Вы находитесь на странице: 1из 8

ASSESMEN PENDIDIKAN

Analisa Kasus dan Pendekatan Assesmen

Tim Penyusun :
Sherly Azizah

15010110120054

Nur Anis Elfa Waluya

15010110120055

Aprillicilia Terani Putri Sabarini

15010110120056

Utami Purborini

15010110120062

Shintia Nurrohmi Yunita

15010110120078

Arika Zulfitri Karim

15010110141086

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS DIPONEGRO
SEMARANG
2013

KASUS
Dua anak laki-laki meneror salah seorang siswa anda. keduanya lebih besar, lebih
kuat, dan lebih tua di banding anak laki-laki di kelas anda itu, yang selain tubuhnya kecil
untuk anak seusianya juga pemalu. malangnya, kedua penganggu itu cukup populer, sebagian
karena mereka adalah atlet-atlet sukses. ada berbagai insiden di bus sebelum dan seusai
sekolah, diruang olahraga, di gang, dan di ruang makan siang-termasuk intimidasi,
pemalakan uang makan siang, menjegal, mendorong, dan mengejek- "fag" (arti harfiahnya
adalah sisa yang paling jelek) adalah ejaan favorit. kedua bully itu tidak ada dikelas manapun
yang anda ajar. siswa anda tadi mulai sering absen, dan saat berada di kelas, kualitas
pekerjaannya menurun

PENDEKATAN APRIORI APPROACH

1. INITIAL INTERVIEW

Keluhan
Seorang siswa laki-laki sering mengalami bullying oleh 2 teman lelakinya

2. LATAR BELAKANG

Kapan?
Sebelum dan seusai sekolah, diruang olahraga, di gang,diruang makan siang.

Bagaimana?
2 Siswa yang lebih tua dan besar (atlet) mengintimidasi, memalak, menjegal,
mendorong dan mengejek siswa (korban) tersebut

Mengapa?
Karena korban bertubuh kecil dan pemalu

3. AKIBAT

Korban sering membolos

Kualitas pekerjaan menurun prestasi menuun

4. TEORI AGRESI

Perilaku agresi adalah tingkah laku yang dengan sengaja dilakukan untuk menyakiti
orang lain, baik secara fisik maupun psikis. Agresi secara garis besar terbagi dalam 4
jenis, yaitu:
a. Agresi fisik
Agresi fisik adalah tingkah laku yang berpotensi berakibat cedera fisik. yang
termasuk agresi ini yaitu memukul, mendorong, hingga berkelahi.
b. Agresi relasional
Agresi relasional yaitu tingkah laku yang yang berpotensi mengganggu hubungan
interpersonal dengan orang lain, seperti mengucilkan teman, menyebarkan isu
atau gosip, mengejek, dll.

c. Agresi proaktif
Agresi ini merupakan agresi yang disengaja dilakukan pada orang lain untuk
mencapai tujuan tertentu.
d. Agresi reaktif
Agresi reaktif merupakan bentuk agresi sebagai respon atas perasaan marah,
frustrasi atau provokasi.
Individu yang melakukan tindakan agresi terhadap orang lain sering kali disebut
bullies. Sedangkan mereka yang menjadi korban para bullies biasanya merupakan
individu yang belum dewasa atau immature, kurang memiliki banyak teman, kurang
percaya diri, mudah cemas, atau mereka yang memiliki kekurangan secara fisik. para
bullies sering kali mengancam, melukai, hingga meminta barang dengan paksa kepada
teman yang menjadi korban bullyingnya.
Munculnya perilaku agresi dapat dipengaruhi oleh faktor genetis, bahkan dapat
meningkat akibat faktor kerusakan neurologis. (Raine & Screbo, 1991, D.C. Rowe,
Almeida, & Jacobson, 1999, dalam Ormrod, 2009). Selain kedua faktor tersebut,
perilaku agresi dapat pula dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Beberapa siswa yang
melakukan tindakan agresi terhadap teman sebayanya tumbuh pada lingkungan
kelurga yang disfungsional, artinya sering terjadi keributan, perselisihan, hukuman,
kekerasan, dan kurangnya kasih sayang diantara anggota keluarga tersebut. media
sebagai sarana informasi dan rekreasipun sering kali berpengaruh pada adanya
perilaku agresi siswa, seperti adanya video game bertema kekerasan atau perkelahian
dan tayangan televisi bertema sama.
Menurut Margolin dan Gordis (2004) dalam Ormrod (2009), menyatakan bahwa
banyak siswa yang menyaksikan bentuk kekerasan, baik didalam rumah maupun
dilingkungan sekitanya namun tidak memodelling perilau tersebut. hal ini didasarkan
pada faktor kognisi dan motivasi yang mereka miliki, sehingga perilaku agresi dapat
muncul akibat faktor berikut:
a. Siswa kurang mampu melihat pandangan orang lain, sehingga mereka sering kali
berpikir

pendek

dan

menyakini

pandangannya

akibat

kurang

mampu

berkompromi.
b. Siswa salah mengartikan maksud perilaku orang lain sehingga memunculkan
perilaku agresi yang berpengaruh pada keharmonisan hubungan interpersonalnya.

Misalnya, seorang siswa yang memukul temannya ketika dia merasa diejek,
padahal ungkapan tersebut diutarakan sebagai bentuk candaan belaka.
c.

Adanya tujuan yang ingin dicapai secara pribadi oleh siswa, misalnya menjalin
hubungan interpersonal dengan teman sebaya dengan maksud mendapatkan
pengakuan atau mencari tahu kelemahan lawan.

d. Siswa yang bertindak agresif seringkali menggunakan kekerasan (memukul atau


mengancam) sebagai strategi pemecahan masalah yang tidak efektif karena
mereka kurang mampu bernegosiasi dan berkompromi.
e. Adanya keyakinan perilaku agresif merupakan hal yang tepat dan efektif untuk
menyelesaikan konflik dan membalas perilaku teman yang merugikan dirinya.

5. HIPOTESIS
Siswa menghindari pelajaran di kelas karena sering mengalami bullying

6. PENGUJIAN HIPTESIS DAN PENGGUNAAN ALAT PENGUMPULAN DATA


a) Interviu :

Interviu pada siswa yang melakukan bullying


a) Apa motivasi anda membullying siswa tersebut?
b) Apa yang anda rasakan setelah membullying?
c) Mengapa anda memilih siswa tersebut untuk dibullying?
d) Bagaimana keadaan keluarga anda?
e) Apa yang anda rasakan ketika anda bersekolah disini?

Interviu pada siswa yang di bullying


a) Bagaimana perasaan ada jika dibullying?
b) Apa yang anda lakukan jika mengalami bullying?
c) Apakah anda pernah melapor kepada guru atau orang tua?
d) Apa respon teman-teman anda ketika anda mendapat bullying?
e) Bagaimana keadaan keluarga anda?

Interviu pada guru pengajar siswa yang membullying


a) Apakah bapak/ibu mengetahui di sekolah ini terdapat bullying?
b) Bagaimana interaksi siswa di sekolah?
c) Tolong ceritakan hubungan guru dengan siswa di sekolah ini?

Interviu dengan stackholder yang terkait dengan sekolah


a) Bagaimana penaganan sekolah terhadap siswa-siswi yang mengalami
masalah? (khusus Kepala Sekolah)
b) Apakah fungsi BK berjalan di sekolah ?
c) Apakah sekolah pernah mengadakan pertemuan dengan wali murid ?
i.

Seberapa seringkah pertemuan itu diadakan?

ii.

Agenda apa saja yang dibahas?

7. PERENCANAAN TREATMENT

Bimbingan dan Konseling


Dari penelitian yang dilakukan,ahli psikologi Riauskina menyimpulkan
bahwa, Ketika seorang anak mengalami bullying, korban merasakan banyak
emosi negatif (marah, dendam, kesal, tertekan, takut, malu, sedih, tidak
nyaman, terancam) namun tidak berdaya menghadapinya. Dalam jangka
panjang emosi-emosi ini dapat berujung pada munculnya perasaan rendah diri
bahwa dirinya tidak berharga.
Begitu hebatnya dampak bullying pada jiwa seseorang, padahal hal itu
bermula dari hal-hal kecil yang bahkan kita pun menganggapnya remeh, seperti memanggil nama ejekan, atau membuat seseorag terlihat bodoh di
depanteman-temannya-,yang bagi kita itu adalah semacam hiburan yang bisa
membuat orang lain tertawa. Namun hal kecil seperti itulah yang akan
berdampak besar bagi keadaan psikologis korban. Biasanya korban bullying
cenderung diam,tidak berdaya dan tidak berani menceritakan masalahnya
kepada siapapun, karena takut akan dicap sebagai pengadu, pecundang, atau
dibawah ancaman orang yang mem-bully-nya. Disinilah peranan seorang
konselor,untuk menolong koban bullying dan sebisa mungkin mengurangi
tekanan psikisnya. Ada banyak hal yang bisa dilakukan seorang konselor
dalam meminimalisir tindakan bullying di sekolah, misalnya saja dengan
mendekati anak yang pendiam di sekolah. Karena bisa saja anak yang diam itu
adalah korban bullying. Konselor juga harus bisa memposisikan dirinya
sebagai pendengar sehingga korban bisa mencurahkan perasaannya agar tidak
terjadi trauma yang berkepanjangan. Atau saat mengatasi anak yang

bermasalah,pendekatan yang dilakukan pun harus dilakukan senyaman


mungkin bagi si anak, sehingga anak yang bermasalah tersebut tidak akan
melampiaskan masalahnya dengan cara mem-bully temannya. Hal ini juga
diawali dengan pembangunan raport yang baik kepada korban sehinnga siswa
mau untuk terbuka dalam menceritakan masalahnya. Seorang konselor juga
bisa aktif memonitoring kegiatan-kegiatan anak didiknya, terutama pada
kegiatan masa orientasi, ekskul, ataupun kegiatan-kegiatan yang berkaitan
dengan latihan kepemimpinan, karena umumnya kegiatan tersebut mendukung
sekali terjadinya perloncoan dari senior kepada juniornya. Selain itu,
penyuluhan kepada setiap orang tua dan siswa mengenai dampak negatif
bullying harus dilakukan agar dapat menumbuhkan kesadaran mengenai
buruknya perilaku bullying di sekolah. Namun yang hal yang dirasa paling
efektif adalah kepedulian konselor sendiri terhadap anak didiknya yng
bermasalah, dan bersama-sama menyelesaikan masalah tersebut sehingga
kontak fisik tidak perlu ada.

Modifikasi Perilaku
Salah satu solusi yang ditempuh untuk dapat menangani perilaku adalah
dengan memodifikasi perilaku bullying yaitu dengan menghilangkan perilaku
bullying dan digantikan oleh perilaku baru yang sesuai dengan lingkungan dan
tatanan norma yang ada di sekolah. Hal ini dapat ditempuh dengan cara
menerapkan punishment

yang efektif sehingga tidak menimbulkan efek

aversif dengan tujuan mendidik. Misalnya, pelaku bullying disekolah dapat


dikenai hukuman skorsing disekolah yaitu selama proses skorsing, siswa
diharuskan untuk membersihkan ruang kelas. Selain itu, pihak sekolah dapat
memberikan atribut yang berbeda kepada siswa pelaku bullying sebagai
penanda bahwa ia mendapat hukuman karena bullying. Setelah hukuman
selesai dilakukan, pihak sekolah dapat menerapkan kontrak perilaku agar
siswa pelaku bullying tidak mengulangi perilaku bullyingnya. Poin-poin yang
dapat dituliskan dalam kontrak perilaku harus dituliskan secara rinci,
sistematis dan konkrit. Hal ini dikarenakan untuk mencegah adanya penafsiran
ambigu atas perilaku yang ingin dihilangkan, sehingga kontrak perilaku dapat
berjalan efektif dan akhirnya dapat meregulasi siswa pelaku bullying untuk
tidak melakukan perilaku tersebut.

REFERENSI
Ormrod, Ellis J. 2009. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Penerbit Erlangga
Yusuf LN, Syamsu. 2008. Perkembangan Psikologi Anak dan Remaja. Bandung : Remaja
Rosda
Miltenberger, Raymond G. 2004. Behavior Modification : Principles and Procedures 3rd
Edition. California: Thomson Learning, Inc.

Вам также может понравиться