Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB IV

Analisis Pelaksanaan Qurban dan Akikah Yang Dilakukan Melalui


Media Internet
A. Status pelaksanaan Qurban dan Aqiqah yang dilakukan melalui
media elektronik menurut Hukum Islam.
Mengenai pelaksanaan qurban dan akikah melalui media internet
ini pada kenyataannya praktik pelaksanaan tersebut mengandung
kemaslahatan yang cukup besar. Tetapi, dengan catatan yang harus
diperhatikan mengingat praktik tersebut memicu pihak yang tidak
bertanggung jawab untuk melakukan kezaliman.
Potensi kezaliman itu sendiri muncul dari internet sebagai media
yang mengantarkan pada kegiatan akad transaksi jual beli, yaitu
melalui ketidakjelasan akad serta ditangguhkannya barang atau jasa
karena tidak dapat diserahkan secara langsung pada saat transaksi.
Segala aspek yang mengindikasikan ketidakjelasan terhadap
proses jual beli dan pelaksanaan qurban dan akikah di internet tidak
dapat dihindarkan. Sedangkan internet yang mempunyai fungsi sebagai
media penawaran yang dilakukan oleh pembeli dan untuk proses jual
beli dan pelaksanaan qurban/akikah melalui media internet ini harus
memenuhi kriteria yang telah ditetapkan dalam Hukum Islam.

Persyaratan itu dapat diterima apabila untuk qurban dan akikah


melalui media internet ini memenuhi beberapa syarat antara lain:1
1. Binatang qurban dan akikah harus berupa binatang ternak, yaitu
kambing, onta, dan sapi
2. Usia hewan tersebut telah memenuhi kriteria yang telah
ditetapkan oleh syariat, untuk kambing jika telah berusia genap
satu tahun dan untuk sapi adalah yang telah genap berusia dua
tahun.
3. Hewan tersebut tidak memiliki cacat yang bisa menghalangi
keabsahannya.
Segenap informasi mengenai keutuhan barang yang disifatinya
merupakan prasyarat mutlak agar pembeli dapat mengetahui terhadap
kualitas barang yang sebenarnya. Persyaratan itu dapat diterima
apabila untuk ijab dan qobul memenuhi beberapa syarat:2
1. Ijab merupakan perkataan pembeli yang sifatnya mengikat.
2. Qobul yang merupakan respon dari ijab haruslah ssuai dengan
kandungan ijab.
3. Fase antara ijab dan qobul tidak dipakai untuk mengalihkan
pembicaraan ke hal-hal lain yang tidak ada kaitannya dengan
akad maupun objek akad. Sama halnya jika melakukan aksi walk
out dari tempat transaksi setelah mendengarkan ijab. Hal seperti
ini menyebabkan ijaab tidak dianggap tak mendapat respon.
2013

Wawancara dengan Bapak Maftuh Anggota Dewan Fatwa MUI Jabar, 22 September

Idem

4. Pihak

pertama

yang

menyampaikan

ijab,

tidak

menarik

ucapannya sebelum adanya qobul dari pihak kedua.


5. Qobul harus disampaikan oleh pihak kedua karena memang ijab
ditujukan kepadanya.
6. Sebelum akad selesai, kedua belah pihak masih dalam keadaan
normal.

Dalam

arti

tidak

kehilangan

hak-haknya

untuk

melanjutkan kesepakatannya.
7. Proses kesepakatan tersebut dilangsungkan ditempat yang
sama. Namun pemahaman majelis akad ini tergantung dari
kondisi dari keua belah pihak dan jenis akadnya. Jika kedua
belah pihak hadir disatu tempat, maka tempat tersebut
dinamakan majlis akad. Akan tetapi jika kedua belah pihak
berjauhan dan proses akad dilangsungkan dengan alat bantu
seperti telepon, e-mail dan lain-lain, maka yang dinamakan
majlis akad adalah tempat dan posisi dimana pihak kedua
menerima atau mendengarkan ijab dari pihak pertama.
8. Pernyataan-pernyataan

dari

kedua

belah

pihak

haruslah

ditujukan untuk merealisasikan akad kesepakatan. Bukan


ucapan-ucapan

persuasif

bermotif

iklan

yang

hanya

dimaksudkan untuk menawarkan barang dan jasa


Hal ini merupakan kinerja dari internet sebagai media penawaran
penjual dan transaksi yang dilakukan antara penjual dan pembeli sebagai
saksi bahwa antara penjual dan pembeli telah terjadi kesepakatan jual

beli, sebagaimana disebutkan dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282


yang artinya:
Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah
tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah

kamu

menuliskannya.
Ayat ini berbicara tentang anjuran-anjuran menurut sebagian ulama
kewajiban menulis hutang dan mempersaksikannya dipihak ketiga yang
dipercaya. Sehingga transaksi hewan qurban dan akikah melalui internet
telah memenuhi prasyarat dalam perintah pembayaran yang melibatkan
beberapa pihak selain pembeli dan penjual. Sambil menekankan perlunya
menulis disertai dengan jumlah dan ketetapan waktunya.3
Transaksi jual beli hewan qurban dan akikah melalui media internet
yang dilakukan dengan digital signature yang dituangkan dalam kontrak
elektronik mulai dari awal pembelian sampai dengan pembayaran yang
dibuat para pihak-pihak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan
kontrak yang dibuat secara konvensional dengan diberlakukannya Pasal
18 yat 1 dalam UU ITE.
E-contract yang dibuat dan disetujui oleh para pihak merupakan
undang-undang bagi para pihak tersebut. Pada dasarnya dengan
membuat suatu kontrak jual beli secara elektronik, para pihak telah
sepakat untuk melakukan prestasi seperti yang dituangkan dalam kontrak,

M Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Lentera Hati, Jakarta, 2007, hlm 603.

dengan demikian hak dan kewajiban para pihak telah ditentukan dengan
jelas ke dalam kontrak yang dibuat.
Berdasarkan pada ketentuan pasal 1320 KUHPerdata sebenarnya
tidak dipermasalahkan media yang dipergunakan dalam transaksi. Oleh
karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun secara
elektronik. Namun suatu perjanjian dapat dikatakan sah bila telah
memenuhi unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 1320
KUHPerdata.
Demikian

pula

asas

kebebasan

berkontrak

yang

dianut

KUHPerdata, dimana para pihak dapat bebas menentukan dan membuat


suatu perikatan atau perjanjian dalam bertaransaksi yang dilakukan
dengan itikad baik. Jadi apapun bentuk dan media dari kesepakatan
tersebut tetap berlaku dan mengikat para pihak karena perikatan tersebut
merupakan undang0undang bagi yang membuatnya.
Maka dari itu pembelian hewan qurban dan akikah secara online ini
memenuhi ketentuan dalam salah satu asas dalam hukum perjanjian
dalam Hukum Islam yaitu Al-Kitabah (tertulis) sebagaimana disebutkan
dalam Al-Quran surat Al-Baqarah ayat 282-283. Ayat ini mengisyaratkan
agar akad yang dilakukan benar-benar berada dalam kebaikan bagi
semua pihak yang melakukan akad, maka akad itu harus dilakukan
dengan melakukan kitabah (penulisan perjanjian, terutama transaksi yang
tidak tunai). Sehingga penerapan akad para pihak dalam transaksi
pembelian hewan qurban dan akikah melalui internet yang dituangkan

dalam e-contract yang menghasilkan dokumen elektronik dan informasi


elektronik sebagai bentuk penulisan dari transaksi yang dilakukan oleh
para pihak dan mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan kontrak
yang dibuat secara konvensional.
Menurut Islam pemotongan hewan qurban dan akikah boleh bagi
orang lain untuk mengurusi penyembelihan qurban dan akikah tersebut,
sebagaimana kerabat mengurus kerabatnya dan seseorang mengurusi
dirinya.4
Serta penyembelihan qurban dan akikah tidaklah harus ditempat
khusus, boleh disembelih di daerah atau kelahiran, boleh juga diluar tanah
kelahirannya. Karena qurban dan akikah ini merupakan pendekatan diri
kepada Allah SWT dan ketaatan yang tempatnya dikhususkan.5
Berdasarkan

penjelasan

diatas

penulis

berpendapat

bahwa

pelaksanaan Qurban dan Akikah secara online dikatakan sah ketika


persyaratan qurban dan akikah telah terpenuhi serta dalam transaksi
pembelian hewan tersebut memenuhi syarat juga,
Hal-hal yang behubungan dengan kemungkinan adanya penipuan
atau kesalahan, maka hal itu kembali pada kaidah hukum Islam dalam
menetapkan keabsahan ibadah yang dilakukan tersebut.
Selain itu, selama transaksi dan pelaksanaan qurban/akikah
melalui media internet tidak bertentangan dengan prinsip-prinsip syariah,

4
5

Abdul Syakih, Tuntunan Qurban dan Akikah, Jakarta: Grafindo, 1998, hlm 56
Majmu Fatawa Syaikh Shalih Al Fauzan, 2/572

maka ketentuan Islam tersebut belaku fleksibel, dinamis dan inovatif


dalam hal Ibadah dan Muamalah.6

B. Akibat hukum bila dalam jual beli secara online hewan qurban
dan aqiqah tersebut terjadi wanprestasi ditinjau dari Hukum Islam
dan Undang-Undang No. 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan
Transaksi Elektronik.
Istilah wanprestasi dalam hukum Islam belum dikenal, meskipun
demikian hukum Islam telah membahas substansi kasus wanprestasi
tersebut, yaitu pengingkaran janji atau tidak melaksanakan apa yang
telah dijanjikan.
Tujuan hukum Islam disyariatkan adalah untuk menjaga terhadap
kemaslahatan manusia di dunia dan akhirat. Yang termasuk maslahah
adalah

menjaga

dan

melindungi

kebutuhan

pokok

manusia

(dharuriyah al-khamsah), salah satu kebutuhan pokok manusia adalah


kebutuhan terhadap harta. Hal ini berarti maslahah dharuriyah yang
bertujuan untuk menjaga dan melindungi harta diletakan hukum
padanya, semata-mata untuk menghindari perampasan hak atas milik
orang lain dan menetapkan unsur keadilan.
Keadilan merupakan asas dari praktek ekonomi dalam Islam.
Keadilan dalam bermuamalah bermakna suatu kondisi dimana
terdapat kesetaraan dan kesamaan dimata hukum, terpenuhinya hak,
6

Wawancara dengan dengan Bapak Maftuh anggota Dewan Fatwa MUI Jabar, 22
September 2013

tidak ada pihak yang dirugikan atau terzalimi serta terwujudnya


keseimbangan dalam semua aspek kehidupan.
Oleh karena itu, menegakan keadilan dalam muamalah salah
satunya adalah memenuhi dan menepati perjanjian yang telah
disepakati bersama dan memberikan ganti rugi pada pihak yang telah
dirugikan. Hal ini sesuai dengan apa yang telah dijelaskan dalam
hukum Islam.
Dengan demikian, perilaku wanprestasi merupakan perilaku yang
dilarang dalam Islam. Karena wanprestasi berarti mengingkari dan
menghianati perjanjian yang telah disepakati oleh kedua belah pihak.
Menurut pasal 1234 BW bahwa yang dimaksud dengan prestasi
adalah seseorang yang menyerahkan sesuatu, melakukan sesuatu,
dan tidak melakukan sesuatu, sebaiknya dianggap wanprestasi bila
seseorang:
a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
b) Melaksanakan

apa

yang

dijanjikannya,

tetapi

tidak

tidak

boleh

sebagaimana dijanjikan
c) Melakukan apa yang dijanjikan tapi telambat
d) Melakukan

sesuatu

yang

menurut

kontrak

dilakukannya
Wanprestasi adalah tidak memenuhi atau lalai melaksanakan
kewajiban sebagaimana yang ditentukan dalam perjanjian yang dibuat

antara konsumen dan pelaku usaha.7 Sehingga wanprestasi bisa


dikatakan suatu perjanjian yang tidak terlaksana dengan baik, karena
adanya kelalaian yang dilakukan oleh salah satu pihak.
Wanprestasi dapat terjadi dengan dua cara, yaitu sebagai berikut:8
a) Pemberitahuan

atau

somasi,

yaitu

apabila

perjanjian

tidak

menentukan waktu tertentu kapan seorang dikatakan wanprestasi


atau perjanjian tidak menentukan batas waktu tertentu yang
dijadikan

patokan

tentang

wanprestasi

debitur,

harus

ada

pemberitahuan dulu kepada debitur tersebut tentang kelalaiannya


atau akta sejenisnya. Jadi intinya harus ada pemberitahuan surat
akta perintah atau akta sejenis Namun yang paling penting ada
peringatan atau pemnberitahuan kepada debitur agar dirinya
mengetahui bahwa dirinya dalam keadaan wanprestasi.
Somasi diatur dalam pasal 1238 KUHPerdata dan pasal 1243
KUHPerdata. Somasi adalah teguran dari kreditur kepada debitur
agar dapat memenuhi prestadi sesuai dengan isi perjanjian yang
telah disepakati antara keduanya. Somasi timbul disebabkan
debitur

tidak

memenuhi

prestasinya

sesuai

dengan

yang

diperjanjikan. Ada tiga cara terjadinya somasi, yaitu:9


1) Debitur melaksanakan prestasi yang keliru

Salim H.S, Hukum Kontrak Teori dan Teknik Penyusunan Kontrak, Jakarta: Sinar Grafika,
2010, hlm 98.
8
Ahmad Miru dan Sakka Pati, Hukum Perikatan Penjelasan Makna Pasal 1233 sampai
1456 BW, Jakarta: Rajawali Pers, 2009, hlm 8
9
Salim H.S, Op Cit, hlm 98

2) Debitur tidak memenuhi prestasi pada hari yang telah


dijanjikan. Tidak memenuhi pretasi dapat dibedakan menjadi
dua macam, yaitu kelambatan melaksanakan prestasi dan
sama sekali tidak memberikan prestasi. Penyebab tidak
melaksanakan prestasi sama sekali karena prestasi tidak
mungkin dilaksanakan atau karena debitur terang-terangan
menolakmemberikan prestasi
3) Prestasi yang dilaksanakan oleh debitur tidak lagi berguna
bagi kreditur setelah waktu yang diperjanjikan.
Ajaran tentang somasi ini sebagai instrumen hukum guna
mendiring debitur untuk memenuhi prestasinya. Bila prestasi
sudah tidak dilakukan, maka sudah tentu tidak diharapkan
prestasi. Momentum adanya somasi ini apabila prestasi tidak
dilakukan oada waktu yang telah diperjanjikan antara
kreditur dengan debtur.
b) Sesuai dengan perjanjian, yaitu jika dalam perjanjian itu ditentukan
jangka waktu pemenuhan perjanjian dan debitur tidak memenuhi
pada waktu tersebut, dia telah wanprestasi.
Berbicara masalah keabsahan suatu transaksi, orang selalu akan
mendasarkan pada ketentuandalam pasal 1320 BW

yang

bahwa untuk sahnya suatu perjanjian

diperlukan

yakni:
1. Sepakat mereka yang mengikatkan dirinya

menyatakan

(empat)

syarat,

2. Kecakapan untuk membuat suatu perikatan


3. Suatu hal tertentu
4. Suatu sebab yang halal
Berdasarkan

pada

ketentuan

1320

BW

sebenarnya

tidak

dipermasalkan mengenai media yang digunakan dalam bertransaksi. Oleh


karena itu, dapat saja dilakukan secara langsung maupun elektronik.
Namun suatu perjanjian dapat dikatakan sah apabila telah memenuhi
unsur-unsur sebagaimana dimaksud dalam pasal 1320 BW tersebut.
Berdasarkan proses transaksi jual beli secara elektronik pada bab
sebelumnya menggambarkan bahwa ternyata jual beli tidak hanya dapat
dilakukan secara konvensional, dimana antara penjual dengan pembeli
saling bertemu secara langsung, namun juga dapat melalui media internet
sehingga orang yang saling berjauhan atau berada pada lokasi yang
berbeda tetap dapat melakukan transaksi jual beli tanpa harus bersusah
payah melakukan transaksi jual beli tanpa untuk saling bertemu, sehingga
meningkatkan efektifikasi waktu serta biaya baik bagi pihak penjual
maupun pembeli.
Menghadapi kasus perbuatan melawan hukum pada transaksi jual
beli secara elektronik, dapat diterapkan ketentuan yang ada dan berlaku
sesuai dengan hukum yang dipulih untuk digunakan, mengingat transaksi
jual beli melalui internet ini tidak ada batas ruang dan waktu, maka
pembuktiannya dapat dilakukan dengan cara:

1. Penunjukan struk pembayaran yang terkait dengan pembelian


barang yang telah disepakati tersebut secara online.
2. Perwujudan baik secara gambar, fisik, warna dari obyek tersebut
dan segala spesifikasi terkait rancanan serta bentuk dari barang
tersebut.
Keabsahan suatu kontrak elektronik ini ternyata ditegaskan juga di
UU ITE pada Pasal 5 ayat (3) dengan mensyaratkan keabsahan kontrak
(dokumen elektronik) bila menggunakan sistem elktronik yang sudah
disertifikasi sebagaimana diatur dalam pasal 13-16 UU ITE. Sertifikasi
elektronik disini adalah suatu sertifikasi yang bersifat elektronik yang
memuat tanda tangan elektronik dan identitas yang menunjukan
kedudukan para pihak dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh
penyelenggara sertifikasi elektronik,
Berdasarkan pengamatan penulis, prinsip utama transaksi secara
online di Indonesia masih lebih mengedapankan aspek kepercayaan atau
trust terhadap penjual maupun pembeli. Prinsip keamanan infrastruktur
transaksi secara online seperti jaminan atas kebenaran identitas
penjual/pembeli, jaminan keamanan jalur pembayaran, jaminan kemanan
dan keadaan website electronic commerce belum menjadi perhatian
utama bagi penjual maupun pembeli, terlebih pada transaksi berskala
kecil sampai medium dengan nilai nominal transaksi yang tidak terlalu
besar.

Wanprestasi adalah kelalaian atau kealpaan yang dapat berupa 4


macam kondisi, yaitu:10
a) Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya
b) Melaksanakan

apa

yang

dijanjikannya,

tetapi

tidak

tidak

boleh

sebagaimana dijanjikan
c) Melakukan apa yang dijanjikan tapi telambat
d) Melakukan

sesuatu

yang

menurut

kontrak

dilakukannya
Apabila sala satu dari 4 macam kondisi tersebut terjadi, maka
konsumen secara perdata dapat menggungat penjual online dengan dalih
telah terjadi wanprestasi. Pada kenyataannya, dalam suatu peristiwa
hukum termasuk transaksi jual beli secara elektronik tidak terlepas
kemungkinan timbulnya pelanggaran yang dilakukan oleh salah satu atau
kedua belah pihak, dan pelanggaran hukum tersebut mungkin saja dapat
dikategorikan sebagai perbuatan melawan hukum (ontrechtmatigedaad)
sebagaimana ditentukan dalam pasal 1365 BW.
Adanya wanprestasi tentu akan mengakibatkan salah satu pihak
menderita kerugian, sebab ada pihak yang dirugikan, maka pihak yang
menimbulkan kerugian itu harus bertanggung jawab.
Seorang pelaku usaha yang melakukan wanprestasi akan dikenakan saksi
atau hukuman.

10

Subekti, Hukum Perjanjian,Bandung: P.T Citra aditya Bakti, 1995, hlm 45

Hukuman

atau

akibat-akibat

bagi

debitur

yang

telah

melakukan

wanprestasi ada 4 macam, yaitu:11


1. Membayar kerugian yang diderita oleh konsumen atau ganti rugi
(Pasal 1243 BW).
2. Pembatalan perjanjian melalui hakim (Pasal 1266 BW).
3. Peralihan resiko kepada pelaku usaha sejak terjadinya wanprestasi
( Pasal 1237 ayat 2 BW)
4. Membayar biaya perkaraa apabila diperkarakan di muka hakim
(Pasal 181 HIR).
Dalam transaksi elektronik, prinsip tangung jawab mutlak adalah
prinsip yang berlaku dalam hal terjadinya wanprestasi. Lemahnya
kedudukan konsumen dalam transaksi elektronik menjadikan tanggung
jawab sepenuhnya berada ditangan pelaku usaha.
Pelaku usaha akan bertanggung jawab penuh atas kegiatan usaha
yang dilakukannya dalam transaksi elektronik, sebagimana dijelaskan
dalam pasal 21 ayat (2) huruf a UU ITE:
jika dilakukan sendiri, segala akibat hukum dalam
transaksi elektronik menjadi tanggung jawab

para

pelaksanaan
pihak

yang

bertransaksi
Dengan demikian dalam transaksi elektronik, pihak yang yang
bertanggung jawab adalah pihak yang melakukan wanprestasi yang
dalam hal ini dilakukan oleh pelaku usaha. Bentuk tanggung jawab yang
11

45.

Amin Widjadja Tunggal, Aspek Yuridis Dalam Leasing, Jakarta: Rineka Cipta, 1994, hlm

dilakukan diberikan oleh pelaku adalah ganti rugi sesuai dengan besar
kerugian yang dirasakan oleh konsumen.
Apabila pelaku usaha tidak bertanggung jawab dalam hal
melakukan wanprestasi pada transaksi elektronik, maka konsumen dapat
menempuh jalur hukum yaitu dapat mengajukan gugatan terhadap pihak
yang melakukan wanprestasi sesuai yang diatur dalam pasal 38 dan 39
UU ITE No 11 Tahun 2008.

Вам также может понравиться