Вы находитесь на странице: 1из 13

1

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Skenario
Makalah ini disusun berdasarkan skenario yang berjudul Mengapa Sariawannya
Makin Meluas?. Wanita 33 tahun, datang ke poli gigi RSUD dengan keluhan
sariawan sejak 2 tahun yang lalu dan makin meluas setelah gigi rahang atas kiri
paling belakang dicabut. Hasil anamnesis menunjukkan pasien menderita
tuberculosis saat sariawan itu muncul, terapi tuberculosis dihentikan saat pasien
hamil. Hasil pemeriksaan intra oral pada region 27,28 tampak plak berwarna putih,
tidak dapat dikerok, dan sakit. Hasil biopsy menunjukkan adanya dyplasia berat pada
epitel mukosa disebabkan karena Human Papilloma Virus (HPV).

1.2 Klarifikasi/identifikasi Istilah
Dysplasia : Kerusakan pertumbuhan sel yang menyebabkan lahirnya
sel yang berbeda ukuran, bentuk dan penampakannya
dibandingkan sel asalnya.
Human Papiloma Virus : Sejenis virus yang disebut papilloma, lebih dari 100 tipe,
karena sering menimbulkan warts atau benjolan tumor
jinak (benigna) mirip kutil pada kulit (epidermal).
1.3 Identifikasi Masalah
1. Mengapa terapi tuberculosis dihentikan saat hamil?
2. Apakah hubungan tuberculosis dengan sariawaan yang makin meluas?
3. Apakah ada hubungan antara sariawan yang makin meluas dengan gigi yang
telah dicabut?
4. Apakah diagnosis sementara dari kasus yang ada di skenario yang disebabkan
oleh HPV?
5. Apakah hasil dari pemeriksaan yang ditunjukkan dari pemeriksaan intra oral?
6. Apakah penatalaksanaan yang akan dilakukan oleh dokter gigi dari kasus yang
ada pada skenario?
7. Apakah usia dan jenis kelamin mempengaruhi kasus yang ada pada skenario?
8. Bagaimana terapi yang dilakukan untuk tuberculosis?
2

9. Apa pemeriksaan penunjang untuk kasus yang ada pada skenario selain biopsy?
10. Apakah tindakan perawatan awal yang akan dilakukan oleh doker gigi terhadap
kasus yang ada pada skenario?
11. Apa yang membuat sariawannya semakin meluas?
12. Apakah ada terapi lain selain pemberian obat pada pasien ibu hamil?

1.4 Analisis Masalah
1. Terapi tuberculosis dihentikan saat hamil karena terapi tuberculosis memiliki
konsentrasi puncak dapat diserap ke dalam darah dalam waktu setengah jam
sampai dua jam muncul konsentrasi efektif untuk menghambat pertumbuhan
bakteri dapat dipertahankan selama 12 jam pada pasien yang lebih tua mungkin
lebih lama. Terapi tuberculosis dilakukan terutama oleh ekskresi ginjal. Mudah
untuk menembus dada, rongga perut, dapat melewati plasenta ke dalam cairan
ketuban bayi, dan konsentrasi obat lebih tinggi, karena konsentrasi yang lebih
tinggi dalam cairan ketuban.
2. Hubungan tuberculosis dengan sariawaan yang makin meluas ialah penularan
tuberculosis melewati penyebaran kuman yang terjadi di udara lewat dari dahak
bisa berbentuk droplet. Droplet maupun dahak banyak mengandung kuman yang
akan membelah dirinya dan terjadi suatu infeksi. Adanya sariawan dan luka
pencabutan menyebabkan kuman tuberculosis dapat menempel pada lapisan
epitel rongga mulut sehingga sistem imun menurun dan sariawan yang ada
menjadi semakin meluas.
3. Hubungan antara sariawan yang makin meluas dengan gigi yang telah dicabut
ialah adanya luka pencabutan menyebabkan kuman tuberculosis yang akan
membelah dirinya menjadi suatu infeksi dapat menempel dan masuk pada
lapisan epitel rongga mulut sehingga sistem imun menurun dan sariawan yang
ada menjadi semakin meluas.
4. Diagnosis sementara dari kasus yang ada di skenario yang disebabkan oleh HPV
ialah oral squamous cell carcinoma karena dilihat dari skenario menunjukkan
hasil pemeriksaan intra oral pada region 27,28 tampak plak berwarna putih, tidak
dapat dikerok, dan sakit dan hasil biopsy menunjukkan adanya dyplasia berat
pada epitel mukosa disebabkan karena Human Papilloma Virus (HPV).
5. Hasil dari pemeriksaan yang ditunjukkan dari pemeriksaan intra oral ialah
leukoplakia karena pemeriksaan intra oral tampak plak berwarna putih, tidak
3

dapat dikerok, dan sakit tetapi hasil biopsy menunjukkan adanya dyplasia berat
pada epitel mukosa disebabkan karena Human Papilloma Virus (HPV) sehingga
lebih merujuk ke oral squamous cell carcinoma.
6. Penatalaksanaan yang akan dilakukan oleh dokter gigi dari kasus yang ada pada
skenario ialah pemberian obat topical untuk mengurangi gejala dan Kemoterapi.
Kemoterapi digunakan sebagai terapi awal sebelum dilakukan terapi lokal,
bersama dengan radioterapi (CCRT), dan kemoterapi pembantu setelah
perawatan lokal. Tujuan kemoterapi yakni untuk mengurangi tumor awal dan
memberikan perawatan dini pada mikrometastaste.
7. Usia dan jenis kelamin mempengaruhi kasus yang ada pada skenario karena
pada usia dewasa dapat berpengaruh namun lebih kepada orang tua dikarenakan
sistem imun yang ada pada orang tua telah menurun sehingga rentan terhadap
penyakit. Pria dan wanita memiliki peluang yang sama, namun ada sistem
hormon yang membedakannya, pria cenderung lebih berpengaruh daripada
wanita.
8. Terapi yang dilakukan untuk tuberculosis adalah pemberian obat selama 6 bulan
secara rutin. Adapun obat-obatannya seperti Obat primer : INH (isoniazid),
Rifampisin, Etambutol, Streptomisin, Pirazinamid. Memperlihatkan efektifitas
yang tinggi dengan toksisitas yang masih dapat ditolerir, sebagian besar
penderita dapat disembuhkan dengan obat-obat ini. Obat sekunder : Exionamid,
Paraaminosalisilat, Sikloserin, Amikasin, Kapreomisin dan Kanamisin. Tetapi,
pengobatan TBC paru-paru hampir selalu menggunakan tiga obat yaitu INH,
rifampisin dan pirazinamid pada bulan pertama selama tidak ada resistensi
terhadap satu atau lebih obat TBC primer ini.
9. Pemeriksaan penunjang untuk kasus yang ada pada skenario selain biopsy ialah
pemeriksaan dengan toluidine blue untuk mengetahui apakah lesi tersebut ganas
ataupun jinak dan Pemeriksaan sitologi mulut yang merupakan suatu
pemeriksaan mikroskopik gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi
didalam mulut.
10. Tindakan perawatan awal yang akan dilakukan oleh doker gigi terhadap kasus
yang ada pada skenario ialah pemberian obat topikal untuk mengurangi gejala,
pemberian obat antimicrobial. Bertujuan untuk menjaga kesehatan rongga mulut
dalam keadaan baik.
4

11. Penyebab sariawannya semakin meluas adalah faktor inflamasi dan infeksi
bakteri tuberculosis yang telah masuk melewati luka pencabutan dan kondisi
tubuh yang menurun sehingga menyebabkan sariawan yang ada semakin meluas.
12. Terapi lain selain pemberian obat tuberculosis pada pasien ibu hamil ialah
pemberian obat terapi tuberculosis selain streptomisin karena obat terapi
tuberculosis itu terdapat Isoniazid, Rifampisin, Etambutol, Streptomisin,
Pirazinamid. Namun streptomisin tidak di indikasikan untuk ibu hamil karena
mudah untuk menembus dada, rongga perut, dapat melewati plasenta ke dalam
cairan ketuban bayi, dan konsentrasi obat lebih tinggi, karena konsentrasi yang
lebih tinggi dalam cairan ketuban.

1.5 Pohon Masalah (Problem Tree)



1.6 Sasaran Belajar
1. Menjelaskan Definisi OSCC
2. Menjelaskan Etiologi OSCC
3. Menjelaskan Epidemiologi OSCC
4. Menjelaskan Manifestasi Klinis OSCC
Oral
Squamous
Cell
Carsinoma
Definisi
Etiologi
Epidemiologi
Manifestasi
Klinis
Patogenesis
Pemeriksaan
Klinis dan
Penunjang
Diagnosis
Banding
Perawatan
Pencegahan
Komplikasi
Prognosis
5

5. Menjelaskan Patogenesis OSCC
6. Menjelaskan Pemeriksaan Klinis dan Pemeriksaan Penunjang pada OSCC
7. Menjelaskan Diagnosis Banding OSCC
8. Menjelaskan Perawatan pada OSCC
9. Menjelaskan Pencegahan OSCC
10. Menjelaskan Komplikasi OSCC
11. Menjelaskan Prognosis OSCC
12. Menjelaskan Obat Terapi pada Tuberculosis
13. Menjelaskan Hubungan Usia dan Jenis Kelamin dengan Tuberculosis dan HPV

6

BAB II
ISI

2.1 Definisi Oral Squamous Cell Carsinoma
Oral Squamous Cell Carsinoma adalah Suatu neoplasma invasif pada jaringan
epitel rongga mulut dengan berbagai tingkat diferensiasi yang muncul pada tempat-
tempat seperti jaringan mukosa mulut, alveolar, gingiva, dasar mulut, lidah, palatum,
tonsil dan orofaring.
1

2.2 Etiologi Oral Squamous Cell Carsinoma
Secara garis besar, etiologi kanker rongga mulut dapat dikelompokkan atas:
1. Faktor lokal, meliputi kebersihan rongga mulut yang jelek, iritasi kronis dari
restorasi, gigi-gigi karies/akar gigi, gigi palsu.
2. Faktor luar, antara lain karsinogen kimia berupa rokok dan cara penggunaannya,
tembakau, agen fisik, radiasi ionisasi, virus, sinar matahari.
3. Faktor host, meliputi nutrisi imunologi dan genetik.
2


2.3 Epidemiologi Oral Squamous Cell Carsinoma
Oral Squamous Cell Carsinoma adalah jenis kanker mulut yang paling sering
ditemukan lebih dari 90% dari semua neoplasma ganas di RM. Penelitian mutakhir
menunjukkan bahwa 90% dari kanker mulut terjadi pada individu 45 tahun ke atas
dan prevalensi pada pria lebih tinggi daripada wanita (2,6:1).
3

2.4 Manifestasi Klinis Oral Squamous Cell Carsinoma
Lesi merah atau putih dan merah, ulser sering ditemukan terletak pada bagian
lateral lidah, ventral lidah, orofaring, dasar mulut, gingiva, mukosa bukal, atau bibir.
Karsinoma sering tidak bergejala sampai menjadi besar, mengalami indurasi atau
ulserasi. Muncul setelah terpapar berkepanjangan oleh karsinogen. Lesi yang
persisten akan menimbulkan metastasis, biasanya tampak nodus limfatik yang keras,
kaku, dan tidak sakit.
3


7


Pada bagian tepi lateral lidah

Pada bagian vermillion border

2.5 Patogenesis Oral Squamous Cell Carsinoma
HPV ditularkan melalui hubungan seks antarpasangan. Infeksi virus terjadi pada
saat fase pembelahan mitosis G1-S dan G-2M. Dimana gen p53 berperan saat fase
mitosis G1-S dan G-2M. Sedangkan gen pRb berperan saat fase G1-S. HPV merusak
P53 dalam sel. Gen P53 bekerja bila ada kerusakan DNA sel dan menghentikan
proses pertumbuhan dan pembelahan sel sampai kerusakan itu diperbaiki.
4,5

8


Skema Patogenesis OSCC

2.6 Pemeriksaan Klinis Dan Pemeriksaan Penunjang Oral Squamous Cell
Carsinoma
A. Pemeriksaan Klinis :
1. Pemeriksaan Subjektif
Pemeriksaan klinis yang dilakukan dengan menanyakan keluhan utama,
keluhan tambahan, riwayat perawatan gigi, riwayat penyakit sistemik dan
kebiasaan buruk.
6

2. Pemeriksaan Objektif
Pemeriksaan klinis dilakukan dengan memeriksa seluruh rongga
mulut,faring dan laring dievaluasi secara cermat dengan cara palpasi, pemeriksaan
langsung atau visualisasi tidak langsung dengan menggunakan kaca mulut. Semua
lesi harus di perhatikan khusus dan diuraikan. Lokasi, ukuran, tekstur, dan
karakteristik lainnya.
6
HPV memiliki
onkoprotein E6 & E7
Onkoprotein E6
mengikat gen p53,
onkoprotein E7
mengikat gen pRb
Modifikasi/non-aktif
gen p53 dan pRb
Sel gagal apotosis,
dan terus
mengalami
pembelahan
Perkembangan
menjadi tidak
terkontrol
Oral Squamous Cell
Carsinoma
9

B. Pemeriksaan Penunjang :
1. Sitologi
Pemeriksaan sitologi mulut merupakan suatu pemeriksaan mikroskopik
gel-gel yang dikerok/dikikis dari permukaan suatu lesi didalam mulut.
2. Biopsi
Jika hasil pemeriksaan sitologi meragukan, segera lakukan biopsi. Biopsi
merupakan pengambilan spesimen baik total maupun sebagian untuk pemeriksaan
mikroskopis dan diagnosis.
a. Biopsi brush: pemeriksaan tambahan yg digunakan sbg metode pemeriksaan lesi
mulut yg tidak memerlukan biopsi pembedahan. Prosedur biopsi sederhana, cepat,
tepat, menggunakan sikat yg dirancang khusus, sehingga mampu mengambil sel
pada seluruh lapisan epitel, termasuk lapisan sel epitel basal dan bagian yg paling
superfisial dari jaringan ikat dibawah epitel (lamina propria), tanpa anastesi.
b. Biopsi insisi: teknik biopsi yg mengambil sebagian dari jarongan lesi dgn
mengikutsertakan jaringan normal sekitarnya.
c. Biopsi eksisi: teknik biopsi yg mengambil seluruh jaringan lesi.
d. Biopsi punch: digunakan dibidang dermatologi utk mengambil sampel kulit.
Sesudah dianastesi, dilakukan pengambilan jaringan dgn diameter 3-4mm dgn alat
punch, kemudian dijahit.
e. Biopsi aspirasi: pengambilam jaringan dgn alat khusus, biasanya dilakukan pd lesi
kelenjar liur.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) atau Computed Tomography (CT)
Kepala dan leher serta tempat yang dicurigai metasatase jauh dan MRI
leher untuk menggambarkan luas metastase nodus servikal. Beberapa unit
pemeriksaan rutin dada dan abdomen. MRI khususnya berguna untuk menentukan
penyebaran tumor, keterlibatan tulang, metastase nodus.
2,5


2.7 Diagnosis Banding Oral Squamous Cell Carsinoma
a. Ulkus traumatik
b. Oral Tuberculosis
c. Mikosistis sistemik
10

d. Sifilis
e. Ulkus eosinofilik
f. Necrotizing sialadenometaplasia
g. Granulomatosis Wegener
h. Granuloma ganas
i. Karsinoma glandula salivarius minor

2.8 Perawatan Oral Squamous Cell Carsinoma
Terapi terdiri dari :
1. Pembedahan. Pembedahan dengan atau tanpa radioterapi biasanya diindikasikan
untuk kanker stadium 1 dan 2.
2. Kemoterapi. Kemoterapi digunakan sebagai terapi awal sebelum dilakukan terapi
lokal, bersama dengan radioterapi (CCRT), dan kemoterapi pembantu setelah
perawatan lokal. Tujuan kemoterapi yakni untuk mengurangi tumor awal dan
memberikan perawatan dini pada mikrometastaste.
3. Radioterapi. Digunakan untuk mengecilkan tumor sebelum operasi atau untuk
membersihkan tubuh dari sisa-sisa mikroskopik atau kanker di daerah di mana
tumor telah ditemukan atau dihilangkan.
4. Kombinasi, diindikasikan untuk kanker stadium 3 dan 4.
7


2.9 Pencegahan Oral Squamous Cell Carsinoma
a. Deteksi dini (tahap awal agar dapat ditangani dg efektif dan efesien).
b. Edukasi ttg faktor resiko yg berhubungan dg penyakit.
c. Sikat gigi dan flossing secara teratur OH baik.
d. Jangan merokok / mengunyah tembakau.
e. Hindari minumminuman beralkohol.
f. Batasi ekspos terhadap sinar matahari terutama bagian bibir bawah.
g. Berolahraga secara teratur.
h. Kontrol teratur setiap 6 bulan sekali ke dokter gigi.
8


2.10 Komplikasi Oral Squamous Cell Carsinoma
Reaksi kronik :
a. Perubahan suplai vaskular,
b. Fibrosis jaringan ikat dan jaringan otot,
11

c. Perubahan selularitas dari jaringan.

2.11 Prognosis Oral Squamous Cell Carsinoma
Prognosis tergantung pada lokasi, stadium dan ada/tidak metastase. Jika
dilakukan eksisi dengan baik dan sempurna, menunjukkan prognosis yang baik.
Beberapa ahli melaporkan pada kasus yang bermetastasis luas, sekitar 30 65 %
pasien meninggal dalam 5 tahun. Terapi kombinasi dapat menghasilkan
keselamatan yang baik pada kasus-kasus tumor tingkat lanjut dan pada tumor yang
menunjukkan tingkah laku biologis yang agresif.
9


2.12 Obat Terapi Pada Tuberculosis
Pengobatan TB pada kehamilan menggunakan sistem DOTS (Directly Observed
Therapy, Short Course), min 6 bulan. Penggunaan antituberculosa lini pertama
dianggap aman bagi ibu dan bayi. Golongan lini pertama OAT seperti isoniazid,
rifampisin, etambutol digunakan secara luas pada wanita hamil. Obat-obat tersebut
dapat melalui plasenta dalam dosis rendah dan tidak menimbulkan efek teratogenik
pada janin. Pemberian vitamin K dilakukan pada akhir trismester ketiga kehamilan
dan bayi yang baru lahir. Kontraindikasi pd ibu hamil :
- Pyrazinamid.
-
Streptomycin.
10,11

2.13 Hubungan Usia Dan Jenis Kelamin Terhadap Tuberculosis Dan HPV
Pada pasien TB, lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Sekitar
75% pasien TB adalah kelompok usia yang paling produktif secara ekonomis (15-
50 tahun). Usia dan jenis kelamin berpengaruh terhadap virus HPV. Hal ini
dikarenakan melalui monitoring dengan pemeriksaan Pap di Amerika dan Eropa,
diperkirakan 35.000 wanita meninggal akibat kanker serviks. Umumnya sel-sel
mukosa baru matang setelah wanita berusia 20 tahun ke atas. Pada usia muda, sel-
sel mukosa pada serviks belum matang. Sehingga masih rentan terhadap
rangsangan. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa berubah sifat menjadi
kanker.
4,12,13


12

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan skenario ini, pasien didiagnosa mengalami oral squamous cell
carsinoma (OSCC) yang diakibatkan oleh virus HPV, dan berawal dari imun host
yang menurun karena pernah menderita Tuberculosis sejak 2 tahun yang lalu saat
hamil, dan pengobatan Tuberkulosisnya yang dihentikan. Pasien mengalami
sariawan yang tak kunjung sembuh dan terdapat displasia berat pada hasil
pemeriksaan penunjang dengan biopsi. Perawatan yang dapat dilakukan kepada
pasien adalah radioterapi, kemoterapi atau kombinasi.

3.2 Saran
Dengan adanya makalah tutorial ini diharapkan mahasiswa dapat menerima
dan mempelajari tetapi juga sebagai penuntun dalam mempermudah belajar, dan
mahasiswa mampu menjelaskan sendiri pengetahuan yang sudah dipelajari dan
didiskusikan dalam tutorial ini.





13

DAFTAR PUSTAKA

1. Wahyuni, Fany. Skripsi : Karsinoma Sel Skuamosa Yang Didahului Inflamasi
Kronis Non-Spesifik. Universitas Sumatera Utara: Medan, Indonesia, 2010
Richard, E Walton. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia. Jakarta:EGC
2. Sayuti, Hasibuan. Skripsi : Prosedur Deteksi Dini dan Diagnosis Kanker Rongga
Mulut. Universitas Sumatera Utara: Medan, Indonesia, 2004.
3. Langlais Robert, Miller Craig S, and Gehrig Jill S. Atlas Berwarna Lesi Mulut yang
Sering Ditemukan Edisi 4. Jakarta: EGC; 2014.
4. Lukman Hakim. New Perspective of Sexually Transmitted Infection Problems.
Universitas Brawijaya : Malang. 2010.
5. Sudiono, Janti. Pemeriksaan patologi untuk diagnosis neoplasma mulut. Jakarta:
EGC; 2008.
6. Syafriza, Dharli. Diagnosa dini karsinoma sel skuamousa di rongga mulut.
Universitas Sumatera Utara: Medan, Indonesia, 2000.
7. Markolpoulos AK. Current Aspects on Oral Squamous Cell Carcinoma. The Open
Dentistry Journal, 2012: 6, p: 126-130.
8. Feller L, Johan L. Oral Squamous Cell Carcinoma: Epidemiology, Clinical
Presentation and Treatment. Journal of Cancer Therapy. 2012. Vol 3. p.263-268
9. Syafriadi M. Patologi mulut. Tumor neoplastik dan Non neoplastik Rongga Mulut.
Yogyakarta. 2008.
10. Loko OM. Tuberculosis in pregnancy. Journal of Prenansi. 2012
11. Meiyanti. Penatalaksanaan Tuberculosis pada Kehamilan. Universitas Trisakti :
Jakarta. 2007. vol.26;3.
12. Aida. Karakteristik Penderita Kanker Serviks yang Dirawat Inap Di RSUP. H. Adam
Malik Medan Tahun 2009. Universitas Sumatera Utara: Medan.2010.
13. Selvamuthukumar SC, Aswath Nalini, Anand V. Pattern of Oral Lesions in
Tuberculosis Patients: A Cross-sectional Study. Journal of Indian Academy of
Oral Medicine and Radiologi. 2011;23(3).

Вам также может понравиться