Вы находитесь на странице: 1из 13

Tugas Kelompok

MANAJEMEN STRATEGIK



Dosen : Prof. Dr. Kamaludin, S.E., M.M.








Kasus Fakultas Akutansi Universitas Negeri Jakarta

Oleh :
Phimatra Jaya Putra
Nindia Febrianti
Noni Yuliesti
Oghi Khar Wapi
R.A. Lingga Fajria




JURUSAN MAGISTER MANAJEMEN
UNIVERSITAS BENGKULU
2013
PENDAHULUAN

Sebagai pelaksana program pendidikan, lembaga pendidikan adalah pemeran utama
untuk melaksanakan program tersebut.Dalam pelaksanaan program-program serta
tujuan yang telah disepakati oleh lembaga pendidikan tersebut tentunya tidak bisa
terlepas dengan problematika maupun persoalan-persoalan lain yang harus
diselesaikan oleh sebuah lembaga pendidikan termasuk lembaga pendidikan tinggi.
Persoalan-persoalan yang timbul baik berupa faktor intern maupun ekstern.Faktor
intern misalnya terkait dengan kurikulum, tenaga pendidik, perserta didik dan lain-
lain, sedangkan faktor eksternnya adalah faktor-faktor sosial (masyarakat),
pemerintahan maupun pihak-pihak yang terkait. Sebuah lembaga pendidikan Islam
tentunya harus mengetahui problematika lembaganya, mengetahui kekuatan,
kelemahan, peluang maupun ancaman sehingga bisa melahirkan solusi-solusi
cemerlang dan bisa mengantarkan lembaga pendidikan Islam pada kedudukan yang
sangat berpengaruh dalam pergulatan keilmuan bangsa maupun dunia.
Analisis SWOT merupakan salah satu alternatif didalam manajemen pendidikan,
khusunya lembaga pendidikan Islam. Sebenarnya apa analis SWOT itu, bagaimanakah
sistem kerjanya? Dan mungkin masih banyak pertanyaan-pertanyaan yang kita ajukan
tentang analisis SWOT yang masih terasa asing bagi kita.Semoga dengan penyusunan
makalah ini pertanyaan-pertanyaan tersebut bisa terjawab.
PEMBAHASAN
A. Penerapan analisis SWOT di lembaga pendidikan Islam.
Analisis SWOT merupakan sebuah pendekatan yang paling terkenal dan paling
mutakhir dalam dunia menajemen. Analisis SWOT juga merupakan sebuah strategi
trobosan terbaru dalam dunia pendidikan untuk menuntaskan permasalahan atau
hambatan-hambatan dalam lembaga pendidikan Islam. Kata SWOT merupakan
perpendekan dari Strengths Weaknesses Opportunities dan Treaths yang dapat
diterjemahkan menjadi: kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman. Dalam metode
atau pendekatan ini kita harus memikirkan tentang kekuatan apa saja yang kita miliki,
kelemahan apa saja yang melekat pada diri atau lembaga pendidikan kita dan
kemudian kita juga harus melihat kesempatan atau Opportunity yang terbuka bagi
kita dan akhirnya kita harus mampu untuk mengetahui ancaman, ganguan serta
tantangan yang menghadamg didepan kita. Analisis ini harus kita lakukan, baik
terhadap pesaing langsung maupun pesaing tidak langsung karena kita harus berusaha
untuk dapat menyelesaikan persoalan-persoalan yang dihadapi oleh sebuah lembaga
pendidikan.
Dengan kata lain, sebuah lembaga pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang
telah ditetapkan ketika kekuatan lembaga pendidikan melebihi kelemahan yang
dimiliki. Oleh karena itu lembaga pendidikan tersebut harus mampu memperdayakan
potensi yang dimiliki secara maksimal, mengurangi resiko-resiko yang akan terjadi.
Dengan demikian, secara sederhana dapat dikatakan bahwa tercapai atau tidaknya
tujuan lembaga pendidikan yang telah ditetapkan adalah fungsi dari lingkungan
manajemen lembaga pendidikan.
Keandalan analisis SWOT terletak pada kemampuan para penentu strategi organisasi
(decision maker) untuk memaksimalkan kekuatan dan pemanfaatan peluang lembaga
pendidikan.harapannya jelas, yakni bertujuan untuk meminimalisasi kelemahan yang
ada dalam internal lembaga pedidikan dan menekan dampak ancaman yang akan
timbul dan harus dihadapi. Siagian mengemukakan jika analisis SWOT dilakukan
dengan tepat, maka sepertinya upaya untuk memilih dan menentukan strategi yang
efektif akan membuahkan hasil sesuai apa yang diinginkan.
Dalam Analis SWOT ada empat titik penekanan yaitu :

1. Faktor Kekuatan (Strength)
Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus atau
keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan
komparatif lembaga pendidikan tersebut.Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga
pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi perserta
didik, lulusan terbaik/hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain yang
membuatnya unggul bagi pesaing-pesaing serta dapat memuaskan steakholder
maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat dan bangsa).
Sebagai contoh bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber keuangan, citra
yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas pengguna dan
kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan keunggulan lembaga
pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain ; sumber daya manusia yang secara
kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan dari kualitas. Selain itu antusiasme
pelaksanaan pendidikan Islam sangat tinggi, yang didukung sarana prasarana
pendidikan yang cukup memadai. Hal lai dari faktor keunggulan lembaga pendidikan
Islam adalah kebutuhan masyarakat terhadap yang bersifat transendental sangat
tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari proses pendidikan lembaga
pendidikan Islam.
Bagi sebuah lembaga pendidikan sangat penting untuk mengenali terhadap kekuatan
dasar lembaga tersebut sebgai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang
berbasis kualitas tinggi. Mengenali kekuatan dan terus melakukan refleksi adalah
sebuah langkah bersar untuk menuju kemajuan bagi lembaga pendidikan islam.

2. Faktor-faktor kelemahan
Segala sesuatu pasti memiliki kelemahan adalah hal yang wajar tetapi yang terpenting
adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa
meminimalisir kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut
menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain.
Kelemahan ini bisa kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau kemampuan
tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya antara hasil
lulusan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri dan lain-lain
Untuk itu, beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh para pengelola
pendidikan Islam, antar alain ; (1) lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan Islam.
(2) sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja. (3) lembaga
pendidikan Islam swasta umumya kurang bisa menangkap peluang, sehingga mereka
hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang ini. (4) uotput lembaga
pendidikan Islam belum sepenuhnya bersaing dengan output lembaga pendidikan
yang lain dan sebagainya.

3. Faktor Peluang
Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan
menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan.
Situasi lingkungan tersebut misalnya ; (1) kecendrungan penting yang terjadi
dikalangan peserta didik. (2) identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum
mendapat perhatian. (3) perubahan dalam keadaan persaingan. (4) hubungan dengan
pengguna atau pelanggan dan sebagainya. Peluang pengembangan lembaga
pendidikan Islam antara lain :

a. Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan peran
serta pendidikan agama Islam yang lebih dominan.
b. Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan
hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama berdimensi
sufistik kia menjamur. Ini menjadi salah satu peluang bagi pengembangan lembaga
pendidikan Islam kedepan.
c. Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim, bahkan
merupakan komunitas muslim terbesar diseluruh dunia. Ini adalah peluang yang
sangat setrategibagi pentingnya manajemen pengembangan lembaga pendidikan
Islam.

4. Faktor Ancaman
Ancama merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktor-faktor
lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan. Jika sebuah
ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang atau
penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu sendiri.
Contoh ancaman tersebut adalah ; minat peserta didik baru yang menurun, kurangnya
kepercayaan masyarakat terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.

B. Analisis SWOT secara cermat dan akurat
Menurut Boseman,(1989:6) ada 7 tahap proses manajemen strategik :
1. Lakukan analisis SWOT secara cermat dan akurat.
2. Mengenali visi dan misi organisasi.
3. Melakukan formulasi tentang filosofi dan kebijakan organisasi.
4. Menetapkan sasaran strategikorganisasi.
5. Menetapkan strategi organisasi.
6. Melaksanakan strategi organisasi.
7. Melakukan kontrol strategi organisasi.

Sharplin (1985:54-55) memasukkan analisis SWOT untuk melihat kekuatan dan
kelemahan didalam sekolah, sekaligus memantau peluang dan tantangan yang
dihadapi sekolah.Analisis SWOT adalah salah satu tahap dalam manajemen strategik
menggunakan pendekatan lingkungan. Proses penilaian kekuatan, kelemahan,
peluang dan hambatan secara umum.
Anaalisis SWOT menyediakan para pengambil keputusan organisasi akan informasi
yang dapat menyiapkan dasar dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan dan
tindakan, jika keputusan ini diterapkan secara efektif akan memungkinkan sekolah
mencapai tujuannya. Analisis SWOT dalam penyelenggaraan sekolah dapat
membantu pengalokasian sumber daya seperti anggaran, sarana dan prasarana sumber
daya manusia, fasilitas sekolah, potensi lingkungan sekolah, dan sebagainya yang lebih
efektif. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan
matrik SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah
dapat dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang),
strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi
ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi
kelemahan dan menghindari ancaman).

Contoh:
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta adalah jurusan yang
berdiri pada tahun 2005 seiring dengan berdirinya Fakultas Ekonomi. Jurusan
Akuntansi adalah salah satu Jurusan di Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Jakarta
yang merancang dan mengembangkan pendidikan dan pengajaran, penelitian serta
pengabdian pada masyarakat dalam bidang pengetahuan Akuntansi. Visi dari Jurusan
Akuntansi adalah Menghasilkan Sarjana Ekonomi (SE) Bidang Akuntansi Yang
Kompeten Dan Profesional Yang Mampu Bersaing Pasar Dunia Kerja Serta Memiliki
Wawasan Global Dengan Tetap Berpijak Pada Konsepsi Lokal.

Jurusan Akuntansi saat ini mempunyai 2 program studi yakni S1 Akuntansi dan
D3Akuntansi. Lulusan S1 Akuntansi nantinya akan bergelar Sarjana Ekonomi (SE), dan
lulusan D3 Akuntansi bergelar Ahli Madya (Amd). Saat ini, Jurusan Akuntansi diketuai
oleh M. Yasser Arafat, SE, MM. Ketua Program Studi S1 Akuntansi adalah Dian Citra
Aruna, SE, Msi. Dan ketua Program Studi D3 Akuntansi adalah Rida Prihatni, SE, Ak,
Msi.

Analisis SWOT

Strenghts (Kekuatan) :

1. Akuntansi UNJ memiliki Kualitas input (competitiveness) yang tinggi, hal ini
terbukti dengan tingginya minat calon mahasiswa baru memilih jurusan Akuntansi di
dalam Seleksi Ujian Masuk (SNMPTN undangan dan tertulis, UMB, Penmaba).
2. Akreditasi oleh BAN PT dengan nilai B.
3. Dosen mempunyai potensi untuk berkembang, di mana sebagian besar telah
berpendidikan S2/S3 dan berusia relatif muda dan massing-masing dosen mempunyai
pengalaman yang spesifik dalam bidang keahlian tertentu. (Audit, Pajak)
4. Lulusan Akuntansi UNJ merupakan lulusan yang berkualitas, hal ini dibuktikan
dengan 100% wisudawan Akuntansi UNJ diserap di dunia kerja.

Kelemahan (Weaknesses) :

1. Sarana dan Sarana Prasarana yang belum optimal, seperti Perpustakaan (PBE/Pusat
Belajar Ekonomi) dan juga laboratorium.
2. Belum ideal rasio antara tenaga pengajar (dosen) dengan mahasiswa. Serta belum
adanya guru besar di Jurusan Akuntansi.
3. Metode pengajaran umumnya masih konvensional, kurang dinamis dan belum ideal
dibandingkan dengan PTS.
4. Penguasaan bahasa asing bagi Dosen dan Mahasiswa masih kurang.
5. Belum optimalnya peranan alumni dalam ikut mengembangan jurusan Akuntansi.


Opportunity (Peluang):

1. Kemajuan teknologi, informasi, dan komunikasi yang aplikatif untuk para
mahasiswa di dunia kerja nantinya.
2. Besarnya kebutuhan tenaga akuntansi di sektor publik dan swasta.
3. Tingginya minat calon mahasiswa untuk melanjutkan studi di Jurusan Akuntansi FE
UNJ.
4. Globalisasi dengan segala aspeknya memberi peluang Jurusan Akuntansi untuk
menjalin kerja sama dengan lembaga nasional maupun internasional dalam bidang
pendidikan, contoh : Jurusan Akuntansi FE UNJ telah menjalin kerjasama dengan De
La Salle Lipa University di Filipina.
5. Menguatnya tuntutan agar Perguruan Tinggi di Indonesia mampu berkiprah secara
Internasional.

Threatness (Tantangan) :

1. Perkembangan penyelenggara pendidikan (PTN dan PTS) serupa yang sudah
terlebih dahulu lahir telah mempunyai tenaga dosen yang variatif dan spesifik, serta
telah memiliki guru besar.
2. Pesatnya pertumbuhan perguruan tinggi ekonomi dan lembaga pelatihan bisnis
baik yang negeri maupun swasta mendorong ketatnya persaingan

Pemasalahan dan Solusi

Bagaikan peribahasa yakni tak ada gading yang tak retak, hal itulah yang juga terjadi
di jurusan Akuntansi FE UNJ, tiada yang sempurna memang, ada kelebihan dan
kekurangan yang ada serta permasalahan yang terjadi di beberapa lini di Jurusan ini.
Saya akan membahas tentang permasalahan dan solusi yang ada di jurusan Akuntansi.

1. Adanya kesenjangan antara Mahasiswa S1 dengan D3.
Kesenjangan antara Mahasiswa s1 dengan D3 adalah masalah klasik yang ada di
jurusan Akuntansi, hal ini disebabkan oleh beberapa persoalan yang terkait yakni :
- gengsi yang ditimbulkan dari tiap individu mahasiswa di program studi tersebut,
- adanya perbedaan jadwal dan kelas yang jarang mempertemukan mahasiswa di
kedua program studi tersebut,
- adanya perbedaan sistem pengajaran,
- kurangnya suatu kegiatan yang mempertemukan seluruh mahasiswa baik beda
program studi maupun beda angkatan.

Solusi dari permasalahan ini adalah dengan menciptakan dan membuat suatu
event/acara yang di dalamnya dapat mempertemukan seluruh mahasiswa Jurusan
Akuntansi, contoh acara tersebut adalah Makrab (Malam Keakraban) atau sejenisnya
seperti kompetisi yang mempertemukan seluruh mahasiswa Akuntansi. Dengan acara
ini dapat meningkatkan solidaritas dan tali persaudaraan (Ukhuwah) antar mahasiswa
yang ada di jurusan Akuntansi. Dengan ini kesenjangan antar mahasiswa S1 dan D3
lebih dapat diminimalisir. Dalam hal ini HMJ Akuntansi sebagai lembaga eksekutif
mahasiswa di jurusan Akuntansi dapat mengambil peranannya disini.

2. Kurangnya Sarana dan Prasarana pendukung.

Sarana dan Prasarana suatu jurusan adalah suatu poin penting yang dapat
meningkatkan kualitas di dalam jurusan tersebut, ada beberapa kekurangan Sarana
dan Prasarana pendukung yang dimiliki oleh jurusan Akuntansi saat ini yaitu :

-Kurangnya fasilitas untuk mendukung hardskill mahasiswa Akuntansi seperti
pengembangan software Akuntansi. Saat ini kemajuan Teknologi, Informasi, dan
Komunikasi yang pesat di Tanah Air menyebabkan keharusan bagi kampus untuk
menyiapkan dan mencetak para mahasiswanya untuk menguasai hal tersebut, tidak
terkecuali dalam hal software Akuntansi. Sayangnya dari penuturan beberapa
mahasiswa dan alumni, pengajaran dan pemahaman akan software Akuntansi di
kampus masih minim, hanya sebatas praktik-praktik sekilas dan tidak terlalu
mendalam, padahal penguasaan teknologi lah yang menjadi suatu poin untuk dunia
kerja saat ini.
-Kurangnya pengadaan buku-buku dan sumber belajar di Perpustakaan. Perpustakaan
Fakultas Ekonomi atau yang lebih kita kenal dengan PBE (Pusat Belajar Ekonomi)
merupakaan perpus-nya para Mahasiswa FE UNJ, namun kondisi pada saat ini, PBE
masih kekurangan buku-buku dan sumber belajar atau referensi bagi para mahasiswa
khususnya mahasiswa jurusan Akuntansi. Buku-buku yang ada masih sangat kurang
baik dari segi kuantitas (jumlah) maupun kualitas. Buku-buku yang ada berbeda
dengan buku-buku yang ada. Sehingga banyak dari mahasiswa yang terpaksa beli demi
ketersediaan bahan untuk belajar. Seharusnya dengan adanya PBE, para mahasiswa
semakin didukung baik dari segi keilmuan maupun finansial.

Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan adanya peningkatan terhadap sarana
dan sarana pendukung di jurusan Akuntansi terhadap kebutuhan para mahasiswa.
Dengan adanya kelengkapan sarana dan prasarana, kualitas mahasiswa Akuntansi FE
UNJ secara langsung dapat meningkat.

3. Kurangnya minat mahasiswa Akuntansi dalam berorganisasi.

Minat para mahasiswa Akuntansi FE UNJ masih rendah dalam mengikuti organisasi.
Hal ini tercermin dari presentase jumlah mahasiswa Akuntansi yang mengikuti
organisasi baik organisasi eksekutif seperti HMJ dan BEM maupun Unit Kegiatan
Mahasiswa. Banyaknya mahasiswa akuntansi yang apatis serta study oriented inilah
yang terus menerus mengakar. Mereka (mahasiswa Akuntansi yang tidak
berorganisasi) lebih memilih untuk kupu-kupu (kuliah pulang-kuliah pulang) dan
nongkrong dengan teman-teman sepergaulannya dibandingkan melakukan kegiatan
organisasi yang bermanfaat.
Solusi dari permasalahan diatas adalah dengan lebih mengenalkan organisasi tersebut
kepada para mahasiswa. HMJ Akuntansi sebenarnya dapat memainkan peranannya
disini, HMJ dapat memberikan kebermanfaatan dan pelayanan terhadap para
mahasiswa Akuntansi seperti mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat
meningkatkan potensi-potensi akademik maupun non akademik. Dengan hal ini, rasa
apatis mahasiswa terhadap organisasi perlahan mulai terkikis.

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Permasalahan-permasalahan yang terjadi didalam lembaga pendidikan termasuk
lembaga pendidikan tinggi UNJ untuk menyelesaikan persolan tersebut tentunya
dengan menggunakan metode-metode yang variatif. Salah satunya adalah dengan
menggunakan analisis SWOT. Dimana didalam analisis SWOT lembaga pendidikan
melihat kekuatan dengan basis keislamannya yang kualitas input , dosen dan lulusan
FE UNJ , melihat kelemahan-kelemahan yang dimiliki kemudian diperbaiki, membaca
peluang-peluang dalam terjadi dalam kehidupan sehingga dapat meningkatkan
akreditasi menjadi A , dan mahasiswa yang dapat berorganisasi sehingga mampu
bersaing dalam dunia kerja, serta melihat ancaman-ancaman yang terjadi maupun
yang akan terjadi sehingga ancaman-ancaman tersebut bisa berubah menjadi peluang.

B. SARAN
Hendaknya setiap lembaga pendidikan dalam mengatasi problematika menggunakan
Analisis SWOT sebagai salah satu solusi. Karena dengan pendekatan SWOT lembaga
pendidikan akan mengenali kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman sehingga
lembaga pendidikan akan lebih mudah untuk mengatasi sebuah problematika.

DAFTAR PUSTAKA
Bartol, K.M., & Martin, D.C., (1991), Management, New York: McGraw Hill, Inc.
Broadhead, C.W., (1991), Image 2000: A Vision for Vocational Education. To Look Good,
We've got to Be Good. Vocational Education Journal, 66(1), 22-25.
Crispell, D., (1990), Wokers in 2000, American Demographics, 12(3), 36-40.
Gilley, J.W., Fulmer, K.A., & Reithlingschoefer, S.J., (1986), Searching for Academic
Excellence: Twenty Colleges and Universities o the Move and Their Leaders. New York:
ACE/Macmillan.
Glass, N.M., (1991), Pro-active Management: How to Improve Your Management
Performance. East Brunswick, NJ: Nichols Publishing.
Gorski, S.E., (1991), The SWOT Team-Focusing on Minorities. Community, Technical, and
Junior College Journal, 61(3), 30-33.
Johnson, G., Scholes, K., & Sexty, R.M., (1989), Exploring Strategic
Management, Scarborough, Ontario: Prentice Hall.

Вам также может понравиться