Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
3. Korpus Kalosum
Setiam hemisfer dibagi oleh fisura (ceruk dalam) dan sulkus (ceruk
dangkal) menjadi empat lobus (Frontal, Parietal, Occipitale dan
Temporal).
4. Fisura longitudinal, membagi cerebellum menjadi hemisfer kiri dan
kanan.
a. Fisura transversal, memisahkan hemisfer sereblal dari serebelu.
b. Sulkus pusat, memisahkan lobus frontal dari lobus parietal.
c. Sulkus lateral, memisahkan lobus frontal dan temporal.
d. Sulkus parieto occipital, memisahkan lobus parietal dan occipital.
5. Girus
Permukaan hemisfer serebral memiliki semacam konfulsi yang disebut
girus. Fungsi girus meliputi;
a. Girus pracentral, pada setiap hemisfer terletak dalam lobus
frontal. Tepat didepan fisura sentral. Girus ini mengandung
neuron yang bertanggung jawab untuk aktivitas motorik
volunteer.
b. Girus postsentral, terletak tepat dibelakang fisura sentral,
mengandung neuron yang terlibat dalam aktifitas sensorik.
(piramidal)
mengendalikan
kontraksi
volunteer
3. Area asosiasi
a. Area asosiasi frontal, yang terletak pada lobus frontal, adalah
sisi fungsi intelektual dan fisik yang lebih tinggi.
b. Area asosiasi somatic (somestetik), yang terletak pada lobus
parietal, berkaitan dengan interpretasi bentuk dan tekstur suatu
objek dan keterkaitan bagian-bagian tubuh secara posisional.
c. Area asosiasi visual, terletak pada lobus oksipital, area
asosiasi auditorik , yang terletak pada lobus temporal berperan
untuk menginterpretasikan pengalaman visual dan auditori.
d. Area wicara wernicke terletak pada bagian superior lobus
temporal, berkaitan dengan pengertian bahasa dan formulasi
wicara. Bagian ini berhubungan dengan bagian wicara broca.
4. Lateralisasi otak dan dominasi serebral
Kedua hemisfer serebral strukturnya simetris tetapi beberapa
fungsinya tidak simetris.
a. hemisfer dominan berkaitan dengan bahasa, wicara, analisis
dan kalkulasi.
b. Hemisfer non-dominan bertanggung jawab untuk persepsi
spasial dan pemikiran non-verbal atau ide.
5. Traktus serebral
Substansi putih serebrum tersusun dari tiga jenis serabut.
a. traktus asosiasi panjang dan pendek, menghubungkan neuronneuron pada hemisfer yang sama.
Lobus Frontal
Fungsi lobus frontal
1. Presental gyrus merupakan area motor kontralateral dari wajah,
lengan, tungkai,batang.
2. Area Brocca's merupakan pusat bicara motorik pada lobus dominan.
3. Suplementari motor area untuk gerakan kontralateral kepala dan lirikan
mata.
4. Area prefrontal merupakan area untuk kepribadian dan inisiatif.
Lobus Temporal
10
11
Kesulitan membaca dapat muncul dalam berbagai bentuk, ada yang dapat
mengeja tetapi tidak dapat membaca dalam kata. Misalnya putih dibaca putu ,
kaki dibaca kika. Ada juga yang membaca terbalik, topi dibaca ipot, minum
dibaca munim. Sulit membedakan huruf b dan d , q dan p , khususnya pada
penulisan huruf kecil. Akibatnya , mereka menulis dapak untuk kata bapak.
Gangguannya terjadi di otak ketika pesan yang dikirim tercampur, sehingga sulit
dipahami. Anak dengan gangguan ini sering frustrasi dan mengalami kesulitan
dalam menyelesaikan tugas-tugas sekolah. Diluar aspek bahasa, pada anak dengan
disleksia seringkali terdapat gangguan perkembangan lain. Misalnya, konsentrasi
yang buruk, kontrol diri yang kurang, dan clumsy, misalnya, terkadang anak
mengalami kesulitan dalam permainan melempar tangkap bola atau mengikat tali
sepatu. (Chairani, 2003)
Anak dengan disleksia memiliki intelegensia normal atau di atas rata-rata.
Hal itu yang membedakan anak dengan kesulitan belajar spesifik seperti disleksia
dengan kesulitan belajar umumnya (Purboyo, 2010).
13
14
15
Sebagian ahli lain membagi disleksia berdasarkan apa yang dipersepsi oleh
mereka yang mengalaminya yaitu:
1. Persepsi pembalikan konsep ,suatu kata dipersepsi sebagai lawan katanya.
2. Persepsi disorientasi vertical atau horizontal , huruf atau kata berpindah
tempat dari depan ke belakang atau sebaliknya, dari barisan atas ke barisan
bawah dan sebaliknya.
3. Persepsi teks terlihat terbalik seperti di dalam cermin dan
4. Persepsi dimana huruf atau kata-kata tertentu jadi seperti menghilang.
16
yang
yang
17
2. Otak
18
Seseorang
yang
mengalami
masalah
dyslexia
mengalami
19
pahit
dapat
menyebabkan
gangguan
fikiran
yang
20
Kelahiran bayi lahir kurang bulan bisa menjadi salah satu dari pada
faktor dyslexia. Hal ini kerana bayi yang dilahirkan kurang bulan berisiko
menghadapi berbagai masalah gangguan perkembangan seperti gangguan
otak, perkembangan psikomotor, perilaku, dan juga kesukaran belajar
membaca. (Kassan dan Abdullah, 2010).
9. Penyakit semasa anak-anak
Penyakit yang dialami oleh anak-anak dalam masa yang lau akan
mendatangkan dampak yang negatif kepada anakkanak dari segi kesehatan
dan perkembangan mereka. Di antara contohnya adalah panas tinggi. Jika
penyakit yang dialami oleh mereka bertambah kronik, perkembangan
anak-anak pada masa akan datang akan terjejas bahkan dapat
menyebabkan gangguan dalam pembelajaran. (Kassan dan Abdullah,
2010).
10. Jangkitan kuman ketika ibu hamil
21
22
mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga
mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu.
Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini:
Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul
08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk
meja satu kali. Kadang kala mereka pun bingung dengan perhitungan
uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup
untuk membeli sepotong kue atau tidak.
4. Masalah ingatan jangka pendek
Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang
panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak
untuk Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan
tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi
jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya, maka kemungkinan
besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan
sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya
(Kassan dan Abdullah, 2010 ).
5. Masalah pemahaman sintaks
Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami
tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka
menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang
berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya
apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama.
Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal
susunan diterangkan
23
2.2.6
1. Perkembangan fisik
Anak-anak dyslexia selalunya mempunyai fisikal yang sempurna
seperti anak-anak biasa namun hanya berbeda pada pembelajaran mereka.
Anak-anak
yang mempunyai
masalah
pembelajaran
dyslexia
ini
24
pengamatan
penglihatan
serta
kelemahan
pengamatan
25
2.2.7
Manifestasi Dyslexia
Berikut ini adalah tanda tanda dyslexia yang mungkin dapat dikenali oleh
orang tua atau guru:
26
19. Membaca lambat lambat dan terputus putus dan tidak tepat misalnya
20. Menghilangkan atau salah baca kata penghubung (di, ke, pada).
21. Mengabaikan kata awalan pada waktu membaca (menulis dibaca
sebagai tulis).
22. Tidak dapat membaca ataupun membunyikan perkataan yang tidak
pernah dijumpai.
23. Tertukar tukar kata (misalnya: dia-ada, sama-masa, lagu-gula, batubuta, tanam-taman, dapat-padat, mana-nama). (Dyslexiaindonesia,
2012)
27
pada tahap yang sepatutnya, faham bahan pengajaean dalam kelas tetapi merosot
dalam ujina, tidak tepat dalam bacaan dan tidak terancang.
1.
28
3.
Onset and Rime Onset adalah konsonan awal dalam kata satu
suku kata. Rime termasuk suara yang tersisa, termasuk vokal dan
setiap suara yang mengikuti. Misalnya, dalam kite, yang / k /
suara awal, dan / ite / suara rime tersebut.
4.
5.
2. Lexical acces adalah proses dimana suara yang berarti koneksi dasar
bahasa
3. Grapheme-phoneme conversion terkait dengan teks dan dasar untuk
digunakan dalam memprediksi pengucapan kata tertentu.
29
Tabel 1. Phonem
(Sumber : Stelmack j et. al, 1987)
2. MRI busa mendeteksi dini dyslexia dengan memperlihatkan lesi yang ada
di otak.
2.2.9
Penatalaksanaan Dyslexia
30
anak untuk mengerti bagaimana huruf berhubungan dengan suara dari huruf
tersebut serta pola mengeja (IDAI, 2009).
Kefasihan ditunjukkan dengan kemampuan membaca secara oral dengan
kecepatan yang cukup, akurat dan ekspresi yang tepat. Kefasihan sangat penting
karena membutuhkan pengenalan kata yang ototmatis. Meskipun kefasihan
merupakan hal yang sangat penting dalam tatalaksana tetapi sering hal ini
dilupakan. Cara yang paling efektif untuk mengasah kefasihan adalah dengan
mengulang membaca secara oral dengan bimbingan, hal ini dapat dilakukan
dengan bimbingan guru, orang dewasa atau teman sebaya dengan pemberian
umpan balik sesudahnya. Umpan balik merupakan hal yang penting dan tidak
boleh dilupakan (IDAI, 2009)..
Tatalaksana disleksia pada anak usia SMP-SMA serta perguruan tinggi lebih
ditujukan pada adaptasi dan penerimaan. Pada anak usia ini biasanya penderita
tidak menunjukkan kelainan dalam pengenalan kata tetapi akan mengalami
kesulitan dalam membaca sehingga membutuhkan waktu yang lebih lama. Pada
penderita tambahan dalam membaca dan mengerti hal yang dibaca. Selain itu
dapat dipergunakan alat bantu tambahan seperti laptop yang dilengkapi program
untuk memperbaiki ejaan, penggunaan alat perekam, bantuan tutor serta
penggunaan kelas terpisah yang tidak ramai saat hujan. Sangat penting untuk
ditekankan bahwa dyslexia tidak berhubungan dengan tingkat kepandaian.
Orangtua sangat sering menanyakan mengenai tatalaksana dyslexia, tetapi
perlu ditekankan bahwa sangat sedikit data mengenai tatalaksana dyslexia. Selain
itu tatalaksana bukan merupakan terapi sesaat tetapi lebih kepada terapi yang
berkesinambungan (IDAI, 2009).
31
Medical Care
Penatalaksanaan yang dapat diberikan merupakan settingan edukasi spesial
(SPED), settingan tutorial khusus atau dapat keduanya diberikan sebagai
perkembangan yang penting dan meningkatkan kemampuan membaca. Pada guru
remedial, pidato dan terapis bahasa dan terapis okuposional dapat menjadi pilihan
yang diajukan sebagai penatalaksanaan pada anak yang mendapat kelainan dalam
membaca, dan dapat juga menemukan gejala klinis yang didapatkan pada anak.
Remedial dapat membantu dan menguntungkan pasien dengan dyslexia, meskipun
beberapa penelitian belum sepenuhnya mendukung (Schulte, 2010).
Beberapa penatalaksanaan pada tes mata dan sensitivitas scotopic telah
dilaksanakan kepada anak-anak yang mendapat kesulitan membaca. Penelitian
pada 30 tahun ini telah memberikan terapi alternatif yang malah tidak efektif.
Basis fisik dari dyslexia tidak terlalu berdampak kepada penatalaksaan yang tidak
menggunakan neuroanatomi disfungsi pada proses phenom.
Dokter mata anak dan dokter saraf anak seharusnya menjelaskan kepada
orangtua bahwa disleksia bukanlah kelainan pada sistem visual, namun lebih
kepada ketidakmampuan pada proses pemisahan visual pathway ke korteks
oksipital dan berdasarkan neurofiological maldevelopment pada beberapa bagian
di perkembangan bahasa. Latihan visual, termasuk latihan otot mata, dan latihan
dengan atau tanpa bifocal tidak terlalu menguntungkan anak dengan dyslexia atau
kelainan (Schulte, 2010).
32
Konsultasi
Konsultasi Sekolah
Pada tahun 2004 IDEA membutuhkan sekolah umum untuk menyediakan
evaluasi dan pendidikan kepada anak-anak dengan gangguan belajar. Karena
hanya ada 20% dari semua anak-anak dengan gangguan phonological, tidak
semuanya dapat dievaluasi di sekolah. Bila orangtua atau petugas kesehatan
menduga terdapat gangguan membaca, orangtua tersebut seharusnya membuat
permintaan khusus untuk mengevaluasi ke sekolah atau meminta kepada
individual educational plan (IEP). Pelayanan SPED menyediakan anak dengan
hambatan membaca untuk masuk kepada grup yang keccil dengan terapis
membaca (Schulte, 2010).
Strategi Intervensi
Gangguan membaca dapat berdampak kepada anak-anak, bagaimanapun
intervensi dini pada sekolah dapat membantu mengurangi gangguan membaca
walaupun hanya sedikit. Strategi berikut dapat diapakai untuk intervensi awal dan
membantu pada anak yang lebih tua yang menderita gangguan membaca :
-
33
34
penting dalam
membaca
35
mempengaruhi hasil dari penelitian, 10-20 subjek diperanguhi oleh indiviual yang
bervariasi (Eckert, 2004).
Neuropsychological Data
Volumes Analyses
36
Terdapat perbedaan pada jumlah materi abu-abu materi putih atau pada
(area anatomi) volume abu-abu yang diamati antara control dan penderita
dyslexia.
Volume materi abu-abu dan putih untuk otak kiri dan otak kanan dalam
kontrol (biru) dan disleksia (merah). Ukuran kotak mewakili bawah dan atas
kuartil dengan median ditunjukkan di tengah (Cyril et al, 2009).
Lateralization analyses
Post hoc tests mengungkapkan bahwa dalam kontrol terdapat perbedaan
signifikan antara Volume left and right angular gyri, superior parietal lobules (left
> right P 5 0.02 and 0.03), paracentral lobules, posterior cingulated gyri, and
postcentral gyri (right > left P 5 0.00002; P 5 0.03 and P 5 0.00002). Untuk
subyek penderita disleksia, perbedaan yang terdapat pada angular gyri (left > right
P 5 0.01), paracentral lobules and postcentral gyri (right > left P 5 0.00002).
37
Phonem Deletion
Subjek pada bagian kontrol memperlihatkan korelasi yang lebih besar
terhadap LGMV dan kejadian penghapusan fonem daripada disleksia. Untuk
kontrol subjek, gray matter volume yang lebih kecil terlihat pada infero-temporal
cortex secara bilateral, serebellum (pyramis, declive, culmen, inferior semu-lunar)
dan precuneus kiri (Cyril et al, 2009).
38
39
Cerebellar Discoveries
Perbedaan yang paling mencolok yang diamati pada cerebellum, yang
biasanya berhubungan dengan perolehan skill dan automatisasi. Dyslexia dapat
menunjukkan gangguan dalam kefasihan belajar sebagai dari konsekuensi dari
jeleknya automatisasi dari motor sensosorik, termasuk speech-script transcoding
dan defisit ini biasanya diikuti dengan defisit motorik (Chaix et al, 2007).
40
41