Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Lapis pondasi agregat kelas A merupakan mutu lapis pondasi atas untuk
suatu lapisan dibawah lapisan beraspal sedangkan lapisan pondasi agregat kelas B
merupakan mutu lapisan untuk pondasi bawah (di bawah lapisan pondasi agregat
kelas A).
Agregat Kelas A dan Agregat Kelas B ini terbuat dari campuran material
agregat kasar dan agregat halus. Berikut ini adalah gradasi yang diguakan untuk
masing-masing jenis lapisan pondasi :
Dimana : k = 0.09
a. Lintas harian rata-rata awal
LHR awal umur rencana = (1 + i)n x Volume kendaraan
b. Lintas harian rata-rata akhir
LHR akhir umur rencana = (1 + i)n x Volume kendaraan
Dimana : i = Angka pertumbuhan lalu lintas pada masa pelaksanaan atau
operasional
n = Masa pelaksanaan atau operasional jalan
2. Koefisien distribusi untuk masing masing kendaraan
4. Lintas Ekuivalen Permulaan (LEP), yaitu jumlah lintas Ekuivalen Harian Ratarata dari as tunggal pada jalur rencana yang diduga terjadi pada permulaan umur
rencana.
LEP = (LHR awal umur rencana x c x E
5. Lintas Ekuivalen Akhir (LEA), yaitu jumlah lintas Ekuivalen Harian Rata-rata
dari as tunggal pada jalur rencana yang diduga terjadi pada akhir umur rencana.
LEP = (LHR akhir umur rencana x c x E
Dimana : c = Koefisien distribusi masing-masing kendaraan
E = Angka ekuivalen untuk masing-masing kendaraan
6. Lintas Ekuivalen Tengah (LET), yaitu jumlah lintas ekuivalen harian rata-rata dari
as tunggal pada jalur rencana yang diduga terjadi selama umur rencana.
Hubungan antara daya dukung tanah dasar dengan CBR dapat dirumuskan sebagai
berikut :
DDT = 4.3 log CBR + 1.7
9. Faktor Regional (FR) adalah faktor setempat sehubungan dengan iklim, curah
hujan kondisi lapangan secara umum yang akan berpengaruh terhadap daya
dukung Tanah Dasar. Berikut ini adalah tabel dari FR :
10. Indeks Tebal Perkerasan (ITP), yaitu suatu angka yang berhubungan dengan
penentuan tebal perkerasan. Penentuan nilai ITP dapat dihitung dengan
menggunakan persamaan berikut ini :
Dimana :
LER
3650
ITP
DDT
PSI
FR
= Faktor regioal
11. Koefisien kekuatan relatif, yaitu koefisien masing-masing bahan dan kegunaannya
sebagai lapis permukaan, lapis pondasi atas dan lapis pondasi bawah yang
ditentukan secara korelasi seusai nilai Marshall Test (untuk bahan dengan aspal),
kuat tekan (untuk bahan yang diperkuat dengan semen atau kapur) atau CBR
(untuk bahan lapis pondasi atas dan bawah). Pemilihan jenis lapisan perkerasan
ditentukan dari :
1. Material yang tersedia
2. Dana awal yang tersedia
3. Tenaga kerja dan peralatan yang tersedia
4. Fungsi jalan
Besarnya koefisien kekuatan relatif dapat dilihat pada tabel berikut :
Asphalt Hotmix
Aspal Beton (hotmix) adalah campuran agregat halus dengan agregat kasar,
dan bahan pengisi (filler) dengan bahan pengikat aspal dalam kondisi suhu panas
tinggi dengan komposisi yang diteliti dan diatur oleh spesifikasi teknis.
Aspal Beton (Hotmix) secara luas digunakan sebagai lapisan permukaan
konstruksi jalan dengan lalu lintas berat, sedang, ringan, dan lapangan terbang,
dalam kondisi segala macam cuaca
Berikut ini adalah kelebihan Aspal Beton Hot Mix :
1.
2.
Lapisan konstruksi Aspal beton tidak peka terhadap air, (kedap air )
3.
4.
5.
6.
Stabilitas yang tinggi sehingga dapat menahan beban lalu lintas tanpa
terjadinya deformasi.
Asphalt hotmix yang digunakan pada proyek ini adalah Asphalt Traeted
Base (ATB) dengan ketebalan 5 cm yang digunakan sebagai lapisan atas dan
dilengkapi dengan lapisan aspal (AC) setebal 4 cm di atas lapisan ATB sebagai
lapisan permukaan jalan. Penggunaan kedua jenis aspal ini sesuai dengan jenis
jalan dan kondisi non lingkungan di daerah Yogyakarta yang padat kendaraan.
Ada pun beberapa syarat yang harus diperhatikan pada RKS yang diberikan
oleh owner, diantaranya adalah :
1. Bahan
Agregat harus terdiri dari batu pecah atau batu tumbuk kerikil, dengan atau tanpa
pasir atau material halus pengisil, tahan lama, bebas dari butiran tanah liat, bahan
organik, dan zat berbahaya. Komposisi campuran aspal tidak boleh lebi dari 1.5%
ketika diuji sesuai dengan AASHTO 101, dan tidak boleh mengelupasan ketika
diuji sesuai dengan AASHTO T 182. Anti-strip agen harus digunakan jika
diperlukan.
Jenis, kelas, mengendalikan spesifikasi dan suhu pencampuran bahan aspal adalah
sebagai berikut :
2. Komposisi Campuran
Komposisi campuran aspal harus terdiri dari campuran agregat, filler jika
diperlukan dan aspal. Campuran harus memenuhi persyaratan sebagai berikut
sesuai dengan uji ASTM, ditambah keterbatasan dinyatakan dalam rongga, rongga
yang terisi, dan pemuaian
dirubah atau dimodifikasi dari yang telah disetujui kecuali dinyatakan resmi atau
diarahkan oleh Direksi secara tertulis.