Вы находитесь на странице: 1из 5

PERAN MAHASISWA DISABILITAS DALAM MENGHAPUS ALIENASI KAUM DISABILITAS

Oleh:
JOKO SUWARNO
Sosiologi FISIP UNEJ
Jokosuwarno.ssos@gmail.com
+087802160337
PENDAHULUAN
Mahasiswa sebagai bagian dari masyarakat merupakan agen of change dalam
pembangunan di masyarakat. Mahasiswa yang berfungsi sebagai penyambung aspirasi
antara masyarakat sipil dan negara dituntut untuk kritis, inovatif, kreatif dan idealis.
Mahasiswa sendiri berasal dari sturktur sosial dan fisik di masyakat yang beragam.
Keberagaman yang ada di mahasiswa seharusnya tidak mengalienasi kelompok tertentu.
Kelompok tertentu yang sering teralienasi utamanya adalah kaum disabilitas.
Sebagai warga negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban, dan peran kaum
disabilitas adalah sama dengan warga negara lainnya. Hal ini sesuai dengan UUD1945,
dalam Pasal 27 : Setiap warga negara berhak memperoleh pekerjaan dan penghidupan yang
layak bagi kemanusiaan. Kemudian ada penegasan lagi pada amandemen UUD 1945 yang
mengatur tentang Hak Azasi Manusia, ini menandakan bahwa negara kita telah memberikan
perhatian yang sungguh-sungguh kepada harkat dan martabat manusia dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara.Oleh karena itu, peningkatan peran para penyandang cacat dalam
pembangunan nasional sangat penting untuk mendapat perhatian dan didayagunakan
sebagaimana mestinya. Keberadaan kaum disabilitas sejak dahulu hingga saat ini masih ada
dan bahkan kaum disabilitas berada di sekeliling kita. Menurut Gulo, kemunculannya juga
bisa disebabkan oleh banyak faktor, misalnya faktor genetika, faktor kecelakaan, faktor
kesehatan dan lingkungan hidup, faktor alam (bencana), dan lain-lain. Diperkirakan sekitar
10 % penduduk dunia ini masuk dalam kategori Person With Disability (PWD), dan setiap
tahun

ada

peningkatan

jumlah

mereka

karena

berbagai

faktor

tadi

(lihat

http://alokasihgulo.blogspot.com). Hal ini yang menjadi refleksi untuk ikut peduli terhadap
kaum disabilitas.

Kaum disabilitas yang dianggap musibah dari bentuk kemurkaan dari Tuhan yang
diturunkan kepada umatnya seakan teralienasi. Bentuk alienasi yang diterima oleh kaum
disabilitas berbagai macam

diantaranya dalam bentuk eksploitasi dan diskriminatif.

Menurut UNICEF perkiraan risiko menunjukkan bahwa anak penyandang disabilitas secara
signifikan berisiko lebih tinggi untuk mengalami kekerasan dibandingkan dengan rekanrekan mereka tanpa disabilitas: 3,7 kali lebih besar untuk berbagai macam bentuk
kekerasan, 3,6 kali lebih besar untuk kekerasan fisik, dan 2.9 kali lebih besar untuk
kekerasan seksual. Anak-anak dengan disabilitas mental atau intelektual ditemukan 4,6 kali
lebih besar kemungkinannya untuk menjadi korban kekerasan seksual dibandingkan rekanrekan mereka tanpa disabilitas (lihat www.unicef.org/indonesia).
Berbagai bentuk alienasi tehadap kaum disabilitas harus ditiadakan. Hal tersebut
dikarenakan kaum disabilitas mempunyai hak yang sama seperti orang normal pada
umumnya. Upaya yang dapat dilakukan dalam penghapusan alienasi terhadap kaum
disabilitas berbagai macam, bisa dengan bentuk peraturan undang-undang, sosialisasi
pendidikan, dan peran serta kaum disabilitas itu sendiri. Keberadaan kaum disabilitas
sebagai mahasiswa merupakan bentuk dari penghapusan alienasi. Peran mahasiswa
disabilitas yang berprestasi diharapkan dapat merubah kaum disabilitas. Dibalik kekurangan
kaum disabilitas memiliki kelebihan yang di anugerahkan oleh Tuhan. Pada tulisan ini
penulis ingin membahas tentang peran disabilitas dalam upaya menghapus alienasi
terhadap kaum disabilitas yang ada pada masyarakat.
PEMBAHASAN
Kaum Disabillitas
Penyandang disabilitas merupakan istilah pengganti dari penyandang cacat atau
orang dengan kecacatan atau orang cacat yang dahulu sering digunakan. Istilah ini disahkan
pada Semiloka Terminologi Penyandang Cacat Dalam Rangka Mendorong Ratifikasi
Konvensi Internasional Tentang Hak-Hak Penyandang Cacat pada tanggal 8-9 Januari 2009 di
Gedung Balai Besar Rehabilitasi Vokasional Bina Daksa (BBRVBD), Cibinong, Bogor, Jawa
Barat. Semiloka ini merupakan hasil kerjasama antara Komnas HAM bekerja sama dengan
Departemen Sosial dan lembaga-lembaga terkait. Istilah penyandang disabilitas juga
merupakan istilah yang digunakan pada skala internasional (lihat http://daksa.or.id/).

Di Indonesia sendiri cukup banyak orang yang menyadang disabilitas. Menurut


Badan Pusat Statistik, SAKERNAS 2011, jumlah keseluruhan penduduk Indonesia adalah:
237,641,326 oranga dengan jumlah penduduk usia kerja adalah: 171,755,077 orang. Sejalan
denga penghitungan WHO, diperkirakan 10 persen dari penduduk Indonesia (24 juta) adalah
penyandang disabilitas. Menurut data PUSDATIN dari Kementerian Sosial, pada 2010,
jumlah penyandang disabilitas di Indonesia adalah: 11,580,117 orang dengan di antaranya
3,474,035 (penyandang disabiltais penglihatan), 3,010,830 (penyandang disabilitas fisik),
2,547,626 (penyandang disabilitas pendengaran), 1,389,614 (penyandang disabiltias mental)
and 1,158,012 (penyandang disabilitas kronis). Sementara menujrut data Kementerian
Tenaga Kerja dan Transmigrasi, pada 2010 jumlah penyandang disabilitas adalah: 7,126,409
orang (lihat http://www.ilo.org ).
Peran Mahasiswa Disabilitas
Pengangan masalah difabel masih mengedepankan pemenuhan kebutuhan praktis
menjadi salah satu faktor yang menjadikan kelompok difabel, terutama kaum perempuan
sangat rendah aksestabilitasnya terhadap hal yang berkaitan dengan masalah yang cukup
rentan dalam kehidupan mereka sehari-hari. Akan tetapi kondisi saat ini sudah berbeda.
Seperti cotoh mahasiwa yang memiliki keterbatasan Universitas Brawijaya yang mendapat
nilai IPK tertinggi yaitu Herliny Meuthia Ranthy Prestasi yang dicapainya yaitu memperoleh
IPK tertinggi di program Hubungan Internasional (HI) dengan IPK mencapai 3,86 pada
semester 4 (lihat http://malang.post.com ).
Hal ini seakan menjadi refleksi bahwa kaum difabelpun tidak kalah dengan orang
normal, jika tidak ada alienasi. Mahasiswa difabel tidak menemui kesulitan berarti dalam
mengikuti perkuliahan inklusif di UB, Dalam hal rata-rata prestasi belajar mahasiswa difabel
cenderung lebih baik daripada mahasiswa non-difabel (Soepaman. 2014: 18).
Upaya Menghapus Alienasi Kaum Disabilitas
Kesalahan presepsi yang menganggap kaum disabilitas kurang di perhitungkan di
masyarakat. Hal tersebut terlihat ketika ada ketidak berdayaan kaum disabilitas untuk eksis
dikarenakan oleh stigma negatif yang melekat pada kaum disabilitas. Stigma dan stereotipe
negatif tersebut salah satunya disebabkan oleh kontruksi sosial dalam memandang

persoalan

disabilitas

dan

kelompok

disabilitas

di

masyarakat

http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20353544-S45716-Identitas%20kelompok.pdf

(lihat
).

Ada

semacam struktur dan kultur yang membangun kontruksi sosial yang melalui presepsi panca
indra. Akibatnya bentuk alienasi atau keterasingan yang di dapatkan oleh kaum disabilitas.
Golongan orang yang menggunakan pendekatan kesadaran kritis berpendapat
bahwa penyandang cacat itu tidak ada. Penyandang cacat menjadi ada karena diadakan
dengan cara membangun konsep tentang keber-ada-an penyandang cacat di dalam pikiran
manusia (Riyadi. 2012:320). Perubahan presepsi tentang orang cacat itu diperlukan. Dengan
cara membuktikan bahwa kaum disabilitas itu tidak ada, kecuali hanya orang yang malas
dalam berkarya. Tuhan-pun telah menciptakan manusia sesempurna mungkin di bandingkan
makhluk yang lain. Maka sejelek-jelknya manusia adalah ciptaan Tuhan yang harus selalu
dihargai, agar dapat mewujudakan generasi yang berkualitas.
PENUTUP
1. Kaum disabilitas adalah bagian dari masyarakat yang sukar untuk dihilangakan.
Dengan saling menghargai bahwa dalam setiap kehidupan sosial kan selalu ada
perbedaan. Akan tetapi perbedaan tersebut tidak harus menjadikan masalah karena
semua diberikan hak yang sama oleh Tuhan sebagai khalifah di dunia
2. Peran sesama kaum disabilitas sangat penting dalam upaya menghapuskan batasan
alienasi yang ada di masyarakat. Jika masyarakat berawal dari stigma dalam
merepresentasikan kaum disabilitas, maka kaum disabilitas juga dapat berperan
menggunakan stigma yang ada di masyarakat. Prestasi yang di dapatkan oleh kaum
disabilitas merupaka bentuk bahwa kaum disabilitas sama di masyarakat.

DAFTAR PUSTAKA
http://alokasihgulo.blogspot.com/ diakses pada 20 oktober 2014 pukul 15.39 WIB
http://daksa.or.id/ diakses pada 20 oktober 2014 pukul 16.23 WIB
http://lib.ui.ac.id diakses pada 15 oktober 2014 pukul 20.09 WIB
http://malang.post.com diakses pada 15 oktober 2014 pukul 14.43 WIB
http://www.ilo.org diakses pada 20 oktober 2014 pukul 11.13 WIB
Riyadi, Eko dkk. 2012. Vulnerable Groups: Kajian dan Mekanisme Perlindungannya.
Yogyakarta: PUSHAM UII
Soepaman, Sudjito Vol 1 Issue 1 pp. 12-19 June 2014
www.unicef.org/indonesia diakses pada 20 oktober 2014 pukul 10.4 WIB

Вам также может понравиться