Вы находитесь на странице: 1из 4

Hary Tanoesoedibjo

Lahir
26 September 1965 (umur 48)
Surabaya, Indonesia
Kebangsaan Indonesia
Almamater
Carleton University
Ottawa University
[1]

Tempat kerja Media Nusantara Citra
Dikenal karena CEO MNC Group
Partai politik
Nasdem (2011-13)
Hanura (sejak 2013)
Agama Kristen
[2][3]

Pasangan Liliana Tanaja Tanoesoedibjo
[2]

Anak
- Angela Herliani T
- Valencia Herliani T
- Jessica Herliani T
- Clarissa Herliani T
- Warren Haryputra T
[2]

Bambang Hary Iswanto Tanoesoedibjo (lahir di Surabaya, 26 September 1965; umur 48
tahun),
[1]
juga dikenal dengan panggilan Hary Tanoesoedibjo atau Hary Tanoe,
[2]
adalah
seorang pengusaha dan politikus Indonesia. Saat ini Hary memegang beberapa jabatan strategis
di berbagai perusahaan terkemuka di Indonesia, dan juga Calon Wakil Presiden dari Partai
Hanura.
Latar-belakang
Hary Tanoesoedibjo lahir dan dibesarkan di Surabaya.
[4]
Ia adalah anak dari Ahmad
Tanoesoedibjo, seorang pengusaha.
[5]
Hary adalah bungsu dari tiga bersaudara, kedua kakaknya
bernama Hartono Tanoesoedibjo dan Bambang Rudijanto Tanoesoedibjo.
[4]

Seusai menamatkan pendidikan menengahnya di SMAK St. Louis Surabaya,
[6]
Hary meneruskan
pendidikannya untuk mencapai gelar Bachelor of Commerce (Honours) dari Carleton University,
Ottawa, Kanada (1988); serta Master of Business Administration dari Ottawa University,
Ottawa, Kanada (1989).
[1][2]

Hary menikah dengan Liliana Tanaja, dan memiliki lima orang anak yaitu Angela Herliani
Tanoesoedibjo, Valencia Herliani Tanoesoedibjo, Jessica Herliani Tanoesoedibjo, Clarissa
Herliani Tanoesoedibjo, dan Warren Haryputra Tanoesoedibjo.
[2][4]

Karier bisnis
Hary Tanoesoedibjo adalah pendiri, pemegang saham, dan Presiden Eksekutif Grup PT. Bhakti
Investama Tbk sejak tahun 1989. Bhakti Investama bergerak dalam bisnis manajemen investasi,
yang membeli kepemilikan berbagai perusahaan, membenahinya, dan kemudian menjualnya
kembali. Perusahaan tersebut terdaftar dalam bursa efek sebagai perusahaan terbuka, dan seiring
dengan waktu berkembang semakin besar.
[7]

Di masa krisis ekonomi Indonesia pasca tumbangnya Orde Baru, Hary melalui perusahaannya
banyak melakukan merger dan akuisisi. Pada tahun 2000, Bhakti Investama mengambil alih
sebagian saham PT Bimantara Citra Tbk, dan kemudian diubah namanya menjadi PT. Global
Mediacom Tbk ketika mayoritas saham sudah dimilikinya.
Sejak pengambil-alihan tersebut, Hary terjun dalam bisnis media penyiaran dan telekomunikasi.
Hary kemudian menjadi Presiden Direktur Global Mediacom sejak tahun 2002, setelah
sebelumnya menjabat sebagai Wakil Presiden Komisaris perusahaan tersebut. Selain itu, ia juga
menjabat sebagai Presiden Direktur PT. Media Nusantara Citra Tbk. (MNC) dan PT. Rajawali
Citra Televisi Indonesia (RCTI) sejak tahun 2003, serta sebagai Komisaris PT. Mobile-8
Telecom Tbk., Indovision dan perusahaan-perusahaan lainnya di bawah bendera grup perusahaan
Global Mediacom dan Bhakti Investama. Selain tiga stasiun TV swasta, yaitu RCTI, MNCTV,
dan Global TV, grup medianya juga mencakup stasiun radio Trijaya FM dan media cetak Harian
Seputar Indonesia, majalah ekonomi dan bisnis Trust, tabloid remaja Genie.
[8]

Pada tahun 2011, Majalah Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia, dan Hary menduduki
peringkat ke-22 dengan total nilai kekayaan sebesar US$ 1,19 miliar.
[2][9]

Karier politik
Kabar bahwa Hary Tanoesoedibjo masuk ke dunia politik mulai terdengar sejak awal bulan
Oktober 2011
[10]
, yang kemudian terkonfirmasi ketika ia secara resmi bergabung dengan Partai
NasDem pada tanggal 9 Oktober 2011.
[11]
Pada bulan November 2011, Hary muncul pada acara
Rapat Pimpinan Nasional Partai NasDem yang pertama.
[12]
Di partai tersebut, Hary menduduki
posisi sebagai Ketua Dewan Pakar dan juga Wakil Ketua Majelis Nasional. Sejak ia berkiprah
melalui Partai NasDem, Hary mendengung-dengungkan semboyan Gerakan Perubahan, suatu
gerakan yang dimotori oleh kelompok angkatan muda Indonesia.
[13]
. Menurutnya, di dalam
Partai NasDem 70% kadernya terdiri dari generasi muda.
Pada tanggal 21 Januari 2013, Hary Tanoesoedibjo mengumumkan bahwa ia resmi
mengundurkan diri dari Partai NasDem karena adanya perbedaan pendapat dan pandangan
mengenai struktur kepengurusan partai.
[14][15]
Hary menyebutkan alasan bahwa "politik itu adalah
idealisme",
[16]
dan dirinya merasa sedih dan sangat berat meninggalkan Partai NasDem yang
telah tiga bulan ia besarkan;
[17]
apalagi Partai NasDem telah berhasil lolos verifikasi Komisi
Pemilihan Umum (KPU) dan resmi menjadi partai politik peserta Pemilu 2014 dengan Nomor
Urutan 1.
[18]

Setelah keluar dari Partai Nasdem, Hary Tanoesoedibjo resmi bergabung dengan Partai Hanura
pada tanggal 17 Februari 2013. Hal ini disampaikan di kantor DPP Partai Hanura di Jl. Tanjung
Karang, Jakarta, dan langsung menduduki posisi Ketua Dewan Pertimbangan.
[19]
Ia selanjutnya
menjabat Ketua Bapilu
[20]
dan Calon Wakil Presiden dari Hanura berpasangan dengan
Wiranto.
[21]

Kegiatan sosial
Hary Tanoesoedibjo pernah berkecimpung dalam Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI)
Pusat peride 2003-2007, dengan jabatan Bendahara.
[22]
Selain itu, ia kerap diundang sebagai
pembicara seminar atau dosen tamu di berbagai perguruan tinggi.
[2][23][24][25]

Kontroversi
Pada bulan Juni 2012, Hary Tanoesoedibjo diperiksa oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK)
sehubungan dengan kasus korupsi Tommy Hindratno, pejabat pajak di Kantor Pajak Sidoarjo,
dan James Gunarjo, yang diyakini terhubung dengan PT. Bhakti Investama Tbk., perusahaan
milik Hary Tanoesoedibjo.
[2][26]
Tommy diduga bertindak sebagai perantara untuk memastikan
penggantian sebesar Rp 3,4 miliar dalam bentuk restitusi pajak.
[27]
KPK menggerebek kantor
Bhakti Investama di Menara MNC di Jakarta Pusat dan PT. Agis yang terletak di gedung yang
sama.
[27]
Bhakti Investama pernah memiliki saham di PT. Agis sampai tahun 2006, namun Hary
menyangkal keterlibatan dirinya maupun Bhakti Investama dalam kasus tersebut.
[2][27]

Chairul Tanjung
Informasi pribadi
Lahir
16 Juni 1962 (umur 51)
Jakarta, Indonesia
Suami/istri Anita Ratnasari Tanjung
Anak
Putri Indahsari
Rahmat Dwiputra
Alma
mater
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia/S1 (selesai;1987)
Institut Pendidikan dan Pembinaan
Manajemen (IPPM)/S2 (selesai;1992)
Pekerjaan Pemilik (CEO) utama CT Corp
Agama Islam
Chairul Tanjung (lahir di Jakarta, 16 Juni 1962; umur 51 tahun
[1]
) adalah pengusaha asal
Indonesia. Namanya dikenal luas sebagai usahawan sukses bersama perusahaan yang
dipimpinnya, Para Group
[2]
.
Chairul telah memulai berbisnis ketika ia kuliah dari Jurusan Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia
[2]
. Sempat jatuh bangun, akhirnya ia sukses membangun bisnisnya
[3]
. Perusahaan
konglomerasi miliknya, Para Group menjadi sebuah perusahaan bisnis membawahi beberapa
perusahaan lain seperti Trans TV dan Bank Mega
[3]
.
Karier dan kehidupan
Chairul dilahirkan di Jakarta dalam keluarga yang cukup berada. Ayahnya A.G. Tanjung adalah
wartawan zaman orde lama yang menerbitkan surat kabar beroplah kecil
[1]
. Ayahnya, yang
berdarah Batak, berasal dari Sibolga. Sedangkan ibunya, Halimah, yang berdarah Sunda berasal
dari Cibadak, Sukabumi. Chairul berada dalam keluarga bersama enam saudara lainya. Ketika
Tiba di zaman Orde Baru, usaha ayahnya dipaksa tutup karena berseberangan secara politik
dengan penguasa saat itu
[1]
. Keadaan tersebut memaksa orangtuanya menjual rumah dan
berpindah tinggal di kamar losmen yang sempit
[1]
.
Selepas menyelesaikan sekolahnya di SMA Boedi Oetomo pada 1981, Chairul masuk Jurusan
Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
[4]
(lulus 1987
[1]
). Ketika kuliah inilah ia mulai masuk
dunia bisnis. Dan ketika kuliah juga, ia mendapat penghargaan sebagai Mahasiswa Teladan
Tingkat Nasional 1984-1985
[1]
.
Demi memenuhi kebutuhan kuliah, Ia mulai berbisnis dari awal yakni berjualan buku kuliah
stensilan, kaos, dan lainnya di kampusnya. Ia juga membuka usaha foto kopi di kampusnya.
Chairul juga pernah mendirikan sebuah toko peralatan kedokteran dan laboratorium di bilangan
Senen Raya, Jakarta Pusat, tetapi bangkrut
[3]
.
Selepas kuliah, Chairul pernah mendirikan PT Pariarti Shindutama bersama tiga rekannya pada
1987. Bermodal awal Rp 150 juta dari Bank Exim, mereka memproduksi sepatu anak-anak untuk
ekspor
[5]
. Keberuntungan berpihak padanya, karena perusahaan tersebut langsung mendapat
pesanan 160 ribu pasang sepatu dari Italia. Akan tetapi, karena perbedaan visi tentang ekspansi
usaha, Chairul memilih pisah dan mendirikan usaha sendiri
[5]
.
Kepiawaiannya membangun jaringan dan sebagai pengusaha membuat bisnisnya semakin
berkembang. Mengarahkan usahanya ke konglomerasi, Chairul mereposisikan dirinya ke tiga
bisnis inti: keuangan, properti, dan multimedia. Di bidang keuangan, ia mengambil alih Bank
Karman yang kini bernama Bank Mega
[3]
.
Ia menamakan perusahaan tersebut dengan Para Group. Perusahaan Konglomerasi ini
mempunyai Para Inti Holdindo sebagai father holding company, yang membawahkan beberapa
sub-holding, yakni Para Global Investindo (bisnis keuangan), Para Inti Investindo (media dan
investasi) dan Para Inti Propertindo (properti)
[1]
.
Di bawah grup Para, Chairul Tanjung memiliki sejumlah perusahaan di bidang finansial antara
lain Asuransi Umum Mega, Asuransi Jiwa Mega Life, Para Multi Finance, Bank Mega Tbk,
Mega Capital Indonesia, Bank Mega Syariah dan Mega Finance. Sementara di bidang properti
dan investasi, perusahaan tersebut membawahi Para Bandung propertindo, Para Bali Propertindo,
Batam Indah Investindo, Mega Indah Propertindo
[6]
. Dan di bidang penyiaran dan multimedia,
Para Group memiliki Trans TV, Trans7, Mahagagaya Perdana, Trans Fashion, Trans Lifestyle,
Majalah ternama Forbes merilis daftar orang terkaya dunia 2010
[8]
. Sebagai sebuah pencapaian,
menurut majalah tersebut, Chairul Tanjung termasuk salah satu orang terkaya dunia asal
Indonesia. Forbes menyatakan bahwa Chairul Tanjung berada di urutan ke 937 dunia dengan
total kekayaan US$ 1 miliar
[8]
. Tahun 2011, menurut Forbes Chairul Tanjung menduduki
peringkat 11 orang terkaya di Indonesia, dengan total kekayaan US$ 2,1 miliar
[9]
.
Pada tanggal 1 Desember 2011, Chairul Tanjung meresmikan perubahan Para Grup menjadi CT
Corp. CT Corp terdiri dari tiga perusahaan sub holding: Mega Corp, Trans Corp, dan CT Global
Resources yang meliputi layanan finansial, media, ritel, gaya hidup, hiburan, dan sumber daya
alam
[10]
.
Latar belakang pendidikan
Berikut selengkapnya latar belakang pendidikan seorang Chairul Tanjung
[1]
.
SD Van Lith, Jakarta (1975)
SMP Van Lith, Jakarta (1978)
SMA Negeri I Boedi Oetomo, Jakarta (1981)
Fakultas Kedokteran Gigi, Universitas Indonesia (1987)
Executive IPPM (MBA; 1993)
Pemikiran
Chairul menyatakan bahwa dalam membangun bisnis, mengembangkan jaringan (network)
adalah penting. Memiliki rekanan (partner) dengan baik diperlukan
[11]
. Membangun relasi pun
bukan hanya kepada perusahaan yang sudah ternama, tetapi juga pada yang belum terkenal
sekalipun. Bagi Chairul, pertemanan yang baik akan membantu proses berkembang bisnis yang
dikerjakan. Ketika bisnis pada kondisi tidak bagus (baca: sepi pelanggan) maka jejaring bisa
diandalkan. Bagi Chairul, bahkan berteman dengan petugas pengantar surat pun adalah
penting
[11]
.
Dalam hal investasi, Chairul memiliki idealisme bahwa perusahaan lokal pun bisa menjadi
perusahaan yang bisa bersinergi dengan perusahaan-perusahaan multinasional
[7]
. Ia tidak
menutup diri untuk bekerja sama dengan perusahaan multinasional dari luar negeri. Baginya, ini
bukan upaya menjual negara. Akan tetapi, ini merupakan upaya perusahaan nasional Indonesia
bisa berdiri sendiri, dan jadi tuan rumah di negeri sendiri
[7]
.
Menurut Chairul, modal memang penting dalam membangun dan mengembangkan bisnis.
Baginya, kemauan dan kerja keras harus dimiliki seseorang yang ingin sukses berbisnis
[4]
.
Namun mendapatkan mitra kerja yang handal adalah segalanya. Baginya, membangun
kepercayaan sama halnya dengan membangun integritas. Di sinilah pentingnya berjejaring
(networking) dalam menjalankan bisnis
[11]
.

Вам также может понравиться