Вы находитесь на странице: 1из 7

Laporan Eksperimen GO 5

Kelompok 8 Page 1

SPEED OF LIGHT APPARATUS
Oleh :
Sofatul Marwah (113184002)
Mila Sariyanti (113184004)
Mukhlis Hidayatulloh (113184027)

ABSTRAK
Cahaya merupakan gelombang elektromagnetik. Untuk mengetahui kecepatan cahaya dilakukan
praktikum speed of light apparatus dengan tujuan untuk mengetahui cara menentukan besarnya
kecepatan cahaya menggunakan metode Foucault dan menentukan besarnya kecepatan cahaya. Dengan
metode menggunakan cermin putar yang dikenal dengan metode Foucault. Variabel manipulasi pada
eksperimen ini adalah besarnya kecepatan rotasi cermin putar, besarnya B, D, dan A sebagai variabel
kontrol dan berkas cahaya yang tertangkap pada mikroskop pengukur sebagai variabel respon. Dari
eksperimen ini diperoleh besarnya kecepatan cahaya sebesar 4,9.10
6
m/s. Ketidaksesuaian hasil yang
diperoleh dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu jarak D yang terlalu dekat, kesalahan paralaks,
ketelitian alat ukur, dan kesulitan dalam memfokuskan berkas cahaya yang dipantulkan dari rotated
mirror (M
R
) menuju fixed mirror (M
F
) dan sebaliknya.
Kunci : Kecepatan cahaya, metode Foucault.

PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Cahaya adalah suatu gelombang
elektromagnetik yang kasat mata dengan
panjang gelombang sekitar 380-750 nm.
Cahaya dapat dianggap bergerak secara
langsung dan instan. Namun, untuk jarak
yang sangat jauh, batas kelajuan cahaya akan
memberikan dampak pada pengamatan yang
terpantau.
Kecepatan cahaya dalam ruang bebas
adalah konstanta dasar alam yang paling
penting dan menarik. Kecepatan cahaya
pertama kali diteliti oleh Albert Einstein
dalam teori relativitas khusus, dimana
kecepatan cahaya menetapkan batas atas
untuk kecepatan yang dapat diberikan ke
objek apapun dan objek yang bergerak
mendekati kecepatan cahaya mengikuti
serangkaian hukum-hukum fisika yang jauh
berbeda, tidak hanya dari Hukum Newton,
tetapi dari asumsi dasar intuisi manusia.
Banyak waktu dan usaha telah diinvestasikan
dalam mengukur kecepatan cahaya. Beberapa
pengukuran yang paling akurat dibuat oleh
Albert Michelson antara tahun 1926 dan 1929
menggunakan metode Foucault.
Michelson mengukur kecepatan
cahaya dalam udara menjadi 2.99712 x 10
8

m/detik. Sehingga dapat disimpulkan
kecepatan pada ruang vakum menjadi
2.99796 x 10
8
m/detik. Oleh karena itu, untuk
lebih memahami proses penentuan kecepatan
cahaya, maka kami melakukan eksperimen
yang berjudul Kecepatan Cahaya.

1.2. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah cara mengukur
kecepatan cahaya dengan
menggunakan metode Foucault?
2. Berapakah besar kecepatan cahaya
yang diukur menggunakan metode
Foucault?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui cara mengukur
kecepatan cahaya dengan
menggunakan metode Foucault
2. Untuk membuktikan bahwa besarnya
kecepatan cahaya dapat diukur dengan
menggunakan metode focault
Laporan Eksperimen GO 5

Kelompok 8 Page 2

BAB II
DASAR TEORI

Kecepatan cahaya dalam ruang bebas
adalah salah satu konstanta alam paling penting dan
menarik. Berdasarkan sejarah, besarnya kecepatan
cahaya yang diperoleh dari pengukuran yang paling
akurat yaitu 2,99712 x 10
8
m/detik. Pengukuran
yang dilakukan yaitu dengan menggunakan metode
Foucault, dimana pada percobaan ini menggunakan
cermin putar untuk mengirim cahaya yang telah
focus ke cermin tetap. Gambar metode Foucault
dapat dilihat pada gambar 1 dibawah ini.

BAB III








Gambar 1
Metode Foucault
Dalam menggunakan metode Foucault
untuk mengukur kecepatan cahaya, perlu untuk
menentukan hubungan yang tepat antara kecepatan
cahaya dan perpindahan dari bayangan titik. Selain
itu, variabel eksperimen lain yang berpengaruh
yaitu:
- Laju rotasi M
R

- Jarak antara M
R
dan M
F

- Perbesaran L
2
, yang tergantung pada titik fokus
L
2
dan juga jarak antara L
2
, L
1
, and M
F
.
Untuk pembahasan secara kualitatif dari metode ini
dimulai dari penurunan seberkas cahaya yang
meninggalkan laser dan menempuh jalur yang
dijelaskan dalam deskripsi kualitatif di atas. Pertama
berkas sinar terfokus ke satu titik di s, kemudian
dipantulkan dari M
R
ke M
F
dan kembali ke M
R
. Sinar
kemudian kembali melalui pemecah berkas dan
difokuskan kembali ke suatu titik pada titik s, yang
dapat dilihat melalui mikroskop. Sinar cahaya ini
dipantulkan dari titik tertentu pada M
F
. Sebagai
langkah pertama dalam penurunan, kita harus
menentukan bagaimana titik pantulan pada M
F

berkaitan dengan sudut rotasi M
R
.

Gambar 1
Gambar tersebut menunjukkan jalur dari
berkas cahaya, dari laser ke M
F
, ketika M
R
pada
sudut . Dalam kasus ini, sudut datang yang
membentur M
R
juga dan, karena sudut datang
sama dengan sudut pantul, sudut antara sinar
datang dan sinar pantul hanya 2 . Seperti
ditunjukkan dalam diagram, gelombang cahaya
mengenai M
F
pada titik yang telah diberi label S.

Gambar 2b
menunjukkan lintasan gelombang cahaya jika cahaya
meninggalkan laser pada waktu yang sedikit
terlambat, ketika M
R
berada di sudut
1
= + .
Sudut datang menjadi
1
= + , sehingga sudut
antara sinar datang dan sinar pantul menjadi 2
1
=
2( + ). Kali ini titik dimana gelombang mengenai
M
F
diberi label S
1
. Jika kita mendefinisikan D sebagai
jarak antara M
F
dan M
R
, maka jarak antara S dan S
1

dapat dihitung:
S
1
- S = D(2
1
- 2) = D[2( + ) 2 ] = 2D
(EQ1)
Analisis bayangan virtual dari proses
tersebut sebagai berikut:









Laporan Eksperimen GO 5

Kelompok 8 Page 3










Gambar 3
Dengan M
R
di sudut
1
, titik S1 berada pada sumbu
fokus lensa L
2
. Titik S berada di bidang fokus lensa
L
2
, tetapi berjarak S = S
1
- S jauhnya dari sumbu
fokus. Dari teori lensa tipis, kita tahu bahwa objek
dengan tinggi S di bidang fokus L
2
akan difokuskan
di bidang pada titik s dengan tinggi (-i/o) S. Di sini i
dan o adalah jarak lensa dari bayangan dan objek,
masing-masing, dan tanda minus berhubungan dengan
pembalikan bayangan. Maka, persamaan untuk
perpindahan (s) dari bayangan titik:
S
B D
A
S
o
i
s s A
+
= A
|
.
|

\
|
= A = A ' (EQ2)
S = S
1
- S, perpindahan dari bayangan titik yang
berkaitan dengan posisi awal dan posisi selanjutnya
dari M
R
dinyatakan oleh rumus:
B D
DA
s
+
A
= A
u 2
' (EQ3)
Karena sudut bergantung pada kecepatan rotasi
M
R
. Maka persamaannya adalah
c
De
u
1
= A
di mana c adalah kecepatan cahaya dan adalah
kecepatan rotasi cermin dalam radian per detik. (2D/c
adalah waktu yang dibutuhkan gelombang cahaya
untuk menempuh jarak dari M
R
ke M
F
dan kembali
lagi.
Menggunakan persamaan 4 untuk menggantikan
dalam persamaan 3 menghasilkan:
) (
4
'
2
B D c
AD
s
+
= A
e
(EQ 5)
Persamaan 5 dapat disusun kembali untuk
menghasilkan persamaan akhir dari kecepatan cahaya:
' ) (
4
2
s B D
AD
c
A +
=
e
(EQN 6)
dimana:
c = kecepatan cahaya
= kecepatan rotasi cermin putar (M
R
)
A = jarak antara lensa L
2
dan lensa L
1
, dikurangi titik
fokus L
1
B = jarak antara lensa L
2
dan cermin putar (M
R
)
D = jarak antara cermin putar (M
R
) dan cermin tetap
(M
F
)
s = perpindahan dari bayangan titik

METODE PERCOBAAN
I. Alat dan Bahan
OS- 9261 Peralatan Kecepatan cahaya terdiri dari :
1. OS-9263A High Speed Rotating Mirror
Assembly
2. Fixed Mirror
3. Measuring Microscope
4. SE-9367 0.5 mW He-Ne Laser
5. OS-9103 One Meter Optics Bench
6. OS-9172 Laser Aligment Bench
7. OS-9142 Optics Bench Couplers
8. OS-9133 Lens (48 mm FL)
9. OS-9135 Lens (252 mm FL)
10. OS-9109 Calibrated Polarized (2)
11. OS-9107 Component Holders (3)
12. OS-8514 Laser Adapter Kit
13. Aligment Jigs (2) Part Number 648-02230


II. Rancangan Percobaan

Gambar 4

III. Langkah Percobaan

1. Mengatur rangkaian eksperimen sesuai
dengan rancangan percobaan yang telah
ditentukan.
2. Dengan peralatan yang telah selaras dan
berkas bayangan dari laser sudah dalam
kondisi fokus yang tajam, cermin rotasi
diputar kearah CW atau searah jarum jam.
Laporan Eksperimen GO 5

Kelompok 8 Page 4

3. Menyesuaikan mikroskop pengukur. Selain
itu , mengubah L
2
agak miring (sekitar 1-2)
untuk mendapatkan bayangan-bayangan yang
lebih baik.
4. Memanaskan motor sekitar 600 putaran/detik
selama 3 menit.
5. Perlahan-lahan menambah keeceptan rotasi.
6. Menggunakan tombol ADJUST untuk
membawa kecepatan rotasi hingga sekitar
1.000/sec. Kemudian menekan tombol MAX
REV/SEC dan ditahan. Ketika kecepatan
rotasi stabil, knop mikrometer di mikroskop
diputar untuk menyelaraskan bayangan sinar
dengan salib di mikroskopyang tegak lurus
dengan arah defleksi. Merekam kecepatan
putaran motor, mematikan motor dan
mencatat pembacaan pada skala mikrometer.
7. Kemudian membalik arah rotasi cermin
dengan membalik arah ke CCW. Mmbiarkan
cermin berhenti total sebelum membalik arah.
Kemudian mengulangi langkah-langkah yang
sudah dilakukan diatas.
Hal yang harus diperhatikan.
Tidak melihat langsung ke dalam sinar laser,
baik secara langsung maupun yang
direfleksikan dari cermin, juga ketika
merubah peralatan, memastikan beam path
tidak berada pada garis melintang di mana
seseorang mungkin

IV. Variabel-Variabel

1. Variabel Manipulasi = Kecepatan rotasi
cermin putar (M
R
)
Definisi operasional variabel manipulasi:
Kecepatan rotasi cermin merupakan
kecepatan cermin setelah diputar secara rotasi
yang diukur dengan menggunakan Basic
speed of light apparatus
2. Variabel Kontrol =
- Jarak antara cermin putar (M
R
) dengan
cermin tetap (M
F
) atau D
- Jarak antara lensa L
2
dan lensa L
1
(A), dan
- Jarak antara lensa L
2
dan cermin putar
(M
R
) yang disimbolkan dengan B
Definisi operasional variabel kontrol:
( )
3. Variabel Respon = Berkas cahaya yang
tertangkap oleh mikroskop pengukur.
Definisi operasional variabel respon:
Berkas cahaya yang tertangkap oleh
mikroskop merupakan hasil dari cahaya yang
telah dipantulkan oleh cermin putar ke cermin
tetap dan sebaliknya yang kemudian terukur
dengan menggunakan mikrometer pada
mikroskop.
BAB IV
DATA DAN ANALISIS
- Data
Berdasarkan eksperimen yang telah
dilakukan diperoleh data sebagai berikut:
S
CW
= 12, 67 cm = 0,1267 m
S
CCW
= 12,66 cm = 0,1266 m

cw
= 1543 rev/sec

ccw
= 1534 rev/sec
D = 286 cm = 2,86 m
B = 46,3 cm = 0,463 m
f = 48 mm = 0,048 m
A = 0,31 m 0,048 m
= 0,262 m

- Analisis
Berdasarkan data yang telah didapatkan
besarnya kecepatan cahaya dapat ditentukan
dengan memasukkan data-data tersebut ke dalam
persamaan dibawah ini:

)
( )(

)


Sehingga diperoleh besarnya kecepatan
cahaya pada eksperimen ini adalah 4,9.10
6
m/s

- Pembahasan
Berdasarkan data dan analisis yang telah
dilakukan, maka diperoleh bahwa besarnya
kecepatan cahaya pada eksperimen ini sebesar 4,9
x 10
6
m/s. Hasil ini tidak sesuai dengan referensi
atau secara teori yang menyatakan bahwa besarnya
kecepatan cahaya sebesar 3 x 10
8
m/s.
Ketidaksesuaian hasil eksperimen dengan teori
dapat disebabkan oleh beberapa faktor yang dapat
dijelaskan secara rinci sebagai berikut :
1. Jarak antara rotated mirror (M
R
) dan fixed
mirror (M
f
) terlalu dekat (D)
Pada eksperimen yang telah dilakukan
oleh peneliti terdahulu yaitu Michelson
menempatkan atau memasang rotated mirror
(M
R
) di puncak gunung Baldy (Gunung San
Antonio) yang berjarak 35 km. Jarak 35 km
disebut sebagai jarak yang optimum, karena
dapat menghasilkan atau mengukur kecepatan
Laporan Eksperimen GO 5

Kelompok 8 Page 5

cahaya sebesar 2,99792458 x 10
8
m/s yang
diukur dalam ruang hampa dengan
menggunakan tabung yang panjang.
Jika berpedoman pada penelitian yang
dilakukan Michelson, pasti sangat sulit untuk
menghasilkan besar kecepatan cahaya yang
sama persis dengan teori. Karena pada
eksperimen yang telah dilakukan jarak antara
rotated mirror (M
R
) dan fixed mirror (M
f
)
hanya 2,86 m. Jarak yang digunakan terlalu
dekat dan berbeda sangat jauh sekali dengan
jarak yang dilakukan oleh Michelson.
Selain itu, pada eksperimen yang kami
lakukan kecepatan cahaya tidak diukur dalam
ruang hampa, melainkan pada udara bebas.
Sehingga kecepatan cahaya yang terukur akan
berkurang. Walaupun secara teori kecepatan
cahaya di udara hanya berkurang sedikit.
2. Kesalahan Paralaks
Kesalahan paralaks yang dimaksud adalah
kesalahan yang timbul akibat adanya
penyimpangan ukuran yang dimulai dari
pengukuran jarak antara rotated mirror (M
R
)
dan fixed mirror (M
f
) dan mengukur besarnya
S
cw
dan S
ccw
pada mikroskop pengukur.
Besaran-besaran tersebut sangat mempengaruhi
besarnya nilai kecepatan cahaya yang diukur.
3. Kelayakan dan Ketelitian alat ukur
Pada eksperimen yang telah dilakukan,
faktor kelayakan dan ketelitian alat ukur juga
sangat mempengaruhi hasil eksperimen.
Mikroskop pengukur kurang dapat mengukur
berkas atau titik cahaya yang terbentuk. Karena
berkas atau titik cahaya yang muncul terlihat
pudar, bergerak-gerak, tidak tetap pada satu titik
saja. Sehingga untuk menetapkan perpotongan
antara garis vertikal dan horisontal pada berkas
titik tersebut sangat sulit dan hanya mendekati.,
tidak persis ditengah-tengah berkas titik yang
tertangkap pada mikroskop pengukur.
Selain itu, motor untuk cermin putar
sudah tidak layak digunakan karena angka
rotasi tidak dapat dikontrol dan meningkat
secara terus-menerus dengan sendirinya.
Sehingga dapat mempengaruhi penentuan hasil
kecepatan cahaya.
4. Kesulitan dalam menfokuskan berkas sinar
Kesulitan dalam memfokuskan berkas
sinar yang dimaksud adalah fokus berkas sinar
dari rotated mirror (M
R
) dan fixed mirror (M
f
)
dan dari fixed mirror (M
f
) ke rotated mirror
(M
R
). Hal ini disebabkan pantulan sinar dari
rotated mirror terkadang melemah dan
berpindah-pindah.
Selain itu, ketika membalikkan sinar
kembali ke rotated mirror seringkali terhalang
oleh lensa yang ada di L
2
. Sehingga hal ini
sangat berpengaruh terhadap berkas titik yang
ditangkap oleh mikroskop pengukur. Karena
jika berkas cahaya menyimpang sedikit dari
rotated mirror, letak titik berkas cahaya pada
mikroskop juga akan berubah.

BAB IV
PENUTUP

- Diskusi
Dari hasil analisis dan pembahasan yang
telah dilakukan didapatkan besarnya
kecepatan cahaya yaitu sebesar 4,9.10
6
m/s.
Sedangkan secara teori dengan menggunakan
metode percobaan yang sama, besarnya
kecepatan cahaya sebesar 2,99.10
8
m/s.
Ketidak sesuaian besarnya kecepatan cahaya
tersebut dikarenakan oleh beberapa faktor
diantaranya yaitu:
1. Jarak antara rotated mirror dan fix mirror
(D) terlalu dekat
2. Kesalahan paralaks
3. Kelayakan dan ketelitian alat ukur, dan
4. Kesulitan dalam menfokuskan berkas
cahaya yang dipantulkan dari rotated
mirror (M
R
) menuju fixed mirror (M
F
) dan
sebaliknya.

- Kesimpulan
Berdasarkan hasil eksperimen yang telah
dilakukan dapat diambil suatu kesimpulan
sebagai berikut:
Metode yang digunakan untuk mengukur
besarnya kecepatan cahaya adalah metode
Foucoult yang memiliki ciri khas
menggunakan cermin putar yang diputar
pada kecepatan rotasi tertentu sampai
berkas cahaya yang dipantulkan tajam
sehingga mempermudah pencatatan hasil
pengamatan
Besarnya kecepatan cahaya yang
diperoleh yaitu 4,9.10
6
m/s.
Ketidak sesuain hasil eksperimen dengan
teori disebabkan oleh jarak D terlalu
dekat, kesalah paralaks, ketelitian alat dan
kesulitan dalam menfokuskan cahaya.


Laporan Eksperimen GO 5

Kelompok 8 Page 6

- Daftar Pustaka
Giancoli, Douglas C. 2001. Fisika Jilid 1
Edisi Kelima. Jakarta: Erlangga
www.pasco.com
www.google.co
Laporan Eksperimen GO 5

Kelompok 8 Page 7

Вам также может понравиться