Вы находитесь на странице: 1из 4

BAB VI

KEADILAN DAN KESEJAHTERAAN



Kasus prita:
Keadilan memang bukan untuk orang kecil!

Hukum untuk keadilan! Itu asasnya. Kenyataannya, sering hukum berpihak pada mereka
yang kuat dan menyisihkan yang kecil. Kita ingat kasus hukum yang menimpa Prita Mulyasari dua
tahun lalu. Atas dukungan banyak pihak yang menilai bahwa putusan hakim kala itu tidak
mempertimbangkan rasa keadilan, Prita akhirnya dibebaskan baik secara perdata maupun pidana.
Tetapi kini putusan kasasi MA akan siap kembali menggiring Prita ke balik jeruji besi. Masihkah
keadilan bisa jadi milik orang kecil?
Putusan bebas demi hukum 2 tahun yang lalu bukan berarti membuat Prita benar-benar
merdeka. Itu bukan akhir dari sebuah perseteruan. Majelis kasasi MA dengan putusan perkara no.
822/K/PID.SUS/2010 membatalkan vonis bebas Prita sebelumnya dan mengganjar Prita dengan
penjara selama 6 bulan dengan masa percobaan satu tahun. Tak pelak putusan kasasi ini membuat
Prita kembali berurusan dengan hukum dan siap-siap untuk sementara pindahan hidup ke balik
jeruji besi.
Dua tahun yang lalu Prita Mulyasari tersandung kasus hukum gara-gara keluh
kesahnya terhadap pelayanan rumah sakit Omni International yang dianggapnya tidak memuaskan
ditulis dalam sebuah milis. Keluh kesah sebagai konsumen yang kecewa itu akhirnya menyebar luas
melalui e-mail. Pihak rumah sakit ganti mengklaim bahwa mereka dirugikan atas keluhan Prita
yang menyebar luas itu. Tak pelak selain membuat bantahan melalui media masa, mereka juga
menuntut Prita secara hukum atas tuduhan pencemaran nama baik.
Kini perang antara Daud dan Goliath, si raksasa dan si kecil, kembali berkobar. Prita pun
merasa bingung apa dasarnya MA mengabulkan permintaan kasasi yang diajukan oleh kuasa hukum
pihak penggugat. Dapat dimaklumi apabila bingung dan sedih berkecamuk dalam diri Prita. Siapa
sih yang menginginkn hidup dalam bui, apalagi bila ditengarai hukum yang menghantarnya adalah
cerminan pasal-pasal yang kaku dan bukannya dasar hukum yang mencerminkan rasa keadilan?
Prita sempat menyampaikan keluh kesahnya sebagai rakyat kecil ke DPR, dan kemarin (12
Juli) ia memenuhi undangan Komisi III DPR untuk dengar pendapat. Ya, untuk sementara mungkin
Prita merasa terhibur dengan janji Komisi III yang akan membantu Prita. Selain itu, kini simpati
dan dukungan moral masyarakat kembali mengalir untuk Prita. Bisakah semua itu membuat
kembali keadilan bagi orang kecil?
Saat ini tinggal satu upaya terakhir yang dimiliki Prita, yang mungkin bisa
membebaskannya dari hukuman pidana penjara 6 bulan, yaitu upaya hukum luar biasa dengan
Peninjauan Kembali (PK). Banyak pihak kembali minta agar MA jeli melihat hukum. Bukannya
sekedar melihat pasal undang-undang secara kaku, tetapi perlu mempertimbangkan rasa keadilan.
Keadilan bagi seorang konsumen yang merasa dirugikan tetapi bukannya kompensasi atau
perlindungan yang didapatkan, tapi justru pengekangan untuk sementara akan kebebasannya.
Mungkin perlu juga MA dituntut untuk jeli terhadap para hakimnya yang menangani kasasi
ini. Jeli untuk melihat ada apakah dibalik putusan MA itu. Adakah sesuatu yang membuat para
hakim tidak lagi bisa melihat dan mempertimbangkan rasa keadilan? Keadilan tidak bisa dilihat dari
sekedar kaca mata pasal-pasal hukum, tetapi dilihat dengan hati nurani para penegak hukum. Bila
aparat sudah kehilangan hati hurani, maka hukum tidak akan lagi dapat tegak. Hukum akan selalu
condong dan berpihak pada mereka yang kuat. Bila demikian, masihkan keadilan menjadi milik
orang kecil?

Analisis Masalah :
Kasus keadilan memang menjadi suatu kasus yang lebih banyak atau lebih sering menimpa
masyarakat miskin karena masyarakat miskin tidak atau kurang mamiliki akses untuk melakukan
pembelaan saat ia dituduh atau dijatuhkan vonis bersalah oleh hakim. Sama seperti kasus yang
dibahas diatas tentang keinginan Prita Mulyasari yang ingin meminta keadilan terhadap kasusnya
yang dinilai menjatuhkan harga diri (image) dari RS Omni Internasional. Kasus Prita dimulai saat ia
sebagai konsumen mengeluhkan pelayanan RS Omni Internasional yang kurang maksimal di milis
dan tersebar luas lewat internet. Pada saat menjalani siding pun Prita merasa kurang puas atas vonis
yang dijatuhkan karena merasa sangat memberatkan Prita. Dalam kasus ini tentu dapat dilihat
bahwa keadilan tidak berpihak kepada rakyat miskin di Indonesia.

Solusi Masalah :
Dalam kasus ini, banyak hal yang harus diperbaiki. Banyak masyarakat miskin di Indonesia
yang kurang mendapatkan keadilan dari pemerintah maupun hukum di Indonesia. Dalam hal ini,
banyak pihak yang harus ikut bertanggung jawab atas kasus yang bukan hanya menimpa Prita
Mulyasari tapi juga untuk masyarakat miskin lainnya. Yang pertama kali harus memasang tempat
untuk bertanggung jawab atas masalah ini adalah tentunya pemerintah. Pemerintah harus lebih jeli
melihat kasus-kasus yang menimpa masyarakatnya. Jika sudah ada masalah yang muncul terutama
pada masyarakat miskin, pemerintah harus melakukan suatu perlindungan jika memang yang
tertutuduh tidak bermasalah. Pemerintah juga harus lebih tegas melakukan perlindungan terhadap
masyarakat miskin Indonesia. Selain pemerintah, penegak hukum seperti hakim dalam persidangan
juga harus adil dalam melakukan sidang yang dibawakannya. Tidak boleh semena-mena walaupun
menangani masalah masyarakat miskin. Selain itu hakim harus bisa objektif dalam menangani
masalahnya.


Bedah rumah,
Tidak tingkatkan kesejahteraan masyarakat miskin

Dewasa ini telah terjadi pergeseran paradigma dunia dalam pembangunan ke arah yang lebih
menekankan pembangunan manusia sebagai dasar bagi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan
serta peningkatan dan pemerataan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan manusia telah menjadi
arah utama dalam praktik penyelenggaraan pemerintahan yang sebagian tujuannya telah
dirumuskan dalam Millenium Development Goals (MDG's) yaitu pengurangan jumlah penduduk
miskin melalui pembangunan yang berorientasi pada pemenuhan hak-hak dasar manusia.
Permasalahan yang ada dalam proses pembangunan meliputi permasalahan yang sifatnya
mendasar seperti yang umum dialami oleh sebagian besar daerah lain, serta permasalahan ikutan
yang berkembang seiring dengan derap laju pembangunan. Berbagai permasalahan tersebut antara
lain : belum terpenuhinya kebutuhan dasar masyarakat akan pangan, sandang, papan; tingginya
angka pengangguran dan kemiskinan; laju pertumbuhan ekonomi yang masih lambat; terbatasnya
sumber pembiayaan pembangunan daerah; dan terbatasnya kualitas sumberdaya manusia termasuk
perilakunya sehingga belum mampu mewujudkan suatu penyelenggaraan pemerintahan yang
berdasarkan pada prinsip-prinsip good governance.
Mengutip data Dinas Sosial Provinsi Bali tahun 2011 tercatat 12,912 kepala keluarga (KK)
di Bali masih menghuni rumah berkategori tidak layak huni. Belasan ribu KK ini merupakan KK
miskin yang menjadi prioritas sasaran program bedah rumah yang digulirkan Pemprov. Bali.
Jumlah KK miskin yang menghuni rumah tidak layak huni tersebar di sembilan kabupaten dan kota
di Bali di antaranya Kabupaten Buleleng 3.500 KK, 2.872 KK berdomisili di Kabupaten Tabanan,
2.402 KK di Kabupaten Bangli, 2.161 KK di Kabupaten Karangasem, 825 KK di Kabupaten
Klungkung, 398 KK di Kabupaten Gianyar, 300 KK di Kabupaten Jembrana, 250 KK di Denpasar,
dan 200 KK di Kabupaten Badung.
Program bedah rumah yang dirancang untuk membantu masyarakat miskin dalam
pemenuhan rumah layak huni telah terlaksana sesuai tahun anggaran. Namun dalam pelaksanaannya
banyak hal yang telah menyimpang dari tujuan awal seperti; kualitas bahan di bawah standar,
terlambatnya waktu dari rencana awal, tenaga kerja yang tidak sesuai harapan, tidak tepat sasaran,
dan berbagai masalah lain yang menjadi keluhan penerima bantuan. Perlu kajian dan evaluasi dari
pelaksanaan program bedah rumah secara menyeluruh untuk meminimalkan masalah dalam
pelaksanaannya dengan lebih mengedepankan swadaya masyarakat.
Program nasional perumahan rakyat pelaksanaanya masih sangat terbatas, bahkan belum
menyentuh/menjangkau pembangunan dan rehabilitasi rumah tinggal keluarga miskin yang tidak
layak huni di pedesaan. Hasil survei menunjukkan masih banyak rumah warga miskin di pedesaan
yang tidak layak huni/tidak sehat (hasil survei tahun 2011 sebanyak 12.912 KK penduduk Bali yang
memiliki rumah tidak layak huni). Rumah warga miskin yang tidak layak huni sangat
mempengaruhi rendahnya derajat kesehatan, pendidikan dan ekonomi masyarakat.

Analisis Masalah :
Bedah rumah merupakan suatu cara yang dilakukan pemerintah Provinsi Bali untuk
menyejahterakan rakyat miskin di kawasan Provinsi bali. Rencana untuk bedah rumah ini memang
sudah sangat baik dan disambut baik juga oleh warga miskin yang medapatkan penanganan dan
mendapatkan kesempatan untuk di bedah rumahnya. Namun dalam pelaksanaan bedah rumah ini
mendapatkan suatu kasus atau masalah yaitu tidak meratanya penyasaran yang dilakukan oleh tim
bedah rumah ini, masih banyak ada masyarakat miskin yang belum tersentuh bantuan bedah rumah
ini. Selain itu dalam pelaksaan bedah rumah ini sering terjadi penyelesaian yang setengah-setengah
dalam arti tidak maksimalnya pekerja dalam menangani proses bedah rumah ini sehingga tidak
terbentuknya rumah yang sesuai harapan.

Solusi Permasalahan :
Dalam permasalahan ini, jika dilihat lebih dalam lagi, banyak yang seharusnya bertanggung
jawab. Selain para pelaksana, juga pemerintah yang harus lebih mematangkan konsep atau rencana
yang sudah diatur dan merealisasikannya dengan baik. Selain itu dalam pelaksaannya, para
pemerintah juga harus lebih sering meninjau dan melihat para pekerja yang melakukan pekerjaan
bedah rumah ini. Jangan hanya mempercayakan begitu saja pada kontraktor. Selain itu para
kontraktor juga harus bekerja lebih keras dalam melakukan proses bedah rumah ini karena ini tentu
menyangkut kesejahteraan rakyat miskin. Tentu tidak ada gunanya jika sudah melakukan bedah
rumah tetapi hasil yang dicapai tidak memuaskan.
Jika dilihat memanga proses bedah rumah ini tidak mendapatkan begitu banyak perubahan.
Banyak rumah-rumah yang masih terbengkalai dan kurang maksimal pengerjaanya. Selain para
pemerintah dan kontraktor juga pekerja, factor yang mendorong kurang maksimalnya pengerjaan
bedah rumah ini karena kurangnya dan yang dibutuhkan. Seharusnya pemerintah lebih rapi lagi
untuk melakukan pengaturan keuangan yang direncanakan agar semua rakyat miskin mendapatkan
penganan yang merata dan tidak hanya sekedarnya saja.

Вам также может понравиться