SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN NGUDIA HUSADA MADURA 2014-2015
CASE STUDY
Seorang anak laki-laki usia 14 bulan dirujuk dengan status asmatikus dan respiratory failure untuk dirawat di unit intensif bagian anak. Allowanamnesis dari ibu pasien diketahui bahwa 5 hari sebelum dirawat di RS, pasien batuk dan pilek, tanpa demam. Saat itu ibu pasien juga sedang menderita batuk. Tidak ada keluhan buang air besar maupun buang air kecil. Asupan oral masih baik. Pasien kemudian dibawa berobat ke dokter spesialis anak dan mendapat pengobatan, namun tidak ada perbaikan. Satu hari sebelum masuk rumah sakit batuk semakin sering, sehingga asupan oral kurang. Batuk terutama malam hari sehingga pasien sering terbangun. Sepuluh jam sebelum masuk RS, batuk semakin sering disertai dengan dahak yang bertambah banyak. Pasien kemudian dibawa ke fisioterapis dan mendapat terapi inhalasi, namun batuk tidak berhenti dan pasien bertambah rewel. Enam jam sebelum masuk rumah sakit pasien tampak sesak dan nafas berbunyi ngik-ngik. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan RR 40 x/menit, anak tampak rewel, nadi 130 x/menit, tampak pucat dan akral dingin.
HASIL foto thorak menunjukkan adanya hiperaerasi, tidak tampak atelektasis
Soal !!! 1. Lakukan pengkajian pada kasus diatas 2. Tentukan diagnosa keperawatan dari kasus di atas 3. Tentukan intervensi dari masing-masing diagnosa keperawatan yang muncul FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
I. PENGKAJIAN A. IDENTITAS 1. Identitas Klien Nama : An. A No reg : 34216 Jenis kelamin : Laki-laki Umur : 14 bulan Pendidikan : - Agama : islam Status : Anak kandung Alamat : Desa Mlajah Bangkalan Tgl Masuk : 8 September 2014 Tgl Pengkajian : 8 September 2014 Diagnosa medis : Asmatikus dan respiratory failure 2. Identitas Penanggung Jawab Nama : M.Nasrudin Umur : 30 Tahun Jenis kelamin : laki-laki Agama : islam Suku : madura Hub dengan klien : ayah kandung Alamat : Desa Mlajah Bangkalan B. KELUHAN UTAMA : Sesak napas C. RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG : Ibu mengatakan An. A 5 hari sebelum masuk RS batuk pilek dibawa ke dr.spesialis anak namun tidak membaik, 1 hari SMRS batuk pasien makin sering + dahak dibawa ke fisioterapis terapi inhalasi namun tidak membaik, suara pasien terdengar mengi, RR 40x/menit , nadi 130x/menit, akral pucat dingin. D. RIWAYAT PENYAKIT DAHULU : Pasien menderita asma berat E. RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA : keluarga memiliki penyakit turunan asma F. PRIMARY SURVEY 1. Airway : Look : terlihat retraksi dada Listen : terdengar bunyi wheezing Feel : terasa suara nafas Terdapat mukus di jalan nafas , sehingga jalan nafas tersumbat 2. Breathing : RR 40X/menit 3. Circulatron : CRT 5 detik, Akral dingin, basah, pucat 4. Disatility : pasien gelisah tidak tenang dan rewel 5. Exsposure : -
G. SECONDARY SURVEY 1. Kepala : Inspeksi : bentuk lonjong, simetris, tidak ada lesi, rambut bersih distribusi merata. Palpasi : tidak ada penonjolan/pembengkakan, tidak ada nyeri tekan 2. Mata : Inspeksi : simetris mata kiri dan kanan, sklera tidak ikterik, konjungtiva anemis 3. Telinga : Inspeksi : bentuk dan posisi simetris kiri kanan, integritas kulit bagus, warna sama dengan kulit lain, tidak ada tanda-tanda infeksi, dan tidak ada alat bantu dengar. Palpasi : tidak ada nyeri tekan 4. Mulut dan faring Inspeksi dan palpasi struktur luar : warna mukosa mulut dan bibir pucat, kering, tidak ada lesi dan stomatitis. Inspeksi dan palpasi strukur dalam : gigi tumbuh 2 , tidak ada perdarahan atau radang gusi, lidah simetris, warna pink. 5. Hidung dan sinus-sinus Ada PCH , tidak ada nyeri tekan, tidak ada benjolan 6. Leher Bentuk leher normal , tidak ada nyeri tekan 7. Torak dan paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi : : : : Ada retraksi dada Tidak ada benjolan, taktil fremitus Redup Terdengar wheezing
8. Payudara dan aksila Bentuk payudara simetris tidak ada benjolan, aksila tidak ada benjolan dan nyeri tekan 9. Jantung : Irama jantung reguler, tidak ada nyeri dada, bunyi jantung normal 10. Abdomen Auskultasi Inspeksi Palpasi Perkusi : : : : Terdengar bising usus 8 x/menit Bentuk perut normal Tidak ada benjolan Hipertympani 11. Genetalia : bentuk penis normal, tidak ada benjolan, tidak ada nyeri tekan. 12. Ektremitas Atas : tidak ada edema, akral dingin, pucat Bawah : tidak ada edema, akral dingin, pucat H. TERTIERY SURVEY 1. Rontgen : foto torak menunjukkan adanya hiperaerasi, tidak tampak atelektasis Analisis : terdapat penyempitan bronkiolus akibat adanya mukus 2. Terapi : Terapi inhalasi
FORMAT PERENCANAAN KEPERAWATAN GAWAT DARURAT I. PERENCANAAN Hari selasa Tanggal 9 september 2014 dan Jam 08.00 Wib 1. Analisa Data Data Fokus Masalah Etiologi DS : Ibu mengatakan anaknya batuk dan mengeluarkan dahak yang banyak DO : terdapat batuk terdapat dahak Bersihan jalan napas tidak efektif infeksi
Reaksi antigen>< antibody
Pelepasan mediator kimia (histamine, bradikinin, prostatglandin)
Pembengkakan membrane mukosa
Produksi mucus bertambah
Mucus terdapat di faring
Terasa gatal di faring
Batuk produktif Ds : Ibu Mengatakan Anaknya Sesak Napas, Pucat Dan Akralnya Dingin, Do : Rr: 40x/Menit Nadi 130x/Menit Terdapat Bunyi Wheezing CRT 5 Detik Gangguan pertukaran gas Pelepasan mediator kimia (histamine, bradikinin, prostatglandin)
Bronkospasme
Banyak mukus di bronkus
Udara sulit masuk ke paru
Terjadi turbulensi udara
Alveoli kekurangan oksigen
Proses difusi terganggu DS: Ibu mengatakan anaknya sesak napas. DO: Terdapat Sesak RR 40x/menit Terdapat wheezing Pola napas tidak efektif Pelepasan mediator kimia (histamine, bradikinin, prostatglandin)
Bronkospasme
Banyak mukus di bronkus
Udara sulit masuk ke paru
Terjadi turbulensi udara
Penurunan O2 di dalam tubuh
Sesak nafas DS: Ibu mengatakan ananknya susah makan DO: Makan 3 sendok Perubahan Nutrisi kurang dari kebutuhan Bronkokonstriksi
Udara sulit masuk ke paru
Alveoli kekurangan oksigen
Proses difusi terganggu
O2 berkurang
Proses perfusi terganggu
Metabolisme aerob tidak terjadi
Produksi ATP berkurang
Nutrisi kurang dari kebutuhan 2. Diagnosa Kperawatan 1. Bersihan Jalan Napas Tidak efektif b.d penumpukan sekret 2. Gangguan pertukaran gas b.d gangguan perfusi oksigen 3. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekpansi paru 4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan b.d gangguan metabolisme aerob
3. Intervensi a. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d peningkatan produksi mucus Setelah dilakukan tindakan keperawtan selama 1x60 detik maka jalan bapas kembali efektif Kriteria Hasil : a. Bunyi nafas bersih b. Batuk efektif c. Mengi (-), Ronchii (-) Cracles (-) INTERVENSI RASIONAL Auskultasi bunyi nafas catat adanya bunyi nafas, kaji dan pantau suara pernafasan Untuk mengetahui adanya obstruksi jalan nafas, tachipnea merupakan derajat yang ditemukan adanya proses infeksi akut Kaji frekuensi pernafasan Proses infeksi akut (tachipnea) Catat adanya atau derajat dispnea, gelisah, ansietas dan distres pernafasan Disfungsi pernafasan merupakan tahap proses kronis yang dapat menyebabkan infeksi atau reaksi alergi Pertahankan lingkungan bebas polusi Pencetus tipe reaksi alergi pernafasan yang dapat mentriger episode akut Kaji pasien untuk posisi yang nyaman, misalnya: peninggian kepala tempat tidur Peninggian kepala tempat tidur mempermudah fungsi pernafasan dengan menggunakan gravitasi Bantu latihan nafas abdomen atau bibir Memberikan pasien berbagai cara untuk mengatasi dan mengontrol dispnea dan menurunkan jebakan udara Observasi karakteristik batuk Batuk dapat menetap tetapi tidak efektif khususnya bila pasien lansia, sakit akut, atau kelemahan Tingkatkan masukan cairan sampai 3000 ml per hari sesuai toleransi jantung Hidrasi menurunkan kekentalan secret, mempermudah pengeluaran Memberikan obat sesuai indikasi Merilekskan otot halus dan menurunkan kongesti local, menurunkan spasme jalan nafas, mengi, dan produksi mukosa
2.Gangguan pertukaran gas b.d. gangguan perfusi oksigen Tujuan: Selama 1x30 menit diharapakan, pertukaran gas kembali normal Kriteria hasil: 1. Keluhan dispnea berkurang 2. Denyut nadi dalam rentang normal dan irama reguler 3. Kesadaran penuh 4. Hasil analisis gas darah batas normal INTERVENSI RASIONAL Kaji frekuensi dan kedalaman pernafasan, catat penggunaan otot bantu pernafasan dan ketidakmampuan bicara karena sesak Evaluasi derajad distress nafas dan kronis atau tidaknya proses penyakit Bantu klien untuk mencari posisi yang nenudahkan bernafas, dengan kepala lebih tinggi Suplai O2 dapat diperbarui dalam latihan nafas agar paru tidak kolaps. Bantu klien untuk batuk efektif Batuk efektif membantu mengeluarkan sputum sebagai sumber utama gangguan pertukaran gas. Auskultasi suara nafas Suara nafas redup oleh karena adanya penurunan penurunan aliran udara/ konsolidasi. Mengni menunjukkan adanya bronkospasme dan kracles menunjukkan adanya cairan Palpasi primitus. Penurunan getarn fibrasi diduga adanya pengumpulan cairan atau udara terjebak
Awasi tanda vital dan irama jantung. Tachikardia ,disritmia, perubahan tekanan darah dapat menujukkan efek hipoksemia sistemik pada fungsi jantung.
3. Pola napas tidak efektif b.d penurunan ekspansi paru Tujuan: Setelah dilaksanakan tindakan perawatan dalam 1 x 1 jam pola pernafasan menjadi efektif Kriteria hasil: 1. Respirasi 18 24 x /menit 2. Tidak ada tanda tanda sianosis 3. Pasien mengatakan sesak nafas berkurang / hilang Intervensi Rasional 1. Kaji frekuensi kedalaman pernapasan dan ekspansi dada Kedalaman pernapasan bervariasi tergantung derajat kegagalan napas 2. Auskultasi bunyi napas dan catat adanya bunyi napas tambahan Bunyi napas menurun bila jalan napas terdapat gangguan (obstruksi,perdarahan,kolaps) 3. Tinggikan kepala dan bantu mengubah posisi Duduk tinggi memungkinkan ekspansi paru dan memudahkan pernapasan 4. Bantu pasien dalam napas dalam dan latihan batuk Dapat meningkatkan pernapasan karena adanya obstruksi 5. Kolaborasi Berikan oksigen tambahan Memaksimalkan bernapas dan menurunkan kerja napas
4. Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh b.d Sesak nafas,anoreksia, mual, muntah, efek obat, kelemahan Tujuan : Setelah dilaksanakan tindakan perawatan dalam selama 3x24 jam diharapkan status nutrisi dapat dipertahankan Kriteria : - BB tidak mengalami penurunan - Intake makanan dan cairan adekuat - Nafsu makan meningkat/baik INTERVENSI RASIONAL Obserasi intake dan output/8 jam. Jumlah makanan dikonsumsi tiap hari dan timbang BB tiap hari Mengidentifikasi adanya kemajuan/ penyimpanan dari tujuan yang diharapkan Ciptakan suasana menyenangkan, lingkungan yang bebas dari bau selama waktu makan: - Lakukan perawtan mulut sebelum dan sesudah makan Bau-bauan dan pemandangan yang tidak menyenangkan selama waktu makan dapat menyebabkan anoreksia. Obat-obatan yang dberikan segera seelah makan dapat mencetuskan mual - Bersihkan lingkungan tempat penyajian makanan - Hindari penggunaan pengharum yang berbau menyengat - Lakukan chest fisioterapi dan nebulliser selambat-lambatnya 1 jam sebelum makan - Sediakan tempat yang tepat untuk membuang tisu atausecret batuk dan muntah. Auskultasi bunyi usus Penurunan atau hipoaktif bising usus menunjukkan motilitas gaster dan kostipasi yang berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan, pilihan makanan buruk, penurunan aktivitas dan hipoksemia. Dorong klien untuk makan diet TKTP Peningkatan pemenuhan kebutuhan dan kebutuhan pertahanan tubuh Anjurkan makan dalam prosi kecil dan sering Distensi abdomen akibat makanan banyak mungkin menriger adanya nyeri Hindari makan yang mengandung gas.dan minuman karbonat Dapat menghasilakan distensi abdomen yang menganggu nafas abdomen dan gerakan diagframa yang dapat meningkatan dispnea Hindari makan yang sangat panas dan dingin Suhu ekstrim dapat mencetuskan / meningkatkan spasme batuk Timbang berat badan sesuai indikasi Berguna untuk menetukan kebutuhan kalori, menyusun tujuan berat badan dan evaluasi keadekuatan rencana nutrisi. Kolaborasi dengan ahli gizi / nutrisi. Metode makan dan kebutuhan dengan upaya kalori didasarkan pada kebutuhan individu untuk memberikan nutrisi maksimal dengan upaya minimal pasien /penggunaan energi.