Вы находитесь на странице: 1из 5

Definisi Etika Publik dan Lingkungannya

Makna etos adalah suatu cara berpikir dan merasakan, cara bertindak dan bertingkah
laku yang member ciri khas kepemilikan seseorang terhadap kelompok.
Etika dimengerti sebagai refleksi filosofis tentang moral.
Jadi etika lebih merupakan wacana normatif (tidak selalu harus berupa perintah yang
mewajibkan, karena bias juga kemungkinan bertindak) yang membahas tentang
baik/jahat.
Etika lebih dipandang sebagai seni hidup yang mengarahkan ke kebahagiaan dan
kebijaksanaan.
Biasanya etika lebih dipahami sebagai refleksi atas baik/buruk, benar/salah yang harus
dilakukan atau bagaimana melakukan yang baik atau benar, sedangkan moral mengacu
pada kewajiban untuk melakukan yang baik atau yang seharusnya dilakukan.
Tekanan etika yang diletakkan pada aspek reflektif dalam uapaya mencari bagaimana
bertindak (bukan hanya pada masalah kepatuhan pada norma) menjadi alas an utama
mengapa istilah etika publik lebih cocok dipakai.
Etika publik adalah refleksi tentang standar / norma yang menentukan baik / buruk,
benar / salah perilaku, tindakan dan keputusan untuk mengarahkan kebijakan publik
dalam rangka menjalankan tanggung jawab pelayanan publik.
Etika publik mengatur terutama political society, semua orang yang terlibat di dalam
lembaga-lembaga Negara.
Kalau objeknya adalah pelayanan publik, etika publik seharusnya juga menjadi dasar
kegiatan civil society, lembaga swadaya masyarakat, swasta, asosiasi nir laba, para
pemimpin organisasi social, dst.








TEORI X, Y, Z

Orang yang memiliki memiliki sifat buruk ditumbuhkan teori X, dan sehubungan dengan
adaya orang yang memiliki sifat baik diciptakan teori Y. Teori ini diciptakan oleh Douglas
Mc Gregor.
Menurut Anthony G. Atos dan Robert E. Coffey,
Theory X:
1. Kebanyakan orang secara alami menentang kerja dan bersifat malas. Oleh karena
itu, mereka harus diberi motivasi dengan perangsang dari luar.
2. Tujuan kebanyakan orang bertentangan dengan tujuan organisasi, oleh karena itu
orang harus diarahkan, diberi motivasi, dipaksa, dikontrol agar supaya
mempertanggungkan kesamaan mereka dengan kebutuhan organisasi.
3. Kebanyakan orang didorang terutama oleh perangsang-perangsang yang bersifat
ekonomis. Karena sumber ekonomi organisasi ada di bawah pengontrolan para
mmenejer, para menejer memiliki alat kekuasaan untuk mendorong dan mengontrol
para pekerja, yang harus menerima secara pasif nasib mereka jika mereka
mengharapkan untuk mencapai imbalan-imbalan ekonomi.
4. Kebanyakan orang mencari kemananan dan ingin menghindarkan tanggung jawab,
oleh karena itu mereka rela menerima pengarahan dari para manajer.
5. Perilaku didasarkan perasaan adalah irasional, dan karena banyak orang
berperilaku menguntungkan pada perasaan mereka, mereka tidak dapat dipercaya
untuk mengarahkan perilaku mereka sendiri. Tetapi mereka orang mampu mengontrol
perasaan mereka dan berperilaku rasional. Kerana organisasi harus mempertanggung
jawabkan bahwa perasaan tidak bercampur dengan rasio dan kebanyakan hal-hal yang
berkenaan dengan ekonomi, perilaku yang didasarkan pada perasaan mereka sebaik
pikiran mereka.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986,
h.98-100.

Theory Y:
1. Kebanyakan orang senang akan bermacam-macam pekerjaan dan bersedia secara
sukarela berupaya dengan kekuatan mental dan fisik dalam melakukan pekerjaan.
2. Kebanyakan orang mempunyai alasan-alasan lain dari pada sekedar alasan uang di
dalam bekerja, dan alasan-alasan ini pada akhirnya sama penting dengan alas an uang
bagi mereka.
3. Kebanyakan orang mampu mengarahkan dan mengontrol pekerjaan mereka
sendiri dalam mencapai tujuan organisasi yang mereka amanatkan.
4. Kebanyakan orang bersedia menerima dan bahkan merusaha mencari tanggung
jawab di bawah syarat-syarat yang pasti.
5. Kebanyakan orang lebih mampu menunjukkan kemampuan kreativitasnya dan
kecerdasannya dari pada mereka bekerja dalam ikatan organisasi.
6. Kebanyakan orang ingin, mencari, dan merasakan persahabatan, perhubungan
saling membantu dengan orang lain.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986,
h.100-101.

Teori X
Menurut Sutarto, dirumuskan sbb:
Di dalam suatu organisasi para pekerja pada umumnya berusaha bekerja sedikit
mungkin, mereka tidak mempunyai ambisi untuk maju, tidak memiliki gairah untuk
menemukan cara kerja yang lebih baik, mereka pada umumnya kurang pandai, bekerja
secara pasif, senang menghasut, senang menipu diri sendiri, para pekerja melakukan
pekerjaan dengan mengutamakan imbalan materi, bekerja hanya berdasarkan perintah,
tidak pernah dapat mengemukakan gagasan baru, sering tidak masuk kerja dengan
berbagai alas an yang dicari-cari, senang memberikan laporan yang tidak sesuai dengan
kenyataan.
Maka pengarahan yang seharusnya dilakukan adalah bersifat keras, hukuman banyak
dilakukan terhadap pelanggaran, pengontrolan harus dilakukan secara ketat, dilakukan
cara memimpin yang otoriter, sentralistis, tindakan tegas.
Hanya dengan jalan ini organisasi dapat berjalan kearah pencapaian tujuan walaupun
dengan susah payah.

Masih menurut Sutarto, Teori Y, yaitu:
Di dalam organisasi para pekerja pada umumnya senang bekerja, mereka merasakan
kerja sebagai hobi, bekerja dengan penuh keaktifan, rasa tanggung jawab yangbesar,
rajin disiplin, penuh rasa pengabdian, ada gairah untuk maju, selalu berusaha
menemukan cara kerja yang lebih baik, banyak gagasan baru dianjukan, para pekerja
lebih senang mengarahkan diri sendiri, mengontrol diri sendiri, sehingga pengarahan
yang dilakukan lebih bersifat mengikuti, pengontrolan longgar, cara memimpin
demokratis, banyak pelimpahan wewenang, banyak mengikut sertakan bawahan dalam
mengambil keputusan.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986,
h.101-102.

Tabel Teori X dan Y.
Teori X

Teori Y
1.

Sifat pekerjaan adalah tidak disukai oleh kebanyakan orang.

1.

Pekerjaan biasanya adalah sebagai permainan apabila kondisi-kondisi menguntungkan
2.

Kebanyakan orang tidak mempunyai ambisi, mempunyai sedikit keinginan akan
tanggung jawab, dan suka diarahkan.

2.

Pengendalian diri sering sangat diperlukan untuk mencapai tujuan-tujuan organisasi
3.

Kebanyakan orang mempunyai sedikit kemampuan untuk kreativitas dalam
memecahkan masalah-masalah organisasi.

3.

Kemanan untuk kreativitas dalam memecahkan masalah-masalah organisasi dibagikan
secara luas kepada banyak orang.
4.

Motivasi hanya terjadi pada tingkat filosofis dan keamanan.

4.

Motivasi terjadi pada tingkat sosial, penghargaan dan aktualisasi diri, maupun pada
tingkat filosofis
5.

Kebanykan orang harus dikendalikan secara ketat dan sering dipaksa untuk mencapai
tujuan-tujuan oragnisasi.

5.

Orang-orang dapat mengarahkan sendiri dan kreatif pada pekerjaan, apabila dimotivasi
secukupnya.

Sumber:
Moekijat, Dasar-dasar Motivasi, Sumur, Bandung, 1984, h. 67.

Teori Z
Dipopulerkan oleh Lyndall F. Urwick, intinya:
Bahwa apabila semua dalam kondisi kerja yang baik, maka pengarahan yang dilakukan
sebaiknya mengambil segi baik dari teori X dan teori Y.

Pada suatu saat seorang pemimpin memang orang harus menggunakan cara halus,
hanya sedikit mengontrol, memerintah dengan sikap permintaan, saran ataupun
sukarela, lebih bersifat menanyakan dari pada menegur, pada lain kesempatan seorang
pemimpin harus berani bertindak tegas, melakukan control secara ketat, memberi
perintah tegas, menyalahkan, dan bahkan bila terpaksa harus berani menghukum sesuai
dengan kesalahan yang dibuat oleh bawahannya.
Baik secara halus maupun secara tegas kedua-duanya dilandasi suatu harapan bahwa
tujuan organisasi dapat tercapai dengan baik.
Sumber:
Robert Fulmer, The New Management, McMillan Publi, McMillan Publishing Co, Inc,
1974, p. 355.
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986,
h. 102-103.

Teori Z
William G. Ouchi, mengemukakan, bahwa:
Produktivitas akan meningkat apabila melibatkan pekerja.

Ciri-ciri organisasi tipe Z:
Pola umum masa jabatan yang panjang, berulang kali tegas melakukan pemeriksaan,
keseimbangan antara pemakaian system informasi manejemen modern, perncanaan
formal, menejemen berdasarkan sasaran, serta teknik kuantitatif lainnya dan penilaian
pokok personal didasarkan pengalaman, da tidk hanya data relevan yang dengan segera.
Sumber:
Sutarto, Dasar-dasaar Kepemimpinan Administrasi, Gajah Mada University Press, 1986,
h. 103.

Вам также может понравиться