah berarti pengungkapan keadaan periayat tentang sifat-sifatnya yang
tercela yang menyebabkan lemahnya atau tertolaknya riayat oleh periayat tersebut. ["]
Sebagian ulama menyamakan penggunaan kata al-jarhu dan al-tajrih, dan sebagian ulama lagi
membedakan penggunaannya dengan alasan baha al-jarh berkonotasi tidak mencari-cari cela
seseorang, yang biasanya telah tampak pada diri seseorang. Sedang al-tajrih berkonotasi ada
upaya aktif untuk mencari dan mengungkap sifat-sifat tercela seseorang.
Adapun kata tadil berasal dari kata addala, yang berarti mengemukakan sifat-sifat adil yang
dimiliki seseorang. #enurut istilah ilmu hadis, kata tadil berarti mengungkap sifat-sifat bersih
yang ada pada diri periayat, sehingga dengan demikian tampak jelas keadilan pribadi periayat
itu dan riayatnya dapat diterima. [$]
%Abdurrahman Al-#u&allimi Al-'amani mengatakan baha ilmu al-jarh wa tadil ialah ilmu
yang mempelajari tentang etika dan aturan dalam menilai cacat (kritik) al-jarh* dan sekaligus
mengungkap dan memberi rekomendasi positif atas (kesalehan) al-tadil* terhadap seorang rawi
melalui lafad+-lafad+ penilaian yang tertentu, juga untuk mengetahui tingkatan lafad+-lafad+
tersebut. [,]
-ada prinsipnya, ilmu jarh wa tadil adalah bentuk lain dari upaya untuk meneliti kualitas hadis
bisa diterima (maqbul* atau ditolak (mardud*. Adapun yang menjadi objek penelitian suatu hadis
selalu mengarah pada dua hal penting, yang pertama berkaitan dengan sanad/rawi (rangkaian
yang menyampaikan* hadis, dan kedua berkaitan dengan matan (redaksi* hadis. .engan
demikian keberadaan sanad dan matan menjadi dua hal yang tidak bisa dipisahkan.
$# Pendapat "la!a Tentang Sanad
.alam kaitannya dengan urgensi keberadaan sanad,[/] #uhammad 0bn Sirin (1 112 345"6 #*
menyatakan baha 7sesungguhnya pengetahuan hadis adalah agama, maka perhatikanlah dari
siapa kamu mengambil agamamu itu8. [9] #aksudnya, dalam menerima suatu hadis, maka hal
yang penting diteliti terlebih dahulu adalah sanad hadis yang bersangkutan.
%Abdullah ibn al-#ubarak (1. 161 345:5 #* menyatakan baha 7sanad hadis merupakan
bagian dari agama. Sekiranya sanad tidak ada, niscaya siapa saja akan bebas menyatakan apa
yang dikehendakinya8. [5] -ernyataan itu memberi peringatan baha sanad hadis merupakan
bagian penting dari riayat hadis. !eberadaan suatu hadis yang tercantum dalam berbagai kitab
hadis ditentukan juga oleh keberadaan dan kualitas sanad-nya.
;erhadap pernyataan %Abdullah 0bn al-#ubarak itu, 0mam al-<aai (1. 959 34 1"55 #*
menjelaskan baha apabila sanad suatu hadis berkualitas sahih, maka hadis tersebut bisa
diterima, sedang bila sanad tersebut daif, maka hadis tersebut harus ditolak. #enurut Al-
<aai, hubungan sanad dan matan hadis ibarat hean dengan kakinya. [6]
Lemahnya suatu sanad riayat hadis tertentu sesungguhnya belumlah menjadikan hadis yang
bersangkutan secara absolut tidak berasal dari <abi. .alam hal ini, riayat hadis yang sanadnya
lemah tidak dapat membuktikan baha hadis tersebut berasal dari <abi. -adahal, hadis <abi
adalah sumber ajaran 0slam, dan karenanya, riayat hadis haruslah terhindar dari keadaan
meragukan.
-ada kenyataannya, tidaklah setiap sanad yang menyertai sesuatu yang dinyatakan sebagai hadis
terhindar dari keadaan yang meragukan. 3al itu dapat dimaklumi sebab orang-orang yang
terlibat dalam periayatan hadis, selain banyak jumlahnya, juga sangat ber=ariasi kualitas
pribadi dan kapasitas intelektualnya.
#enghadapi sanad yang bermacam-macam kualitasnya itu, maka ulama ahli hadis menyusun
berbagai istilah. >erbagai istilah itu, tidak hanya dimaksudkan untuk mempermudah
membedakan macam-macam sanad yang keadaannya sangat ber=ariasi itu saja, tetapi juga untuk
mempermudah penilaian terhadap sanad yang bersangkutan dalam hubungannya dengan bisa
atau tidaknya dijadikan hujjah.
%# $agian&$agian Sanad 'ang Diteliti
Sanad hadis, yang menurut pengertian istilahnya adalah rangkaian para periayat yang
menyampaikan kita pada matan hadis,[:] mengandung bagian penting yakni,
1. <ama-nama periayat yang terlibat dalam periayatan hadis yang bersangkutan,
2. Lambang-lambang periayatan hadis yang telah digunakan oleh masing-masing
periayat dalam meriayatkan hadis yang bersangkutan, misalnya samitu, akhbarani,
an, dan anna.
-ada umumnya ulama hadis dalam melakukan penelitian sanad hadis hanya berkonsentrasi pada
keadaan para periayat dalam sanad itu saja, tanpa memberikan perhatian yang khusus pada
lambang-lambang yang digunakan oleh masing-masing periayat dalam sanad. -adahal, cacat
hadis (illat al-hadis* tidak jarang 7tersembunyi8 pada lambang-lambang tertentu yang
digunakan oleh periayat dalam meriayatkan hadis.
D# Pentingnya Matan
Sekiranya setiap matan hadis sudah bisa dipastikan berasal dari <abi, maka penelitian terhadap
matan dan sanad hadis tidak diperlukan. !enyataannya, tidak semua hadis yang periayatannya
tidak sampai pada <abi atau bahkan ada beberapa hadis yang sengaja dibuat-buat oleh seseorang
demi kepentingan pribadi. -erlunya penelitian terhadap matan hadis tidak hanya karena keadaan
matan terpengaruh oleh keadaan sanad saja, namun juga karena dalam periayatan hadis dikenal
adanya periayatan bi al-makna. #eskipun telah ditetapkan syarat-syarat sahnya riayat secara
makna[12], namun hal itu tidaklah berarti baha seluruh periayat yang terlibat dalam
periayatan hadis mampu memenuhi dengan baik semua ketentuan itu.
.engan adanya periayatan secara makna, maka untuk penelitian matan hadis, misalnya
berkenaan dengan berita peperangan, sasaran penelitian pada umumnya tidak tertuju kepada kata
per kata dalam matan itu, tetapi sudah dianggap cukup bila penelitian tertuju pada kandungan
berita yang bersangkutan. Lain halnya bila yang diteliti adalah matan yang mengandung ajaran
<abi tentang suatu ibadah tertentu taabbudi, misalnya bacaan salat, maka masalah yang diteliti
meliputi keadaan kata demi kata. ?paya ini dilakukan adalah dalam kaitannya dengan keyakinan
umat 0slam baha apa yang di baca dan diamalkan benar-benar diyakini bersumber dari <abi
yang ajib diikuti.
Adanya periayatan hadis secara makna telah menyebabkan penelitian matan dengan
pendekatan semantik[11] tidak mudah dilakukan. !esulitan itu terjadi karena matan hadis yang
sampai pada mukharrijnya masing-masing, telah 7beredar8 pada sejumlah periayat yang
berbeda generasi, dan tidak jarang juga berbeda latar belakang budaya dan kecerdasan mereka.
-erbedaan generasi dan budaya dapat menyebabkan timbulnya perbedaan penggunaan dan
pemahaman suatu kata ataupun istilah, sedang perbedaan kecerdasan dapat menyebabkan
pemahaman terhadap matan hadis yang diriayatkan tidak sejalan.
1alaupun penelitian matan dengan pendekatan semantic tidak mudah dilakukan, namun tidak
berarti baha penelitian dengan pendekatan bahasa tidak dilakukan. -enelitian matan hadis
dengan pendekatan bahasa sangat perlu karena bahasa Arab yang digunakan oleh <abi dalam
menyampaikan berbagai hadis selalu dalam susunan yang baik dan benar. -enggunaan
pendekatan bahasa dalam penelitian matan akan sangat membantu terhadap kegiatan penelitian
yang berhubungan dengan kandungan petunjuk dari matan hadis yang bersangkutan.
?ntuk meneliti kandungan matan seringkali juga diperlukan pendekatan rasio, sejarah, dan
prinsip-prinsip pokok ajaran 0slam. .engan demikian, kesahihan matan hadis yang dihasilkan
tidak hanya dilihat dari sisi bahasa saja, tetapi juga diperhatikan aspek rasio, sejarah, dan prinsip-
prinsip ajaran 0slam.
-enelitian matan dengan beberapa macam pendekatan tersebut ternyata memang masih tidak
mudah dilakukan. Apalagi bila diingat baha sebagian dari kandungan matan hadis berhubungan
dengan masalah keimanan, hal-hal yang gaib, dan petunjuk-petunjuk kegiatan agama yang
bersifat taabbudi. [1"] .engan demikian, maka penelitian matan hadis memang memerlukan
kecerdasan dan kecermatan dalam menggunakan acuan pendekatan yang rele=an dengan
masalah yang diteliti.
!esulitan penelitian matan juga disebabkan oleh masih sangat langkanya kitab-kitab yang secara
khusus membahas kritik matan. @upanya, ulama hadis pada umumnya telah terserap aktu dan
energi mereka untuk melakukan penelitian sanad hadis. 3al itu dapat dimaklumi sebab bila
masalah sanad tidak segera mereka tangani, maka kerumitan penelitian hadis akan bertambah
lagi. ?ntuk kepentingan-kepentingan sanad, berbagai kitab yang diperlukan telah banyak
disusun oleh ulama. ?ntuk penelitian matan, karya-karya tulis ulama tentang hal itu selain masih
perlu pengembangan lebih lanjut, juga termuat dalam berbagai kitab yang tidak secara khusus
membicarakan penelitian matan. [1$]
>erdasarkan uraian tersebut maka dapatlah dinyatakan baha kesulitan penelitian matan
disebabkan oleh beberapa faktor, yakni)
1. Adanya periayatan secara makna
". Adanya beragam pendekatan
$. Sulitnya melacak latar belakang asbab al-wurud hadis
,. Adanya kandungan petunjuk hadis yang berkaitan dengan hal-hal yang berdimensi 7supra
rasional8
/. Sulitnya mendapat kitab-kitab khusus tentang penelitian matan hadis. [1,]
(# Tu)uan Penelitian Sanad dan Matan
;ujuan pokok penelitian hadis, baik sanad maupun matan adalah untuk mengetahui kualitas
hadis. !ualitas hadis sangat perlu diketahui dalam hubungannya dengan ke-hujjah-an hadis yang
bersangkutan. 3adis yang kualitasnya tidak memenuhi syarat tidak dapat digunakan sebagai
hujjah. -emenuhan syarat itu diperlukan karena hadis merupakan salah satu sumber ajaran 0slam.
-enggunaan hadis yang tidak memenuhi syarat akan mengakibatkan ajaran 0slam tidak sesuai
dengan apa yang seharusnya.
?lama hadis sesungguhnya telah melakukan penelitian terhadap seluruh hadis yang ada, baik
yang termuat dalam berbagai kitab hadis maupun yang termuat dalam berbagai kitab syarah.
-ertanyaan yang muncul adalah apakah saat ini masih diperlukan penelitian hadisA ?ntuk
menjaab pertanyaan tersebut, akan dilihat beberapa hal berikut ini)[1/]
1. 3asil penelitian para ulama pada dasarnya adalah tidak terlepas dari hasil ijtihad. Suatu
ijtihad tidak terlepas dari dua kemungkinan, yakni banar dan salah. Badi, hadis tertentu
yang dinilai sahih oleh seorang ulama hadis masih terbuka kemungkinan benar dan salah.
Badi, hadis tertentu yang dinyatakan berkualitas sahih oleh seorang ulama hadis masih
terbuka kemungkinan ditemukan kesalahannya sebelum dilakukan penelitian kembali
secara lebih cermat.
". -ada kenyataannya, tidak sedikit hadis yang dinilai sahih oleh ulama hadis tertentu, tetapi
dinilai tidak sahih yang dinilai oleh ulama lainnya. -adahal, suatu berita itu tidak terlepas
dari dua kemungkinan, yakni benar atau salah. .engan begitu, penelitian kembali masih
perlu dilakukan minimal untuk mengetahui sebab-sebab terjadinya perbedaan hasil
penelitian itu.
$. -engetahuan manusia berkembang dari masa ke masa. -erkembangan pengetahuan itu
sudah selayaknya dimanfaatkan untuk melihat kembali hasil-hasil penelitian yang telah
lama ada.
,. ?lama hadis adalah manusia biasa, yang tidak terlepas dari berbuat salah. !arenanya
tidak mustahil bila hasil penelitian yang mereka kemukakan, masih dapat ditemukan letak
kesalahannya setelah dilakukan penelitian kembali.
/. -enelitian hadis mencakup penelitian sanad dan matan. .alam penelitian sanad, pada
dasarnya yang diteliti adalah kualitas pribadi dan kapasitas intelektual para periayat
yang terlibat dalam sanad, di samping metode periayatan yang digunakan oleh masing-
masing periayat itu. #enilai seseorang tidaklah semudah menilai benda mati. .apat
saja seseorang dinyatakan baik pribadinya, padahal kenyataan yang sesungguhnya adalah
sebaliknya. !esulitan menilai pribadi seseorang ialah karena pada diri seseorang terdapat
dimensi yang dapat mempengaruhi pribadinya. !arenanya tidaklah mengherankan bila
dalam menilai periayat hadis, tidak jarang ulam berbeda pendapat. 0ni berarti, penelitian
memang tidak hanya diperlukan kepada periayat saja, tetapi juga kepada ulama yang
menilai para periayat saja, tetapi juga kepada ulama yang menilai para periayat
tersebut.
.engan beberapa faktor di atas, maka penelitian ulang terhadap hadis terutama pada kandungan
matan tetap saja bermanfaat sekaligus sebagai salah satu upaya untuk menilai tingkat akurasi
penelitian sebelumnya, juga untuk menghindarkan diri dari penggunaan dalil tidak tepat.
#eskipun demikian, tidak berarti baha hasil penelitian ulama harus diragukan. ?paya
dilakukan penelitian ulang untuk membuktikan dan mendukung hasil penilaian ulama yang
mempunyai tingkat akurasi yang tinggi. 'ang menentukan tingkat akurasi hasil penelitian tidak
hanya ketepatan metodologi saja, tetapi juga didukung oleh tingkat kecerdasan dan kecermatan
yang tinggi serta penguasaan pengetahuan yang harus dimiliki sang peneliti.
Landasan tentang bolehnya #en-Jarh
C pkDEr&FGtH tIJKLMNCO (OPQRSt>OuT bU* VWT.uTNLyX 5,YZCs[ )\t9t]U4 (OPQR'^t9t_s[ br`
(OQa5bYcdA CB>eQsL 5fsOGygpgg" (OQhsU9Vca_s[ ,bnAtR Ct> VWai[jyds[ tIkK>KbGt@ lKm
Hai orang-orang yang briman, jika datang k!adamu orang "asik mmbawa suatu brita,
maka !riksalah dngan tliti agar kamu tidak mnim!akan suatu musibah k!ada suatu kaum
tan!a mngtahui kadaannya yang mnybabkan kamu mnysal atas !rbuatanmu itu.
n
o
pq rs
t
uv pq wxt yv z
t
{
o
|
}
~tp
t
n
t
q s
t
r
t

t
t |

~t
t
r

v
t
r

pq n
t
q s
t
z

t
pv


t
t
#Smoga $llah mn%rahkan wajah orang yang mndngar ssuatu dari kami, kmudian dia
mnyam!aikan &k!ada orang lain' sbagaimana yang dia dngar. (isa jadi orang yang dibri
kabar darinya lbih !aham dari dia &yang mndngar langsung'. )
.engan mengacu pada ayat dan hadis di atas, secara tegas menganjurkan tentang ajibnya
tabayyun dan tasabbut (meneliti kebenaran berita* dari seseorang yang fasik. Anjurannya adalah
kecermatan dan ketelitian menerima suatu berita. Apalagi dari orang yang belum dikenal sosio-
historisnya atau belum dikenal terpercaya (siqah*. -ada kasus periayatan hadis, di samping
tabayyun dan tasabut atas ke-siqah-an, diperlukan juga penilaian terhadap kapabilitas dalam
kuatnya hafalan (dhabith*.
#engomentari dua dalil di atas, Al-<aai dalam Syarh Shahih *uslim mengatakan) baha al-
jarh (kritik* terhadap para rawi yang menukilkan suatu berita atau riayat adalah boleh. [19]
>ahkan ajib, berdasarkan kesepakatan para ulama karena adanya kebutuhan mendesak dan
memang mengharuskan untuk dikritik demi membangun dan melindungi syariat.
Selanjutnya al-<aai memberikan kriteria khusus terhadap seorang kritikus yaitu, dalam
melakukan jarh, seorang kritikus harus didasari dengan ketakaan kepada Allah. -erlu adanya
tatsabbut (meneliti kebenaran berita*, berhati-hati, tidak sembarangan dalam men-jarh orang
yang sebenarnya bersih dari cacat, atau merendahkan orang-orang yang tidak tampak
kekurangannya, karena kerusakan akibat jarh ini sangat besar.
\ \ \
Se)arah Il!u Jarh wa tadil
>erbicara sejarah, ada beberapa faktor yang melatar-belakangi pentingnya dilakukan Jarh wa
tadil. .i antaranya sebagai berikut )
A# Hadis Seagai Su!er A)aran Isla!#
Ada fenomena menarik baha para periayat hadis mulai dari generasi sahabat sampai generasi
mukharrij al-hadis sudah tidak dapat dijumpai lagi secara fisik karena mereka telah afat.
Sementara para sahabat adalah para saksi sejarah yang bisa menyaksikan serta meartakan apa
yang telah mereka rekam selama bergaul dan bersahabat dengan <abi. !ondisi tersebut
menyebabkan rasa ingin tahu untuk mengenali keadaan pribadi mereka, baik kelebihan maupun
kekurangan mereka di bidang periayatan hadis, diperlukan informasi dari berbagai kitab yang
ditulis oleh ulama ahli kritik rijal (para periayat* hadis. !ritik tersebut dilakukan mengingat
kedudukan hadis <abi sebagai salah satu sumber ajaran 0slam. ukup banyak ayat al-uran yang
memerintahkan orang-orang yang beriman untuk patuh dan mengikuti petunjuk-petunjuk <abi
#uhammad, utusan Allah S1;. Sebagian dari ayat al-uran itu adalah sebagai berikut)
^CN > uTNCs[r` NCO ,&nAtR K`UNQhZu% XK> mdr` $7t*:CO ;s[ AQhZjK:ur 7KLUNur
,&n1e*:CO ,&yBGt_u:COur mIkY$GyB:COur mIVCOur mU9:CO e&s1 tbQT$tH -&sN
rh tIkt4 KTNCuK'iCO e<T$SK> , NCt>ur R<T$:sAOuT RAQhZ:CO anrTRs[ Ct>ur
e<T$:pkt am'tR (OQhgti@CCs[ , (OQ*^ACOur MNCO ( ^bU* MNCO hEHKEM Cs*Kd:CO
lm
$!a saja harta ram!asan &fai-i' yang dibrikan $llah k!ada +asul,ya &dari harta bnda' yang
brasal dari !nduduk kota-kota *aka adalah untuk $llah, untuk rasul, kaum krabat, anak-
anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam !rjalanan, su!aya harta itu
jangan brdar di antara orang-orang -aya saja di antara kamu. a!a yang dibrikan +asul
k!adamu, *aka trimalah. dan a!a yang dilarangnya bagimu, *aka tinggalkanlah. dan
brtakwalah k!ada $llah. Ssungguhnya $llah $mat kras hukumannya.
edL (OQRdKr` MNCO D]QhZ:COur ( bU\s[ (OeQM:uQsA ^bU\s[ MNCO jKtT
tIJKGs$:CO l-m
-atakanlah. #/aatilah $llah dan +asul-,ya0 jika kamu br!aling, *aka Ssungguhnya $llah
tidak mnyukai orang-orang kafir).
^X > KRH tAQhZ:CO Es*s[ tCsr` MNCO ( Xt>ur ,&FuQsA NCyBs[ y5Go'[jyZe%r`
e<Ugnjt CSKym lm
(arangsia!a yang mntaati +asul itu, Ssungguhnya ia tlah mntaati $llah. dan (arangsia!a
yang br!aling &dari ktaatan itu', *aka -ami tidak mngutusmu untuk mnjadi !mlihara
bagi mrka.
Es*M: tbL. e<T$s: &UI AQhZu% NCO ouQVZ` puSym XyBKj: tbL. (OQRetH MNCO
t-eQu:COur tY+iyCO t.sur MNCO OSK. lm
Ssungguhnya tlah ada !ada &diri' +asulullah itu suri tladan yang baik bagimu &yaitu' bagi
orang yang mnghara! &rahmat' $llah dan &kdatangan' hari kiamat dan 1ia banyak mnybut
$llah.
Secara umum ayat-ayat di atas menganjurkan patuh pada perintah <abi dan berpegang teguh
pada teladan yang ditunjukkan melalui praktik dan perilaku-perilaku <abi. [15] Anjuran,
larangan serta teladan hidup dari <abi yang termuat dalam sunnah atau hadis beliau adalah
sumber ajaran 0slam. .engan meyakini baha hadis <abi merupakan bagian dari sumber ajaran
0slam, maka penelitian hadis khususnya hadis ahad sangat penting. -enelitian itu dilakukan untuk
upaya menghindarkan diri dari pemakaian dalil-dalil hadis yang dapat dipertanggungjaabkan
sebagai sesuatu yang berasal dari <abi.
Sekiranya hadis <abi hanya berstatus sebagai data sejarah an si%h, niscaya penelitian-penelitian
hadis tidaklah begitu urgen. 3al itu tampak berbeda pada sikap ulama ketika menghadapi
berbagai kitab sejarah (sirah !ara ,abi'. !ritik yang diajukan ulama hadis terhadap berita atau
informasi yang termuat dalam berbagai kitab-kitab sejarah tidaklah seketat kritik mereka
terhadap berbagai hadis yang termuat dalam kitab-kitab hadis, khususnya yang berkaitan dengan
pokok-pokok ajaran agama.
ienomena lain yang dapat ditemukan terkait dengan kepentingan meneliti hadis adalah tidak
seluruh hadis tertulis pada masa <abi. -ada suatu saat, <abi pernah melarang sahabat untuk
menulis hadis. .alam pada itu, pun <abi juga pernah menyuruh atau mengi+inkan sahabat
menulis hadis. [16] !ebijaksanaan <abi tersebut menimbulkan terjadinya perbedaan pendapat di
kalangan ulama, bahkan di kalangan sahabat tentang boleh tidaknya menulis hadis. .alam
sejarah, pada masa <abi telah terjadi penulisan hadis, misalnya berupa surat-surat <abi tantang
ajakan memeluk 0slam kepada sejumlah pejabat dan kepala negara yang belum memeluk 0slam.
Sejumlah sahabat yang telah menulis hadis pada saat itu adalah Abdullah 0bn Amr bin Ash (1.
9/ 3496/ #*, Abdullah bin Abbas (1. 96 34965 #*, Ali bin Abi ;alib (1. ,2 34991 #*,
Samurah bin Bundab (1. 92 3*, Babir bin Abdillah (1. 56 34 9:5 #*, dan Abdullah bin Abi Aufa
(1. 69 3*. alaupun demikian tidaklah berarti baha seluruh hadis telah terhimpun dalam
catatan para sahabat tersebut. 3al ini sangatlah beralasan karena para sahabat yang membikin
catatan-catatan itu didorong oleh keinginan pribadi, sedang mereka itu sangat sulit untuk mampu
mengikuti dan mencatat apa saja yang berasal dari <abi, khususnya hadis <abi yang terjadi di
hadapan satu atau dua orang sahabat saja.
.engan demikian, hadis yang berkembang pada masa <abi lebih banyak berlangsung secara
hafalan daripada tulisan. 0tu berakibat dokumentasi hadis <abi secara tertulis belum mencakup
keseluruhan hadis yang ada. .alam pada itu, tidaklah semua hadis yang telah dicatat oleh para
sahabat telah dilakukan pemeriksaan di hadapan <abi. 0tu berarti baha hadis yang
didokumentasikan secara tertulis dan secara hafalan tidak terhindar dari keharusan untuk diteliti.
Sekiranya hadis telah rampung dihimpun dan telah diperiksa oleh <abi, maka dengan sendirinya
penelitian terhadap hadis <abi tidak diperlukan lagi. -erumpamaan tersebut memang sangat sulit
terjadinya. Alasannya bukan hanya karena jumlah para sahabat <abi yang pandai menulis tidak
sebanyak jumlah sahabat yang tidak pandai menulis saja, yang mana itupun lebih terfokus pada
penulisan al-ur&an, tetapi juga karena kegiatan mencatat berbagai hal yang terjadi pada
seseorang yang masih hidup tidaklah mudah. .i samping itu, apa yang disebut sebagai hadis
sebagaimana dinyatakan oleh ulama hadis, yakni segala sabda, perbuatan, taqrir, dan hal ihal
<abi #uhammad sa[1:] tidak selalu terjadi dan disaksikan di hadapan banyak orang. #isalnya
beberapa hal yang berhubungan dengan pergaulan <abi dengan para istri-istri beliau, maka apa
yang telah dilakukan ole <abi itu hanya mungkin diketahui oleh istri-istri beliau saja. -adahal,
apa yang telah berlangsung antara nabi dan istri beliau itu adalah juga termasuk hadis. ["2]
.engan kenyataan tersebut maka memang sangat logis bila dinyatakan baha tidaklah seluruh
hadis telah tertulis pada masa <abi. 3al itu membaa akibat baha hadis tidak terhindar dari
kemungkinan salah dalam periayatan. 0tu berarti, saksi-saksi sejarah yang terlibat dalam
periayatan harus dilakukan penelitian. .engan demikian, kedudukan penelitian yang mampu
menerangkan tingkat kebenaran suatu riayat menjadi sangat penting.
$# Mun*ulnya $eragai Pe!alsuan Hadis
>elum ada data sejarah yang dapat dipertanggung-jaabkan baha pada masa <abi telah terjadi
pemalsuan hadis. !egiatan pemalsuan hadis mulai muncul dan berkembang pada masa khalifah
Ali >in Abi ;alib memerintah $/-,2 3 4 9/9-991 #. , demikian pendapat ulama hadis pada
umumnya. ["1]
-ada mulanya, faktor yang mendorong seseorang melakukan pemalsuan hadis adalah
kepentingan politik. -ada masa itu, telah terjadi pertentangan politik antara Ali >in Abi ;alib dan
#u&aiyyah >in Abi Sufyan. -ara pendukung masing-masing tokoh telah melakukan berbagai
upaya untuk memenangkan perjuangan mereka salah satu upaya yang telah dilakukan oleh
sebagaimana dari mereka ialah pembuatan hadis-hadis palsu. [""]
.alam sejarah, pertentangan politik tersebut telah mengakibatkan timbulnya pertentangan di
bidang ;eologi. Sebagian dari pendukung aliran ;eologi yang timbul pada saat itu telah membuat
berbagai hadis palsu untuk memperkuat argumentasi aliran yang mereka yakini benar. ["$] ;entu
saja kalangan musuh 0slam yang berkeinginan meruntuhkan 0slam dari dalam tidak menyia-
nyiakan pertentangan politik yang timbul yang dialami umat 0slam. -ara musuh 0slam itu juga
menggunakan senjata dengan membuat berbagai hadis palsu dalam memerangi 0slam. [",]
Selanjutnya, faktor kepentingan ekonomi, keinginan menyenangkan hati pejabat (cari muka*, dll,
telah ikut menyemarakkan pembuatan hadis palsu. >ahkan sejumlah muballigh yang
beranggapan baha untuk kepentingan dakah dapat saja dilakukan pembuatan hadis palsu. ["/]
Ahmad bin 3anbal (1. ",1 34 6// #* dan 'ahya bin #a&in (1. "$$ 34 6,6 #* pernah
memergoki seorang pemalsu hadis yang sedang mengemukakan sebuah hadis palsu di dalam
sebuah #asjid dan menerangkan baha hadis itu berasal dari Ahmad bin 3anbal dan 'ahya bin
#a&in. tentu saja Ahmad bin 3anbal dan 'ahya bin #ai&n sangat terkejut sebab mereka tidak
pernah mengemukakan riayat itu. 'ahya lalu memperkenalkan dirinya dan diri Ahmad bin
3anbal kepada orang tersebut, serta menyatakan baha mereka berdua tidak pernah
mengemukakan apa yang telah dikemukakannya tadi.
;ernyata, pemalsu hadis menjaab baha 'ahya bin #a&in itu orang yang sangat dungu dan
orang yang bernama Ahmad bin 3anbal itu tidak hanya seorang saja, tetapi ada tujuh belas
orang. Ahmad bin 3ambal lalu meletakkan lengan bajunya kebagian muka orang tersebut dan
berkata) 3entikan perbuatanmu ituN -emalsu hadis itu lalu berdiri dengan sikap yang mengejek
kepada kedua tokoh ulama hadis tersebut. ["9]
Seorang pemalsu hadis yang didorong oleh kepentingan untuk mencari uang mengatakan baha
dengan menerima hadiah uang hanya satu dirham saja, dia telah bersedia melakukan pembuatan
hadis palsu sebanyak lima puluh buah. %Abdul-!arim bin Abil-%Auja&, seorang pemalsu hadis,
mengaku telah membuat hadis palsu sebanyak ,. 222 buah. ["5]
>erbagai pemalsuan hadis tersebut telah menyulitkan umat 0slam yang ingin mengetahui
berbagai riayat hadis yang benar-benar dapat dipertanggungjaabkan berasal dari <abi
#uhammad. Sungguh merupakan karunia yang luar biasa dari Allah baha ternyata para ulama
hadis telah bekerja keras menyelamatkan hadis dari penghancuran massal yang telah dilakukan
oleh para pemalsu hadis. ?paya ulama ahli hadis untuk menyelamatkan hadis <abi tersebut
berupaya menyusun berbagai kaidah dan ilmu hadis yang secara ilmiah dapat digunakan untuk
penelitian hadis. ["6] .alam hubungan itu, sanad hadis menjadi sangat penting, dan penelitian
pribadi para periayat yang menyatakan telah memperoleh satu riayat hadis menjadi salah satu
bagian terpokok dalam penelitian hadis. !arenanya tidaklah mengherankan bila pengkajian
sejarah berkenaan dengan para periayat hadis menjadi salah satu kegiatan penting yang telah
dilakukan oleh ulama hadis. !egiatan para ulama hadis tersebut telah menimbulkan rasa kagum
3erbert Spencer, salah seorang orientalis yang menyatakan baha hanya terdapat dalam 0slam,
yakni dalam ilmu hadis telah dipelajari sejarah hidup sekitar setengah juta orang. [":] 'ang
dimaksudkan oleh 3erbert Spencer itu adalah biografi para periayat hadis.
>erbagai kaidah dan ilmu hadis yang telah diciptakan oleh ulama hadis telah dituangkan dalam
berbagai kaitan untuk penelitian hadis. Basa keilmuan para ulama itu telah mampu secara akurat
terhadap riayat hadis yang dapat dipertanggungjaabkan secara ilmiah berasal dari <abi dan
riayat yang ternyata diragukan ataupun dipastikan tidak berasal dari <abi.
.engan telah terjadinya pemalsuan-pemalsuan hadis tersebut, maka kegiatan penelitian hadis
menjadi sangat penting. ;anpa dilakukan penelitian, maka hadis <abi akan bercampur aduk
dengan yang bukan hadis dan ajaran 0slam akan dipenuhi oleh berbagai hal yang menyesatkan
umatnya.
%# Pr+ses Penghi!punan Hadis#
.alam sejarah, penghimpunan hadis secara resmi dan massal terjadi atas perintah khalifah ?mar
bin Abdul A+i+ (1. 121 345"2 #*. dikatakan resmi karena kegiatan penghimpunan itu
merupakan kebijaksanaan dari kepala negara dan dikatakan massal karena perintah kepala negara
itu ditujukan kepada para gubernur dan ulama ahli hadis pada +aman itu.
Abdul A+i+ bin #aran (1. 6/ 3452, #*, Ayahanda ?mar bin %Abdul A+i+, ketika menjadi
gubernur di #esir, melalui surat meminta kepada !asir bin #urrah, seorang tabiin di 3ims,
untuk mencatatkan berbagai hadis yang diriayatkan oleh sahabat selain Abu 3urairah. %Abdul
%A+i+ bin #aran menyatakan baha hadis-hadis yang diriayatkan oleh Abu 3urairah
memiliki catatannya. .engan adanya surat gubernur %Abdul A+i+ bin #aran itu, menurut
#uhammad %Ajjaj !hatib, baha penghimpunan hadis secara resmi terjadi atas daras perintah
gubernur tersebut. -endapat tersebut mengandung kelemahan)
1. Babatan %Abdul %A+i+ bin #aran bukanlah kepala <egara, melainkan gubernur.
!ebijaksanaan gubernur belum dapat dinyatakan sebagai kebijaksanaan negara.
". Surat permintaan itu ditujukan kepada lama yang berada di luar ilayah #esir. .engan
demikian, tidak terjadi hubungan kedinasan antara yang mengirim dan yang menerima
surat.
$. -ermintaan yang dikemukakan oleh %Abdul %A+i+ bin #aran itu lebih bersifat pribadi
daripada bersifat dinas.
1alaupun demikian tidaklah berarti baha di antara surat permintaan gubernur %Abdul %A+i+ bin
#aran dan surat perintah !halifah ?mar bin %Abdul %A+i+ tidak ada kaitannya sama sekali.
Sangat mungkin, surat %Abdul %A+i+ itu telah memberi inspirasi untuk menerbitkan surat
-erintahnya tentang penghimpunan hadis tersebut.
Sebelum !halifah ?mar bin %Abdul %A+i+ afat, ulama hadis yang telah berhasil melaksanakan
perintah khalifah adalah #uhammad bin #uslim bin Syihab al-Suhri (1. 1", 345," #*, seorang
ulama terkenal di negeri 3ija+ dan Syam. >agian-bagian kitab al-Suhri segera dikirim oleh
!halifah ke berbagai daerah untuk bahan penghimpunan hadis selanjutnya. [$2]
-ada pertengahan abad ke-" 3ijrah, telah muncul karya-karya himpunan hadis di berbagai kota
besar, misalnya #ekkah, #adinah, dan >asrah. -uncak penghimpunan hadis <abi terjadi sekitar
abad ke-$ 3.
.engan demikian, jarak aktu antara masa penghimpunan hadis dan afatnya <abi cukup lama.
3al itu menyebabkan pentingnya penelitian hadis untuk menghindarkan diri dari penggunaan
dalil hadis yang tidak dapat dipertanggung-jaabkan =aliditasnya.
D# Periwayatan Hadis Se*ara Makna#
-ada umumnya para sahabat <abi membolehkan periayatan hadis secara makna. #ereka itu,
misalnya Ali bin Abi ;alib, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin #as&ud (1. $" 349/" #*, Anas
bin #alik (1. :$ 34 511 #*, Abu .arda& (1. $" 349/" #*. Abu 3urairah (1. /6 3 4956 #*. dan
%Aisyah istri <abi. Sedangkan para sahabat yang melarang periayatan hadis secara makna,
misalnya, %?mar bin !hattab, %Abdullah bin ?mar bin !hattab, dan Said bin ArQam.
-erbedaan tentang boleh tidaknya meriayatkan dengan makna juga terjadi di kalangan ulama.
ulama yang membolehkan periayatan secara makna menekankan pentingnya pemenuhan
syarat-syarat yang ketat, misalnya periayat yang bersangkutan harus mendalam
pengetahuannya tentang bahasa Arab, hadis yang diriayatkan bukanlah bacaan yang bersifat
taabbudi, umpamanya bacaan salat, dan periayatan secara makna dilakukan karena sangat
terpaksa. .engan demikian, periayatan hadis secara makna tidaklah berlangsung secara
longgar, tetapi sangat ketat.
1alaupun sangat ketat syarat periayatan hadis secara makna, namun kebolehan itu memberi
petunjuk baha matan hadis yang diriayatkan secara makna telah ada dan bahkan lumayan
banyak. -adahal, untuk mengetahui kandungan petunjuk hadis tertentu, diperlukan terlebih
dahulu mengetahui susunan redaksi (tekstual* dari hadis yang bersangkutan, khususnya yang
berkenaan dengan hadis qauli (hadis yang berupa sabda <abi*. !arenanya, kegiatan penelitian
baik sanad maupun matan menjadi sangat penting.
.emikianlah faktor-faktor yang melatarbelakangi pentingnya ilmu tentang jarh wa al-tadil,
dengan semata-mata untuk menjaga otentisitas serta kualitas hadis, sehingga bisa menambah
keimanan serta menghilangkan keraguan-keraguan yang sering dilontarkan oleh para inkar al-
Sunnah.
\ \ \
Met+de "la!a dala! Jarh wa tadil
Secara umum, keadaan periayat dapat dibagi kepada siqah dan yang tidak siqah. .alam
menyampaikan riayat, periayat yang siqah memiliki tingkat akurasi yang tinggi dan
karenanya dapat dipercaya riayatnya. >agi periayat yang tidak siqah, perlu terlebih dahulu
diteliti letak ketidak-siqah-annya, yakni apakah berkaitan dengan kualitas pribadinya atau
berkaitan dengan kapasitas intektualnya. 'ang pasti, riayat yang disampaikan oleh orang-orang
yang tidak siqah, dari segi akurasinya berada di baah riayat yang disampaikan oleh periayat
yang siqah. [$1]
.alam hubungannya dengan persambungan sanad, kualitas periayat sangat menentukan.
-eriayat yang tidak siqah yang menyatakan telah menerima riayat dengan metode samina,
misalnya, alaupun metode itu diakui ulama hadis memiliki tingkat akurasi yang tinggi, tetapi
karena yang menyampaikan itu adalah orang yang tidak siqah, maka informasi yang
dikemukakannya itu tetap tidak dapat dipercaya. Sebaliknya, apabila yang menyatakan sami&na
adalah orang yang siqah, maka informasinya dapat dipercaya. Selain itu, ada periayat yang
dinilai siqah oleh ulama ahli kritik hadis, namun dengan syarat bila dia menggunakan lambang
periayatan haddasani atau samitu, maka sanadnya bersambung. ;etapi bila menggunakan
selain kedua lambang tersebut, maka sanadnya terdapat tadlis (menyembunyikan cacat*.
-eriayat yang siqah yang bersyarat itu misalnya, Abdul #alik bin Abdul A+i+ bin Buraij, yang
dikenal dengan ibn Buraij (1. 1,:41/2 3*. [$"]
.engan uraian tersebut dapatlah dinyatakan baha untuk mengetahui bersambung atau tidaknya
suatu sanad, maka hubungan antara periayat dan metode periayatan yang digunakan perlu
juga diteliti. !arena tadlis masih mungkin terjadi pada sanad yang dikemukakan oleh periayat
yang siqah, maka ke-siqah-an periayatan perlu dilakukan penelitian secara cermat.
Sekiranya suatu sanad hadis yang telah diteliti telah memberikan petunjuk yang meyakinkan
baha seluruh sanad yang terdapat dalam sanad itu siqah dan sanadnya benar-benar
bersambung, maka tidak ada alasan untuk menolak baha kualitas sanad hadis tersebut sahih.
<amun pada kenyataannya, ada sanad hadis yang tampak berkualitas sahih dan setelah diteliti
kembali dengan lebih cermat lagi, misalnya dengan membanding-bandingkan semua sanad
untuk matan yang semakna, hasil penelitian akhir menunjukkan baha hadis yang bersangkutan
mengandung kejanggalan (sya2* ataupun cacat (illat*.
3al itu terjadi sesungguhnya bukan karena terdapat kelemahan pada kaidah kesahihan sanad
yang dijadikan sebagai acuan, melainkan telah terjadi kesalahan langkah metodologis dalam
penelitian. #ungkin saja sanad yang menggunakan lambang an atau anna, atau qala tidak
diteliti secara cermat dan setelah diteliti kembali, ternyata di balik lambang-lambang itu terdapat
tadlis (menyembunyikan sanad*. .engan demikian dapat ditegaskan baha kegiatan penelitian
sanad masih belum dinyatakan selesai bila penelitian tentang kemungkinan adanya sya2 dan
illat belum dilaksanakan dengan cermat. -enelitian terhadap kedua hal tersebut memang
termasuk lebih sulit bila dibandingkan dengan penelitian terhadap keadaan para periayat dan
persambungan sanad hadis secara umum.
A. Pandangan "la!a tentang De,inisi syaz dan illat.
.i antara pendapat ulama tentang sya2 adalah )
1. 3adis yang diriayatkan oleh orang yang siqah, tetapi riayatnya bertentangan dengan
periayat yang dikemukakan oleh orang banyak periayat yang sama-sama siqah.
-endapat ini dikemukakan oleh imam Syafi&i.
". 3adis yang diriayatkan oleh orang yang siqah, tetapi orang-orang yang siqah lainnya
tidak meriayatkan hadis itu. -endapat ini dikemukakan oleh al-3akim al-<aisaburi.
$. 3adis yang sanadnya hanya satu buah saja, baik periayatnya bersifat siqah atau tidak.
-endapat ini dikemukakan Abu 'a&la al-!halili.
.ari ketiga pendapat itu, maka pendapat Syafi&i lebih banyak di pakai oleh ulama ahli hadis
sampai saat ini. >erdasarkan pendapat Syafi&i tersebut, maka dapat ditegaskan baha
kemungkinan suatu sanad menggandung sya2 bila sanad yang diteliti lebih dari satu buah. 3adis
yang hanya memiliki satu buah sanad saja tidak dikenal adanya kemungkinan mengandung syad.
Salah satu langkah penelitian yang sangat penting untuk meneliti kemungkinan adanya syad
suatu sanad hadis ialah dengan membanding-bandingkan semua sanad yang ada untuk matan
yang topik pembahasannya sama atau memiliki segi kesamaan.
?lama ahli hadis pada umumnya mengakui baha meneliti sya2 dan illat hadis tidaklah mudah.
Sebagian ulama menyatakan)
1. -enelitian tentang sya2 dan illat hadis hanya dapat di lakukan oleh mereka yang
mendalam pengetahuan hadis mereka dan telah terbiasa melakukan penelitian hadis.
". -enelitian terhadap sya2 hadis lebih sulit daripada penelitian terhadap illat hadis. [$$]
Laan untuk hadis sya2 (hadis yang mengandung sya2* adalah hadis mahfu2. .alam hubungan
ini perlu dijelaskan baha dalam ilmu hadis ada juga dikenal istilah hadis sya2, tetapi yang
dimaksudkan bukanlah hadis yang laannya hadis mahfu2. [$,] 3adis sya2 yang bukan laan
dari hadis mahfu2 itu adalah hadis yang periayatnya ada yang memiliki hafalan yang buruk
(suu al-hif2* secara tetap. [$/]
illat yang disebutkan dalam salah satu unsur kaidah kesahihan sanad hadis ialah illat yang
mengetahuinya diperlukan penelitian yang lebih cermat. Sebab hadis yang bersangkutan tampak
sanadnya berkualitas sahih. ara penelitiannya antara lain dengan membanding-bandingkannya
dengan semua sanad yang ada untuk matan yang isinya semakna. ?lama ahli kritik hadis
mengakui baha penelitian illat hadis yang disinggung oleh salah satu unsur kesahihan sanad
hadis itu sulit dilakukan. Sebagian dari ulama tersebut menyatakan baha untuk meneliti illat
hadis, diperlukan intuisi (ilham*. -ernyataan itu dikemukakan oleh Abdurrahman bin #ahdi
yang mampu melakukan penelitian illat hadis adalah orang yang cerdas, memiliki hafalan hadis
yang banyak, faham hadis yang dihafalnya, berpengetahuan yang mendalam tentang tingkat
kedhabitan para periayat hadis, serta ahli di bidang sanad dan matan hadis.
'ang dijadikan acuan utama dalam meneliti illat adalah hafalan, pemahaman, dan pengetahuan
yang luas tentang hadis. -ernyataan butir ketiga ini dikemukakan oleh al-3akim al-<aisaburi.
!emampuan seseorang untuk menilai illat hadis ibarat kemampuan seorang ahli peneliti
keaslian uang logam yang dengan mendengarkan lentingan bunyi uang logam yang ditelitinya,
dia dapat menentukan asli dan tidak aslinya uang tersebut.
!arena penelitian illat hadis yang disinggung oleh salah satu unsur kaidah kesahihan sanad
hadis itu sulit dilakukan, maka 0bnul-#adini dan al-!hatib al->agdadi memberi petunjuk baha
untuk meneliti illat hadis, maka langkah-langkah yang perlu ditempuh ialah)
1. Seluruh sanad hadis untuk matan yang semakna dihimpunkan dan diteliti, bila hadis yang
bersangkutan memang memiliki mutabi ataupun syahid.
". Seluruh periayat dalam berbagai sanad diteliti berdasarkan kritik yang telah
dikemukakan oleh para ahli kritik hadis. [$9]
Sesudah itu, lalu sanad yang satu diperbandingkan dengan sanad yang lain. >erdasarkan
ketinggian pengetahuan ilmu hadis yang telah dimiliki oleh peneliti hadis tersebut, maka akan
dapat ditemukan, apakah sanad hadis yang bersangkutan mengandung illat ataukah tidak.
#enurut penjelasan ulama ahli kritik hadis, illat hadis pada umumnya dapat dilihat pada)
1. Sanad yang tampak bersambung muttasil dan marfu (bersandar pada <abi*, tetapi pada
kenyataannya mauquf (bersandar pada sahabat* alaupun sanadnya dalam keadaan
muttasil.
". Sanad yang tampak muttasil dan marfu, tetapi kenyataannya mursal (bersandar kepada
tabi* alaupun sanad dalam keadaan muttasil.
$. .alam hadis itu telah terjadi kerancuan karena bercampur dengan hadis yang lain.
,. .alam sanad hadis itu telah terjadi kekeliruan penyebutan nama periayat yang memiliki
kemiripan atau kesamaan dengan periayat lain yang kualitasnya berbeda.
1alaupun kegiatan meneliti illat hadis dinyatakan sangat sulit, namun karena sejumlah ulama
telah menulis kitab berkaitan dengan masalah illat hadis, maka kegiatan meneliti illat hadis
tersebut masih dapat dinyatakan relatif lebih mudah dari pada meneliti sya2 hadis. ?lama ahli
hadis mengakui baha kitab yang khusus membahas sya2 hadis belum pernah ada yang
menyusunnya.
$# $eerapa Ketentuan dala! Jarh wa Tadil
.alam kitab 0lmu Al Jarh a At /adil, aa&iduhu a Aimmatuhu, Abdul #ahdi bin Abdul
adir bin Abdul 3adi, menetapkan beberapa ketentuan dalam melakukan jarh dan tadil, yaitu)
[$5]
Jarh ditujukan untuk perai atau yang lainnya, maka jangan menjarh mereka kecuali bila
ada manfaatnya.
#enjarh untuk kemaslahatan dan nasehat, bukan karena senang menampakkan cacat dan
kekurangan orang lain, atau karena haa nafsu.
Seorang harus berpegang teguh dengan apa yang ia katakan.
#enjarh sesuai dengan kebutuhan.
>ila dalam biografi seorang perai terkumpul pada dirinya antara jarh dan tadil
hendaknya ia menyebutkan keduanya secara bersamaan.
%# Met+de dala! Jarh wa al&Tadil
>eberapa metode yang ditetapkan ulama dalam menjelaskan keadaan para periayat, baik dalam
keadaan cacat maupun dalam keadaan siQah. .i antaranya adalah)
1. Bujur dan bersih dalam memberikan penilaian. .alam hal ini ulama menyebutkan sifat-
sifat yang melekat pada diri periayat, baik positif maupun negatif. .alam hal ini 0bnu
Sirin berkata, dlalamta akhaka i+a +akarta masa&ahu a lam ta+kur mahasinahu.
7Sungguh engkau telah berbuat +alim atas saudaramu, jika engkau hanya menyebutkan
kekurangan-kekurangannya saja tanpa menyertakan kelebihannya. #enerapkan sifat
amanah tanpa melibatkan idiologi tertentu sangat dianjurkan dalam menjelaskan
kebenaran, meskipun untuk menilai diri sendiri. 3al ini bisa menambah keimanan dan
keistiQamahan seseorang. ;erkait dengan keadaan ini. Syu&bah bin 3ajjaj telah
meriayatkan sebuah hadis) faqila lahu. innaka tukhalifu fi ha2a al-hadis qala man
yukhalifuni 3 qalu Sufyan al-Sauri. 4ala dauhu, Sufyan ahfa2u mini. .ikatakan baha
Syu&bah bin 3ajjaj meriayatkan hadis yang berbeda dengan periayatan Sufyan al-
Sauri, kemudian Syu&bah mengakui kelebihan Sufyan al-Sauri, dan mengakui
kekurangan yang ada pada pribadinya. Syu&bah memuji Sufyan dengan mengatakan lebih
hafi+ dari dirinya.
". .etail dan cermat dalam meneliti dan menilai. Seorang penilai harus cermat dan detail
dalam melihat kepribadian seseorang. .etail dalam melihat kedalaman pengetahuan
mereka tentang periayatan hadis. Seorang periayat kadang meriayatkan hadis pada
saat daya ingatnya sedang kacau, misalnya karena umurnya sudah lanjut atau dalam
keadaan sakit.
$. #emperhatikan etika dalam jarh. ?lama telah menetapkan beberapa kode etik sesuai
dengan penelitian ilmiah yang harus diperhatikan oleh seorang penilai. .i antaranya
adalah menghindari ungkapan yang paling kasar, misalnya 7fulan adhdha&, fulan
ka++ab8, untuk menghindari ungkapan-ungkapan seperti itu bisa memakai kalimat-
kalimat yang halus dan sopan, misalnya 7hadisuhu laisa bisyai&, lam yakun mustaQim al-
lisan8, 7dia tidak bisa menjaga lisannya8. ?ngkapan itu sama artinya dengan dia suka
berbohong. .alam hal ini, al-#u+ni pernah bercerita) samiani al-Syafi5 yauman wa ana
aqulu fulanun ka22ab, faqala li . ya 5brahim, $ksu alfa2aka ahsanuha, la taqul ka22ab,
wa lakin qul hadisahu laisa bisyaiin. .ll.
,. #engharuskan untuk menyebutkan sebab-sebab kecacatan atau kelemahan periayat.
.alam melakukan tadil, ulama tidak mengharuskan menyebutkan sebab-sebab
keadilannya, mengingat sebab-sebab dalam tadil sangat banyak. #isalnya, 7fulan siQah
adil karena ia rajin melakukan salat, menjalankan puasa, mengerjakan amalan-amalan
sunnah dan tidak pernah menyakiti orang lain8. ;etapi cukup menyebutkan dengan 7fulan
sabat siQah, atau fulan saduQ8. >erbeda dengan jarh, pada umumnya mereka menjelaskan
sebab-sebab yang melemahkanya, misalnya sering lupa, sering salah, hafalannya kacau,
dusta, fasik, dll. [$6]
D# Apakah Tadil Harus Diterangkan Seanya-
.alam hal ini para ulama& berbeda pendapat. .i antaranya yaitu)
1. Sebagian para imam berpendapat, harus menyebutkan sebab-sebab keadilannya. Adapun
alasannya ada dua)
1. !arena kadang seseorang memberikan rekomendasi keadilan tidak sesuai dengan
sebab yang menjadikan seseorang adil. Sebagaimana yang dikatakan kepada
Ahmad bin 'unus) 7Abdullah bin Al %Amari dha&if, maka dia berkata)
7Sesungguhnya yang mendha&ifkannya hanyalah orang-orang @afidhah yang
marah kepada bapaknya. Seandainya kalian melihat jenggot dan keadaannya
maka Anda akan mengetahui baha ia seorang yang tsiQah. 7
". Sesungguhnya sebab-sebab tersebut mempunyai peran sangat besar terhadap
keadilan seseorang, maka manusia cepat memujinya dengan melihatnya secara
d+ahir.
". Sebagian yang lain tidak mengharuskan penyebutan sebab keadilan. Adapun alasannya
ada dua)
1. 0jma& umat, baha tadil tidak diambil kecuali dari perkataan orang yang adil
pula, yang mengetahui segala sesuatu yang menjadikan seseorang adil atau jarh.
". Sesungguhnya sebab-sebab keadilan sangat banyak sekali. >ila diharuskan
menyebutkannya, maka pentadil harus menyebutkan setiap perbuatan baik yang
dilakukan orang yang ditadilnya yang sesuai dengan syar&0 maupun yang
bertentangan dengan syar&i, sehingga ini sangat sulit untuk menyebutkannya.
?lama& yang berpendapat ini diantaranya 0mam An <aai, #ahmud Al-
;hahhan, Abdul #ahdi bin Abdul adir bin Abdul 3adi. -endapat yang kedua
inilah yang paling banyak dipakai.
(# Apakah Jarh Harus Diterangkan Seanya-
.alam hal ini ulama berpendapat, sebagian ulama tidak mengharuskan menjelaskan jarh selama
syarat-syarat sebagai Jarih telah terpenuhi. Sedangkan sebagian yang lain mengharuskan
menjelaskan sebab-sebab jarh. .i antara alasannya)
1. #enjelaskan sebab-sebab jarh tidak sulit, karena dengan satu sebab sudah cukup.
". !ebanyakan manusia menyelisihi perbuatan yang menjadikan seseorang dijarh. 'ang
sependapat dengan pendapat ini diantaranya 0mam An <aai, #ahmud Ath ;hahhan,
0bnu Ash Shalah dan yang lainnya.
\ \ \
Syarat&Syarat Muaddil dan Jarih
?lama yang ahli di bidang kritik para periayat hadis disebut sebagai al-Jarih wa al-*uaddil.
Bumlah mereka relatif tidak banyak. Sebab syarat-syarat untuk menjadi seorang kritikus dan
diakui sebagai kritikus hadis memang tidak ringan. [$:] ?lama telah menetapkan syarat-syarat
bagi seseorang sebagai Jarih dan *uaddil.
A# Syarat&syarat Muaddil
Selain itu, para ulama juga menetapkan syarat-syarat khusus yang harus dipenuhi oleh seorang
Jarih dan *uaddil. .i antara syarat-syarat sebagai *uaddil adalah sebagai berikut)
*uaddil harus seorang yang adil, yaitu, muslim, baligh, berakal, dan selamat dari sebab-
sebab kefasikan dan dari perangai yang buruk.
*uaddil harus bersungguh-sungguh dalam mencari dan mempelajari keadaan para
perai.
0a harus mengetahui sebab-sebab yang menjadikan seorang perai adil atau jarh (cacat*.
.an tidak menghukumi kecuali telah pasti kebenaran sebab-sebab tersebut.
;idak taashub terhadap orang yang ditadilnya, sehingga ia akan mantadil dan menjarh
dikarenakan ashabiyah mad2hab atau negara.
$# Tingkatan&tingkatan dala! Jarh wa tadil
>erdasarkan hasil penelitian ulama ahli kritik hadis, ternyata keadaan para periayat hadis
bermacam-macam. Sesuai dengan keadaan para periayat itu, maka ulama ahli kritik hadis
menyusun peringkat para periayat di lihat dari kualitas pribadi dan kapasitas intelektual
mereka. !eadaan para periayat yang bermacam-macam itu dibedakan dalam ilmu jarh wa
tadil. ?rut-urutan lafa+ itu dikenal dengan sebutan maratib al- alfa2 al-jarh wa tadil (peringkat
lafa+-lafa+ ketercelaan dan keterpujian*. [,2]
Bumlah peringkat yang berlaku untuk jarh wa tadil tidak disepakati oleh ulama ahli hadis.
Sebagian ulama ada yang membaginya menjadi empat peringkat untuk al-jarh dan empat
peringkat untuk al-tadil, sebagian ulama ada yang membaginya menjadi lima peringkat untuk
al-jarh dan untuk al-tadil. .an sebagian ulama lagi ada yang membaginya masing-masing
(yakni untuk jarh dan tadil* kepada enam peringkat.
%# Tingkatan&tingkatan seagai Muaddil
.alam tingkatan tingkatan *uaddil, dikenal istilah-istilah sebagai berikut)
1. #utasahil dalam tadil (terlalu mudah memberi rekomendasi keadilan*. #aka tingkat
yang pertama ini tidak diterima bila ia memberikan rekomendasi siQah kepada seseorang,
kecuali bila ia benar-benar mengetahui secara pasti. .iantara ulama& yang mutasahil
dalam tadil, yaitu 0mam #uhammad bin 0shaQ bin Al 3u+aimah dan muridnya, Abu
3atim bin 0bnu 3ibban juga 0bnu 3ibban Al 3akim 0bnu Abdullah, terutama dalam kitab
Al #ustadark-nya, Al-.aruQuthni, namun beliau lebih baik dari 0bnu 3ibban dan Al
>aihaQi.
". #utasyadid (terlalu ketat dalam memberikan rekomendasi adil kepada seorang perai*.
?ntuk yang kedua ini tadilnya dipegang erat-erat, apalagi terhadap perai yang
diperselisihkan. .iantara para ulama& yang mutasyadid adalah Abu 3atim Ar @a+i, Al-
Burjani dan An <asa&i. 0bnu #a&in juga dikatakan sebagai mutasyadid.
$. #u&tadil (sikap pertengahan*. ?ntuk tingkatan yang ketiga, perkataan diterima, dan tidak
ditolak kecuali bila menyelisihi jumhur. ?lama& yang termasuk mu&tadil adalah 0mam
Ahmad bin 3anbal, Abu Sur&ah Ar @a+i, 0bnu #a&in, Asy Syaikhani dan At ;irmid+i.
[,1]
D# La,a.&la,a. dala! Tadil/012
0bnu Abi 3atim dalam bagian pendahuluan kitabnya Al Jarh wa $t /adil menetapkan lafa+-lafa+
dalam jarh wa tadil menjadi empat tingkatan, sedangkan para ulama lainnya menambah dua
point menjadi enam, di antaranya adalah)
1. Lafa+ menggunakan bentuk superlati=e (mubalaghah* dalam ketsiQahan atau mengikuti
a+an afal. , contoh) "ulanun $sbata $n ,as (iulan adalah manusia yang paling teguh*,
fulan ilaihi $l *untaha fi $t /atsabut (fulan yang paling tinggi keteguhannya* dan
lainnya.
". Lafa+ yang menyebutkan salah satu sifat atau dua sifat yang menguatkan ketsiQahannya
dan keadilan contoh) tsiqah tsiqah, atau tsiqah tsabit.
$. ?ngkapan yang menunjukkan ketsiQahan tanpa adanya penguat contoh. /siqah, tsabat,
mutqin.
,. Lafa+ yang menunjukkan tadil tanpa adanya isyarat akan kekuatan hafalan dan
ketelitian, contoh) shaduquna (orang yang jujur*, mamun (terpercaya* laa basa bih
(tidak masalah atau tidak ada cacat*.
/. Lafa+ yang tidak menunjukan ketsiQahan atau pun celaan ontoh "ulanun Syaikhun,
rawiya anhu $n ,as (manusia meriayatkan darinya*.
9. Lafa+ yang mendekati adanya jarh contoh) fulan shalih hadis (lumayan* atau yuktabu
hadisuhu (hadisnya dicatat*.
!arena terjadi perbedaan peringkat, maka ada lafa+ yang sama untuk peringkat al-jarh dan tadil,
tetapi memiliki peringkat yang berbeda. Lafa+ saduq, misalnya, ada ulama yang
menempatkannya pada peringkat kedua dalam urutan al-tadil dan ada ulama yang
menempatkannya pada urutan keempat. Adanya perbedaan dalam menempatkan peringkat lafa+,
untuk jarh wa tadil itu memberi petunjuk baha memahami tingkat kualitas yang dimaksudkan
oleh lafa+ jarh wa tadil diperlukan penelitian misalnya dengan menghubungkan penggunaan
lafa+ itu kepada ulama yang memakainya.
?ntuk memperoleh gambaran lebih jelas tentang macam-macam lafa+ untuk jarh wa tadil
beserta peringkatnya masing-masing, perlu dipelajari lebih mendalam kitab-kitab yang
membahas al-jarh wa tadil.
1. (# Huku! Tingkatan&tingkatan Tadil/032
". ?ntuk tiga tingkatan pertama, dapat dijadikan hujjah, meskipun sebagian mereka lebih
kuat dari sebagian yang lain.
$. Adapun tingkatan keempat dan kelima, tidak bisa dijadikan hujjah. ;etapi hadis mereka
boleh ditulis, dan diuji kedlabithan mereka dengan membandingkan hadis mereka dengan
hadis-hadis para tsiQah yang dlabith. Bika sesuai dengan hadis mereka, maka bisa
dijadikan hujjah. .an jika tidak sesuai, maka ditolak.
,. Sedangkan untuk tingkatan keenam, tidak bisa dijadikan hujjah. ;etapi hadis mereka
ditulis untuk dijadikan sebagai pertimbangan saja, bukan untuk pengujian, karena mereka
tidak dlabith.
4# Syarat&syarat Jarih
Selain beberapa ketentuan yang harus diperhatikan oleh Jarih dan *uaddil secara umum, ulama
juga menetapkan beberapa syarat khusus sebagai Jarih, yaitu)
1. Jarih harus seorang yang adil, agar ia menahan dan berhati-hati dari menuduh seseorang
dengan kebatilan.
". .ia harus mencurahkan perhatiannya untuk mempelajari dan mengetahui keadaan
perai.
$. #engetahui sebab-sebab jarh.
,. ;idak taashub.
5# Tingkatan&tingkatan seagai Jarih/002
.alam !itab /aisir 6lum $l Hadis li $l *udtadiin, Amru Abdul #un&im Salim, menyebutkan
tingkatan Jarih sebagaimana pada tingkatan *uaddil di atas, yaitu)
1. *utasyadid dalam menjarh, seperti Abu 3atim Ar @a+i dan Al Bau+ajani.
2. *usrifin (terlalu mudah* dalam menjarh, seperti Abu Al iath #uhammad bin Al 3usain
Al A+di.
3. *utadil dalam menjarh, seperti 0mam Ahmad bin 3anbal, Abu Sur&ah Ar @a+i, 0bnu
#a&in, Asy Syaikhani
H# La,a.&la,a. dala! Tajrih/062
1. Lafa+ yang menunjukan adanya kelemahan (yaitu jarh yang paling ringan*, contohnya
fulan layyinun $l Hadis, atau hadisuhu maqalun, (hadisnya diperbincangkan*.
". Lafa+ yang menunjukkan adanya kelemahan terhadap perai tidak dapat dijadikan
hujjah, contoh fulan laa yuhtaj bihi (fulan tidak bisa dijadikan hujjah*, atau dhaif, lahu
manakir (hadis nya munkar*.
$. Lafa+ yang menunjukan lemah sekali tidak dapat ditulis hadis nya, contoh ) fulan laa
yuktab hadis uhu (fulan hadis nya tidak ditulis*, laa tahillu riwayatahu (tidak boleh
meriayatkan darinya*, fulan dhaif jiddan, wahn bi marattin (orang yang sering
melakukan persangkaan*.
,. Lafa+ yang menunjukkan adanya tuduhan berbuat dusta atau pemalsuan hadis. 7ontoh
fulan muthamun bil kad2b (fulan dituduh berbuat dusta*, fulan muthamun bi $l 8adhi
(fulan dituduh membuat hadis palsu*, yasriqu $l Hadis (dia mencuri hadis*, matruk, atau
laisa bi tsiqah.
/. Lafa+ yang menunjukkan adanya perbuatan dusta atau yang semacamnya, contoh
kad2d2ab atau dajjal, wadha (pemalsu*.
9. Lafa+ yang menunjukkan adanya mubalaghah (superlatif* dalam perbuatan dusta, contoh
fulan paling pembohong, ilaihi al muntaha bi al kad2b (dia pangkalnya kedustaan* dan
lainnya.
I# Huku! Tingkatan&tingkatan Al&Jarh
1. ?ntuk dua tingkatan pertama tidak bisa dijadikan sebagai hujjah terhadap hadis mereka,
akan tetapi boleh ditulis untuk diperhatikan saja. .an tentunya orang untuk tingkatan
kedua lebih rendah kedudukannya daripada tingkatan pertama.
". Sedangkan empat tingkatan terakhir tidak boleh dijadikan sebagai hujjah, tidak boleh
ditulis, dan tidak dianggap sama sekali.
-enjelasan ulama tersebut dapat disimpulkan)
Syarat-syarat yang berkenaan dengan sifat pribadi, yakni bersifat adil, (sifat adil dalam hal ini
adalah menurut ulama ahli hadis*, yaitu tidak bersikap fanatik terhadap ma+hab yang dianutnya,
dan tidak bermusuhan dengan periayat yang dinilainya, termasuk terhadap periayat yang
berbeda aliran dengannya.
Syarat-syarat yang berhubungan dengan penguasaan pengetahuan, dalam hal ini harus memiliki
pengetahuan yang luas dan mendalam, terutama yang berkenaan dengan ajaran 0slam, bahasa
Arab, hadis dan ilmu hadis, pribadi periayat yang di kritiknya, adat istiadat (urf* yang berlaku,
sebab-sebab yang melatarbelakangi sifat-sifat utama dan tercela yang dimiliki oleh periayat.
.alam mengemukakan kritikan, sikap ulama, ahli kritik hadis ada yang ketat (tasyaddud*, ada
yang longgar (tasahhul*, ada pula yang berada antara kedua sifat itu yakni moderat (tawassut*.
?lama yang dikenal mutasyaddid atau mutasahhil ada yang berkaitan dengan sikap dalam
menilai kesahihan hadis dan ada yang berkaitan dengan sikap dalam menilai.
Adapun untuk menetapkan Jarh, ada dua unsur yang bisa dijadikan dasar, !rtama, melalui
kesaksian satu atau dua orang yang adil. Badi jarh ditetapkan cukup dengan kesaksian satu orang
yang adil, laki-laki atau perempuan, merdeka atau budak. -dua, melalui kemasyhuran di
kalangan ahli ilmu dengan jarh- (cacat* nya. >arang siapa yang terkenal di kalangan ahli ilmu
jarh (cacat* nya, maka ia majruh (orang yang dijarh*. >ahkan ini jarhnya lebih kuat dari pada
jarh dari kesaksian satu atau orang yang adil.
\ \ \
%ara Mengetahui Keadilan Periwayat
.iantara langkah untuk mendeteksi kualitas periayat (sanad* hadis adalah melakukan i&tibar.
Adapun yang dimaksud dengan i&tibar secara bahasa adalah peninjauan terhadap berbagai hal
dengan maksud untuk dapat diketahui sesuatunya yang sejenis. [,9] #enurut istilah ilmu hadis,
0&tibar berarti menyertakan sanad-sanad yang lain untuk suatu hadis tertentu, yang hadis itu pada
bagian sanadnya tampak hanya terdapat seorang periayat saja. .an dengan menyertakan
sanad-sanad yang lain tersebut akan dapat diketahui apakah ada periayat yang lain ataukah
tidak ada bagian sanad dari sanad hadis yang dimaksud. [,5]
.engan melakukan i&tibar, maka akan terlihat dengan jelas seluruh jalur sanad hadis yang
diteliti, demikian juga nama-nama periayatnya, dan metode periayatan yang digunakan oleh
masing-masing periayat yang bersangkutan. Badi kegunaan i&tibar adalah untuk mengetahui
keadaan sanad hadis seluruhnya dilihat dari ada atau adanya pendukung (%orroboration* berupa
periayat yang berstatus sebagai mutabi atau syahid. *utabi (biasa juga disebut tabi* adalah
periayat yang berstatus pendukung pada periayat yang bukan sahabat. Sedangkan syahid
ialah periayat yang berstatus pendukung yang berkedudukan sebagai sahabat. #elalui 0&tibar
akan dapat diketahui apakah ada periayat yang lain ataukah tidak ada untuk bagian sanad dari
sanad hadis diteliti memiliki mutabi dan syahid ataukah tidak.
A# Meneliti Priadi Periwayat dan Met+de Periwayatannya#
?ntuk meneliti hadis, diperlukan acuan. Acuan yang diperlukan adalah kaidah kesahihan hadis
bila ternyata hadis yang diteliti bukanlah hadis mutawatir.
>enih-benih kaidah kesahihan hadis telah muncul pada masa <abi dan sahabat. 0mam Syafi&i
(1. "2, 346"2 #*, 0mam >ukhari, 0mam #uslim, dan lain-lain telah memperjelas benih-benih
kaidah itu dan menerapkannya pada hadis-hadis yang mereka teliti dan mereka riayatkan.
!emudian ulama berikutnya menyempurnakan benih-benih kaidah itu ke dalam rumusan kaidah
yang selanjutnya kaidah itu berlaku sampai sekarang.
Salah seorang ulama hadis yang berhasil menyusun rumusan kaidah kesahihan hadis tersebut
adalah abu &Amr &?sman bin &Abdir-@ahman bin al-Salah asy-Syahra+uri, yang biasa disebut
sebagai 0bnus-Salah (1. /55 341",/ #*. @umusan yang dikemukakannya sebagai berikut)
#$da!un hadis sahih ialah hadis yang brsambung sanad nya &sam!ai k!ada ,abi',
diriwayatkan olh &!riwayat' yang adil dan dabit sam!ai akhir sanad, &di dalam hadis itu'
tidak trda!at kjanggalan &syu2u2' dan %a%at &illat' ).
.ari definisi itu dapatlah dikemukakan baha unsur-unsur kaidah kesahihan hadis adalah
sebagai berikut)
1. Sanad hadis yang bersangkutan harus bersambung mulai dari mukharrij-nya sampai
kepada <abi
2. 9. Seluruh periayat dalam hadis itu harus bersifat adil dan dabit0
3. 3adis itu, jadi sanad dan matan-nya, harus terhindar dari kejanggalan (syu2u2* dan cacat
(illat*. [,6]
.ari ketiga butir tersebut dapat diuraikan menjadi tujuh butir, yakni yang lima butir berhubungan
dengan sanad dan yang dua butir berhubungan dengan matan. >erikut ini dikemukakan uraian
butir-butir dimaksud.
1. 'ang berhubungan dengan sanad) (a* sanad bersambung (b* periayat bersifat adil (c*
periayat bersifat dabit (d* terhindar dari kejanggalan (syu2u2* dan (e* terhindar dari
cacat (illat*.
". 'ang berhubungan dengan matan) (1* terhindar dari kejanggalan (syu2u2* dan ("*
terhindar dari cacat (illat*.
#uhyiddin Abu Sakariya 'ahya bin Syaraf an-<aai, yang dikenal dengan sebutan an-
<aai (1. 959 341"55 #*, seorang ulama hadis terkenal yang sebagian karya-karya tulisnya
sampai saat ini masih menjadi bahan kajian umat 0slam, telah mengajukan rumusan kaidah
kesahihan hadis dengan unsur-unsur sebagaimana yang telah dikemukakan oleh 0bnus-Salah
tersebut. An-<aai mengajukan rumusan setelah dia membanding-bandingkan dan
menyimpulkan rumusan yang yang diajukan oleh berbagai ulama hadis, termasuk yang telah
dikemukakan oleh imam an-<aai ) 3adis sahih ialah hadis yang bersambung sanad-nya, (di
riayatkan oleh orang-orang yang* adil dan dabit, serta tidak terdapat (dalam hadis itu*
kejanggalan (syu+u+* dan cacat (illat*.
.ari rumusan definisi hadis sahih yang dikemukakan oleh an-<aai itu tampak jelas baha
unsur-unsur kaidah kesahihan hadis ada tujuh macam, lima macam berhubungan dengan sanad
dan dua macam berhubungan dengan matan. Bumhur ulama hadis pada +aman berikutnya,
bahkan sampai saat ini menyebutkan unsur-unsur kaidah kesahihan hadis sama dengan yang
telah disebutkan di atas.
.engan mengacu pada unsur-unsur kaidah kesahihan hadis tersebut, maka ulama menilai baha
hadis yang memenuhi semua unsur itu dinyatakan sebagai hadis sahih, yakni sahih sanad dan
matan. Apabila sebagian unsur tidak terpenuhi, maka hadis yang bersangkutan bukanlah hadis
sahih, yakni mungkin sanadnya tidak sahih, mungkin matannya, dan mungkin kedua-duanya.
.alam hubungannya dengan penelitian sanad, maka unsur-unsur kaidah kesahihan yang berlaku
untuk sanad dijadikan sebagai acuan. ?nsur-unsur itu ada yang berhubungan dengan atau
persambungan sanad dan ada yang berhubungan dengan keadaan pribadi para periayat.
$# Segi&segi Priadi Periwayat#
?lama hadis sepakat baha ada dua hal yang harus diteliti pada diri pribadi periayat hadis
untuk dapat diketahui apakah riayat hadis yang dikemukakannya dapat diterima sebagai hujjah
ataukah harus ditolak. !edua hal tersebut adalah keadilan dan kedhabitan. !eadilan
berhubungan dengan kualitas pribadi, sedang kedhabitan berhubungan dengan kapasitas
intelektual. Apabila kedua hal itu dimiliki oleh periayat hadis, maka periayat tersebut
dinyatakan bersifat siqah. Siqah adalah gabungan dari sifat adil dan dhabit. [,:] ?ntuk sifat adil
dan dhabit, masing-masing memiliki kriteria tersendiri.
%# Kualitas Priadi Periwayat#
Sebagaimana telah dikemukakan baha kualitas pribadi periayat haruslah adil. !ata adil dalam
hal ini tidak sepenuhnya sama artinya dengan kata adil menurut bahasa 0ndonesia. .alam kamus
?mum bahasa 0ndonesia dinyatakan baha kata adil berarti tidak berat sebelah (tidak memihak*,
tidak seenang-enang. [/2]
!ata adil berasal dari bahasa Arab) adl. Arti adl menurut bahasa ialah lurus, atau condong
kepada kebenaran. [/1]
.alam memberikan pengertian istilah adil yang berlaku dalam ilmu hadis, terdapat beberapa
pendapat yang mengarah pada empat butir. !riteria tersebut adalah beragama 0slam, mukallaf,
melaksanakan ketentuan agama, dan memelihara muruah. [/"]
>eragama 0slam menjadi salah satu kriterium keadilan periayat apabila periayat yang
bersangkutan melakukan kegiatan menyampaikan riayat hadis. ?ntuk kegiatan menerima
hadis, kriterium tersebut tidak berlaku. Badi, periayat tatkala menerima riayat boleh saja tidak
dalam keadaan memeluk agama 0slam, asalkan saja tatkala menyampaikan riayat, dia telah
beragama 0slam.
*ukallaf adalah balig dan berakal sehat, merupakan salah satu kriterium yang harus dipenuhi
oleh seorang periayat tatkala dia menyampaikan hadis. ?ntuk kegiatan penerimaan riayat,
periayat terseut dapat saja masih belum mukallaf, asalkan saja dia telah mumayyi2 (dapat
memahami maksud pembicaraan dan dapat membedakan antara hal yang baik dan tidak*. Badi,
seorang anak yang menerima riayat, kemudian setelah mukallaf, riayat itu disampaikan
kepada orang lain, maka penyampaian riayat tersebut telah memenuhi salah satu kriterium
kesahihan sanad hadis. [/$]
;entang kriterium 8melaksanakan ketentuan agama8, yang dimaksudkan adalah teguh dalam
agama, tidak berbuat dosa besar, tidak berbuat bid&ah, tidak berbuat maksiat dan harus berakhlak
mulia. [/,] ?raian tentang 8melaksanakan ketentuan agama8, tersebut memang ada yang
o:rla!, hal itu sebagai akibat dari penggabungan pendapat berbagai ulama tentang apa yang
dimaksud dengan periayat yang bersifat adil. [//]
Adapun memelihara muruah, jumhur ulama sepakat untuk menjadikannya sebagai salah satu
kriteria sifat adil. Arti muruah ialah kesopanan pribadi yang membaa diri manusia pada
tegaknya kebajikan moral dan kebiasaan-kebiasaan. 3al itu dapat diketahui melalui adat istiadat
yang berlaku di masing-masing tempat. ontoh-contoh yang dikemukakan ulama tentang
perilaku yang merusak atau mengurangi muruah antara lain ialah ) makan di jalanan, buang air
kecil di jalanan, makan di pasar yang dilihat oleh orang banyak, memarahi isteri atau anggota
keluarga dengan kata-kata kotor, dan bergaul dengan orang berperilaku buruk. [/9] >ila
periayat tidak memelihara muruah, maka dia tidak tergolong sebagai periayat yang adil dan
karenanya, riayatnya tidak dapat diterima sebagai hujjah.
>erdasarkan kriteria sifat adil yang telah dikemukakan di atas, maka hadis yang diriayatkan
oleh orang-orang yang suka berdusta, suka berbuat munkar atau sejenisnya, tidak bisa diterima
sebagai hujjah. >ila riayatnya dinyatakan juga sebagai hadis, maka hadisnya dianggap lemah
(dhaif*, yang oleh sebagian ulama dinyatakan sebagai hadis palsu (maudhu*. [/5]
D# Kapasitas Intelektual Periwayat#
0ntelektual periayat harus memenuhi kapasitas tertentu sehingga riayat hadis yang
disampaikannya dapat memenuhi salah satu unsur hadis yang berkualitas sahih. -eriayat yang
kapasitas intelektualnya memenuhi syarat kesahihan sanad hadis disebut sebagai periayat yang
dhabit.
Secara harfiah, dhabit mempunyai beberapa arti, diantaranya) yang kokoh, yang kuat, yang ketat,
yang hafal dengan sempurna.
-engertian tersebut diserap dalam pengertian istilah dengan dihubungkan dengan kapasitas
intelektual. ?lama hadis memang berbeda pendapat dalam memberi pengertian istilah kata
dhabit, namun perbedaan itu dengan memberi rumusan sebagai berikut)
-eriayat yang bersifat dhabit adalah periayat yang hafal dengan sempurna hadis yang
diterimanya, dan mampu menyampaikan dengan baik hadis yang dihafalnya itu kepada orang
lain.
-eriayat yang bersifat dhabit adalah sifat selain yang telah disebutkan di atas, juga dia mampu
memahami dengan baik hadis yang dihafalnya itu. [/6]
@umusan tentang dhabit yang disebutkan pada butir kedua lebih sempurna dari pada rumusan
yang pertama. @umusan yang pertama merupakan kriteria sifat dhabit dalam arti yang lebih luas,
sedang rumusan yang kedua merupakan sifat dhabit khusus bagi periayat dhabit. Selain kedua
hal di atas, dikenal juga istilah khafif al-dhabt, istilah yang disebutkan terakhir itu bersifatkan
kepada periayat yang kualitas hadisnya digolongkan kepada hasan. [/:]
!etiga macam dhabit di atas oleh ulama hadis digolongkan pada dhabit sadr (arti harfiahnya)
dabt pada dada*. Selain dabt sadr, dikenal juga istilah dabt kitab, yakni sifat yang dimiliki oleh
periayat yang memahami dengan sangat baik tulisan hadis yang termuat dalam kitab yang ada
padanya dan tulisan dalam kitab itu mengandung kesalahan. [92]
!alau pada sifat adil ada perilaku atau keadaan yang bisa merusak berat, maka pada sifat dhabit
ada juga perilaku atau keadaan yang dapat merusak berat. #enurut 0bnu 3ajar al-&AsQalani,
perilaku atau keadaan yang dapat merusak berat kedabitan periayat ada / macam, yakni)
1. .alam meriayatkan hadis, lebih banyak salahnya daripada benarnya (fahusya
galatuhu*.
". Lebih menonjol sifat lupanya daripada hafalnya (ghafla anil itqan*.
$. @iayat yang disampaikan diduga keras mengandung kekeliruan (wahm*.
,. @iayatnya bertentangan dengan riayat yang disampaikan oleh orang-orang yang siqah
(mukhalafah anis siqah*.
/. Belek hafalannya, alaupun ada sebagian riayatnya itu yang benar, (suul hif+*. >utir-
butir yang disebutkan terdahulu lebih berat daripada yang disebutkan kemudian. 3adis
yang diriayatkan oleh periayat yang memiliki sebagian dari sifat-sifat tersebut dinilai
oleh ulama hadis sebagai hadis yang berkualitas lemah (dhaif*.
(# $agai!ana Mengetahui Kesi7ahan Periwayat-
"ntuk !engetahui kedhaitan periwayat8 dapat diketahui melalui kesesuaian riayatnya
dengan rai tsiQah yang cermat. Bika riayatnya itu lebih banyak yang sesuai dengan rai-rai
tsiQah, maka ia dlabith. .an hal itu tidak rusak meskipun ada sedikit riayatnya yang
menyelisihi mereka. <amun jika banyak dari riayatnya itu menyelisihi riayat rai-rai
tsiQah, maka ke-dlabith-annya bisa dibilang hilang, dan tidak bisa dijadikan hujjah.
Sedangkan untuk menetapkan keadilan periayat, dapat dilihat dengan hal-hal berikut)
1. -ersaksian seorang ulama baha ia seorang yang adil. #aka barangsiapa disaksikan
keadilannya maka ia seorang yang adil. -ara ulama& berbeda pendapat tentang jumlah
pentadil dikatakan cukup. Sebagian ulama& berpendapat penetapan keadilan seseorang
perai harus dua atau lebih. 0ni merupakan Qiyas dari persaksian hak seseorang. <amun
menurut jumhur ulama& penatapan keadilan seseorang perai cukup dengan satu
kesaksian seorang yang adil.
". .engan ketenaran dan kepopuleran keadilannya dikalangan ahli ilmu. >arangsiapa yang
masyhur keadilannya, banyak pujian atas ketsiQahan dan amanahnya dikalangan ahli
ilmu, maka sudah tidak membutuhkan penetapan adil secara sharih. .alam kitab ;adrib
Al @ai 0mam An <aai menyebutkan contoh, yaitu #alik bin Anas, dua orang yang
bernama As Sufyan (As Sufyan Ats ;sauri dan As Sufyan bin ?yainah*, Al %Au+a&0, Asy
Syafi&i dan Ahmad (bin 3anbal*. [91]
\ \ \
K+ntr+9ersi dala! Jarh Wa Tadil
!ritik terhadap para periayat hadis yang telah dikemukakan oleh ulama ahli kritik hadis itu
tidak hanya berkenaan dengan hal-hal yang terpuji saja, tetapi juga berkenaan dengan hal-hal
yang tercela. 3al-hal yang tercela dikemukakan bukanlah untuk menjelek-jelekkan mereka
melainkan untuk dijadikan pertimbangan dalam hubungannya dengan dapat diterima atau tidak
dapat diterima riayat hadis yang mereka sampaikan. ?lama ahli kritik hadis tetap menyadari
baha mengemukakan kejelekan seseorang dilarang oleh agama. ;etapi untuk kepentingan yang
lebih besar, yakni kepentingan penelitian hadis dalam hubungannya sebagai salah satu sumber
ajaran 0slam, maka kejelekan atau kekurangan pribadi periayat dalam kaitannya periayatan
hadis sangat perlu dikemukakan. !ejelekan atau kekurangan yang dikemukakan hanyalah
terbatas yang ada hubungannya dengan kepentingan penelitian periayatan hadis.
#etode yang dipakai ulama dalam melakukan jarh dan tadil sangat beragam. Adakalanya para
ulama sependapat dalam menilai pribadi periayat hadis tertentu dan adakalanya berbeda
pendapat. Selain itu, adakalanya seorang kritikus juga mempunyai penilaian yang berbeda
terhadap diri seseorang, misalnya pada suatu saat dia menilai dengan ungkapan laisa bihi bas,
tapi di lain kesempatan dia menilai da&if terhadap periayat yang sama. -adahal kedua ungkapan
itu memiliki pengertian dan peringkat yang berbeda. Sehingga dengan adanya metode yang telah
ditetapkan para ulama, diharapkan dapat dihasilkan penilaian yang lebih obyektif.
>erikut ini beberapa kaidah atau sebagai metode penyelesaian yang ditetapkan para ulama, jika
terjadi perbedaan penilaian atas diri seorang periayat. !aidah-kaidah ini juga perlu dijadikan
bahan oleh peneliti hadis ketika melakukan kegiatan penelitian, khususnya berkenaan dengan
penelitian para periayat hadis)[9"]
:# Al-Tadil Muqaddamun ala al-Jarhi (Tadil didahulukan atas jarh)
#aksudnya bila seorang periayat dinilai terpuji oleh seorang kritikus dan dinilai tercela oleh
kritikus lainnya, maka yang didahulukan adalah sifat baiknya. !arena sifat dasar periayat hadis
adalah terpuji, sedangkan sifat tercela merupakan sifat yang datang kemudian. #aka sifat yang
dominan adalah sifat terpuji.
1# Al-Jarhu Muqaddamun ala al-Tadil (Al-jarh didahulukan atas tadil;
#aksudnya bila seorang dinilai tercela oleh seorang kritikus dan dinilai terpuji oleh kritikus
lainnya, maka yang didahulukan adalah sifat yang dinilai celaan. Alasannya karena kritikus yang
menyatakan celaan lebih paham pribadi periayat yang dicelanya. !emudian yang menjadi
dasar untuk memuji seorang periayat adalah persangkaan baik dari pribadi kritikus hadis dan
persangkaan baik itu harus dikalahkan bila ternyata ada bukti tentang ketercelaan yang dimiliki
oleh periayat bersangkutan. !alangan ulama hadis, ulama fiQih, dan ulama usul fiQh banyak
yang menganut teori tersebut. .alam pada itu, banyak juga ulama kritikus hadis yang menuntut
pembuktian atau penjelasan yang menjadi latar belakang atas ketercelaan yang dikemukakan
terhadap periayat tersebut.
3. Iza Taaradha al-Jarihu wa al-Muaddilu fa al-humu li al-Muaddil illa iza su!ita al-
jarhu al-mufassar
#aksudnya, Apabila terjadi pertentangan antara kritikan yang memuji dan yang mencela, maka
yang harus dimenangkan adalah kritikan yang memuji, kecuali apabila kritikan yang mencela
disertai penjelasan tentang sebab-sebabnya.
.alam hal ini apabila seorang periayat dipuji oleh seorang kritikus tertentu dan dicela oleh
kritikus lainnya, maka pada dasarnya yang harus dimenangkan adalah kritikan yang memuji,
kecuali bila kritikan yang mencela menyertai penjelasan tentang bukti-bukti ketercelaan
periayat yang bersangkutan.
!ritikus yang mampu menjelaskan sebab-sebab ketercelaan periayat yang dinilainya lebih
mengetahui terhadap pribadi periayat tersebut daripada kritikus yang hanya mengemukakan
pujian terhadap periayat yang sama. Bumhur ulama mengatakan baha penjelasan ketercelaan
yang dikemukakan itu haruslah rele=an dengan upaya penelitian. !emudian bila kritikus yang
memuji telah mengetahui sebab-sebab ketercelaan periayat yang dinilainya itu dan dia
memandang baha sebab-sebab ketercelaan itu memang tidak rele=an ataupun tidak ada lagi,
maka kritikan yang memuji tersebut yang harus dipilih.
Iza "ana al-Jarihu dhaifan fala yuq!alu jarhuhu li al-siqqah <Apabila kritikus yang
mengungkapkan ketercelaan adalah orang-orang yang tergolong da&if, maka kritikannya terhadap
orang yang siqah tidak diterima*.
#aksudnya apabila yang mengkritik adalah orang yang tidak siqah, sedangkan yang dikritik
adalah orang yang siQas, maka kritikan orang yang tidak siqah itu ditolak. alasannya orang yang
bersifat siqah dikenal lebih berhati-hati dan lebih cermat daripada orang yang tidak siqah.
#a yuq!alu al-jarhu illa !ada al-tasa!!uti hasyah al-asy!ah fi al-majruhina <$l-jarh tidak
diterima kecuali setelah ditetapkan (diteliti secara cermat* dengan adanya kekhaatiran
terjadinya kesamaan tentang orang-orang yang dicelanya*.
#aksudnya apabila nama periayat mempunyai kesamaan atau kemiripan dengan nama
periayat lain, lalu salah satu dari periayat itu dikritik dengan celaan, maka kritikan itu tidak
dapat diterima, kecuali telah dapat dipastikan baha kritikan itu terhindar dari kekeliruan akibat
dari kesamaan atau kemiripan dari nama tersebut.
Suatu kritikan harus jelas sasarannya. .alam mengkritik pribadi seseorang, maka orang yang
dikritik haruslah jelas dan terhindar dari keraguan-keraguan atau kekacauan.
Al-jarhu al-$asyiu an adawatin dunyawiyyatin la yutaddu !ihi <$l-jarh yang dikemukakan
oleh orang yang mengalami permusuhan dalam masalah keduniaian tidak perlu diperhatikan*.
#aksudnya apabila kritikus yang mencela periayat tertentu memiliki perasaan yang
bermusuhan dalam masalah keduniaian dengan pribadi periayat yang dikritik dengan celaan
itu, maka kritikan itu harus ditolak. Alasannya adalah pertentangan masalah pribadi tentang
urusan dunia dapat menyebabkan lahirnya penilaian yang tidak obyektif. !ritikus yang
bermusuhan dalam masalah dunia dengan periayat yang dikritik dengan celaan dapat berlaku
subyektif karena didorong oleh rasa kebencian.
.ari sejumlah teori yang disertai dengan alasannya masing-masing itu, maka yang harus dipilih
adalah teori yang mampu menghasilkan penilaian yang lebih objecti=e terhadap para periayat
hadis yang dinilai keadaan pribadinya. .inyatakan demikian karena tujuan penelitian yang
sesungguhnya bukanlah untuk mengikuti teori tertentu, melainkan baha penggunaan teori-teori
itu adalah dalam upaya memperoleh hasil penelitian yang lebih mendekati kebenaran, bila
kebenaran itu sendiri sulit dihasilkan.
\ \ \
Kita&Kita Tentang Jarh Wa Tadil
Sebelum seseorang melakukan penelitian hadis, terlebih dahulu dia harus mengetahui dan
memahami dengan baik berbagai istilah, kaidah, dan pembagian cabang ilmu hadis. !ita-kitab
yang diperlukan untuk kepentingan itu cukup banyak. Sebagaimana diketahui baha arah
kegiatan penelitian sanad hadis tertuju pada pribadi para periayat hadis dan metode
periayatan hadis yang mereka gunakan. .engan demikian, kitab-kitab tentang rijal- al-hadis,
yakni kitab-kitab yang membahas biografi, kualitas pribadi, dll. , berkenaan dengan para
periayat hadis, sangat diperlukan. Bumlah kitab rijal al-hadis cukup banyak dan sebagian di
antaranya saling melengkapi informasi yang diperlukan untuk kegiatan penelitian.
Sebagaimana yang dikemukakan oleh #ahmud ;ahhan, dan secara umum dikemukakan oleh
sejumlah ulama hadis, misalnya #uhammad bin Bafar al-!attani, #uhammad &Abdur-@ahman
bin &Abdir- @ahim al-#abar !afuri, dan !amal 'usuf al-3ut,[9$]baha srbagian kitab rijal ada
yang membahas menurut generasi mereka, dan lain-lain. >erikut ini dikemukakan kitab-kitab
rijal tersebut dengan beserta metode penyusunannya.
Kita&kita dan Met+de Penyusunannya
1. !itab-kitab yang membahas biografi singkat para sahabat <abi)
5stiab fi marifat al-$shab Susunan 0bnu %Abdil >arr (1. ,9$ 341251 #*.
6sud al-;habah fi *arifat al-Sahabah, susunan %0++ al-.in 0bnu al-Asir (1. 9$2
341"$" #*.
$l-5sabah fi /amyi2 al-Sahabah, susunan 0bnu 3ajar al-AsQalani (1. 9/" 341,,: #*.
!itab-kitab yang membahas biografi singkat para periayat hadis yang disusun berdasarkan
tingkatan para periayat (tabaqah al-ruwwah*, yaitu)
al-/abaqah al--ubra, karya 0bnu Saad (1. "$2 3*
/a2kirah al-Huffa2 karya #uhammad 0bn Ahmad al-Sahabi (1. 5,6 341$,6 #*.
!itab-kitab yang membahas tentang para periayat hadis secara umum.
$l-/arikh al--abir, karya al->ukhari (1. "/9 34652 #*.
$l-jarh wa al-tadil, karya 0bnu Abi 3atim al-@a+i (1. $"6 3*.
!itab-kitab yang membahas para periayat hadis untuk kitab-kitab tertentu.
$l-Hidayah wa al-5rsyad fi *arifati $hli Siqqah wa al-Sadad, karya Ahmad bin
#uhammad al-!alaba+i (1. $16 3*. kitab ini membahas khusus para periayat hadis
pada kitab Sahih (ukhari.
+ijal Sahih *uslim, karya Ahmad %Ali al-Asfahani (1. ,"6 3*. kitab ini membahas
khusus para periayat dalam Sahih #uslim.
$l-Jamu (aina al-Sahihain, karya 0bnu al-aisarani bin ;ahir al-#aQdisi (1. /25 3*.
!itab ini membahas para periayat dalam sahih >ukhari dan sahih #uslim.
$l-/arif bi +ijal al-*uwatta, karya #uhammad bin 'ahya al-;amimi (1. ,19 3*. !itab
ini membahas khusus periayat dalam al-#uatta& 0mam #alik.
$l--amal fi $sma al-+ijal, karya Abdul _ani al-#aQdisi (1. 922 3*. !itab ini
membahas para periayat hadis dalam kutub al-sittah, yaitu Sahih >ukhari, Sahih
#uslim, Sunan Abu .aud, Sunan al-;irmi+i, Sunan al-<asa&i, Sunan 0bnu #ajah. !itab
ini merupakan perintis kitab rijal yang membahas para periayat dalam -utub al-Sittah.
!itab-kitab yang memuat penyempurnaan ataupun ringkasan rijal yang membahas para
periayat dalam -utub al-Sittah.
/ah2ib al--amal, susunan Abu al-3ajjaj 'usuf bin Sakki al-#i++i, (1. 5," 3*.
Akmal ;ah+ib al-!amal, karya %Ala& al-.in #uglataya (1. 59" 3*,
/a2hib al-/a2hib, karya #uhammad bin Ahmad al-Sahabi (1. 5,9 341$,6 #*.
$l--asyif fi *arifati man lahu +uwatun fi al--utub al-Sittah karya #uhammad bin
Ahmad al-Sahabi.
/ah2ib al-/ah2ib karya 0bnu 3ajar al-%AsQalani (1. 6/" 341,,:#*.
/aqrib al-/ah2ib susunan 0bnu 3ajar al-%AsQalani.
-hulasah /a2hib /ah2ib al--amal karya Safi al-.in Ahmad %Abdillah al!ha+raji (1. :",
3*.
!itab-kitab yang membahas kualitas para periayat hadis, yaitu, kitab-kitab yang khusus
membahas para periayat yang dinilai berkualitas siqah oleh penyusunnya.
$l-Siqat karya Abu al-3asan Ahmad bi % Abdillah al-%0jli (1. "91 3*.
$l-Siqat karya Abi 3atim #uhammad bin Ahmad bin 3ibban al->usti (1. $/, 34*.
/arikh $sma al-Siqat min man ,aqala anhum al-ilma karya ?mar bin Ahmad bin
Syahin (1. $6$ 3*.
Sedangkan kitab-kitab yang khusus membahas periayat yang dinilai lemah (dhaif* oleh
penyusunnya.
$l-1huafa al--abir dan al-1huafa al-Saghir susunan al->ukhari.
$l-1huafa wa al-*atrukun karya al-<asa&i
al-1huafa karya Ba&far #uhammad bin %Amr al-%?Qaili (1. $"$3*.
*arifatu al-*ajruhina min al-#uhaddisin susunan Abu 3atim al->usti.
$l--amil fi 1huafa al-+ijal karya Abu Ahmad %Abdullah bin %Adi al-jurjani
*i2a2 al-5tidal fi ,aqdi al-+ijal, karya #uhammad bin Ahmad al-Sahabi
<isan al-*i2an karya 0bnu 3ajar al-%AsQalani.
!itab-kitab yang membahas para periayat hadis berdasarkan negara asal mereka, misalnya,
/arikh 8asit
= = =
Keadilan Sahaat
.alam kajian mengenai sahabat, ada sebuah ungkapan menarik yang menjadi doktrin kelompok
Sunni, yaitu al-sahabatu kulluhum udul. #enurut kelompok Sunni, semua sahabat dinilai adil.
Artinya adanya jaminan tentang keadilan seluruh sahabat, sehingga tidak memerlukan penelitian
ulang baik kualitas maupun kredibilitasnya sebagai rawi. Sahabat adalah kunci penting dalam
membuka khasanah keilmuan 0slam, terutama berkaitan dengan hadis. Sahabat adalah fil
pertama untuk sampai kepada @asulullah Sa. #ereka adalah generasi pertama yang langsung
berinteraksi dengannya.
!onsep tentang seluruh sahabat adil muncul pada akhir abad ketiga 3ijrah. 0stilah ini bermula
dari sejarah panjang umat 0slam yang mengalami suatu kondisi di mana para sahabat turut
berperan dalam penyebaran dan pelestarian ajaran 0slam. [9,] -eranan sahabat serta
keimanannya telah dibuktikan dengan sungguh-sungguh setia kepada <abi dalam menjalankan
ajaran-ajaran 0slam.
A. Pengertian adalah al-%aha!ah
Secara harfiah, adalah dapat diartkan 7lurus, konsist, sedang atau tengah-tengah8
mengidentikkan pemiliknya terbebas dari kemungkinan menyimpang, berlebiha-lebihan dan
keterlaluan. [9/] Sedangkan menurut istilah, menurut 0bnu 3ajar) 7'ang dimaksud dengan adil
ialah orang yang mempunyai sifat ketaQaan dan muru&ah8. [99] Sifat yang tertanam dalam jia
seseorang yang memungkinkan ia dengan maksimal dapat melakukan rutinitas ritual dan sikap
ira&i secara utuh dan kontinyu sehingga layak dipercaya dan dibenarkan periayatannya. 7[95]
.engan demikian, adalah berarti suatu kualitas kepribadian seseorang yang teguh dalam
ketaQaan dan memelihara kehormatan diri. Secara lahiriyah, seorang dikatakan adil jika bisa
menahan diri dari dosa besar dan kecil, serta menjaga sikap yang bisa merusak harga diri seperti
makan sambil berjalan, kencing di sembarang tempat dan lain-lain.
?ntuk menghidari sikap yang berlebihan dalam memahami kata adalah, maka 0bnu 3ibban
dalam kitabnya, al-*ajruh min al-*uhaddisin berkata seseorang dikatakan adil apabila yang
nampak dalam dirinya lebih banyak pertanda keadilan, bukan orang yang banyak pertanda cela.
Badi berkaitan dengan fitrah manusia yang tidak mashum, penialain tentang keadilan seseorang
tidak diukur pada kebersihan dari dosa, melainkan dengan lebih beratnya timbangan keadilannya
di bandingkan dengan cacatnya. [96]
Sedangkan kata sahabat terbentuk dari Sahaba, >ashahibu, Suhbatan, Sahabatan, Sahibun, yang
berarti menemani atau menyertai. !ata ini juga termasuk dalam frasa istahaba al-qaum, yang
artinya, mereka saling bersahabat satu sama lain. [9:] Sedangkan pengertian sahabat menurut
istilah, terdapat beberapa pendapat)
Sa&id >in #usayyab ) Sahabat, adalah mereka yang berjuang bersama @asulullah selama
setahun atau dua tahun dan berperang bersama @asul sekali atau dua kali.
Al-1aQidi ) !ami melihat, para ulama mengatakan, mereka (sahabat @asulullah* adalah
siapa saja yang melihat @asul, mengenal dan beriman kepada beliau, menerima dan ridha
terhadap urusan-urusan agama alaupun sebentar.
Ahmad bin 3anbal ) Siapa saja yang bersama dengan @asul selama sebulan, atau sehari,
atau satu jam atau hanya melihat beliau saja, maka mereka adalah sahabat @asulullah
sa.
>ukhari ) barang siapa yang bersama @asulullah atau melihat beliau dan dia dalam
keadaan 0slam, maka dia adalah Sahabat @asulullah.
.ari berbagai pengertian di atas, mayoritas ulama ahli hadis sepakat memberikan pengertian,
baha sahabat adalah orang yang bertemu <abi dan beriman serta mati dalam keadaan iman,
dalam pengertian ini, termasuk mereka yang bertemu dengan <abi dalam aktu yang lama
maupun sebentar, baik yang meriayatkan hadis atau tidak, baik yang ikut berperang atau tidak,
dan bahkan termasuk mereka yang hanya melihat saja dan juga orang yang tidak bisa melihatnya
karena sesuatu hal, seperti buta. [52]
Bika dicermati lebih dalam tentang definisi di atas, tampaknya jumhur ulama lebih menyandarkan
pada pengertian secara terminologis. Sementara pengertian yang lebih luas berarti mencakup
beberapa ketentuan, misalnya harus dalam keadaan beriman dan ikut berjuang dalam dakah
0slam serta mempertahankan akidah. -erjuangan yang dimaksud tidak hanya sebatas pada fisik
saja, melainkan perjuangan jia dan raga.
$# Al&=uran dan Hadis tentang Keadilan Sahaat
Al-!hatib mengatakan baha keadilan sahabat telah ditetapkan oleh Allah melalui penjelasan
tentang kesuciannya, dan mereka adalah orang-orang pilihan Allah. .i antara dalil yang
menyatakan keadilan mereka ialah ayat,
7-amu adalah umat yang trbaik yang dilahirkan untuk manusia, mnyuruh k!ada yang
maruf, mn%gah dari yang munkar, dan briman k!ada $llah. Skiranya $hlulkitab briman,
tntulah itu lbih baik bagi mrka0 di antara mrka ada yang briman, dan kbanyakan
mrka adalah orang-orang yang fasik,) (S al->aQarah) 11*
#1mikian &!ula' -ami tlah mnjadikan kamu &umat 5slam', umat yang adil dan !ilihan agar
kamu mnjadi saksi atas &!rbuatan' kamu. 1an -ami tidak mnta!kan kiblat yang mnjadi
kiblatmu &skarang', mlainkan agar -ami mngtahui &dngan nyata' sia!a yang mngikuti
+asul dan sia!a yang mmblot. 1an sungguh &mmindah kiblat' itu trasa amat brat, k%uali
bagi orang-orang yang tlah dibri !tunjuk olh $llah0 dan $llah tidak akan mnyia-nyiakan
imanmu. Ssungguhnya $llah *aha ?ngasih lagi *aha ?nyayang k!ada manusia) (S al-
>aQarah) 1,$*.
Buga ayat,
#Ssungguhnya $llah tlah ridha trhada! orang-orang mukmin ktika mrka brjanji stia
k!adamu di bawah !ohon, maka $llah mngtahui a!a yang brada dalam hati mrka, lalu
mnurunkan ktnangan atas mrka dan mmbri balasan atas mrka dngan kmnangan
yang dkat &waktunya',) (S al-iath) 16*.
Ayat-ayat di atas menunjukkan dengan jelas baha para sahabat adalah orang-orang yang telah
mendapat pujian dan sanjungan dari Allah dan @asul-<ya, mereka mempunyai jasa yang besar
bagi 0slam dan kaum #uslimin. 0slam yang diterima oleh kaum #uslimin sampai hari !iamat
adalah berkaitan dengan pengorbanan para sahabat yang ikut serta dalam perang >adar dan
perang-perang lainnya demi tegaknya agama 0slam. !arena itu @asulullah mengingatkan umat
0slam tentang apa yang mereka infaQ-kan dan belanjakan fii-sabilillah belumlah dapat menyamai
derajat para Sahabat, meskipun umat 0slam ini berinfaQ sebesar gunung ?hud berupa emas atau
barang-barang berharga lainnya.
Ali bin Abi ;halib berkata tentang sahabat ) 7;idak ada seorangpun dari kalian yang dapat
menyamai mereka. #ereka siang hari bergelimang pasir dan debu (di medan perang*, sedang di
malam hari mereka banyak berdiri, ruku& dan sujud (beribadah kepada Allah* silih berganti,
tampak kegesitan dari ajah-ajah mereka, seolah-olah mereka berpijak di bara api bila mereka
ingat akan hari pembalasan (Akhirat*, tampak bekas sujud di dahi mereka, bila mereka
12ikrullah berlinang air mata mereka sampai membasahi baju mereka, mereka condong laksana
condongnya pohon dihembus angin yang lembut karena takut akan siksa Allah, serta mereka
mengharapkan pahala dan ganjaran dari Allah8.
%# Pr+ dan K+ntra !engenai adalah al-%aha!ah
Sahabat adalah orang-orang yang memiliki keutamaan yang besar. .iantara mereka ada yang
berjuang bersama <abi SA1 dalam menegakkan 0slam dan ada yang rela mengorbankan harta
atau jianya demi kemajuan 0slam. >egitu besarnya jasa mereka sehingga kelompok Sunni telah
menjamin keadilan mereka. 0bnu 3ajar al-AsQalani dalam muQaddimah al@5sabah fi /amyi2 al-
Sahabah, menyatakan 7barang siapa yang menjelek-jelekkan sahabat, maka ketahuilah
sesungguhnya orang itu adalah +indiQ. [51]
ienomena di atas mengundang perbedaan faham dari kelompok lain. Syi&ah dan #u&ta+ilah
mengemukakan keberatan atas doktrin yang dilontarkan oleh Sunni. >aha para sahabat juga
perlu dikaji keadilannya. #enurut Syi&ah, semua sahabat itu adil kecuali mereka yang terlibat
pembunuhan Ali. Sementara itu, ?mar bin ?baid dari kelompok #u&ta+ilah berpendapat baha
semua sahabat itu adil sebelum terjadinya fitnah, sedangkan setelah terjadinya fitnah, maka
keadilan sahabat ajib diteliti kembali. [5"]
>ahkan ada yang menilai baha sahabat yang terlibat peristia fitnah itu tidak ada yang adil.
3al itu dikarenakan salah satu dari pihak yang bertentangan itu pasti fasiQ, meskipun tidak
diketahui secara pasti.
D# Menda!aikan Peredaan
!ontro=ersi seputar keadilan sahabat dapat dipertemukan dan didamaikan melalui deskripsi
kritik historis. .i mana keterkaitan antara sanad dan matan serta sebab-sebab wurud al-hadis
tidak bisa diabaikan satu sama lain. ;erkadang ada hadis yang posisi sanadnya sempurna, tapi
matannya tidak, ;erkadang juga sebaliknya. Ada yang dua-duanya bagus tapi, memiliki banyak
:rsi terkadang malah saling menegasikan, atau dari peristia yang diceritakan dengan
riayatnya bertentangan dengan apa yang dinyatakan oleh sejarah.
Sebagai contoh Abu 3urairah berkata 7<abi #uhammad Sa bersabda pada pamannya Abu
;halib, %katakanlah baha tidak ada ;uhan kecuali Allah, dan aku akan bersaksi untukmu di hari
akhir, tapi paman >eliau menolak&di tempat lain Abu 3uraira berkata, 7<abi Sa. bersabda
kepada pamannya menjelang afat, %katakanlah baha tidak ada tuhan kecuali Allah dan aku
akan bersaksi padamu di hari akhir.8 ;api paman beliau menolak.
Abu ;halib meninggal dunia pada tahun ke-12 kenabian Sa. yaitu tiga tahun sebelum 3ijrah.
Badi, ia meninggal sepuluh tahun sebelum Abu 3urairah datang ke 3ija+. .alam kasus ini para
sahabat sendiri telah terjadi saling kritik. Abu 3urairah yang lahir sekian tahun setelah afatnya
paman <abi Abu ;alib, >agaimana mungkin Abu 3urairah bertemu dengan <abi dan
menyaksikan afatnya paman beliau.
.alam upaya mendamaikan pertentangan di atas, tampaknya perlu melihat sahabat dalam
kacamata yang lebih netral. Sebagaimana @asulullah sendiri mengakui baha masa sahabat
adalah kharul qurun dan dididik langsung oleh @asulullah Sa Sehingga akhlak mereka adalah
akhlak @asul. #ereka mengetahui dasar-dasar agama sebab di masa mereka al-ur&an
diturunkan. #ereka adalah generasi ahyu sehingga mereka betul-betul memahami al-0slam, dan
berdasarkan itu semua, maka seluruh sahabat adalah adil. .i samping itu, <abi sendiri telah
mengecam keras siapa saja yang sengaja berbohong dengan mengatasnamakan <abi, maka
hendaklah bersiap-siap untuk menempati tempatnya di neraka. [5$] Al-Siba&i menggambarkan
beberapa argumen baha sahabat tidak mungkin melakukan kebohongan dalam hadis. !alaupun
ada, pasti akan dibantah beramai-ramai oleh sahabat yang lain.
.engan demikian, adanya kontro=ersi dalam masalah ini harus disikapi secara netral dan
mengedepankan saling menghargai, bukan saling menghujat atau bahkan mem=onis sesat.
Sehingga dari beragam adu argumen di atas, baik yang pro maupun yang kontra, semestinya
diambil jalan tengah, baha para sahabat juga manusia yang tidak mashum, namun meskipun
demikian, dalam urusan meriayatkan hadis para sahabat tidak mungkin berani berbohong atau
bahkan memalsukan hadis.
-roposisi di atas menjelaskan baha maksud dari ungkapan al-sahabatu kulluhum udul, pada
dasarnya bukan merupakan pemutlakan terhadap keadilan sahabat tanpa melihat situasi dan
kondisi apapun. 7!eadilan8 itu adalah predikat yang melekat dalam diri sahabat, namun tidak
menepis kemungkinan adanya sahabat yang tidak adil apabila ditemukan cacat dalam diri
mereka.
0bnu al-Anbari mengomentari, baha keadilan sahabat bukanlah sifat mashum dari dosa dan
kemustahilan melakukan maksiat, yang dimaksud sebenarnya adalah menerima riayat-riayat
mereka tanpa harus melakukan penelitian sebab-sebab keadilannya kecuali apabila telah jelas ia
melakukan kekejian. [5,]
-engecualian sahabat dari keadilannya ini terjadi pada kasus sahabat yang bernama al-1alid bin
?Qbah bin al-#u&ith, al-1alid ini dikenal gemar minum-minuman keras dan pada suatu ketika
shalat fajar dalam keadaan mabuk. Sahabat >ishr bin A+tah juga pernah melakukan pembunuhan
dua orang putra ?baidillah bin al-Abbas di hadapan ibu mereka, sehingga sang ibu menjadi gila.
[5/]
-endekatan yang tepat untuk memahami keadilan sahabat ini seharusnya dilakukan secara
proporsional dan bukan generalisir. ?rtama, sebagian besar sahabat memang orang-orang
pilihan dan sangat berhati-hati dalam periayatan. -dua, ketatnya seleksi dalam menerima
periayatan hadis secara umum dan pengujian terhadap para periayat setidaknya akan
menambah keimanan.
\ \ \
Re,erensi
Abu @ayyah, $dwa ala al-Sunnah al-*uhammadiyyah au 1ifaan al-Hadis, #esir, .ar al-
#a&rifah
Ahamad Amin, "ajar al-5slam, !airo, #aktabah al-<ahdhah al-#isriyyah, 1:5/
Ahmad 3usain 'a&Qub, -adilan Sahabat Sktsa ?olitik 5slam $wal, terj. <ashirul 3aQ dan
Salman al-iarisi, Bakarta, al-3uda, "22$
Al-Adlabi, *anhaj ,aqd al-*atan, >eirut, .ar al-AfaQ al-Badidah, 1,2$ 34 1:6$ #
Al-3asan bin Abd al-@ahman, al-@amahurmu+i, al-*uhaddis al-"ashil baina al-+awi wa al-
8ayi, >eirut, .ar al-iikr, 1$:1 34 1:51 #
Al-<aai, Sahih *uslim bi Syarh al-,awawi, #esir, al-#atba&ah al-#ishriyyah, 1:", #, ju+ 0
Al-urtubi, al-jami li ahkam al-4uran, !airo, .ar al-!utub al-%Arabi, 1$65 34 1:95 #, ju+
00
Al-usyairi, al-Jami al-Sahih, Sahih #uslim, disunting kembali oleh #uhammad iu&ad Abd al-
>aQi, %0sa al->abi al-3alaby a Syurakah, 1$5/34 1:// #, ju+ 0
al-Syaukani, 5rsyad al-"uhul, Surabaya, Salim 0bn Saad, tth
Al-Siba&0, al-Sunnah wa makanatuha fi /asyri al-5slam, ttp. .ar al-aumiyyah, 1:99
Al-Suyuti, /adrib al-+awi fi Syarh /aqrib al-,awawi, >eirut, .ar al-0hya& al-Sunnah al-
<abaiyyah, 1:5:, ju+ 0
3usein Al-Sahabi, *i2an al-5tidal fi ,aqdi al-+ijal, ttp., 0sa al->abi al-3alabi a Syurakah,
1$6" 34 1:9$ #, ju+ 0
, Aikru *an >utamad 4aulahu fi al-Jarh wa al-tadil, !airo, al-#atba&ah al-
0slamiyyah, tth
0bnu al-Salah, 6lum al-Hadis, al-#adinah al-#unaarah, al-#aktabah al-%0lmiyyah, 1:5",
hlm. 5,-5/ as-sakhai.
0bnu 3ajar al-AsQalani, al-5sabah fi /amyi2 al-Sahabah, >eirut, .ar al-Sadr, 1$"6 3, ju+ 0
, "ath al-(ari, ttp., .ar al-iikr a al-#aktabah al-Salafiyyah, tth., ju+ 0
, <isan al-*i2an, >eirut, #uassasah al-A&lami, 1:51
, ,uskhah al-,a2ar Syarh al-,ukhbah al-"ikr, Semarang, #aktabah al-#unaar,
tth
, /ah2ib al-/ah2ib, 0ndia, #ajlis .a&irat al-#a&arif al-<i+amiyyah, 1$"/ 3, ju+, 00,
hlm. ,2"-,29, dan ju+ 00
-amus *uktarus-Shihah, .arul iikr
<isan-al-$rab 5bn *an2hur
Luis #a&luf, al-*unjid fi al-<ughah, >eirut, .ar al- al-#asyriQ, 1:5$
#. Syuhudi 0smail, -adah -sahihan Sanad Hadis, Bakarta, >ulan >intang, 1:66
, *todologi ?nlitian Hadis ,abi, Bakarta, >ulan >intang, 1::1
#ahmud al-;ahhan, /aisir *usksiah Hadis, >eirut, .ar al-ur&an al-!arim, 1$:6 34 1:5: #
#uhammad %Ajaj al-!hatib, al-Sunnah 4abla al-/adwin, !airo, #aktabah 1ahbah, 1$5: 34
1:9$ #
, 6shul al-Hadis 6lumuhu wa *ustalahuhu, >eirut, .ar al-iikr
#uhammad Abu Sahu, al-Hadis wa al-*uhaddisun, #esir, #atba&ah al-#a&rifah
#ustafa al-A&+ami, 1irasat fi al-Hadis al-,abawi, ttp. Bami&ah al-@iyadh, 1$:9 3
<uruddin %0tr, al-*adkhal ila ulum al-Hadis, al-#adinah al-#unaarah, al-#aktabah al-
0lmiyyah, 1:5"
, *anhaj an- ,aqd fi 6lum al-Hadis, .amaskus, .ar al-iikr, 1$:: 34 1:5: #
-ius A. -artanto dan #. .ahlan al->arry, -amus 5lmiah ?o!ulr, Surabaya, Arkola,1::,
Salahuddin 0bn Ahmad al-Adlabi, *anhaj ,aqd al-*atan, >eirut, .ar al-AfaQ al-Badidah, 1,2$
34 1:6$ #
Subhi al-Salih, hlm. "99, al-siba&0, al-Sunnah wa *akanatuha fi /asyri al-5slami, ttp. Al-.ar al-
aumiyyah, 1:99
1. B. S. -uradarminta, -amus 6mum (ahasa 5ndonsia, Bakarta, >alai -ustaka, 1:6/
[1] #uhammad Abu Sahu, al-Hadis wa al-*uhaddisun, (#esir) #atba&ah al-#a&rifah, tth. *,
hlm.
["] 5bid,
[$] Salahuddin 0bn Ahmad al-Adlabi, *anhaj ,aqd al-*atan (>eirut) .ar al-AfaQ al-Badidah,
1,2$ 34 1:6$ #*, hlm. "2-"$
[,] 5bid,
[/] <uruddin %0tr, *anhaj al-,aqd fi 6lum al-Hadis (.amaskus) .ar al-iikr, 1$:: 34 1:5:#*,
hlm. $,,-$,/.
[9] Al-usyairi, al-Jami al-Sahih (Sahih #uslim*, disunting kembali oleh #uhammad iu&ad
Abd al->aQi (%0sa al->abi al-3alaby a Syurakah, 1$5/34 1:// #*, ju+ 0, hlm. 1,
[5] 5bid. , hlm. 1/
[6] Al-<aai,Sahih *uslim bi Syarhi al-,awawi (#esir) al-#athba&ah al-#ishriyyah, 1:",
#*, ju+ 0, hlm, 66.
[:] Selanjutnya, lihat, <uruddin %0tr, al-*adkhal ila ulum al-Hadis (al-#adinah al-
#unaarah ) al-#aktabah al-0lmiyyah, 1:5"*, hlm. 1". ,
[12] #uhammad %Ajaj al-!hatib, al-Sunnah 4abla al-/adwin (!airo) #aktabah 1ahbah, 1$5:
34 1:9$ #*, hlm. /"6.
[11] Semantik adalah bagian dari filsafat bahasa yang menyelidiki tentang tata makna atau arti
kata-kata dan bentuk linguistic, fungsinya sebagai simbol dan peran yang dimainkan dalam
hubungannya dengan kata-kata lain dan tindakan manusia. Lihat dalam -ius A. -artanto dan #.
.ahlan al->arry, -amus 5lmiah ?o!ulr (Surabaya ) Arkola,1::,*, hlm. 522.
[1"] Al-3asan bin Abd al-@ahman, al-@amahurmu+i, al-*uhaddis al-"ashil baina al-+awi wa
al-8ayi (>eirut) .ar al-iikr, 1$:1 34 1:51 #*, hlm. /"6.
[1$] #ustafa al-A&+ami, 1irasat fi al-Hadis al-,abawi, (ttp. Bami&ah al-@iyadh, 1$:9 3*, hlm.
$:1.
[1,] al-Adlabi mengemukakan tiga faktor, yakni) (1* kitab-kitab yang membahas kritik matan
dan metodenya sangat langka ("* pembahasan matan pada kitab-kitab tertentu termuat di
berbagai bab yang bertebaran sehingga sulit dikaji secara khusus ($*, adanya kekhaatiran
menyatakan sesuatu sebagai bukan hadis padahal hadis, dan sesuatu sebagai hadis padahal bukan
hadis, lihat. Al-Adlabi, *anhaj ,aqd al-*atan (>eirut) .ar al-AfaQ al-Badidah, 1,2$ 34 1:6$
#*, hlm. "2-"$.
[1/] #. Syuhudi 0smail, *todologi ?nlitian Hadis ,abi, (Bakarta ) >ulan >intang, 1::1*,
hlm. ":-$2.
[19] Al-<aai, Sahih *uslim bi Syarh al-,awawi (#esir) al-#atba&ah al-#ishriyyah, 1:",
#*, ju+ 0, hlm. 66
[15]. lihat, Al-urtubi, al-jami li ahkam al-4uran (!airo) .ar al-!utub al-%Arabi, 1$65 34 1:95
#*, ju+ 00, hlm. 15
[16] #. Syuhudi 0smail, -adah -sahihan Sanad Hadis, (Bakarta) >ulan >intang, 1:66*, hlm.
6:-:2
[1:] 5bid, hlm. 6:-:2
["2] #. Syuhudi 0smail, -adah -sahihan Sanad Hadis, hlm. 6:-:2.
["1] 5bid, hlm. :"-:/.
[""] Subhi al-Salih, hlm. "99, al-siba&0, al-Sunnah wa *akanatuha fi /asyri al-5slami (ttp. Al-
.ar al-aumiyyah, 1:99*, hlm. 59. #uhammad %Ajjaj al-!hatib, 6shul al-Hadis
["$] Abu @ayyah, $dwa ala al-Sunnah al-*uhammadiyyah au 1ifaan al-Hadis (#esir) .ar
al-#a&rifah, tth. *, hlm. 1"1.
[",] Al-Siba&0, al-Sunnah wa makanatuha fi /asyri al-5slam (ttp. .ar al-aumiyyah, 1:99*, hlm.
59.
["/] Al-Suyuti, /adrib al-+awi fi Syarh /aqrib al-,awawi (>eirut) .ar al-0hya& al-Sunnah al-
<abaiyyah, 1:5:*, ju+ 0, hlm. "61-"65.
["9] Al-Sahabi, *i2an al-5tidal fi ,aqdi al-+ijal (ttp. ) 0sa al->abi al-3alabi a Syurakah, 1$6"
34 1:9$ #*, ju+ 0, hlm. ,5
["5] Al-Suyuti, /adrib al-+awi fi Syarh /aqrib al-,awawi (>eirut) .ar al-0hya& al-Sunnah al-
<abaiyyah, 1:5:*, ju+ 0, hlm. "56-"6,.
["6] Al-Siba&0, hlm. 121-115.
[":]
[$2] 0bnu 3ajar al-AsQalani, "ath al-(ari (ttp. ) .ar al-iikr a al-#aktabah al-Salafiyyah, tth. *,
ju+ 0, hlm. 1:,-1:/.
[$1] Subhi al-Salih, hlm. """.
[$"] 0bnu 3ajar al-AsQalani, /ah2ib al-/ah2ib (0ndia, #ajlis .a&irat al-#a&arif al-<i+amiyyah,
1$"/ 3*, ju+, 00, hlm. ,2"-,29, dan ju+ ii, hlm. "66.
[$$] Al-Suyuti, /adrib al-+awi ju+ 0, hlm. "$$.
[$,] #ahmud al-;ahhan, /aisir *ustalah al-Hadis, (>eirut) .ar al-ur&an al-!arim, 1:5:*, hlm.
:,- 116.
[$/] Subhi al-Salih, hlm. 1::. . <uruddin %0tr, *anhaj an- ,aqd fi 6lum al-Hadis (.amaskus)
.ar al-iikr, 1$:: 34 1:5: #*, hlm. ,"6-,$$.
[$9] <uruddin %0tr, *anhaj an- ,aqd fi 6lum al-Hadis (.amaskus) .ar al-iikr, 1$:: 34 1:5:
#*, hlm. ,/2-,/".
[$5] ;aisir %?lum Al 3adis li Al #udtadi&in, Amru Abdul #un&im Salim, hlm 192-191
[$6] #uhammad Ajaj al-!hatib, 6shul al-Hadis 6lumuhu wa *ustalahuh (>eirut) .ar al-iikr,
1:6:*, hlm. "99-"96.
[$:] 0bnu 3ajar al-AsQalani, ,u2hatun na2ar Syarh ,ukhbah al-"ikr (Semarang ) #aktabah al-
#unaar, tth. *, hlm. 95-96.
[,2] #. Syuhudi 0smail, *todologi ?nlitian Hadis ,abi, hlm. 5/.
[,1] #uhammad %Ajaj al-!hatib, 6shul al-Hadis, hlm, "95.
[,"] 3usein Al-Sahabi, Aikru *an >utamad 4aulahu fi al-Jarh wa al-tadil (!airo) al-#atba&ah
al-0slamiyyah, tth. *, hlm. 1/:. . 0bnu Salah, hlm. 169-165. #. Syuhudi 0smail, -adah
-rsahihan Sanad Hadis, hlm. 151.
[,$] Al-Suyuti, /adrib al-+awi. hlm "":-"$$.
[,,] Al-Suyuti, /adrib al-+awi, 5bid.
[,/] Al-Suyuti, /adrib al-+awi, 5bid
[,9] #ahmud al-;ahhan, /aisir *usksiah Hadis (>eirut) .ar al-ur&an al-!arim, 1$:6 34 1:5:
#*, hlm. 1,2
[,5] 0bnu al-Salah, 6lum al-Hadis (al-#adinah al-#unaarah) al-#aktabah al-%0lmiyyah,
1:5"*, hlm. 5,-5/ as-sakhai.
[,6] #. Syuhudi 0smail, -aidah, hlm. 129-12:.
[,:] Sejumlah kitab menjelaskan secara tegas baha siQah merupakan gabungan dari sifat adil
dan dhabit. Liha, al-Suyuti, /adrib al-+awi fi Syarh /aqrib al-,awawi (>eirut) .ar 0hya& al-
Sunnah al-<abaiyyah, 1:5/*, ju+ 0, hlm. 9$
[/2] 1. B. S. -uradarminta, -amus 6mum (ahasa 5ndonsia (Bakarta) >alai -ustaka, 1:6/*,
hlm. 19.
[/1] Luis #a&luf, al-*unjid fi al-<ughah (>eirut) .ar al- al-#asyriQ, 1:5$*, hlm. ,:1-,:".
[/"] #. Syuhudi 0smail, -adah -sahihan Sanad Hadis, (Bakarta) >ulan >intang, 1:66*, hlm.
11$-116.
[/$] 5bid,.
[/,] 5bid, hlm. 11$
[//] 5bid, hlm. 11/-115
[/9] Subhi al-Salih, 5bid, hlm. 1$$-1$,. al-Syaukani, 5rsyad al-"uhul (Surabaya) Salim 0bn Saad,
tth. *, hlm. 196
[/5] #ahmud al-;ahhan, /aisir *usksiah Hadis (>eirut) .ar al-ur&an al-!arim, 1$:6 34 1:5:
#*, hlm, 65-:1
[/6] al-AsQalani, ,uskhah al-,a2ar Syarh al-,ukhbah al-"ikr, (Semarang) #aktabah al-
#unaar, tth. *, hlm. $2-,".
[/:] 5bid.
[92] 5bid.
[91] al-Suyuti, /adrib al-+awi, ju+ 0, hlm. $21.
[9"] Sesungguhnya telah banyak teori atau solusi yang ditaarkan ulama untuk menyelesaikan
pertentangan atau perbedaan pendapat antara satu ulama dengan ulama lainnya dalam hal
penilaian atas diri seorang periayat. !eenam teori yang dikutip di atas adalah merupakan teori
yang banyak dikemukakan dalam beberapa kitab-kitab ulum al-hadis. #isalnya, al-Suyuti, dalam
;adrib al-@ai,ju+ 0. hlm. $2/-$1,. 0bnu Salah, hlm. ::. AsQalani, dalam <u+hatun <a+ar, hlm.
9:. #ahmud al-;ahhan, /aisir *ustalah al-Hadis, (>eirut) dar al-ur&an al-!arim, 1:5:*, hlm.
1,"-1,5.
[9$] 5bid,
[9,] Ahmad 3usain 'a&Qub, -adilan Sahabat Sktsa ?olitik 5slam $wal, terj. <ashirul 3aQ dan
Salman al-iarisi (Bakarta) al-3uda, "22$*, hlm. :-12.
[9/] Lihat !amus #uktarus-Shihah, .arul iikr, hlm. ,15
[99] 0bn 3ajar al-AsQalani, ,u2hatun ,a2har Syarah ,ukhbatul-"ikar, (ttp. ) #aktabat
;hayibah, 1,2, 3*, hlm. ":.
[95] As-Suyuti, /adrib al-+awi 9, hlm. "1/
[96] 0bnu 3ajar al-AsQalani, <isan al-*i2an (>eirut) #uassasah al-A&lami, 1:51*, ju+ 0, hlm. 19
[9:] lihat. <isan-al-$rab 5bn *an2hur 1, hlm. :1/.
[52] #uhammad %Ajaj al-!hatib, 6shul al-Hadis 6lumuhu wa *ustalahuhu (>eirut) .ar al-
iikr, 1:6:*, hlm. $69-$65
[51] 0bnu 3ajar al-AsQalani, al-5sabah fi /amyi2 al-Sahabah, (>eirut) .ar al-Sadr, 1$"6 3*, ju+ 0,
hlm. :
[5"] #. %Ajaj al-!hatib, 6shulB. . ,hlm. $:$.
[5$] Ahamad Amin, "ajar al-5slam (!airo) #aktabah al-<ahdhah al-#isriyyah, 1:5/*, hlm.
"12-"11
[5,] 5bid.
[5/] 5bid. , hlm. 1:6

Вам также может понравиться