Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kerja praktek merupakan salah satu program untuk lebih mendekatkan dunia
kampus dengan dunia industri, yang dijadikan salah satu mata kuliah wajib dari Jurusan
Teknik Elektro Universitas Jenderal Achmad Yani. Kerja praktek ini harus ditempuh oleh
setiap mahasiswa karena berguna untuk bekal terjun di dunia industri setelah lulus.
Dengan program kerja praktek, mahasiswa diharapkan dapat mengetahui
perkembangan teknologi dan industri yang relevan dengan program studinya. Pengetahuan,
pemahaman, dan pengalaman tentang dunia industri yang didapatkan secara langsung melalui
praktek industri akan membuka wacana bagi mahasiswa jauh lebih nyata sehingga
diharapkan mahasiswa dapat memadukannya dengan ilmu pengetahuan yang telah didapat di
dalam perkuliahan. Dengan kerja praktek, diharapkan mampu membuka dan meningkatkan
hubungan kerja sama yang erat antara lembaga pendidikan dengan industri.
PT Krakatau Steel merupakan salah satu perusahaan industri baja dunia (word
class) dan saat ini masih menjadi industri baja terbesar di Indonesia yang mencapai jutaan ton
per tahunnya. Sebagai sebuah perusahaan industri yang besar, PT Krakatau Steel
menggunakan perangkat lunak maupun keras untuk mendukung proses produksinya. Dari
berbagai macam alat yang digunakan perawatan sangat diperlukan agar semua dapat berjalan
dengan sempurna. Salah satunya pada Divisi Cold Rolling Mill (CRM) di PT Krakatau Steel
yang akan menjadi kajian dalam laporan kerja praktek ini.
Pemilihan PT Krakatau Steel sebagai tempat untuk melaksanakan kerja praktek
karena perusahaan ini merupakan perusahaan yang berkembang dalam bidang perindustrian
dan termasuk dalam kelompok Badan Usaha Milik Negara Industri Strategis (BUMNIS) yang
bergerak dalam lingkup bisnis industri baja terpadu dan industri perdagangan.
memperoleh pengalaman yang bisa dijadikan bekal untuk memasuki dunia kerja dan juga
mahasiswa diharapkan dapat mengikuti perkembangan teknologi sehingga tidak terjadi suatu
kesenjangan antara teknologi maupun ilmu pengetahuan terbaru dalam dunia pendidikan
dengan dunia industri yang akan dimasuki setelah selesai dari jenjang pendidikan
akedemisnya. Adapun tujuan lain diadakannya kerja praktek ini adalah sebagai berikut:
1. Melaksanakan dengan baik salah satu mata kuliah wajib yakni Kerja Praktek (KP) pada
semester VII untuk mahasiswa Program Studi Teknik Elektro konsentrasi Arus Kuat.
2. Memberikan pengalaman nyata tentang kondisi secara kongkrit, sehingga memperluas
wawasan mahasiswa tentang dunia kerja secara nyata.
3. Memupuk kemampuan beradaptasi, berkomunikasi, dan memahami lebih dalam tentang
tugas sebagai individu dan kelompok kerja.
4. Meningkatkan kemampuan mahasiswa secara mandiri dan kelompok dalam memecahkan
masalah yang timbul di dalam bekerja.
Power Distribution.
Pembahasan difokuskan hanya pada sistem proteksi jalur distribusi pada motor dc
6 kv di line Power Distribution.
Laporan ini disusun terdiri dari 6 bab, pada setiap bab terdiri dari sub-bab. Di
bawah ini sistematika laporan yang akan ditulis secara garis besar yaitu:
Bab I Pendahuluan
Pada bab ini menjelaskan tentang latar belakang, maksud dan tujuan kerja
praktek, ruang lingkup pembahasan, metode pengambilan data, dan sistematika penulisan
laporan.
Bab II Tinjauan Umum Perusahaan
Bab ini berisi tentang sejarah umum perusahaan, visi dan misi perusahaan, ruang
lingkup perusahaan, kepegawaian, dan struktur organisasi perusahaan.
Bab III Divisi Cold Rolling Mill (CRM)
Bab ini berisi tentang sejarah singkat divisi CRM, struktur organisasi divisi CRM,
dan lini proses produksi pada divisi PD- CRM.
Bab IV Sistem Proteksi Jalur Distribusi Pada Motor DC 6 kv
Bab ini berisi tentang
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
Pada awal tahun 1970 pemerintah Indonesia kembali mengadakan survey lapangan
tentang kelanjutan pembangunan Proyek Besi Baja Trikora. Dari hasil survei tersebut
disimpulkan bahwa pembangunan Proyek Besi Baja Trikora akan dilanjutkan tetapi Proyek
Besi Baja Trikora berubah menjadi bentuk Perseroan Terbatas (PT) berdasarkan Instruksi
Presiden Republik Indonesia nomor 17 tanggal 28 Desember 1967.
PT. Krakatau Steel (PT KS) resmi berdiri berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik
Indonesia nomor 35 tanggal 31 Agustus 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik
Indonesia untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (Persero) PT. Krakatau Steel, dengan
maksud dan tujuan untuk menyelenggarakan penyelesaikan pembangunan Proyek Baja
Trikora serta mengembangkan industri baja dalam arti luas. Pendirian PT. Krakatau Steel
disahkan dengan Akte Notaris Tan Thong Kie nomor 34 tanggal 23 Oktober 1971 di Jakarta,
dan diperbaiki dengan naskah nomor 25 tanggal 29 Desember 1971.
Dalam akta ini juga disebutkan bahwa selain perseroan ini berhak menjalankan segala
tindakan yang menuju ke arah pelaksanaan dan kemajuan, perseroan ini juga berhak pula
mendirikan dan ikut serta dalam perseroan-perseroan atau badan hukum lain terutama yang
bertujuan sama atau hampir sama dengan perusahaan ini, baik yang bekerjasama di dalam
maupun luar negeri.
Pembangunan PT. Krakatau Steel tahap I memiliki kapasitas produksi 0,5 Juta
ton/tahun berdasarkan Keppres nomor 30 tanggal 27 Agustus 1975. Tanggal 27 Juli 1977
Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Besi Beton, Pabrik Besi Profil, dan Pelabuhan Khusus
Cigading PT. Krakatau Steel, disusul kemudian Peresmian Pabrik Besi Spons model Hylsa
(50%), Pabrik Billet Baja, Wire Rod, PLTU 400 MW, dan Pusat Penjernihan Air (kapasitas
2000 liter/detik) serta KHI Pipe oleh Presiden Soeharto tanggal 9 Oktober 1979. Tanggal 24
Februari 1983 Presiden Soeharto meresmikan Pabrik Slab Baja, Hot Strip Mill, dan Pabrik
Besi Spons unit 2 PT. Krakatau Steel.
Mengingat pentingnya peranan PT. Krakatau Steel maka bersama 9 BUMN strategis
lain (PT. Boma Bisma Indra, PT. Dahana, PT. INKA, PT. INTI, PT. IPTN, PT. LEN, PT.
Barata Indonesia, PT. Pindad, dan PT. PAL), PT. Krakatau Steel dikelompokkan ke dalam
BPIS (Badan Pengelola Industri Strategis) berdasarkan Keppres RI nomor 44 tanggal 28
Agustus 1989.
anak perusahaan PT. Pakarya Industri (Persero). Pada tahun 1999 PT. Pakarya Industri
(Persero) berubah nama menjadi PT. Bahana Pakarya Industri Strategis (BPIS) total asset
Rp.16 triliun. Pemerintah melalui Forum RUPS Luar Biasa pada tanggal 28 Maret 2002 telah
membubarkan PT. BPIS. Pengalihan asset BUMN ke Pemerintah (Kantor Menneg BUMN
sebagai pemegang kuasa Menteri Keuangan).
1. Visi
Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif untuk tumbuh dan
berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia.
2. Misi
Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa .
Unit ini merupakan suatu pabrik yang menangani suatu proses pengolahan biji besi/pellet
menjadi besi spons. Besi spons merupakan bahan baku mentah untuk membuat baja, bentuk
dari biji besi spons tersebut seperti butiran-butiran kelereng, dimana butiran atau biji besi
tersebut diproses reduksi secara langsung (Direct Reduction).
2. Pabrik Slab Baja ( Slab Steel Plant/SSP )
Pabrik slab baja merupakan pabrik untuk tempat peleburan besi dimana pabrik slab baja
ini terdiri dari dua buah pabrik, yaitu:
a. Slab Steel Plant I
Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja batangan.
b. Slab Steel Plant II
Bagian pabrik yang mencetak masih dalam bentuk baja lembaran.
Besi spons diisikan di dalam dapur listrik dengan menggunakan continous feeding, selain
spons dapur listrik juga diisi dengan scrap atau besi tua dan batu kapur secukupnya kemudian
bahan tersebut dilebur menjadi baja cair yang masih berbentuk batangan/lembaran-lembaran
besi yang belum diolah dengan membutuhkan panas yang sangat tinggi mencapai titik didih
1650C. Sumber panasnya berasal dari energi listrik yang dialirkan melalui elektroda listrik
yang membara. Kapasitas produksi terpasang yaitu sekitar 1.000.000 ton/tahun.
Perlengkapan utama pada pabrik slab baja ini yaitu: 4 buah dapur listrik yang masingmasing berkapasitas 120 ton baja cair dan 2 buah mesin kontiniu dengan masing-masing 1
jalur percetakan slab (mould).
3. Pabrik Billet Baja ( Billet Steel Plant/BSP)
Billet Steel Plant (BSP) meerupakan pabrik yang menghasilkan lempengan baja dengan
bahan baku utamnya yaitu scrap, besi spons, dan batu kapur. Semua bahan baku tersebut
dimasukkan dalam ruangan dapur listrik untuk pengolahan dan kemudian dicetak menjadi
lempengan baja. Dengan kapasitas produksi 500.000 ton/tahun. Ukuran dari hasil billet baja
tersebut yaitu: panjang: 6m, 10m, dan 12m. Dengan penampang : 100 x 100mm, 110 x
110mm, dan 120 x 120mm.
Proses pembuatan baja pada pabrik ini hampir sama dengan proses pabrik Slab Steel Plant
perbedaanya hanya terletak pada bentuk cetakan. Hasil pabrik ini juga dapat digunakan oleh
pabrik wire rod sebagai bahan baku. Sedangkan untuk perlengkapan utama dari pabrik ini
yaitu: tersedia 4 buah dapur listrik dan 4 buah mesin tuang continue.
4. Pabrik Baja Lembaran Panas ( Hot Strip Mill/HSM )
Pabrik Hot Strip Mill (HSM) merupakan bagian pabrik untuk mengukur ketebalan dari
lembaran-lembaran baja. Dengan menggunakan alat overhead crane, slab dibersihkan
Kapasitas produksi pabrik ini mencapai 200.000 ton/tahun batang kawat. Diameter kawat
yang dihasilkan adalah 5,5 mm, 8 mm, 10 mm, 12 mm. Ukuran yang dihasilkan: panjang
10.000 mm, berat 900 Kg, penampang 110 x 110 mm.
B. Untuk variasi batang kawat yang dihasilkan terdiri dari:
a. Batang kawat karbon rendah.
b. Batang kawat untuk elektroda las.
c. Batang kawat untuk cold holding.
Selain itu PT Krakatau Steel (Persero) juga memiliki beberapa sarana yang mendukung
unit-unit produksi di atas, yaitu:
a. Pelabuhan Cigading yang menampung kapal-kapal dengan bobot 1500 ton/jam dan alat
pembuat besi spons (conveyor) dengan kapasitas 2000 ton.
b. Ban berjalan (conveyor belt) dari pelabuhan ke pabrik sejauh 6 km guna membawa bahan
baku pellet dari pelabuhan Cigading.
c. Pusat pembersihan air dari Waduk Krenceng yang mampu menyediakan air untuk
keperluan industri dengan debit 2000 liter/detik.
d. Gas Alam yang keluar dari dua sumber melalui sambungan pipa yaitu gas alam Parini dan
Arjuno di lepas pantai Cilamoya dan sumber gas Murindu.
e. PLTU ( Pembangkit Listrik Tenaga Uap ) yang berkapasitas 400MW yang terdiri dari 5
unit, dengan masing-masing berkapasitas 80MW dengan dilengkapi komputer sebagai
penyimpan dokumentasi variabel-variabel proses operasi.
f. Telekomunikasi yang menghubungkan semua unit kawasan industri dan kawasan
perumahan dinas dengan kapasitas 1340 set pesawat telepon.
g. Daerah perkotaan yang terdiri dari perumahan pemimpin dan karyawan sebanyak 1400
rumah. Selain itu juga terdapat sekolah seperti TK, SD, SMP, SMK, rumah sakit serta
sarana olahraga.
h. Bus antar jemput untuk karyawan dan juga mobil-mobil dinas PT Krakatau Steel
(Persero).
2.3.3 Fasilitas dan Sarana Pendukung
Untuk menunjang kegiatan kerja sama bisnis di bidang produksi baja, PT Krakatau
Steel dilengkapi dan didukung dengan berbagai fasilitas dan sarana yang berbentuk badan
usaha mandiri sebagai anak perusahaan PT Krakatau steel , diantaranya adalah sebagai
berikut :
1. PT Krakatau Daya Listrik ( PT. KDL)
PT KDL merupakan perusahaan yang mengoperasikan pembangkit listrik guna mensuplai
kebutuhan listrik PT Krakatau Steel. Perusahaan ini memiliki pembangkit listrik tenaga uap
(PLTU) berkapasitas 400 MW yang terdiri dari 5 unit turbin dan masing masing
berkapasitas 80 MW, selain itu juga dilengkapi dengan sistem jaringan dan distribusi sampai
ke konsumen.
Cigading sebagai tempat bongkar muat produk dan berbagai komoditi keperluan PT KS. Saat
ini perusahaan memiliki dermaga dengan panjang 1098 m dan kedalaman 14 m, yang mampu
melayani bongkar muat kapal dengan bobot mati hingga 70.000 DWT.
3. PT Krakatau Tirta Industri (PT KTI)
Perusahaan ini berfungsi mensuplai kebutuhan air di industri PT Krakatau
Steel,dengan debit air sebesar 2000 ltr/detik. Air bersih yang dihasilkan cukup untuk
memenuhi kebutuhan proses industri di seluruh kawasan PT KS maupun bagi warga komplek
perumahan KS.
4. PT KHI Pipe Industri (PT KHI)
Perusahaan ini menggunakan produk dari pengerolan baja lembaran panas
( HSM ) yang memproduksi berbagai jenis pipapipa baja untuk penyaluran minyak, gas atau
air ataupun struktur bangunan.
Pada saat ini PT KHI dapat memproduksi pipa dengan diameter 4 -
80 inchi dengan
Perusahaan ini memproduksi plat timah ( tin plate ). Perusahaan ini mampu
menghasilkan 130.000 ton per tahun plat timah ( coil, sheet ) dengan kualitas prime ,
assorted waste, dan unassorted waste yang dapat digunakan untuk can /food critical, general
can/non critical dengan pasar domestik.
9. PT Krakatau Industri Estate Cilegon (PT KIEC)
Perusahaan ini bergerak di bidan pengelolaan jasa kawasan industri, SOR, dan
hotel. Selain itu juga sebagai pengelola seluruh asetaset perusahaan baik produk maupun
jasa.
10. PT Krakatau Medika (PT KM)
Perusahaan ini bergerak di bidang pelayanan kesehatan ( Rumah Sakit PT
Krakatau Steel ). Sebagai rumah sakit bagi karyawan
setelah
a. Karyawan harian lepas, karyawan harian ini diorganisasikan oleh suatu badan usaha
perseorangan yang bertujuan untuk
perusahaan. Karyawan ini sewaktu waktu dapat diputus hubungan kerjanya apabila
perusahaan sudah tidak membutuhkannya lagi tanpa mendapat pesangon.
b. Karyawan kontrak, karyawan ini diperlukan oleh perusahaan dalam jangka waktu tertentu
dan apabila perusahaan masih membutuhkannya pada saat kontraknya habis, maka
perusahaan dapat memperpanjang kontraknya.
c. Karyawan honorer, karyawan yang tenaganya sewaktu waktu dibutuhkan oleh
perusahaan dan upah yang diberikan perusahaan kepada tersebut dihitung dalam jangka
waktu sesuai dengan harga yang disepakati bersama.
Terdiri dari asuransi kematian dan asuransi kecelakaan yang diberikan melalui asuransi
sosial tenaga kerja .
b. Jaminan kesehatan
Berupa pemeriksaan, pengobatan, dan perawatan untuk karyawan dan keluarganya yang
sedang sakit baik fisik maupun mental. Yang berhak menerima adalah karyawan tetap,
istri atau suami karyawan yang terdaftar di divisi personalia dan anak kandung
karyawan ataupun anak angkat yang sah dan terdaftar di divisi personalia dengan
ketentuan belum mencapai umur 21 tahun dan belum berpenghasilan tetap.
c. Jaminan hari tua
Diberikan kepada karyawan yang memenuhi ketentuan telah mencapai usia 55 tahun
atau pensiun dipercepat karena cacat. Selain itu juga diberikan fasilitas pendidikan dan
tunjangan hari raya.
kesehatan,
kesejahteraan,
pendidikan
dan
pelatihan
kerja,
serta
BAB III
DIVISI CRM
3.1 Sejarah Singkat Divisi CRM
Cold Rolling Mill (CRM) atau yang disebut juga pabrik pengerolan baja lembaran
dingin (PPBLD) adalah bagian dari PT Krakatau Steel yang berdiri pada tanggal 19 Februari
1983 dengan nama PT Cold Rolling Mill Indonesia Utama (PT CRMIU). Pabrik ini terletak
kawasan industri berat Krakatau, Cilegon, dengan luas pabrik 101.392 m2 di atas tanah seluas
400.000 m2. Peletakan pertama pembangunannya dilakukan pada tanggal 14 Februari 1984
oleh Menteri Perindustrian Indonesia Ir. Hartanto dan diresmikan oleh Presiden Soeharto
pada tanggal 23 Februari 1987 sebagai pabrik lembaran baja dingin pertama di Indonesia.
Realisasi berdirinya pabrik ini tercapai atas kerja sama tiga perusahaan induk,
yaitu PT Krakatau Steel (40%), PT Kaulin Indah (40%), dan satu perusahaan asing (Perancis)
yaitu Sestiacie (20%). Salah satu tujuan berdirinya pengolahan lembaran baja dingin ini
adalah untuk memenuhi kebutuhan akan lembaran baja tipis yang setiap tahunnya meningkat.
Pabrik CRM ini mulai beroperasi secara komersial pada bulan April 1987 dengan
menghasilkan baja lembaran dingin yang memiliki ketebalan 0,18-3,00mm. Kapasitas
produksi dari pabrik ini adalah 850.000 ton/tahun dengan kemungkinan untuk ditingkatkan
mencapai 1.500.000 ton/tahun untuk memenuhi kebutuhan luar negeri dan dalam negeri.
Teknologi terbaru dari Spanyol, Prancis, dan Amerika Serikat diterapkan untuk
perangkat keras dan lunak. PT CRMIU merupakan pabrik termodern di Asia Tenggara pada
saat diresmikan. Ahli teknologi disiapkan melalui pendidikan terampil Indonesia di Prancis,
Spanyol, Italia, Belanda, Taiwan, dan Indonesia. Pada bulan Oktober 1991 PT CRMIU
bergabung dengan PT Krakatau Steel menjadi Badan Usaha Miliki Negara (BUMN). Upacara
penggabungannya dilakukan oleh Menteri Muda Perindustrian, yang merupakan satu divisi di
bawah PT Krakatau Steel dengan nama divisi Cold Rolling Mill (CRM).
Pabrik baja lembaran dingin (CRM) merupakan kelanjutan dari HSM (Hot Strip
Mill) yang merupakan salah satu proyek dari PT Krakatau Steel. Proses produksi yang utama
dari CRM ini adalah:
a. Pickling ( pengangkatan kotoran)
b. Cold Rolling (pengerolan dingin)
c. Cleaning (pembersihan permukaan)
d. Annealing (penghalusan butir)
e. Tempering (pengembalian sifat mekanis)
f. Recoiling (penggulungan kembali)
g. Shearing (pemotongan)
h. Packaging (pengepakan)
Sebagian besar konsumen dari produk CRM adalah lembaran baja dingin dengan
kualitas yang sama dengan tingkat keakuratan yang tinggi untuk setiap dimensi. Produk hasil
dari CRM berupa CRC (Cold Rolled Coil) yang pada umumnya diperlukan untuk pembuatan
kaleng makanan dan minuman maupun bagian dari mobil dan part lain yang menggunakan
baja tipis.
3.2 Struktur Organisasi Divisi CRM
1.
2.
3.
4.
CPL
HRC
TCM
BAF
ECL2
ECL1
TPM
PRP
REC
CRC
SHR
CRS
CR SLIT
As Rolled
Full Hard
Soft
Sebelum bahan baku Hot Rolled Coil (HRC) dari HSM dapat diproses di
Continous Tandem Cold Mill (CTCM), karat di permukaan HRC yang berasal dari oksidasi
selama proses hot rolling harus dihilangkan dengan proses Pickling menggunakan asam
clorida (HCl). Proses ini berlangsung dengan melewatkan HRC pada tangki cairan asam yang
terdiri dari 4 buah tangki sehingga permukaannya menjadi bersih. Lembaran yang sudah
dibersihkan selanjutnya diratakan bagian pinggirnya dan dipotong untuk proses selanjutnya.
Limbah dari cairan asam clorida dapat diolah kembali melalui proses dekomposisi menjadi
cairan asam clorida dan oksidasi besi. Oksidasi besi dari proses ini dapat dimanfaatkan dalam
industri pencelupan dan ferrite.
Sebelum diproses, plat disiapkan di preparation section untuk memotong ujung
coil sepanjang 2-3 meter. Kemudian strip diarahkan oleh magnetic threading rolls agar dapat
dengan tepat masuk pada pinch roll processor. Setelah itu plat disambung dengan pengelasan
menggunakan mesin las flash butt welder.
Sisa-sisa oksida pada strip dihilangkan dengan cara mekanik dan kimia. Untuk
yang mekanik dilakukan menggunakan scale breaker, dengan memecahkan deposit osksida
pada permukaan strip. Untuk cara kimia dilakukan dengan menggunkan HCl 18% dan
digunakan waktu optimal agar proses penghilangan scale berjalan dengan baik. Proses ini
dilakukan di dalam pickling tank.
Proses tersebut kemudian dilanjutkan dengan proses-proses berikut:
1. Rinsing Section, proses ini untuk membersihkan sisa HCl yang masih menempel pada
permukaan strip dengan menggunakan air. Strip yang keluar dari pickling tank disemprot
dengan air.
2. Dryer, proses untuk mengeringkan air pembersih yang masih melekat pada permukaan strip
dengan cara menyemprotkan udara panas pada permukaan strip untuk menguapkan sisa air
yang ada.
3. Trimmer, adalah proses pemotongan sisi-sisi strip sesuai ukuran yang diinginkan untuk
memudahkan pada proses handling.
4. Oiler, merupakan proses untuk mencegah permukaan strip agar tidak teroksidasi. Masingmasing strip diberikan minyak pelumas (mineral oil dan palm oil) untuk kategori produk
yang berbeda-beda.
5. Recoiler, merupakan proses penggulungan strip menjadi coil dengan ukuran
diameter tertentu.
Berikut adalah alur proses produksi CPL
RINSING
SECTION
DRYER
SCALE
BREAKER
PICKLING
TANKS
PREPARATION
SECTION
FLASH
BUTT WELDER
SIDE
TRIMMER
MAGNETIC
THREADING
ROLLS
OILER
RECOILER
ENTRY ACCUMULATOR
SCRAP
CHOPPER
PROCESSOR
UNCOILER
untuk menentukan karakteristik yang tepat dari strip agar didapat ductility, yield elongation,
softness, dan drawbility yang diinginkan.
Berikut adalah gambar susunan coil pada BAF
COOLING HOOD
INNER COVER
COIL STACK
BASE
Data
Data
TO THE HUMIDITY
CONTROLLED AREA
BerikutGUIadalah
alur produksi ECL 1 :
LLOTINE
SHEAR
RECOILER
GUILLOTINE
SHEAR
HCD CLEANING
TANK
THICKNESS
GAUGE
WELDER
RINSING TANK
ELECT.
COILER
SIDE
TRIMMER
UNCOILER
DRYER
PRECLEANING
TANK
BRUSH
TANK
GUILLOTINE
SHEAR
UNCOILER
RINSING
TANK
DRYER
BRUSH
TANK
GUILLOTINE
SHEAR
WELDER
RECOILER
Proses
digunakan untuk aplikasi kaleng minuman, lembaran seng, dan lain sebagainya. Furnace
disini dirancang sedemikian rupa sehingga memudahkan operator dalam pengoperasiannya.
Annealing Furnace dibagi menjadi tiga zona, yaitu Heating Zone, (area pemanasan), Holding
Zone (area penahanan panas), dan cooling Zone (area pendinginan).
Berikut adalah alur produksi pada CAL :
Cooling
Chamber
Exit
Looper
FURNACE
Soaking
Chamber
Heating
Chamber
Entry
Looper
Bridle Roll
Welder
Uncoiler
Rinsing
Bridle Roll
Brushing
BRIDLE
BRIDLE
PREPARATION
RECOILER
UNCOILER
STAND 1
STAND 2
Uncoiler
Thickness
Gauge
Side
Trimmer
Welder
Recoiler
Welder
Uncoiler
Thickness
Gauge
Guillotine
Shear
Electrostatic
Oiler
Side
Trimmer
Recoiler
Off Gauge
Sheet
Edges
pemotongan strip dalam bentuk lembaran. Ketebalan yang dapat diproses di lini ini adalah
0,2mm-3,00mm.
Uncoiler
Side
Trimmer
Flying
Shear
Thickness
Gauge
Leveller
Oiler
2nd Choice
Pil er
1st Choice
Pil er
semua itu tergantung pada permintaan konsumen dan fungsi produk yang akan digunakan
nantinya. Ada produk yang setelah diproses CPL dan CTCM langsung masuk ke dalam ware
house (finished goods) dan siap untuk dijual atau dikirim ke konsumen dan ada juga yang
masuk ke CPL, CTCM, BAF, TPM, CRF baru kemudian masuk ke ware house (finished
goods).