Вы находитесь на странице: 1из 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Latar belakang diadakanya kunjungan industri ini adalah untuk memenuhi
tugas mata kuliah Manajemen Industri, dimana mahasiswa diberikan tugas untuk
menganalisis permasalahan yang ada di industri dan mencoba mencari alternatif
solusinya dengan mengaplikasikan teori-teori manajemen yang sudah dipelajari di
pertemuan kuliah.
Dengan melakukan kunjungan industri ini diharapkan mahasiswa dapat
mengambil beberapa manfaat dan belajar secara langsung sistem manajemen
dengan melihat proses kerja yang ada di industri tersebut. Industri yang saya ambil
adalah sebuah industri proses yaitu PT. Madubaru, atau lebih dikenal oleh
masyarakat sekitar dengan nama PG-PS Madukismo, satu-satunya industri di DIY
yang menangani pembuatan gula pasir dan alkohol/spritus.

B. Tujuan
Ada beberapa tujuan diadakannya kunjungan industri bagi siswa/siswi sebagai
berikut:
a. Memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Pendidikan.
b. Memperluas pengatahuan mahasiswa tentang manajeman di industri.
c. Mengetahui pembuatan gula pasir dan alkohol/spritus di PT. Madubaru.
d. Menganalisis permasalahan industri di PT. Madubaru dan mencoba mencari
alternatif penyelesaiannya

C. Manfaat
Kunjungan ke pabrik ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada mahasiswa
yang terkait dengan sistem manajemen pabrik, proses dan mesin pengolahan gula
atau alkohol skala industri, menemukan permasalahan yang terkait dengan hal
tersebut, kemudian berusaha memberikan alternatif solusi penyelesaiannya.

BAB II
PROFIL UNIT USAHA

A. Visi Misi Perusahaan


1. Visi
Menjadikan PT.Madubaru ( PG-PS Madukismo ) perusahaan Agro Industri yang
unggul di Indonesia dengan menjadikan Petani sebagai mitra sejati
2. Misi
a. Menghasilkan Gula dan Ethanol yang berkualitas untuk memenuhi permintaan
masyarakat dan industri di Indonesia
b. Menghasilkan produk dengan memanfaatkan tekhnologi maju yang ramah
lingkungan, dikelola secara profesional dan inovatif, memberikan pelayanan yang
prima kepada pelanggan serta mengutamakan kemitraan dengan petani.
c. Mengembangkan produk/bisnis baru yang mendukung bisnis inti.
d. Menempatkan karyawan dan stake hoders lainnya sebagai bagian terpenting
dalam proses penciptaan keunggulan perusahaan dan pencapaian share holder
values.

B. Sejarah Singkat
PT. Madubaru berlokasi di desa Padokan, Kelurahan Tamantirto,
Kecamatan Kasihan, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
PT. Madubaru adalah satu-satunya Pabrik Gula dan Pabrik Alkohol/Spritus di
provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta saat ini. Padahal dulu ketika zaman
pemerintahan Belanda ada sekitar 17 pabrik gula di Yogyakarta, akan tetapi ke-17
pabrik gula tersebut di bumi hanguskan oleh pemerintah Jepang karena dijadikan
markas angkatan bersenjata oleh Belanda untuk melawan Jepang.
PT. Madubaru dibangun pada tahun 1955 atas prakarsa Sri Sultan
Hamengku Buwono IX untuk memenuhi kebutuhan gula masyarakat pada waktu
itu. PT. Madubaru diresmikan pada tanggal 29 Mei 1958 oleh Presiden RI yang
pertama, yaitu Ir. Soekarno, dan memulai produksi gula di tahun yang sama.
Ketika itu kapasitas giling hanya sekitar 1500 ton/hari, dan sekarang telah
meningkat menjadi 3500 ton tebu/hari. Kemudian pada tahun 1959, PT.

Madubaru mulai memanfaatkan limbah cair hasil pengolahan gula menjadi


alohol/spritus.
Pada awal berdiri, pemegang 75% pemegang saham di PT. Madubaru
adalah Sri Sultan Hamengku Buwono IX, dan 25% pemerintah RI (Departemen
Pertanian RI). Saat ini telah diubah menjadi 65% milik Sri Sultan Hamengku
Buwono IX, dan 35% milik pemerintah RI yang dikuasakan kepada PT. Rajawali
Nusantara Indonesia.

C. Sumber Daya Manusia


1. Ketenagakerjaan
PT. Madubaru tidak beroperasi 1 tahun penuh, tetapi hanya ketika musim
panen tebu saja, lamanya sekitar 6 bulan yang berlangsung anara bulan MeiOktober. Ketika musim produksi tiba, PT. Madubaru memiliki tenaga kerja
sebanyak 4500 orang yang dibagi menjadi tiga golongan, yaitu:
a) Karyawan tetap
Karyawan tetap hanya berjumlah sekitar 400 orang dan bekerja penuh
selama satu tahun. Karyawan golongan ini diberi fasilitas kesehatan baik
untuk dirinya maupun keluarganya, juga dibeeri tunjangan gaji.
b) Karyawan kontrak waktu tertentu
Karyawan golongan ini ada sekitar 1000 orang, dan hanya bekerja ketika
musim produksi. Karyawan ini juga mendapat fasilitas kesehatan, tetapi
hanya untuk dirinya sendiri, tidak untuk keluarganya.
c) Karyawan borongan
Karyawan borongan adalah karyawan dengan jumlah terbanyak, yaitu
sekitar 3000 orang atau bahkan lebih. Karyawan golongan ini hanya bekerja
selama masa produksi, dan akan diberhentikan ketika musim produksi usai.

2. Pengaturan Jam Tenaga Kerja


Pengaturan shift kerja di PT. Madubaru adalah sebagai berikut:
a) Jam kerja kantor
Senin-Kamis : jam 06.30-15.00 WIB
Jumat-Sabtu

: jam 06.30-11.30

Istirahat

: jam 11.30-12.30

b) Jam kerja produksi (masa giling)


Shift Pagi

: jam 06.00-14.00 WIB

Shift Siang

: jam 14.00-22.00 WIB

Shift Malam

: Jam 22.00-06.00 WIB

D. Bahan Baku (Material)


Bahan baku utama dalam pembuatan gula di PT. Madubaru adalah tebu.
Untuk mendapatkan bahan baku ini, PT. Madubaru bekerjasama dengan para
petani lokal yang ada disekitarnya. Luas lahan yang digunakan untuk penanaman
tebu ini sekitar 5000-6000 hektar. Usia tebu yang digunakan untuk membuat gula
di PT. Madubaru ini berkisar antara 8-12 bulan. Jenis varietas tebu yang dipilih
sebagai bahan baku pembuatan gula adalah varietas tebu yang memiliki sifat-sifat
sebagai berikut:
a. Pertumbuhan cepat
b. Tahan terhadap hama penyakit
c. Umur masak pendek, hasil panen per hektar tinggi
d. Rendemen tinggi

E. Peralatan Utama
Ketika awal berdiri, PT. Madubaru menggunakan peralatan/mesin yang di
impor dari Jerman Timur, yaitu Machine Fabriek Sangerhausen. Saat ini
peralatan/mesin yang digunakan adalah mesin-mesin lokal yang diproduksi di
Surabaya.

BAB III
PROSES PRODUKSI

A. Gambaran Umum Proses Produksi


1. Proses Produksi Gula
Gula pasir yang diproduksi oleh PY. Madubaru memiliki kualitas SHS IA
(Super Head Sugar) atau GKP (Gula Kristal Putih). Mutu produksi dipantau oleh
P3GI Pasuruan (Pusat Penelitian Perkebunan Gula ndonesia). Dari sekitar bahan
baku tebu 400.000-500.000 ton per tahun, dapat menghasilkan gula SHS sekitar
35.000 ton per tahun.
Pembuatan gula putih di pabrik gula mengalami beberapa tahapan
pengolahan, yaitu pemerahan nira, pemurian, penguapan, kristalisasi, pemisahan
kristal, dan pengeringan.
a. Pemerahan Nira (Ekstrasi)
Setelah tebu ditebang, dikirim ke stasiun pengilingan untuk dipisahkan
antara bagian padat (ampas) dengan cairannya yang mengandung gula (nira
mentah). Alat penggiling tebu yang digunakan di pabrik gula berupa suatu
rangkaian alat yang terdiri dari alat pengerja pendahuluan (Voorbewer keras)
yang dirangkaikan dengan alat giling dari logam. Alat pengerja pendahuluan
terdiri dari Unigator Mark IV dan Cane knife yang berfungsi sebagai pemotong
dan pencacah tebu. Setelah tebu mengalami pencacahan dilakukan pemerahan
nira untuk memerah nira digunakan 5 buah gilingan, masing-masing terdiri dari 3
rol dengan ukuran 36 x 64.
b.

Pemurnian Nira
Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk proses pemurnian gula yaitu cara

defekasi, sulfitasi dan karbonatasi. Pada umumnya pabrik gula di indonesia


memakai cara sulfitasi. Cara sulfitasi menghemat biaya produksi, bahkan
pemurnian mudah di dapat dan gula yang dihasilkan adalah gula putih atau SHS
(Superieure Hoofd Sumber).

Proses ini menggunakan tabung defekator, alat pengendap dan saringan


Rotary Vacuum Filter dan bahan pemurniannya adalah kapur tohor dan gas sulfit
dari hasil pembakaran.
Mula-mula nira mentah ditimbang, dipanaskan, direaksikan dengan susu
kapur dalam defekator, kemudian diberi gas SO2 dalam peti sulfitasi, dipanaskan
dan diendapkan dalam alat pengendap. Nira kotor yang diendapkan kemudian
disaring menggunakan Rotery Vaccum Filter. Dari proses ini dihasilkan nira
jernih dan endapan padat berupa blotong. Nira jernih yang dihasilkan kemudian
dikirim kestasiun penguapan.
c. Penguapan Nira (Evaporasi)
Nira jernih masih banyak mengandung uap air. Untuk menghilangkan kadar
air dilakukan penguapan (evaporasi).
Dipabrik gula penguapan dilakukan dengan menggunakan beberapa
evaporator dengan sistem multiple effect yang disusun secara interchangeable
agar dapat dibersihkan bergantian. Evaporator bisanya terdiri dari 4-5 bejana yang
bekerja dari satu bejana sebagai uap pemanas bejana berikutnya. Total luas
bidang pemanas 5990m2 VO.
Dalam bejana Nomor 1 nira diuapkan dengan menggunakan bahan pemanas
uap bekas secara tidak langsung. Uap bekas ini terdapat dalam sisi ruang uap dan
nira yang diuapkan terdapat dalam pipa-pipa nira dari tombol uap. Dari sini, uap
bekas yang mengembun dikeluarkan dengan kondespot. Dalam bejana nomor 2,
nira dari bejana nomor 1 diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana
penguapan nomor 1. Kemudian uap nira yang mengembun dikeluarkan dengan
Michaelispot. Di dalam bejana nomor 3, nira yang berasal dari bejana nomor 2
diuapkan dengan menggunakan uap nira dari bejana nomor 2. Demikian
seterusnya, sampai pada bejana terakhir merupakan nira kental yang berwarna
gelap dengan kepekatan sekitar 60 brik. Nira kental ini diberi gas SO2 sebagai
belancing dan siap dikristalkan. Sedangkan uap yang dihasilkan dibuang ke
kondensor sentral dengan perantara pompa vakum.
d.

Kristalisasi

Nira kental dari sari stasiun penguapan ini diuapkan lagi dalam suatu pan
vakum, yaitu tempat dimana nira pekat hasil penguapan dipanaskan terusmenerus sampai mencapai kondisi lewat jenuh, sehingga timbul kristal gula.
Sistem yang dipakai yaitu ABD, dimana gula A dan B sebagai produk,dan
gula D dipakai sebagai bibit (seed), serta sebagian lagi dilebur untuk dimasak
kembali. Pemanasan menggunakan uap dengan tekanan dibawah atmosfir dengan
vakum sebesar 65 cmHg, sehingga suhu didihnya 650c. Jadi kadar gula (sakarosa)
tidak rusak akibat terkena suhu yang tinggi. Hasil masakan merupakan campuran
kristal gula dan larutan (Stroop). Sebelum dipisahkan di putaran gula, lebih dulu
didinginkan pada palung pendinginan (kultrog).
e. Pemisahan Kristal Gula
Pemisahan kristal dilakukan dengan menggunakan saringan yang bekerja
dengan gaya memutar (sentrifungal). Alat ini bertugas memisahkan gula agar
menjadi butiran-butiran kecil.
Dalam tingkatan pengkristalan, pemisahan gula dari tetesnya terjadi pada
tingkat B. Pada tingkat ini terjadi poses separasi (pemisahan). Mekanismenya
menggunakan gaya sentrifugal. Dengan adanya sistem ini, tetes dan gula terpisah
selanjutnya pada tingkat D dihasilkan gula melasse (kristal gula) dan melasse
(tetes gula).
f. Pengeringan Kristal Gula
Air yang dikandung kristal gula hasil sentrifugasi masih cukup tinggi, kirakira 20%. Gula yang mengandung air akan mudah rusak dibandingkan gula
kering, untuk menjaga agar tidak rusak selama penyimpanan, gula tersebut harus
dikeringkan terlebih dahulu. pengeringan dapat dilakukan dengan cara alami atau
dengan memakai udara panas kira-kira 80oC. pengeringan gula secara
alami dilakukan dengan melewatkan SHS pada talang goyang yang panjang.
Dengan melalui talang ini gula diharapkan dapat kering dan dingin. Proses
pengeringan dengan cara ini membutuhkan ruang yang lebih luas dibandingkan
cara pemanasan. Karena itu, pabrik-pabrik gula menggunakan cara pemanasan.
Cara ini bekerja atas dasar prinsip aliran berlawanan dengan aliran udara panas.

2. Proses Produksi Alkohol/Spritus


Hasil produksi alkohol dibedakan menjadi 2 jenis atas dasar kualitas:

Alkohol Teknis, yang masih mengandung aldehid, kadar 94% digunakan


untuk membuat spritus bakar.

Alkohol murni, kadar minimal 95% bisa dipakai pada industri farmasi,
kosmetik,dll.
Produksi rata-rata alkohol 25.000 liter alkohol/24 jam, yang terdiri dari

90% alkohol murni, dan 10% alkohol teknis.


Berikut ini adalah proses pembuatan alkohol di PT. Madubaru:
a. Pengenceran
Tetes tebu yang diperoleh dari sentrifuge diencer di Tangki Pengencer Brix
14 tetes tebu. Sebelumnya tetes tebu diukur di tangki ukur.
b. Penyaringan (Filtrasi)
Pada proses penyaringan, tetes tebu diatur pHnya sekitar 4,8 dengan diberi
H2SO4 agar tetes tebu tidak tekontaminasi dengan bakteri lain. Hal ini dilakukan
agar tetes tebu tidak gagaldalm proses peragian. Karena dalam proses peragian
tetes tebu akan diberi bakteri khusus yangdapat menjadikan tetes tebu menjadi
atau memiliki kandungan alkohol.
c. Peragian
Proses ini dilaksanakan secara bertahap mulai volume 3000, 18.000, dan
75.000 liter menggunakan bakteri Sacharomyces Cerevisiae. Waktu peragian
utama berkisar 50-60 jam dan kadar alkohol yang dicapai antara 9-10%.
d. Destilasi (Penyulingan)
Tetes tebu yang telah diberi ragi akan masuk ke proses destilasi. Destilasi
atau penyulingan bertujuan untuk memisahkan alkohol dengan air sehingga kadar
alkohol lebih tinggi. Di PT. Madubaru destilasi dilakukan secara bertingkat atau
disebut destilasi bertingkat. Dari hasil distilasi ini akan diperoleh alkohol dengan
kadar kemurnian 95%.

B. Permasalahan Produksi
Tidak banyak masalah produksi yang sering di alami saat proses
pengolahan gula pasir di PT. Madubaru, karena semua proses mulai dari

pemerahan nira (ekstraksi) sampai proses pengeringan kristal gula, berlangsung


secara otomatis menggunakan mesin. Begitu pula proses produksi alkohol. Hal
yang menjadi sering permasalahan bukanlah proses produksi, melainkan terletak
pada perolehan bahan bakunya, yaitu tebu. Hal ini dikarenakan, tebu merupakan
bakan baku utama dan merupakan satu-satunya bahan yang digunakan dalam
proses produksi, jadi ketika tidak ada tebu akibat adanya gagal panen secara
otomatis PT. Madubaru tidak akan aktif memproduksi gula pasir.

C. Alternatif Pemecahan Masalah


Beberapa alternatif pemecahan agar tidak terjadi gagal panen dan bahan
baku dapat terjamin kualitas dan keberadaannya adalah sebagai berikut:
1. Mengaplikasikan Teknologi Sapta Usaha Intensifikasi Tebu
a. Pemakaian varietas unggul dan bibit bermutu
-

Tingkat produktivitas tinggi dengantitik berat bobot tebu

Mampu dikepras dengan tingkat produksi yang mantap

Bibit berasal dari KBD

b. Penggarapan tanah dan penanaman


-

Tanah diolah dengan baik sebelum penanaman, menggunakan peralatan


yang modern untuk mempercepat efisiensi waktu.

c. Pemupukan
-

Dapat menggunakan pupuk kimia (ZA, TSP, dan KCL) maupun pupuk
organik (kompos, pupuk hijau, pupuk kandang,dll)

Memberikan dosis pemupukan yangtepat, tidak kurang tidak berlebihan.

Memberi pupuk pada waktu yang tepat.

d. Pemanfaatan air (hujan) sesuai kebutuhan tanaman.


-

Memanfaatkan air hujan dengan mengatur saat tanam yang tepat.

Membuat sistem irigasi dari sumber air menggunakan pompa air atau
semacamnya

Mengatur sistem irigasi/drainase agar jumlah air yang ada sesuai dengan
kebutuhan tanaman.

e. Pemeliharaan dan perlindungan tanaman

Tanaman selalu dirawat dan dijaga dengan baik, serta selalu di cek
keadaannya secara rutin dalam periode/waktu tertentu.

f. Tebang dan angkut


-

Tanaman ditebang saat berada pada tngkat kemasakan optimal.

Kadar kotoran tebu maksimal 5%

Jangka waktu tebang sampai giling 36 jam

g. Pengolahan hasil yang efisien


-

Mengolah tebu dengan baik dan se-efisien mungkin untuk memperoleh gula
yang terkandung dalam batang tebu dengan menekan serendah mungkin
kehilangan gula dalam proses pengolahan.

2. Memperluas lahan tanam


Karena dibutuhkan banyak bahan baku untuk melakukan proses produksi,
tentunya untuk mendapatkan bahan baku tersebut diperlukan usaha yang cukup
sulit, apalagi tebu merupakan tanaman semusim. Maka agar stabilitas produksi
dapat terus terjaga perlu memikirkan cara agar tebu dapat tetap tersedia ketika
produksi sedang berjalan. Salah satu jalan/cara memperoleh tebu ini adalah dengan
memperluas lahan tanam, sehingga hasil panen tebu juga akan naik.

3. Bekerjasama dengan industri lain


Salah satu cara memperoleh bahan baku dan menjage stabilitas ketersediaan
bahan baku (tebu) adalah bekerjasama dengan industri perkebunan atau industri
serupa yang bergerak dalam produksi gula. Dengan kerjasama ini akan menjaga
stabilitas produksi dan akan ada hubungan timbal balik antara kedua industri
tersebut. Misal ketika sebuah industri kekurangan bahan baku untuk produksi,
industri tersebut bisa meminta partner kerjasamanya untuk mengirimkan bahan
baku tersebut. Begitu pula ketika industri tersebut sedang surplus bahan baku,
maka kelebihan bahan baku tersebut dapat dikirimkan ke tempat lain.

10

BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN

A. Analisis Penerapan Manajemen di Industri


Berdasarkan beberapa penjelasan tentang proses produksi yang telah
disampaikan sebelumnya, PT. Madubaru sudah menerapkan sistem manajemen
dalam melaksanakan proses produksinya, diantaranya:
1. PT. Madubaru hanya menggunakan tenaga kerja seperlunya
Sebelumnya telah disampaikan bahwa tenaga kerja yang bekerja di PT.
Madubaru digolongan menjadi tiga, karyawan tetap, karyawan kerja waktu
tertentu, dan karyawan borongan. Dengan sistem penggolongan karyawan ini jelas
menambah efektifitas produksi dan menekan pengeluaran, karena kebanyakan
karyawan di PT. Madubaru hanya bekerja ketika musim produksi. Tentunya hal ini
sangat membantu mengurangi pengeluaran uang untuk gaji karyawan ketika sedang
tidak dalam masa produksi.

2. Lahan yang digunakan menanam tebu berada tidak jauh dari pabrik
PT. Madubaru bekerjasama dengan petani lokal yang berada disekitarnya
untuk menanam tebu. Hal ini selain sangat membantu mengurangi pengangguran
disekitarnya (lahan tanam seluas 6000 hektar) juga sangat membantu efisiensi
pengangkutan/transportasi ketika musim panen tiba. Karena letak lahan pertanian
tebu tidak jauh dari pabrik, hal ini sangat membantu meminimalkan pengeluaran.

3. Sudah memanfaatkan limbah produksi dengan sangat baik


Limbah produksi dari hasil pengolahan tebu menjadi gula cukup banyak,
akan tetapi PT. Madubaru sudah dapat memanfaatkannya dengan baik, yaitu:
Ampas tebu
Ampas sisa penggilingan tebu tidak dibuang begitu saja oleh PT. Madubaru,
akan tetapi digunakan sebagai bahan bakar untuk menghasilkan arus listrik.
Caranya ampas tebu bakar untuk mendidihkan air dalam tangki yang sangat besar.
Kemudian setelah air mendidih, uap air tersebut di salurkan kedalam turbin yang
terhubung dengan generator. Tenaga uap air tersebut akan memutar turbin, dan

11

listrik pun akan dihasilkan oleh generator. Arus listrik yang dihasilkan dari proses
ini digunakan oleh PT. Madubaru untuk menghidupkan mesin-mesin yang
digunakan untuk produksi gula. Jadi tenaga listrik yang digunakan untuk produksi
gula bukan berasal dari PLN, akan tetapi dari hasil pembakaran ampas tebu. Hal ini
tentunya sangat membantu menekan biaya pengeluaran produksi.
Abu sisa pembakaran
Abu sisa pembakaran ampas tebu juga tidak dibuang begitu saja, akan tetapi
dimanfaatkan untuk membuat batu bata.
Endapan sisa nira tebu (blothong)
Endapan sisa nira tebu yang terjadi di stasiun pemurnian nira dipisahkan
dengan alat Rotary Vacum Filter dimanfaatkan untuk membuat pupuk. Pupuk
yang dihasilkan digunakan oleh PT. Madubaru untuk memupuk tanaman tebu di
lahan yang mereka tanami, dan juga sebagian di jual.
Limbah tetes tebu (molasses)
Limbah tetes tebu yang merupakan hasil samping pengolahan tebu menjadi
gula ini di manfaatkan PT. Madubaru untuk membuat ethanol/alkohol dan spritus
dengan memberi ragi (Sacharomyces Cereviceae).

4. Menggunakan mesin yang bekerja otomatis


Seluruh proses produksi pengolahan batang tebu menjadi gula pasir putih di
PT. Madubaru berlangsung secara otomatis mulai dari proses ekstraksi sampai
pengeringan kristal gula. Hanya di bagian pengemasan (packing) saja yang masih
melibatkan tenaga manusia. Dengan penggunaan otomasi tersebut, tentunya
efektifitas produksi menjadi lebih baik.

12

BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. PT. Madubaru adalah sebuah industri proses yang bergerak di bidang produksi
gula dan alkohol.
2. Produk yang dihasilkan PT. Madubaru adalah gula pasir kualitas SHS IA, dan
hasil produksi sampingan alkohol 95%, pupuk organik, dan batu bata.
3. Proses pengolahan tebu menjadi gula terdiri dari beberapa tahap, yaitu
ekstraksi, pemurnian, penguapan, kristalisasi, pemutaran, dan pengemasan.
4. Proses pengolahan tetes tebu menjadi alkohol melalui beberapa sebagai berikut:
pengenceran, penyaringan, pemasakan, peragian, dan penyulingan (distilasi).
5. Sampai saat ini pemasaran gula pasir yang diprodusi oleh PT. Madubaru hanya
berada di sekitar Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa tengah karena hasil
produksi gula pasir tersebut masih tergolong rendah dan belum mencukipi
kebutuhan gula masyarakat.
6. PT. Madubaru dalam melaksanakan proses produksi sudah menggunakan
sistem manajemen yang baik, misalnya efisiensi tenaga kerja, efisiensi lahan,
pemanfaatan limbah hasil produksi,dan menggunakan mesin otomasi.

B. Saran
Saran bagi PT. Madubaru agar kedepannya mampu terus eksis, semakin
maju dan berkembang dalam melaksanakan produksi serta memasarkan produknya
1. Terus berupaya membangun mitra dengan para petani lokal di sekitar pabrik
2. Memperluas lahan pertanian untuk menambah pasokan bahan baku
3. Bekerjasama dengan industri lain
4. Memperluas pemasaran produk
5. Terus berupaya menjaga kualitas produk dan meningkatkannya dari waktu ke
waktu

13

Вам также может понравиться